Anda di halaman 1dari 2

Pengulas : Fatma Nisauzzahra S.

Kelas : 8E

Identitas Buku
Judul : Candala
Pengarang : Panglimakun
Penerbit : Snowball Publishing
Tahun Terbit : Januari 2023 (cetakan pertama)
Tebal Halaman : 290 halaman

Candala adalah buku yang ditulis oleh Kun atau dikenal sebagai Panglimakun, penulis
amatir yang merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara yang mempunyai hobi menulis.
Novel yang berjudul Candala ini adalah buku kedua setelah buku pertamanya yang berjudul
Dirgantara yang telah berhasil ditulis dan terbit dalam bentuk fisik.

Novel ini menceritakan perjalanan hidup tokoh Randika Putri Aditya dengan nama
panggilannya Ran. Ia mempunyai Short term memory loss syndrome atau disebut juga
Sindrom Dory yang membuatnya susah untuk mengingat sesuatu. Ran adalah anak terakhir
yang dibenci ayahnya yang bernama Joel dan diperlakukan dengan kasar serta tidak pernah
diharapkan kehadirannya, ia juga pernah dibenci oleh kedua abangnya, yaitu Maraka dan
Hazel. Ran hanya mempunyai diri sendiri untuk bertahan. Aurel Amanda, gadis yang baru
dikenal Ran beberapa bulan yang lalu itu adalah pacar Maraka, namun Ran sudah
menganggap Aurel sebagiai kakaknya, begitupun sebaliknya. Bisa dibilang Ran lebih dekat
dengan Aurel daripada dengan Maraka.
Menjadi anak terakhir ternyata tidak seindah yang orang-orang bicarakan. Bagi
seorang gadis bernama Randika Putri Aditya, menjadi anak terakhir sangatlah tidak
mengenakkan dan sangat tidak mudah dijalani hari-harinya. Angan-angan akan dimanja,
disayang, benar-benar hanya angan-angan bagi Ran. Pada kenyataannya ia harus menghadapi
kebencian, amarah dari ayah beserta kedua abangnya.

Semua bermula dari ibu mereka yang memilih untuk pergi karena satu alasan, yang Ran
dan kedua abangnya pun tidak tahu, bahkan mereka tidak tau ibu mereka pergi untuk kembali
atau pergi untuk selamanya. Siapa sangka kepergian sosok ibu beserta istri di keluarga itu,
menjadi pemicu munculnya sebuah perasaan benci yang tiada ujungnya.

Hingga hari itu tiba, hari dimana Ran, anak terakhir yang sudah sangat lelah dengan
semua perlakuan yang ia terima dari ayah dan kedua abangnya. Gadis itu memilih untuk
pergi mencari sang ibu yang menjadi alasan semuanya terjadi, berharap dengan kembalinya
sosok ibu di keluarganya, akan membuat kebencian yang ada sirna, dan berubah menjadi
sebuah kehangatan.

Sayangnya, semua hancur, tidak seperti yang ia perkirakan, sebuah alasan kepergian
sang ibu terkuak. Dan apa mungkin setelah semuanya terkuak, keadaan yang telah hancur itu
membaik dan merubah kebencian menjadi kehangatan?

Namun, satu hal yang ingin anak terakhir itu sampaikan kepada sang ayah, sembari
menatap mata yang penuh kebencian itu. Ia sangat ingin menyampaikan bahwa, “Ayah, jadi
anak terakhir itu nggak enak.”

Novel ini menggunakan pendekatan dengan gaya bahasanya yang ringan sehingga
mudah dibaca oleh para remaja, jalan ceritanya pun mudah dipahami, sangat bagus dan cocok
dibaca oleh semua kalangan kecuali anak-anak dikarenakan banyaknya kekerasan yang
dilakukan oleh tokoh ayah Ran.

Anda mungkin juga menyukai