Anda di halaman 1dari 3

Ini biografi

Namaku Kiki Ade Saputra, lahir pada tanggal 14 september 2003, di Brebes tepatnya di desa
cipajang, dukuh rembet, kecamatan banjarharjo. Aku anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan
Rusmawan dan rasmunah. Ibuku bekerja sebagai pedagang, lebih tepatnya menjadi pembantu di
warung bibi aku di jakarta. Ayahku sudah menjnggal dunia saat aku baru masuk jenjang SMP. Aku
dibesarkan di keluarga yang sederhana. Semasa aku berumur kurang lebih 5 tahun aku dalam masa
yang amat nakal. Begitu nakal sampai dicekoki sebatang rokok saja aku terima dengan lapang dada.
Dan satu sifat lagi yang aku bawa dari kecil adalah: pemalu. Bagaimana mungkin sifat nakal dan
pemalu terjadi pada saat yang bersamaan, iya itu terjadi pada diriku yang mungil dulu. Saat umurku
7 tahun mulailah aku masuk SD, aku pas itu masuk SDN Cipajang 02. Perlahan sifat nakalku mulai
pudar, mungkin itu karena aku yang sudah mulai tobat atau mungkin itu adalah hasil didikan ibuku
yang lembut. Tetapi tetap saja, sifat pemalu ini tak kunjung hilang. Aku di SD bisa dibilang
berprestasi. Saat kelas 1 semester 1 aku menempati pringkat 4, saat semester 2-nya naik jadi
pringkat 2. Dan mulai kelas 2 sampai kelas 6 aku selalu dapat peringkat 1. Aku bukan orang yang
rajin, bukan puka keturunan orang yang pintar. Mungkin ini cuma keberuntungan semata. Ada
kejadian buruk saat kelas 5 dan 6, ituasa dimana aku mengalami yang namanya bullying. Pada saat
itu aku kerap dibully oleh 3 orang siswa sekelasku. Entah apa yang ada dipikiran 3 orang itu, yang
pasti mereka tak segan “membully” teman mereka sendir baik secara fisik maupun psikis. Dan pada
akhirnya masa kelas itu berhenti saat aku masuk jenjang SMP.

Aku dulu sekolah di SMP N 3 Banjarharjo. Di SMP bisa dibiliang masa merdeka dan bisa juga dibilang
masa terjajah. Merdeka karena bisa terbebas dari 3 pembully tadi, dan terjajah karena ayah baru
saja meninggal ketika baru beberapa bulan masuk sekolah. Spontan saja nilaiku melorot semua dan
masuk 10 besar saja tidak. Ditambah aku pas itu sekelas dengan teman sedesaku yang nakal.
Terpengaruhlah aku jadi nakal macam dia. Menyenangkan memang jadi nakal, tapi aku
menyayangkan masa depanku nantinya.

Dan naiklah aku ke kelas 8 dengan prestasi yang biasa2 saja, pintar tidak, bodoh iya. Di kelas 8 aku
sekelas lagi dengan teman SD, sekarang 2 orang. Setidaknya saat aku kelas 8 aku masuk 8 besar, itu
sudah cukup buatku. Dan naiklah aku ke kelas 9 dengan sedikit kebanggaan. Aku masuk dikelas 9A,
kelas dimana banyak murid pinternya. Aku saja kewalahan jika disuruh beradu otak dengan teman
sekelasku. Ada 1 murid sekelasku yang pintar dan rajin, bisa dibayangkan bagaimana pintarnya
orang itu. Dia itu kutu buku, buku novel dan sains dilahapnya habis. Arti lahap habis disini merujuk
pada dibacanya sampai habis. Hanya saja, dia lemah di bidang olahraga.
Ada satu temanku yang pintar di bifang bahasa inggris, dia belajar otodidak hanya dsri genggaman
ponsel pintar. Biasanya sih Cuma dari film barat atau lagu barat. Sebuah metode yang cukup
sederhana tapi ampuh, dan pastinya menghibur.

Datanglah masa dimana UN menyerang. Aku tak begitu yakin dapat niali besar karena persiapanku
minim sekali. Aku lebih banyak menghabiskan bermain hape dan menonton tv. Dan tak disangka aku
dapat peringkat 3 besar. Peringkat 1-nya yang pintar plus rajin tadi, dan peringkat 2-nya yang pintar
bahasa inggris tadi. Aku langsung saja memilih STM ADB sebagai destinasi sekolahku, mungkin kalau
nemnya kecil aku bakal yang dekat dari rumah saja.

Aku disekolahkan oleh kakakku. Dia berjualan jiga di bogor. Maklum saja, desaku terkenal dengan
orang-orangnya yang kebanyakan merantau ke luarkota buat berjualan, pantas saja rumah-rumah
didesaku yang meski di pelosok tapi bagus-bagus. Dukih pelosok dekat dengan hutan tapi orangbya
punya materi. Cukup mengherankan bagi orang luar desa. Kakakku membiayaiku sejak SMP. Itu juga
dibantu sama ibuku.

Pas SMP aku sering ditinggal ibu merantau, aku hanya sendirian dirumah. Pekerjaan rumah aku
lakukan sendirian, kecuali masak. Jika mau makan harus kerumah bibiku dulu. Alasan aku tidak
menginap saja dibibi adalah karena takut merepotkannya. Biasanya ibu disana 1-2 bulan sekali,
sangat lama bagiku. Ketika dirumah aku hanya sendirian, tidirpun sendirian tanpa teman. Tapi ya,
kadang segerombolan temanku meminta menginap saat akhir pekan. Mau tidak mau aku izinkan.
Alhasil rumahku seketika jadi bank sampah.

Aku tidak begitu suka olahraga, apalagi voli. Aku lebih suka tenis meja yang tidak begitu menguras
tenaga. Main bola pun todak akan kuat lama-lama karena fisikku gak kuat. Dan aku sifatnya tidak
suka dengan hal yang merepotkan.

Hobiku musiman. Pernah hobi membaca, hobi bikin puisi, hobi nontin film, hobi nonton anime, hobi
nyanyi dll. Oleh karena itu aku sulit mengunggkapkan hobiku pada orang lain karena hobiku
musiman. Kalo sekarang entah hobiku apa. Aku orangnya mudah bosen kalo masalah hobi. Jadi ya,
hobiku dapat dengan mudahnya bergonta-ganti.

Di rumah aku punya seekor kucing, hanya kucing kampung biasa sih. Sejak kecil aku sudah sangat
suka dengan kucing. Entah bagaimana mereka bisa seimut itu. Saat aku dijalan pun ketika melihat
kucin, spontan tangan ini langsung mengelusnya. Dengan mengeludnya aku mendapat sebuah
kepuasan tersendiri. Tak memandang rasa seekor kucing, mereka tetaplah kucing yang imut.
Aku sekolah di SMK ADB bersama 2 orang temanku. Yang satunya sudah kukenal saat SMP, dan yang
satunya baru kenal baru-baru ini. Kehidupan dikosan bisa dibilang lumayan menyenangkan. Itu
karena banyak teman yang aku kenal. Tetapi makanan disini itu-itu aja. Berbeda dengan dirumah
yang bisa request sesuka hati kepada ibu.

Toilet disini ada 4. 2 untuk mandi dan 2 untuk buang air. Kalo mandi biasanya ngantrk. Sore orang-
orang pada mandi antara jam 5-7, dan pagi jam 5.30-6 lebih. Solat 5 waktu dilakukan di kamar kos.
Di sini susah kalo cari makan pas malam karena biasanya warung-warung sudah pada tutup. Satu
opsi yang harus ditempub adalah ke indomaret yang berjarak 300 meter dari kosan. Jalan kaki ke
indomaret Cuma buat beli suatu barang.

Aku punya satu kakak perempuan, dia sekatang berumur 27 tahun. Umurnya terlampau jauh
denganku. Sifat dia tegas tapi sangat baik. Berbeda dengan ibuku yang lembut. Sering kakak
memarahiku walau hanya satu kesalahan kecil saja. Itu tujuannya baik, agar aku disiplin. Dan
sekarang dialah yang jadi tulang-punggung keluarga. Sekolahku bergantung padanya. Mungkin
cukup segini biografiku. Sekian, terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai