Anda di halaman 1dari 3

Memulai hidup yang lebih baik

Namaku Muhammad Nabil Athallah. Aku lebih sering dipanggil Nabil.


Aku dilahirkan pada tanggal 25 april tahun 2002. Aku anak pertama dari empat
bersaudara. Aku memiliki 3 adik, dua laki laki dan satu perempuan yang bernama
Zaki, Rafli, dan Syasya. Aku, Zaki, dan Rafli memiliki jarak umur yang sangat dekat,
yaitu hanya berbeda setahun saja, sedangkan memiliki umur yag lumayan jauh yaitu
berbeda tujuh tahun denganku.

Aku menginjak Taman Kanak Kanak(TK) pada umur 4 tahun, aku


bersekolah TK AL-AZHAR Pontianak. Pada saat itu aku adalah anak yang sangat
ceria. Disana aku menemukan banyak teman yang seumuran denganku, dan aku
sangat senang. Aku memiliki teman bernama Habibie yang sampai sekarang selalu
satu sekolah denganku. dua tahun kemudian, aku memasuki Sekolah Dasar(SD). Aku
bersekolah di SD Islam AL-AZHAR 21 Pontianak. Pada saat kelas satu ibuku sangat
bangga kepadaku karena aku mendapat ranking ketiga dikelas, pada saat itu, aku
merupakan satu diantara murid terajin dikelas. Oleh karena itu, aku bisa mendapat
ranking ketiga. Saat naik kelas dua SD, aku mulai malas belajar, dan aku lebih suka
bermain daripada belajar sehingga nilaiku menurun drastis. Naik ke kelas tiga, aku
mulai tidak pernah belajar, dan yang kulakukan hanyalah bermain futsal. Pada saat itu
aku sangat suka bermain futsal sehingga aku tidak mementingkan pelajaran yang
padahal sangatlah penting bagiku. Naik ke kelas empat SD, aku mulai melakukan hal-
hal nakal seperti keluar saat jam pelajaran, mengganggu teman-temanku, dan saat itu
aku tidak pernah belajar lagi, bahkan aku jarang membawa buku. Pada saat aku kelas
lima SD, kelasku berisikan anak-anak futsal, dan kami sangat sering memenangkan
pertandingan futsal antar kelas, bahkan kami sering melakukan pertandingan bersama
orang yang lebih tua diatas kami.

Suatu saat ada seleksi futsal untuk berangkat ke luar kota dan akupun lolos
saat seleksi. Akupun dipercaya sekolah untuk berangkat ke Cibubur pada saat itu
Walaupun kami tidak memenangkan pertadingan tersebut. Tetapi, kami mendapat
pengalaman yang sangatlah banyak. Pada saat naik ke kelas enam, aku bersama tim
futsal sekolahku sering memenangkan pertadingan yang ada dikotaku, yaitu
Pontianak disitulah aku belajar bahwa kekalahan bukanlah akhir dari segalanya,
karena dibalik suatu kegagalan pasti ada hikmahnya.

Pada saat aku naik ke bangku Sekolah Menengah Pertama(SMP) aku di


terima di SMP NEGERI 10 Pontianak. Disana aku bertemu berbagai macam teman.
Awalnya aku tidak terbiasa, karena saat aku SD aku bisa dibilang bersekolah
disekolah yang elit yang mayoritas anaknya merupakan anak dari orang-orang tinggi
dipemerintahan. Pada saat SMP aku belajar bahwa tuhan menciptakan kita berbeda-
beda macam. Ada yang kaya, ada yang miskin, ada yang pintar, ada yang malas
belajar, ada yang baik, ada yang jahat dan macam macam lainnya tetapi semua itu
tergantung kita menyikapinya. Pada saat aku naik ke Sekolah Menangah Atas(SMA),
aku diterima di SMA NEGERI 1 Pontianak. Pada saat awal masuk sekolah saya
ingin mencari sesuatu yang tidak saya temukan pada saat saya SMP. Sehingga saya
memutuskan untuk mengikuti organisasi-organisasi yang ada disekolah untuk
menambah pengalaman saya untuk bekal saya saat saya berkuliah. Ya mungkin saya
bukan mungkin murid yang pintar disekolah tetapi itu bukanlah beban bagi pribadi
saya, karena bagi saya kunci sukses itu bukan hanyalah pintar, tetapi adalah
bagaimana cara kita bisa menanggapi masalah yang kita hadapi untuk kedepannya
karena untuk menjadi orang sukses kita melewati berbagai rintangan oleh karena itu
saya sangat bersyukur mendapat banyak sekali berbagai macam masalah saat dimasa
SMA ini,

saya sekarang sudah menginjak kelas 3 SMA saya mulai berpikir bahwa
ilmu pelajaran sangat penting karena jika hanya kita mengandalkan mental dan bisa
berbicara kita akan menjadi tong kosong nyaring bunyinya, jadi sekarang saya mulai
merubah kehidupan saya, pola pikir saya, dan saya juga ingin meminta maaf kepada
guru yang sering memarahi saya. Aku pun tau alasan mereka memarahiku. Mereka
memarahiku bukan karena mereka membenciku, tetapi karena mereka sayang, peduli,
dan ingin aku menjadi lebih baik buat kedepannya. Terima kasih kepada bapak ibu
guru karena selalu peduli kepadaku, dan semoga aku bisa membanggakan kalian
kelak nanti.

Anda mungkin juga menyukai