Anda di halaman 1dari 3

Mutiara Dwi Lathifahtul Ulyaa adalah nama yang diberikan oleh kedua

orang tua saya dengan harap saya dapat menjadi perempuan yang berharga serta
lembut dan baik hati. Biasanya, orang-orang memanggil saya Tiara. Saya lahir di
kota yang dijuluki “Butta Panrita Lopi” yakni Bulukumba, bertepatan dengan
peringatan hari Kesaktian Pancasila yakni 1 Oktober 2005. Saya anak bungsu dari
2 bersaudara. Sejak kecil, keinginan saya untuk mengeksplor berbagai hal
membawa saya menjadi pribadi yang aktif dan ambisius. Salah satu cara yang
ditanamkan orang tua saya sejak kecil dalam mengembangkan diri yakni dengan
membaca buku. Kesadaran akan pentingnya membaca membawa Tiara kecil
hidup dan menjadikan buku sebagai teman. Oleh karena itu, saya sangat gemar
membaca buku, baik itu buku pelajaran, buku cerita, ensiklopedia serta buku-
buku menarik lainnya.
Saat di bangku SD, saya tergolong anak yang suka bersosialisasi. Saya juga
selalu aktif dalam kegiatan belajar-mengajar di dalam kelas. Oleh karena itu, saya
tidak pernah absen menjadi juara 1 umum berturut-turut. Sejak kelas 2 SD, guru
saya sudah mengarahkan untuk mengikuti lomba di bidang yang saya minati.
Adanya arahan sekaligus dukungan tersebut membuat saya akhirnya dapat
memberanikan diri untuk turut berkontribusi kegiatan-kegiatan non akademik
seperti lomba-lomba baik itu dalam bidang sains maupun keagamaan. Lomba
pertama kali saya ikuti yakni Lomba Menulis dan saya sangat bersyukur karena
membawa pulang Juara 1. Sejak saat itu, saya mulai diikutkan dalam berbagai
lomba di bidang lainnya seperti Cerdas Cermat Ilmu Pengetahuan umum, Pentas
PAI, Olimpiade Sains dan masih banyak lagi lomba-lomba lainnya.
Tibalah masanya, saya harus melanjutkan pendidikan saya ke jenjang
selanjutnya yakni Sekolah Menengah Pertama. Saya memilih untuk mendaftar di
sekolah yang yang juga berseberangan dengan sekolah saya sebelumnya dan
jaraknya juga cukup dekat dari tempat tinggal saya. Masa-masa SMP saya adalah
masa-masa yang sangat tidak ingin saya lupakan. Selain mengikuti berbagai
lomba, sejak SMP saya juga mulai aktif di berbagai organisasi seperti OSIS dan
ekstrakurikuler Pramuka. Sejak saat itu, saya mulai jarang berada di rumah,
bahkan waktu saya di sekolah bisa dihitung lebih lama dibandingkan waktu yang
saya habiskan di rumah. Di ekstrakurikuler Pramuka juga saya bertemu banyak
teman-teman yang sangat menginspirasi saya.
Saya bertemu banyak orang dengan berbagai pengalamannya yang sangat
menginspirasi. Tidak hanya itu, saya banyak belajar mengenai pengetahuan lain
yang tidak saya dapatkan di sekolah. Salah satunya yaitu saya mendapati seorang
kakak senior yang sangat cerdas, dia mengajari saya banyak hal, bahkan saya
sempat berguru padanya mengenai filsafat yang banyak membuka pikiran saya,
serta mengajarkan saya untuk bermain alat musik. Saya sangat bersyukur bisa
bertemu dengan orang tersebut. Kini, ia masih tetap menginspirasi saya dengan
quotesnya “Belajarlah, belajarlah, belajarlah” yang memotivasi saya untuk tak
pernah berhenti belajar hingga saat ini.
Walaupun saya aktif di berbagai organisasi saat SMP, saya tidak melupakan
kewajiban saya sebagai pelajar. Saya tetap mengimbanginya dengan mengerjakan
tugas sekolah saya dengan tepat waktu serta saya juga tetap aktif di dalam kelas
ketika proses belajar mengajar (PBM). Hingga kelas 9 SMP, saya masih
memegang penghargaan sebagai siswa berprestasi Juara 1 Umum selama 3 tahun
berturut-turut.
Hal yang paling saya sayangkan adalah ketika masa-masa akhir semester
genap kelas 9 SMP, sebab saya dipertemukan dengan pandemi Covid-19. Bahkan,
saya tidak dapat melakukan ujian akhir sekolah sebagaimana mestinya. Segala
persiapan saya dan teman-teman saya untuk mengakhiri masa-masa SMP pun
terasa sia-sia. Baik itu upacara terakhir ataupun acara perpisahan hanya tinggal
angan-angan saja, padahal kami sudah banyak melakukan persiapan itu sejak jauh
hari. Namun, apalah daya pandemi tidak menyetujui kami. Alhasil, saya dan
teman-teman menghabiskan masa-masa akhir SMP di rumah saja. Tak lama
kemudian, tibalah saatnya pendaftaran peserta didik baru. Beberapa bulan yang
saya lewati di rumah saja begitu cepat berlalu. Sudah tiba saatnya untuk saya
melanjutkan pendidikan saya di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA).
Kemudian, muncul sebuah dilema ketika saya ingin melanjutkan jenjang
pendidikan ke SMA. Sebenarnya, saya sudah berencana untuk memilih sekolah
yang akan saya daftari nantinya sejak kelas 2 SMP yakni di sekolah yang juga
dekat dari tempat tinggal saya. Namun, saya tiba-tiba menjadi bimbang sebab
seorang teman saya merekomendasikan untuk mendaftar juga di sekolah unggulan
yakni di SMAN 5 Gowa yang merupakan boarding school. Selain itu, sepupu
saya yang berprofesi sebagai guru juga turut merekomendasikan saya untuk
bersekolah di sana. Sejak saat itu, saya mulai banyak mencari info-info mengenai
SMAN 5 Gowa. Saya pun mulai tertarik pada sekolah tersebut.
Sebenarnya, ibu saya tidak menghendaki saya untuk bersekolah asrama.
Untungnya, sepupu saya membujuknya agar memberikan saya kesempatan untuk
bisa bersekolah di sana. Akhirnya, setelah berbagai pertimbangan saya pun
mencoba untuk mendaftar di sana. Namun, setelah dibujuk beberapa kali Tak
lupa, saya menyiapkan untuk pendaftaran di sekolah yang sebelumnya saya pilih
andai-andai saya tidak lulus di SMAN 5 Gowa. Beberapa hari setelah pendaftaran,
tibalah hari pengumuman. Ternyata saya berada pada urut pertama di daftar
siswa/siswi yang lulus di SMAN 5 Gowa.
Sebulan setelah pendaftaran, mulailah pembelajaran daring (online school).
Masa ini sungguh berbeda dengan yang saya jalani sebelumnya. Mulai dari
berkenalan dengan teman-teman dari berbagai daerah dan guru-guru yang hingga
saat ini bahkan belum pernah saya temui sekalipun. Kehidupan yang sangat
berbeda saat saya SMP di mana saya selalu keluar rumah dan bersosialisasi
dengan orang-orang sekitar tetapi kini saya hanya bisa berkenalan secara tak
langsung dengan orang lain menggunakan aplikasi di smartphone.
Sejak tinggal di rumah saja berbulan-bulan dan bahkan sudah setahun
lamanya, banyak sekali hal dalam hidup saya yang berubah. Kini, saya mulai tidak
terbiasa bersosialisasi dengan orang lain. Ketika saya belajar pun terasa tidak
efektif dengan tidak bertemu dan belajar tatap muka atau secara langsung dengan
guru. Komunikasi terhadap sesama juga mulai berkurang.
Saya merasa pembelajaran daring seperti sekarang ini sangatlah tidak
efektif. Selama bersekolah secara daring, terkadang saya merasa bosan atau
bahkan bermalas-malasan. Belum lagi, jika terkendala jaringan saat sedang
bertemu secara virtual menggunakan platform Zoom Meeting atau Google Meet
bersama guru ketika sedang proses belajar mengajar (PBM) sangat mengganggu
fokus kita saat belajar. Hal ini seringkali menjadi alasan mengapa siswa tidak
mengerti saat guru menjelaskan materi. Namun, saya mengatasi hal ini dengan
mengikuti berbagai les online dan menggunakan aplikasi belajar online yang
menunjang belajar saya sehingga tidak tergantung pada penjelasan guru saja.
Namun, sisi positif yang saya dapatkan selama pandemi ini ialah saya
mampu menghabiskan lebih banyak waktu dengan keluarga di rumah. Kini, saya
pun mendapatkan waktu istrahat lebih banyak daripada saat masa SMP sebelum
pandemi karena kegiatan yang saya ikuti sekarang tidak sepadat dahulu. Meskipun
banyak hal yang selalu membuat saya mengeluh karena jenuh berada di rumah
saja, saya sangat bersyukur memiliki keluarga yang selalu menyemangati dan
mendukung saya.

Anda mungkin juga menyukai