Hidup di Bumi Namaku Nengah Verdiana Putra, biasa dipanggil Edok. Edok merupakan panggilan yang nenekku berikan padaku lantaran diriku yang selalu membawa gayung (cedok). Lahir pada tanggal 26 Mei 2005 di Singaraja, Bali. Rumah Sakit Kertha Usada merupakan rumah sakit tempat ibuku bersalin. Masa kecilku tidak jauh beda dengan anak-anak kecil yang lainnya, artinya normal, tidak lain dari yang lain. Saat aku masih bayi, diriku di asuh oleh nenek dari ibuku, beliau sangat sayang kepadaku. Saat itu aku menjadi suatu prioritas bagi dirinya. Beranjak pada umur 2-3 tahun diriku sudah mulai berkembang, usia dimana aku baru bisa berbicara. Momen yang sangat mengarukan bagi kedua orang tuaku melihat anaknya berkembang di depan mata mereka. Pada saat aku mulai bisa berbicara. Nenekku menceritakan momen lucu saat aku baru bisa berbicara “Dulu waktu kamu baru bisa bicara, kamu pasti selalu mengawali dengan kata “mbek” jadi “mbek ayah” atau “mbek ibu”.” aku sendiripun tidak tahu apa sebabnya, mungkin karena dengar dari suara kambing dibelakang rumah bapak, hal inipun masih menjadi pertanyaan dalam hidupku. Setelah aku berumur 4 tahun, aku masuk sekolah TK (Tama Kanak-kanak), waktu TK aku menjadi anak yang sangat pendiam dan selalu mengalah, dan waktu TK aku sangat senang dengan pelajaran menggambar. Pada masa-masa TK aku merasa diriku sudah mandiri saat itu, hal ini bisa aku katakan karena saat itu aku berangkat dari rumah ke TK sendiri tanpa diantar orang tua seperti anak-anak lainnya. Pada masa TK diriku tidak pernah menangis seperti teman- temanku yang lainnya dan hal ini merupakan suatu kebanggan bagiku. Setelah melewati masa-masa TK, saya lanjut ke SD (Sekolah Dasar) pada umur 6 tahun, waktu itu aku sudah bisa membaca, jadi pada saat pelajaran membaca, aku tidak pernah disuruh maju kedepan kelas untuk membaca seperti teman-teman yang lainnya. Terdapat kenangan lucu yang tidak bisa aku lupakan, perlakuan guru yang tidak pernah memberiku kesempatan untuk maju .membaca saat itu membuat diriku salah sangka pada guruku, aku mengira kalau guruku tidak menganggap aku ada, sampai pada akhirnya diriku waktu itu tidak mau sekolah lagi. Ketika aku berumur 10 tahun atau pada saat kelas 4 SD, aku sering memperhatikan sepupuku yang sedang membuat lukisan kanvas, diriku selalu memperhatikan dan selalu bertanya tanya apa nama alat yang sedang dipegangnya, apa fungsinya, hingga aku merasa sangat ingin untuk mencoba membuat lukisan kanvas dan akhirnya aku diajarkan oleh sepupuku pada kelas 1 SMP (Sekolah Menengah Pertama) untuk membuat lukisan kanvas sampai akhirnya aku bisa membuat lukisanku sendiri. Kegemaranku dalam menggambar merupakan kemampuan dasar yang mempermudahku dalam melukis kanvas. Umurku saat itu menginjak umur 12 tahun, aku memulai perjalanan baru di SMP (Sekolah Menengah Pertama), aku bersekolah di SMP N 1 Gianyar. Sekolah yang paling bergengsi di daerahku. Aku sangat bersyukur dapat bersekolah dan diterima di SMP N 1 Gianyar, disini aku dapat bertemu teman teman baru dan dapat mengebangkan bakat-bakat yang tidak dapat aku kembangkan saat SD. Disini aku menemukan hobby baru yaitu bermain bola voli Pada saat saya kelas 2 SMP (Sekolah Menengah Pertama) saya semakin tertarik dengan olahraga voli, hal ini dikarena aku yang melihat sepupuku aktif pada perlombaan voli, kebetulan sepupuku juga lumayan pintar dalam bidang olahraga, akupun mulai banyak bertanya-tanya tentang olahraga ini kepada beliau sampai saat ini. Pada saat kelas 3 SMP diriku agak bingung untuk melanjutkan ke sekolah mana yang seharusnya aku pilih karena saat itu aku sangat disibukan oleh perlombaan voli di daerahku saat itu yang merupakan lomba untuk mencari para pemain muda untuk dikembangkan bakatnya oleh negara. Namun pada saat itu aku memutuskan untuk tetap sekolah dan memilih untuk tetap mengikuti ujian masuk Sekolah Menengah Atas. SMA N 1 Gianyar, merupakan sekolah bergensi tempat aku bersekolah hingga saat ini. Walaupun pada akhirnya aku harus merelakan seleksi voli yang ada. Namun disini aku bertemu banyak teman baru, kenangan baru dan belajar bersosial. Saat-saat SMA yang dinyatakan masa- masa paling menyenangkan menurutku memang benar adanya. Disini kamu berkembang dan tumbuh bersama, solidaritas yang tumbuh bersama. Hingga saat ini aku tidak menyesali keputusan yang aku buat, karena sejatinya setiap kesusksesan pasti ada pengorbanan. Syukurilah kehidupan kita saat ini, dibalik sulitnya keadaan yang diberikan pasti ada hikmah dibaliknya. Akhir kata aku ucapkan terimakasih kepada kalian yang telah membaca novel karanganku ini.