Nama saya Vincentius Yosep Anas Kristiono , tapi nama saya di ijasah
dan KTP hanya tertuliskan Anas Kristiono. Untuk memudahkan mengingat
dan memanggil nya dan juga setelah baptis nama baptisku tidak dituliskan
ketika mengurus akta kelahiran. Dirumah saya dipanggil dengan nama
YONO, nama jawa yang familiar. Di hari Minggu pada 13 September 1986
tubuhku keluar dari perut ibuku. Saya adalah si bungsu dari keenam
bersaudara. Si bungsu yang bernasib berbeda dari kakak-
kakaknya.Kelahiran saya sering dianggap lahir di tanggal yang kurang
baik.Sedikit terbukti bahwa saudara saudara saya lahir di bidan atau rumah
sakit. Sedangkan saya lahir di dalam rumah itu sendiri dibantu nenek yang
saat itu menjabat sebagai pakar pijat bayi. Menurut mitos angka 13 itu
adalah angka sial, nyatanya tidak. Bagi saya itu adalah hari terbaik, bukan
hari sial seperti orang – orang bercerita, karena saya lahir sempurna, dan ibu
saya juga sehat sampai sekarang.
Waktu saya masih bayi, tak banyak memori yang saya ingat.Yang saya
ingat adalah orang tua saya sangat menyayangi saya sampai aku seumur ini. Cerita
dari kedua orang tua bisa menjadi suatu semangatku untuk menjalani hidup.
Betapa banyak upaya orangtua saya yang dilakukan untuk membesarkan
keenam anaknya. Jika aku dilahirkan berbeda maka nasibku juga berbeda
dengan saudara saudariku. Saya lahir bukan di masa sesulit kakak – kakak
tercinta. Jika dahulu mereka harus berpuasa, makan nasi dengan garam, lauk
hanya kerupuk dan kecap, dan masih banyak kesengsaraan yang mereka
rasakan, saya terlahir di jaman yang sudah sedikit ada perkembangan. Tapi
pernah juga merasakan namanya Nasi Krawu (nasi hangat dan kelapa parut di
beri sedikt garam). Pernah juga merasakan makan nasi kecap dan kerupuk. Tapi
itu sudah menjadi kenikmatan sendiri. Hal ini menanamkan kesederhanaan diri,
dan tidak memaksakan diri terhadap suatu keadaan.Gaya hidup sederhana
seperti ini saya bawa sampai besar. Sehingga ketika sedang tidak punya uang
atau gaji menipis cukup makan dengan seadanya saja. Tak harus memaksakan
untuk mengadakan yang bersifat mewah.
Tahun 1990 saya masuk Taman Kanak – kanak (TK) , pertama kali saya
mulai jenjang pendidikan di TK Trisula. Saya sangat senang sekali bersekolah
dulu, karena saya termasuk orang yang pendiam saat itu. Dan sedikit ketuaan
untuk umur anak TK. Karena dianggap bisa, beberapa hari pun saya dipindah
di Kelas besar.
Tahun 1991 saya mulai memasuki jenjang sekolah dasar. Saya sekolah di
SDN 5 Sananwetan Blitar. Sekarang sudah tidak ada sekolahannya. Karena saya
cukup pendiam dan dianggap kutu buku. Di masa - masa SD saya sering sekali
mendapat peringkat kelas, 1 – 2 – 3 , tidak pernah tidak dapat. Padahal saya
mengikuti bimbingan belajar apapun. Maklum orangtua hanya bekerja sebagai
buruh. Tidak kuat untuk membayar guru les. Dimasa – masa saya SD banyak hal
yang saya lewati, dari mulai jaman nya bermain Uthet, lengyu, ndhog
endhogan, jamuran (Permainan jawa tradisional) dimana kami berkumpul
bermain, tertawa bersama. Punya banyak teman sehingga merasa tidak
kesepian. Saya juga masih mengalami jaman disaat permainan tradisional masih
sangat populer , dari mulai main ‘benteng’ , ‘gerobak sodor’, ‘kelereng’, ‘petak
umpet’, sampai ‘layang – layangan’ dan lain – lainnya (coba anak jaman sekarang,
pasti sudah main Mobil Legend). Saya juga pernah ikut beberapa kompetisi,
walaupun tidak juara, tapi saya pernah loh ketemu Kak Ria Enes dan Boneka
Susan di Alon alon kota Blitar. Yang menginspirasi saya untuk mengajar anak anak
dan menggunakan metode Kak Ria. Namun ada satu pelajaran yang tidak aku
suka, saya rasa semua orang juga merasakannya. Yaitu Matematika. Sulit untuk
mendapatkan nilai seratus. Tapi Bahasa Indonesia, PMP, dan PSPB,(yang tahu
kepanjangan pelajaran ini berarti seangkatan) jangan ditanya. Pastilah dapat
seratus
“Terlalu manis untuk dilupakan, walau kita memang tak saling
cinta takkan terjadi”. Adalah sebuah lirik lagu dari sebuah band SLANK
yang menumbuhkan minatku di bidang seni suara. Aku mulai bernyanyi
menirukan lagu lagu mereka. Yang pada akhirnya mengantarkanku untuk
mau belajar alat musik gitar. Di SD juga saya banyak sekali mendapat kan
temen bahkan bisa di bilang seperti saudara sendiri , seperti Veri, Yudha,
Davi, Yoyon, Margono dan banyak lagi. Kalau di sebutkan mungkin tidak
cukup jumlah char di ms.word. Mereka yang mengisi hari – hariku bersama
canda tawa mereka. Teman – teman , sahabat, bahkan kekasih (Rachel dan
Lusi). Hanya mengidolakan saja sih.
Di SMK juga pernah ada kejadian yang menurut saya paling gokil (bolos
satu kelas) di tingkat 11, atau kelas XI. Kami satu kelas tidak masuk kelas.
Guru mata pelajaran Agama berkeliling mencari kami. Alhasil dilaporkan pada
wali kelas kami. Esoknya kami dihukum lepas baju dan disuruh berlali keliling
lapangan 20 kali. Betapa malunya kami. Saya juga sering tidak masuk sekolah
karena malas dikarenakan ada jam masuk siang untuk praktek sekolah, tidak
jauh sih perjalanan dari rumah ke sekolah lebih tepat nya 5 menit dengan
berjalan. Ya maklumlah kenakalan remaja kami. Selain itu di kelas juga ada
premannya (anak yang berkuasa dan sok jago). Kalo gak ikut bolos akan
dikeroyok. Sedangkan saya adalah anggota osis. jadi malunya double.
Di masa SMA adalah masa dimana saya mulai mengenal
multikulturalisme, dan tertarik akan yang nama nya ‘PERBEDAAN’ , karena
sesuatu yang berbeda itu indah dan saling melengkapi. Banyak sekali yang
saya pelajari dari berbagai macam orang- orang yang saya kenal, dengan
berbagai macam perbedaan nya. Pesan saya buat yang baca ini “Selama
manusia tidak bisa menerima perbedaan, maka selama itu juga
manusia akan selalu berperang”.
Dari semua perjalanan hidup yang saya alami, beberapa hal saya
simpulkan dan saya gunakan sebagai acuan hidup menuju kehidupan
yang lebih baik. Pertama bahwa hidup bukanlah suatu kebetulan namun
sudah diatur oleh maha penyelenggara kehidupan. Dimanapun tempat
kita berada adalah semua karena campur tangan Tuhan. Tiada tuhan
tiada kita manusia. Kedua ora Et labora (Berdoa dan bekerjalah) dimana
sekeras apapun usaha kita jika tanpa penyertaan Tuhan semua tidak akan
terjadi. Tuhanlah yang berhak memberikan jalan kita selanjutnya. Ketiga,
bahagia itu hanya sebuah pengertian saja. Kita bisa menciptakan bahagia
kita sendiri yaitu dengan berserah dan bersyukur atas segala anugerah
yang sudah diberikan kepada kita. Kita diciptakan agar saling melengkapi
satu sama lain. Maka hiduplah dengan melakukan semua kebaikan bukan
hanya ingin bisa tenar namun benar benar bisa bermanfaat dan menjadi
berkat untuk sekitar. Salam semangat dari saya