Anda di halaman 1dari 4

TUGAS PENULISAN KREATIF

BIOGRAFI

Dosen Pengampu:

Dr. Bambang Aris Kartika, M.A

Disusun Oleh:

Adam Sadebe 210110201016

UNIVERSITAS JEMBER

SASTRA INDONESIA

2022
SEPENGGAL PERJALANANKU

Bab 1 : INILAH AKU

1.1 : Tanah Kelahiranku


1.2 : Bocah Mbeling
1.3 : Putus Sekolah
1.4 : Kota Baru
BAB 1 SEPENGGAL PERJALANANKU

1.1. Tanah Kelahiranku

Aku adalah seorang pria paruh baya, perkenalkan namaku Andi. Aku akan sedikit
menceritakan tanah kelahiranku, Desa Kadipaten Kecamatan Babadan Kabupaten Ponorogo.
Apa yang ada dalam benak kalian tentang Kabupaten Ponorogo? Pasti dalam benak kalian
terlintas tentang kesenian Reog Ponorogo. Salah satu kesenian yang ada di Indonesia yang
sudah sangat mendunia. Kota Ponorogo juga dikenal sebagai “Kota Santri”, sebab di kota
kelahiranku ini terdapat Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor, pondok pessantren
yang terkenal di Indonesia.

Di daerahku setiap bulan Suro, akan diadakan kesenian Reog. Biasanya pagelaran Reog,
bertempat di alun alun Ponorogo yang sudah tersedia pentas permanen. Setiap sanggar yang
ada di daerah Ponorogo pasti akan ikut tampil di acara memperingati bulan Suro. Tidak
hanya pagelaran seni Reog, tetapi juga ada berbagai pameran seni, bazar, dan lain-lain.

1.2. Bocah Mbeling.


Aku akan melanjutkan ceritaku, saat aku masih usia remaja aku termasuk bocah nakal. Di
bangku sekolah dasar, aku mempunyai pengalaman bersama teman-teman yang mungkin
kurang enak didengar. Ketika aku pergi bermain dengan teman-temanku, aku melihat
mangga muda yang bergelantungan di halaman rumah orang. Seketika pikiran liarku
muncul, aku ingin mengambil mangga muda itu, sat set sat set. Mangga muda itu langsung
berada di genggaman tangan. Kami lari sambil mengunyah mangga muda itu yang sangat
terasa nikmat.
Ada cerita lain yang mungkin bisa mendefinisikan aku sebagai anak mbeling. Aku sering
pergi main hingga tak tentu arah, berjalan bersama teman-temanku hingga lintas kecamatan.
Pada waktu itu masih jarang rumah dan masih belum banyak orang yang memiliki alat
transportasi seperti sepeda onthel. Sampai-sampai aku dimarahi oleh ibuku yang mengetahui
aku main hingga lintas kecamatan dengan berjalan.

1.3. Putus Sekolah


Masa remaja adalah masa-masa dimana kenakalan mengelilingi hidupku. Saat ini aku
duduk di bangku SMA, semua orang tua pasti menginginkan anaknya melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi. Aku termasuk anak yang bisa dibilang pintar di kelas dan di
ingat oleh para guru. Namun, dengan diriku yang nakal ini, sering bolos sekolah, jarang
mengerjakan tugas, aku tidak naik kelas. Aku tetap berada di kelas 2 SMA akibat
kenakalanku. Semenjak aku tidak naik kelas, aku semakin menjadi-jadi. Aku semakin sering
bolos sekolah, tidak pernah mengerjakan tugas dan sampai pada suatu saat aku dipanggil ke
ruang BK. Saat guru BK ku berkata bahwa aku dikeluarkan dari sekolah, seketika aku merasa
lemas dan bingung. Aku harus berkata apa kepada kedua orang tua ku yaang susah payah
menyekolahkanku namun aku malah dikeluarkan akibat dari kenakalanku.
Seminggu dua minggu ibu belum mengerti bahwa aku dikeluarkan. Namun, saat aku
pulang dari rumah temanku, aku disambut dengan marah ibuku yang mengetahui bahwa aku
dikeluarkan dari sekolah. Ibuku mengerti hal ini dari omongan temanku yang sekelas
denganku di SMA. Ibuku menangis hingga sesenggukan karena ulahku yang sangat bodoh
ini. Bapakku hanya terdiam dengan wajah kecewa padaku.

1.4. Kota Baru

Tahun 89, aku menginjakkan kaki di kota baru yakni kota Jember. Disana aku tinggal
bersama kakakku yang sudah berkeluarga, aku juga bekerja di bengkel milik kakakku
sendiri. Dengan kepribadianku yang mudah bergaul dengan orang, aku cepat mendapatkan
teman baru. Seperti anak muda pada umumnya, aku sering nongkrong di warung kopi untuk
sekedar ngobrol-ngobrol dengan pemuda lainnya.

Di kota baru ini, aku juga menemukan seseorang yang menjadi tambatan hatiku. Dia
seorang anak dari orang punya dan aku hanyalah orang biasa. Kami sempat LDR saat si dia
menempuh kuliahnya. Kami tetap menjaga komunikasi dengan baik dengan cara mengirim
surat. Seminggu sekali aku menghampiri dirinya di kostannya. Kami menjalin hubungan
pacaran hingga sekitar enam tahun lamanya dan akhirnya menikah. Membangun rumah
tangga yang harmonis menggapai cita-cita yang sudah kita rencanakan sebelumnya. Hingga
kini aku masih bersama istriku dan dua buah hati yang sudah mulai dewasa.

Anda mungkin juga menyukai