Anda di halaman 1dari 36

UJIAN PRAKTIK

BAHASA INDONESIA

Disusun oleh :
DINDA PUTRI HARIYANTI
16/XII IPA 3

SMA NEGERI 1 KLATEN


TAHUN PELAJARAN 2017/2018

I
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................i

DAFTAR ISI .......................................................................................................ii

ASPEK KEBAHASAAN ....................................................................................1


A. Bagan Resensi...........................................................................................2
B. Pengertin Resensi......................................................................................3
C. Tujuan Resensi .........................................................................................4
D. Manfaat Resensi .......................................................................................4
E. Jenis Resensi ............................................................................................5
F. Unsur Resensi ..........................................................................................5
G. Langkah Membuat Resensi ......................................................................6
H. Perbedaan Resensi, Kritik Sastra dan Sinopsis ........................................7
I. Contoh Resensi ........................................................................................8
J. Analisis Resensi .....................................................................................10

ASPEK KESASTRAAN....................................................................................14
A. Pengertian Hikayat .................................................................................15
B. Ciri-Ciri Hikayat.....................................................................................15
C. Ciri Kebahasaan Hikayat .......................................................................16
D. Jenis- Jenis Hikayat ................................................................................16
E. Unsur-Unsur Hikayat .............................................................................18
F. PERBEDAAN Hikayat, Novel dan Roman ...........................................23
G. Contoh Hikayat ......................................................................................25
H. Analisis Hikayat .....................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................34


ii
ASPEK KEBAHASAAN

iii
RESENSI

A. Bagan Resensi
DRAMA

FIKSI FILM

NOVEL
TERTULIS

NON FIKSI BIOGRAFI


RESENSI
BUKU SAINS

TIDAK TERTULIS DLL

LUKISAN PATUNG

iv
B. Pengertian Resensi
1. Menurut Etimologi
Secara etimologi, resensi berasal dari bahasa Latin, yaitu dari
kata kerja revidere atau recensere. Artinya melihat kembali, menimbang,
atau menilai. Arti yang sama untuk istilah itu dalam bahasa Belanda
dikenal dengan recensie, sedangkan dalam bahasa Inggris dikenal
dengan istilah review. Tiga istilah itu mengacu pada hal yang sama,
yakni mengulas buku. Tindakan meresensi dapat berarti memberikan
penilaian, mengungkap kembali isi buku, membahas, atau mengkritik
buku. Dengan pengertian yang cukup luas itu, maksud ditulisnya resensi
buku tentu menginformasikan isi buku kepada masyarakat luas.
2. Menurut KBBI
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonsia, resensi yaitu sebagai
suatu pertimbangan atau pembicaraan tentang buku dan sebagainya.
Secara garis besar resensi diartikan yaitu sebagai kegiatan untuk
mengulas atau menilai suatu hasil karya baik itu berupa buku, novel,
ataupun film dengan cara dalam memaparkan data-data, sinopsis, dan
kritikan terhadap suatu karya tersebut.
3. Menurut Para Ahli
a) Menurut WJS. Poerwadarminta (dalam Romli, 2003:75)
Resensi ialah sebagai suatu pertimbangan atau perbincangan
tentang sebuah buku yang menilai kelebihan atau kekurangan buku
tersebut, menarik-tidaknya tema dan isi buku, kritikan, dan memberi
suatu dorongan kepada khalayak tentang perlu tidaknya buku
tersebut dibaca dan dipunyai atau dibeli. Perbincangan buku tersebut
dimuat di surat kabar atau majalah.

b) Menurut Panuti Sudjiman (1984)

v
Resensi ialah suatu hasil pembahasan dan penilaian yang
pendek tentang suatu karya tulis. Konteks ini memberikan arti
penilaian, mengungkap secara sekilas, membahas, atau mengkritik
buku.
c) Menurut Saryono (1997:56)
Resensi ialah sebagai suatu tulisan berupa esai dan bukan
merupakan bagian sebuah ulasan yang lebih besar mengenai sebuah
buku. Isinya yaitu laporan, ulasan, dan pertimbangan baik-buruknya,
kuat-lemahnya, bermanfaat-tidaknya , benar-salahnya, argumentatif-
tidaknya buku tersebut. Tulisan tersebut didukung dengan suatu
ilustrasi buku yang diresensi, baik berupa foto buku atau foto copi
sampul buku.

C. Tujuan Resensi
1. Membantu pembaca mengetahui gambaran dan penilaian umum dari
sebuah buku atau hasil karya lainnya secara ringkas.
2. Mengetahui kelebihan dan kelemahan buku yang diresensi.
3. Mengetahui latar belakang dan alasan buku tersebut diterbitkan.
4. Menguji kualitas buku dengan membandingkan terhadap karya dari
penulis yang sama atau penulis lainnya.
5. Memberi masukan kepada penulis buku berupa kritik dan saran terhadap
cara penulisan, isi, dan substansi buku

D. Manfaat Resensi
1. Bagi penulis, resensi bisa menjadi tolak ukur sejauh mana sambutan
masyarakat tentang ulasan yang ditulisnya dan resensi juga bisa menjadi
suatu tambahan nilai ekonomis, karena biasanya yang diminta untuk
membuat resensi bukan sembarang orang. Resensi juga menjadi sarana
vi
pengembangan kreatifitas. Semakin sering menulis, maka kita akan
semakin terlatih untuk lebih berinovasi dalam menulis. Hal ini dilakukan
untuk dapat mengembangkan kreativitas yang kita miliki.
2. Bagi penerbit, resensi bisa menjadi sarana untuk memperkenalnkan
buku-buku yang diterbitkannya, memperhatikan sambutan dan
penerimaan masyarakat atas buku yang diterbitkannya (promosi).
3. Bagi pembaca, resensi dimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan dan
memberikan gambaran secara umum kepada pembaca tentang suatu
karya mengenai kelayakan dari suatu karya tersebut untuk dibaca atau
dimiliki.

E. Jenis Resensi
1. Resensi Informatif, yakni suatu resensi yang hanya menyampaikan
sebuah isi dari resensi secara singkat dan umum dari keseluruhan isi
buku.
2. Resensi Deskriptif, yakni salah satu jenis resensi yang membahas secara
sebuah detail pada tiap bagian atau babnya.
3. Resensi Kritis, yakni salah satu jenis resensi yang berbentuk suatu ulasan
detail dengan metodologi ilmu pengetahuan tertentu. Isi dari suatu
resensi biasanya kritis dan objektif dalam menilai isi buku.
Namun, ketiga jenis resensi di atas tidak baku karena bisa saja dalam
sebuah resensi ketiganya diterapkan secara bersamaan.
http://www.seputarilmu.com/2016/04/pengertian-jenis-tujuan-dan-unsur-unsur.html

F. Unsur Resensi
1. Judul resensi

vii
Judul resensi harus memiliki keselarasan dengan isi resensi yang
dibuat. Judul yang menarik juga akan memberi nilai lebih pada sebuah
resensi.
2. Identitas
a) Judul
b) Pengarang
c) Penerbit
d) Tahun terbit beserta cetakannya
e) Dimensi buku
3. Isi resensi
Isi resensi buku memuat tentang sinopsis, ulasan singkat buku
dengan kutipan secukupnya, keunggulan dan kelemahan buku, rumusan
kerangka buku dan penggunan bahasa.
4. Penutup resensi
Pada bagian penutup biasanya berisi alasan buku tersebut ditulis
dan kepada siapa buku tersebut ditujukan.Pada bagian ini bisa juga diberi
kesimpulan tentang layak tidaknya buku ini untuk dibaca.

G. Langkah Membuat Resensi


1. Tahap Persiapan
a) Membaca contoh-contoh resensi.
b) Menentukan buku yang akan diresensi.
2. Tahap Pengumpulan Data
a) Membaca buku yang akan diresensi.
b) Menandai bagian-bagian yang akan dijadikan kutipan sebagai data.
c) Mencatat data-data penulisan resensi yang telah diperoleh melalui
membaca buku yang diresensi.
3. Tahap Penulisan

viii
a) Menuliskan identis buku.
b) Mengemukakan isi buku (sinopsis).
c) Mengemukakan kelebihan dan kekurangan buku baik dari segi isi
maupun bahasa.
d) Merevisi resensi dengan memperhatikan susunan kalimatnya,
kepaduan paragrafnya, diksinya, ejaan dan tanda bacanya.
Membuat judul resensi.
http://bahasaindosugik.blogspot.co.id/2010/10/resensi-buku.html

H. Perbedaan Resensi, Kritik Sastra dan Sinopsis


Pembeda Resensi Kritik Sastra Sinopsis
Pengertian Penilaian suatu Ulasan Ringkasan
karya manusia mengenai karya yang
baik itu melalui sastra dan menyajikan
tulisan maupun sekitar dunia suatu karangan
ulasan sastra yang panjang
dalam bentuk
yang singkat.
Tujuan Memberikan Memperbaiki Meringkas
pertimbangan hasil karya sebuah buku
bagus atau tidak sastra pengarang dengan dengan
karya tersebut di masa yang mencatat poin-
dibaca atau akan datang poin penting di
dimiliki dalamnya
Isi Ringkasan atau Kritikan dari Ringkasan isi
ulasan mengenai seorang kritikus dari sebuah
identitas, isi, mengenai baik karya, biasanya
harga, dan buruknya dalam bentuk
kelebihan, dan suatu karya buku atau novel
ix
kekurangan dengan disertai
suatu karya alasan-
alasannya
Objek penilaian Semua karya Hanya seputar Karya sastra
manusia baik karya sastra dan
fiksi maupun dunia sastra
non fiksi
http://gentasukses.blogspot.com/2013/12/perbedaan-resensi-esai-dan-kritik-sastra

I. Contoh Resensi
Di Balik Magic Hour

Judul : Magic Hour


Penulis : Tisa TS dan Stanley Meulen
Penerbit : Loveable
Tahun terbit : Cetakan I, 2015
Tempat terbit : Jakarta
Tebal buku : 236
Dimensi : 12,7 cm × 20,5 cm
ISBN : 978-602-0900-27-8
Novel ini menceritakan tentang seorang gadis yang sangat
mencintai hujan. Raina atau biasa disebut Rain adalah anak panti asuhan
yang diangkat anak oleh Tante Flora, ibu Gwenny. Raina dan Gwenny
adalah saudara tiri meski begitu mereka sangat akrab, sudah seperti sahabat
bahkan saudara kandung. Raina berkerja di toko bunga milik ibu Gwenny.
Suatu hari, Tante Flora meminta Gwenny untuk bertemu dengan
Dimas. Ia ingin menjodohkan Gwenny dengan Dimas yang merupakan anak
dari sahabatnya semasa SMA, yaitu Tante Cindy. Gwenny merasa keberatan

x
dijodohkan dan menganggap ibunya atas perjodohan ini. Gwenny meminta
raina berpura-pura menjadi dirinya.
Awalnya Raina enggan menuruti permintaan Gwenny, apalagi dia
sempat mengalami kecelakaan saat akan menemui cowok itu. Tapi raina
mengiyakan keinginan Gwenny, ternyata setelah Raina bertemu dengan
Dimas, Raina merasakan sesuatu yaitu momen dimana penuh keajaiban
seperti magic hour yang mampu melepas semua rasa kesedihannya. Seiring
berjalanan waktu mereka saling mencintai satu sama lain.
Tapi cinta Raina terhadap dimas, justru membuatnya bimbang,
karena ada cinta lain menantinya sejak kecil cinta sahabatnya, Toby. Toby
sendiri senantiasa menjadi sosok malaikat pelindung bagi Raina. Raina tak
ingin kehilangan Toby. Lagi lagi cinta Raina harus dibenturkan pada pilihan
antara cinta atau persahabatan. Tapi Dimas juga bukan orang yang tepat
untuknya karena Dimas sudah di jodohkan oleh saudara tirinya yaitu
Gwenny.
Namun cinta bukanlah cinta jika tidak melalui sebuah ujian. Begitu
juga cinta Raina dan Dimas. Semakin mereka berjuang menyatukan cinta,
semakin banyak tragedi yang memisahkan. Hingga sebuah rahasia terkuak,
dimana Raina menemui kenyataan kalau Dimas penyebab kecelakaan yang
terjadi pada dirinya. Kecelakaan yang merenggut hal terpenting yang ia
miliki yaitu penglihatannya. Akankah Raina memaafkan Dimas? Apakah
persahabatannya dengan Gwenny bisa di selamatkan? Lalu, apa yang terjadi
saat Raina buta dan tak bisa melihat Magic Hour untuk selamanya?
Akankah Dimas akan menjadi satu cinta untuk selamanya bagi Raina?
Terkadang kita harus melalui kegelapan untuk menghargai indahnya cahaya.
Magic hour, satu cinta untuk selamanya.
Novel ini memiliki beberapa kelebihan. Tak sekedar tentang cinta
yang dibahas dalam novel ini, tetapi juga tentang pesaudaraan dan

xi
persahabatan. Konflik yang sangat berbeda dari novel cinta-cinta lainya
yang sangat menarik untuk di baca. Mulai dari segi bahasa hingga kekuatan
alur yang mengajak pembaca masuk dalam cerita hingga merasakan tiap
latar yang terdeskripsikan secara sempurna.
Novel ini juga melampirkan beberapa foto adegan demi adegan
yang membuat pembaca tambah berimajinasi lebih tinggi. Tak hanya itu
novel ini mengandung banyak kata-kata mutiara yang menyentuh hati dan
menguras air mata yang mampu membius para pembaca yang mengikuti
alur cerita. Hal ini tak lepas dari kecerdasan penulis memainkan imajinasi
berfikir yang di tuangkan dengan bahasa-bahasa intelektual yang berkelas.
Novel Magic Hour sendiri adalah sebuah drama romantis yang dapat dengan
jeli mengupas tentang perasaan hati dari para remaja yang seringkali
terjebak cinta segitiga.
Kekurangan dari novel ini adalah di pertengahan cerita, cerita
sudah bisa di tebak dan sangat di sayangkan pada karakter dimas yang
sangat tidak jelas di akhi-akhir cerita, membuat pembaca kecewa. Dan
dalam novel ini ada cerita yang kurang detail, tidak dijelaskan siapa yang
mendonorkan mata untuk Raina. Endingnya juga kurang berkesan, karena
pembaca seperti digantung dengan keanehan dari sosok Dimas dengan
karakter yang berbeda.

J. Analisis Resensi
Resensi ini termasuk resensi tertulis yang berbentuk fiksi. Resensi
ini termasuk ke dalam jenis resensi informatif, karena pada resensi ini hanya
menyampaikan sebuah isi dari resensi secara singkat dan umum dari
keseluruhan isi buku.
a) Judul Resensi

xii
“Di Balik Magic Hour” Judul resensi novel ini cukup menarik,
karena pembaca seolah-olah dibuat penasaran tentang ada apa di balik
magic hour itu sendiri.
b) Identitas Buku
Judul : Magic Hour
Penulis : Tisa TS dan Stanley Meulen
Penerbit : Loveable
Tahun terbit : Cetakan I, 2015
Tempat terbit : Jakarta
Tebal buku : 236
Dimensi : 12,7 cm × 20,5 cm
ISBN : 978-602-0900-27-8
c) Isi Resensi
 Sinopsis
Novel ini menceritakan tentang seorang gadis yang sangat
mencintai hujan. Raina atau biasa disebut Rain adalah anak panti
asuhan yang diangkat anak oleh Tante Flora, ibu Gwenny. Raina dan
Gwenny adalah saudara tiri meski begitu mereka sangat akrab, sudah
seperti sahabat bahkan saudara kandung. Raina berkerja di toko
bunga milik ibu Gwenny.
Suatu hari, Tante Flora meminta Gwenny untuk bertemu
dengan Dimas. Ia ingin menjodohkan Gwenny dengan Dimas yang
merupakan anak dari sahabatnya semasa SMA, yaitu Tante Cindy.
Gwenny merasa keberatan dijodohkan dan menganggap ibunya atas
perjodohan ini. Gwenny meminta raina berpura-pura menjadi
dirinya.
Awalnya Raina enggan menuruti permintaan Gwenny,
apalagi dia sempat mengalami kecelakaan saat akan menemui cowok

xiii
itu. Tapi raina mengiyakan keinginan Gwenny, ternyata setelah
Raina bertemu dengan Dimas, Raina merasakan sesuatu yaitu
momen dimana penuh keajaiban seperti magic hour yang mampu
melepas semua rasa kesedihannya. Seiring berjalanan waktu mereka
saling mencintai satu sama lain.
Tapi cinta Raina terhadap dimas, justru membuatnya
bimbang, karena ada cinta lain menantinya sejak kecil cinta
sahabatnya, Toby. Toby sendiri senantiasa menjadi sosok malaikat
pelindung bagi Raina. Raina tak ingin kehilangan Toby. Lagi lagi
cinta Raina harus dibenturkan pada pilihan antara cinta atau
persahabatan. Tapi Dimas juga bukan orang yang tepat untuknya
karena Dimas sudah di jodohkan oleh saudara tirinya yaitu Gwenny.
Namun cinta bukanlah cinta jika tidak melalui sebuah ujian.
Begitu juga cinta Raina dan Dimas. Semakin mereka berjuang
menyatukan cinta, semakin banyak tragedi yang memisahkan.
Hingga sebuah rahasia terkuak, dimana Raina menemui kenyataan
kalau Dimas penyebab kecelakaan yang terjadi pada dirinya.
Kecelakaan yang merenggut hal terpenting yang ia miliki yaitu
penglihatannya. Akankah Raina memaafkan Dimas? Apakah
persahabatannya dengan Gwenny bisa di selamatkan? Lalu, apa yang
terjadi saat Raina buta dan tak bisa melihat Magic Hour untuk
selamanya? Akankah Dimas akan menjadi satu cinta untuk
selamanya bagi Raina? Terkadang kita harus melalui kegelapan
untuk menghargai indahnya cahaya. Magic hour, satu cinta untuk
selamanya.
 Kelebihan Buku
Novel ini memiliki beberapa kelebihan. Tak sekedar tentang
cinta yang dibahas dalam novel ini, tetapi juga tentang pesaudaraan

xiv
dan persahabatan. Konflik yang sangat berbeda dari novel cinta-cinta
lainya yang sangat menarik untuk di baca. Mulai dari segi bahasa
hingga kekuatan alur yang mengajak pembaca masuk dalam cerita
hingga merasakan tiap latar yang terdeskripsikan secara sempurna.
Novel ini juga melampirkan beberapa foto adegan demi
adegan yang membuat pembaca tambah berimajinasi lebih tinggi.
Tak hanya itu novel ini mengandung banyak kata-kata mutiara yang
menyentuh hati dan menguras air mata yang mampu membius para
pembaca yang mengikuti alur cerita. Hal ini tak lepas dari
kecerdasan penulis memainkan imajinasi berfikir yang di tuangkan
dengan bahasa-bahasa intelektual yang berkelas. Novel Magic Hour
sendiri adalah sebuah drama romantis yang dapat dengan jeli
mengupas tentang perasaan hati dari para remaja yang seringkali
terjebak cinta segitiga.
 Kekurangan Buku
Kekurangan dari novel ini adalah di pertengahan cerita, cerita
sudah bisa di tebak dan sangat di sayangkan pada karakter dimas
yang sangat tidak jelas di akhi-akhir cerita, membuat pembaca
kecewa. Dan dalam novel ini ada cerita yang kurang detail, tidak
dijelaskan siapa yang mendonorkan mata untuk Raina. Endingnya
juga kurang berkesan, karena pembaca seperti digantung dengan
keanehan dari sosok Dimas dengan karakter yang berbeda.
d) Penutup Resensi
Novel ini sangat cocok untuk remaja dan mahasiswa yang
tentunya lebih paham akan arti cinta dan pengorbanan. Karena selain
tentang pengorbanan, di dalam novel ini juga ada motivasi hidup
seorang tokoh yang berjuang melawan penyakitnya. Selain itu, novel ini

xv
juga mengajarkan arti sebuah keikhlasan yang mungkin masih sulit
untuk diterima oleh orang biasa.

ASPEK KESASTRAAN

xvi
HIKAYAT

A. Pengertian hikayat
Secara etimologis, istilah hikayat berasal dari bahasa Arab, yaitu haka
yang artinya menceritakan atau bercerita. Menurut Wikipedia pengertian
hikayat adalah salah satu bentuk sastra prosa, terutama dalam Bahasa
Melayu yang berisikan tentang kisah, cerita, dan dongeng. Umumnya
mengisahkan tentang kehebatan maupun kepahlawanan seseorang lengkap
dengan keanehan, kesaktian serta mukjizat tokoh utama.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) hikayat adalah karya
sastra lama Melayu berbentuk prosa yang berisi cerita, undang-undang, dan
silsilah bersifat rekaan, keagamaan, historis, biografis, atau gabungan sifat-
sifat itu, dibaca untuk pelipur lara, pembangkit semangat juang, atau sekadar
untuk meramaikan pesta.
http://www.sumberpengertian.com/pengertian-hikayat

B. Ciri-Ciri Hikayat
1. Bersifat pralogis, yaitu mempunyai logika tersendiri yang tidak sama
dengan logika umum, ada juga yang menyebut fantastis.
2. Menceritakan tokoh yang memiliki kesaktian yang tidak dimiliki oleh
manusia biasa.
xvii
3. Anonim (tidak diketahui nama pengarangnya).
4. Istanasentris (kehidupan dilingkungan istana)
5. Komunal (hasil sastra yang ada dianggap milik bersama).
6. Sebagai besar sastra lisan (disampaikan dari mulut ke mulut).
7. Tidak ada pembagian bab atau judul.
8. Bersifat statis (tidak banyak terjadi perubahan).
9. Bersifat tradisional, meneruskan budaya/tradisi/kebiasaan yang
dianggap baik.
10. Bersifat didaktis (mendidik), baik didaktis secara moral maupun
didaktis secara agama.
11. Bersifat magis, pengarang akan membawa pembaca ke dunia khayal
imajinasi yang serba indah.
12. Tidak berangka tahun (tidak diketahui secara pasti kapan karya tersebut
dibuat).
13. Menceritakan kisah universal manusia. Hikayat menceritakan kisah
secara universal seperti peperangan antara yang baik dengan yang
buruk, dan dimenangkan oleh yang baik.

C. Ciri Kebahasaan
1. Menggunakan bahasa klise (diulang-ulang).
2. Menggunakan kata-kata arkhais, yaitu kata-kata yang kini tidak lazim
digunakan, seperti kata sebermula, hatta, dan syahdan.
3. Menggunakan bahasa Melayu, sehingga terdapat kata yang susah untuk
dimengerti.
4. Struktur kalimatnya tidak efektif.
http://pelj-sma.blogspot.co.id/2013/02/hikayat-pengertian-ciri-ciri-dan.html

D. Jenis-Jenis Hikayat
xviii
1. Berdasarkan historis (sejarah)
a) Hikayat berunsur Hindu, yaitu hikayat yang berinduk pada dua
hikayat utama, yaitu Ramayana dan Mahabharata. Dari dua kisah ini,
kemudian berkembang kisah atau hikayat lain, seperti Hikayat
Pandawa Lima, Hikayat Sri Rama, Hikayat Perang Pandhawa
Hikayat Sang Boma, dan Hikayat Bayan Budiman
b) Hikayat berunsur Hindu-Islam, yaitu hikayat yang terpengaruh unsur
Hindu dan Islam. Hikayat ini merupakan hikayat yang berasal dari
tradisi Hindu, kemudian diubah sesuai dengan masuknya unsur-
unsur Islam. Contohnya adalah Hikayat Jaya Lengkara, Hikayat Si
Miskin, dan Hikayat Inderaputera.
c) Hikayat berunsur Islam, yaitu hikayat yang hanya berunsur Islam
dan berasal dari tradisi sastra Arab-Persia. Contohnya adalah
Hikayat 1001 Malam (Abunawas), Hikayat Qamar al-Zaman,
Hikayat Bachtiar, dan Hikayat Amir Hamzah.
d) Hikayat dari pengaruh Jawa, yaitu hikayat yang menggunakan
bahasa Melayu yang lahir pada masyarakat lama dan mendapat
pengaruh dari budaya Jawa. Contohnya adalah Hikayat Panji
Semirang, Hikayat Cekel Weneng Pati, dan Hikayat Indera Jaya.
e) Hikayat Melayu Asli, yaitu hikayat yang merupakan karya sastra asli
Melayu yang penggunaan bahasa Melayu cukup dominan. Hikayat
jenis ini biasanya memuat unsur didaktis yang kuat. Contohnya
adalah Hikayat Indera Bangsawan, Hikayat Malim Dewa, Hikayat
Hang Tuah, dan Hikayat Si Miskin (bercampur unsur islam).

2. Berdasarkan isinya

xix
a) Jenis rekaan, yaitu hikayat yang merupakan tulisan sastra yang berisi
cerita fiktif atau tidak benar-benar terjadi. Contohnya Hikayat Malim
Dewa.
b) Jenis sejarah, yaitu hikayat yang merupakan tulisan sastra yang
berisi catatan sejarah. Contohnya Hikayat Hang Tuah, Hikayat
Pattani, dan Hikayat Raja-Raja Pasai.
c) Jenis biografi, hikayat yang merupakan tulisan sastra yang berisi
riwayat hidup seseorang, diceritakan secara lengkap sesuai dengan
kehidupan sebenarnya. Contohnya Hikayat Abdullah dan Hikayat
Sultan Ibrahim bin Adam.
http://artikel2bebas.blogspot.co.id/2015/02/apa-saja-jenis-jenis-hikayat-cerita

E. Unsur-Unsur Hikayat
1. Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik ialah unsur yang menyusun sebuah karya sastra
dari dalam yang mewujudkan struktur suatu karya sastra, seperti : tema,
tokoh dan penokohan, alur dan pengaluran, latae dan pelataran, dan
pusat pengisahan.
a) Tema
Tema ialah persoalan yang menduduki tempat utama dalam
karya sastra. Berdasarkan cakupannya tema digolongkan ke dalam
dua jenis yaitu tema mayor dan tema minor. Tema mayor ialah
tema yang sangat menonjol dan menjadi persoalan. Tema minor
ialah tema yang tidak menonjol.
b) Tokoh dan Penokohan
Tokoh ialah pelaku dalam karya sastra. Dalam karya sastra
biasanya ada beberapa tokoh, namun biasanya hanya ada satu tokoh
utama. Tokoh utama ialah tokoh yang sangat penting dalam
xx
mengambil peranan dalam karya sastra. Dua jenis tokoh adalah
tokoh datar (flash character) dan tokoh bulat (round character).
Tokoh datar ialah tokoh yang hanya menunjukkan satu segi,
misalnya baik saja atau buruk saja. Sejak awal sampai akhir cerita
tokoh yang jahat akan tetap jahat. Tokoh bulat adalah tokoh yang
menunjukkan berbagai segi baik buruknya, kelebihan dan
kelemahannya. Jadi ada perkembangan yang terjadi pada tokoh ini.
Dari segi kejiwaan dikenal ada tokoh introvert dan ekstrovert.
Tokoh introvert ialah pribadi tokoh tersebut yang ditentukan oleh
ketidaksadarannya. Tokoh ekstrovert ialah pribadi tokoh tersebut
yang ditentukan oleh kesadarannya. Dalam karya sastra dikenal
pula tokoh protagonis dan antagonis. Protagonis ialah tokoh yang
disukai pembaca atau penikmat sastra karena sifat-sifatnya.
Antagonis ialah tokoh yang tidak disukai pembaca atau penikmat
sastra karena sifat-sifatnya.
Penokohan atau perwatakan ialah teknik atau cara-cara
menampilkan tokoh. Ada beberapa cara menampilkan tokoh. Cara
analitik, ialah cara penampilan tokoh secara langsung melalui
uraian pengarang. Jadi pengarang menguraikan ciri-ciri tokoh
tersebut secara langsung. Cara dramatik, ialah cara menampilkan
tokoh tidak secara langsung tetapi melalui gambaran ucapan,
perbuatan, dan komentar atau penilaian pelaku atau tokoh dalam
suatu cerita.
c) Alur dan Pengaluran
Alur disebut juga plot, yaitu rangkaian peristiwa yang
memiliki hubungan sebab akibat sehingga menjadi satu kesatuan
yang padu bulat dan utuh. Alur terdiri atas beberapa bagian :

xxi
(1) Pengenalan cerita (exposition), yaitu pengarang mulai
memperkenalkan tokoh-tokohnya, penataan adegan, dan
hubungan antar tokoh.
(2) Awal konflik (complication), yaitu pengarang mulai
menampilkan bagian-bagian yang menimbulkan berbagai
masalah.
(3) Menuju konflik (rising action), yaitu pengarang
meningkatkan permasalahan yang dihadapi tokoh.
(4) Puncak konflik (climax), yaitu saat puncak konflik di antara
tokoh-tokohnya. Di bagian ini pula, tokoh dihadapkan dalam
penentuan nasib yang dialaminya. Keberhasilan atau
kegagalan biasanya menjadi penentuan nasib tokoh.
(5) Penyelesaian (ending), yaitu saat permasalahan yang dihadapi
oleh tokoh dalam hikayat telah mampu diselesaikan.
Pengaluran, yaitu teknik atau cara-cara menampilkan alur.
Menurut kualitasnya, pengaluran dibedakan menjadi alur erat dan
alur longggar. Alur erat ialah alur yang tidak memungkinkan
adanya pencabangan cerita. Alur longgar adalah alur yang
memungkinkan adanya pencabangan cerita. Menurut kualitasnya,
pengaluran dibedakan menjadi alur tunggal dan alur ganda. Alur
tunggal ialah alur yang hanya satu dalam karya sastra. Alur ganda
ialah alur yang lebih dari satu dalam karya sastra.
Dari segi urutan waktu, pengaluran dibedakan kedalam alur
lurus dan tidak lurus. Alur lurus ialah alur yang melukiskan
peristiwa-peristiwa berurutan dari awal sampai akhir cerita. Alur
tidak lurus ialah alur yang melukiskan tidak urut dari awal sampai
akhir cerita. Alur tidak lurus bisa menggunakan gerak balik
(backtracking), sorot balik (flashback), atau campauran keduanya.

xxii
d) Latar dan Pelataran
Latar disebut juga setting, yaitu tempat atau waktu terjadinya
peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam sebuah karya sastra. Latar
atau setting dibedakan menjadi latar material dan sosial. Latar
material ialah lukisan latar belakang alam atau lingkungan di mana
tokoh tersebut berada. Latar sosial, ialah lukisan tatakrama tingkah
laku, adat dan pandangan hidup. Sedangkan pelataran ialah teknik
atau cara-cara menampilkan latar.
e) Sudut Pandang
Sudut pandang atau point of view adalah posisi pengarang dalam
membawakan cerita. Posisi pengarang ini terdiri atas dua macam, yaitu
berperan langsung sebagai orang pertama atau sebagai tokoh yang
terlihat dalam cerita yang bersangkutan dan hanya sebagai orang ketiga
yang berperan sebagai pengamat atau serba tahu.

f) Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah cara pengarang mengungkapkan ide,
gagasan, dan perasaan yang diolah sedemikian rupa sehingga
tercipta sebuah kesan bagi pembaca. Pada hikayat, gaya bahasa
yang digunakan bersifat statis, yaitu biasanya menggunakan
ungkapan arkais (klise), seperti syahdan, hatta, alkisah, pada suatu
hari, dan lain-lain. Majas masih biasa digunakan secara baku dan
konsisten. Sedangkan pada novel dan cerpen, gaya bahasa lebih
dinamis, mengikuti perkembangan zaman. Majas-majas yang baku
tidak selalu harus digunakan.
g) Amanat
Amanat merupakan ajaran moral atau pesan didaktis yang
ingin disampaikan pengarang kepada pembaca melalui karyanya.
Amanat biasanya tersimpan rapat dan disembunyikan
xxiii
pengarangnya dalam keseluruhan isi cerita. Oleh karena itu, untuk
menemukannya tidak cukup dengan membaca dua atau tiga
paragraf, melainkan harus membacanya sampai tuntas.
2. Unsur Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik adalah unsur yang menyusun sebuah karya
sastra dari luarnya menyangkut aspek sosiologi, psikologi, filsafat, dan
lain-lain. Unsur ekstrinsik dalam hikayat adalah nilai-nilai yang berlaku
di masyarakat seperti nilai agama, moral, sosial, budaya, estetika, etika,
dan edukasi.
a) Nilai Agama
Nilai agama adalah nilai yang dikaitkan dengan ajaran
agama. Ditandai dengan penggunaan kata dan konsep Tuhan,
makhluk gaib, dosa dan pahala serta surga dan neraka.
b) Nilai Moral
Nilai moral adalah nasehat-nasehat yang berkaitan dengan
budi pakerti, perilaku, atau tata susila.
c) Nilai Sosial
Nilai sosial adalah nasehat-nasehat yang berkaitan dengan
kemasyarakatan. Dikaitkan dengan kepatutan dan kepantasan
apabila diteapkan didalam kehidupan sehari-hari.
d) Nilai Budaya
Nilai budaya adalah nilai yang diambil dari budaya yang
berkembang secara turun temurun di masyarakat. Ciri khasnya
masyarakat takut untuk meninggalkan atau menentang nilai-nilai
tersebut karena takut apabila hal buruk menimpannya.
e) Nilai Edukasi
Nilai edukasi adalah nilai yang berkaitan dengan pendidikan.
http://rumahfinia36.blogspot.com/2014/11/pengertian-ciri-ciri-unsur-intrinsik

xxiv
F. Perbedaan Hikayat, Novel dan Roman
Pembeda Hikayat Novel Roman
Pengertian Salah satu Sebuah karya Sejenis karya
bentuk sastra fiksi prosa yang sastra dalam
prosa, terutama ditulis secara bentuk prosa
dalam bahasa naratif; biasanya atau gancaran
Melayu yang dalam bentuk yang isinya
berisikan cerita. melukiskan
tentang kisah, perbuatan
cerita dan pelakunya
dongeng. menurut watak
dan isi jiwa
masing-masing.
Bentuk Kesusastraan Kesusastraan Kesusastraan
lama baru baru
Isi Imajinasi Ilustrasi realistis Ilustrasi realistis
fantastis
Tema Lingkupya Lebih luas, lebih Lebih luas,
kecil, biasanya variatif, dan lebih variatif,
mengandung banyak pilihan dan banyak
unsur-unsur pilihan
kepahlawan dan

xxv
kesaktian.
Alur Lebih kompleks Kompleks Lebih kompleks
Lattar Istana dan Bervariasi, baik Bervariasi, baik
lingkungan lattar tempat, lattar tempat,
sekitarnya waktu maupun waktu maupun
suasana suasana
Konflik Konflik tidak Mengubah nasib Mengubah nasib
mengubah nasib tokoh tokoh secara
tokoh strategis
Penokohan Tidak Memungkinkan Memungkinkan
mengalami adanya adanya
perubahan sifat perubahan sifat perubahan sifat
sesuai degan
perkembangan
Sudut pandang sudut pandang Memungkinkan Memungkinkan
diaa-an/orang penggunaan penggunaan
ketiga serba semua jenis semua jenis
tahu sudut pandang sudut pandang
Gaya bahasa Bersifat statis, Lebih dinamis Lebih dinamis
baku dan
konsisten
Amanat Biasanya ditulis Cenderung Cenderung
secara eksplisit implisit implisit
Panjang cerita Sejak lahir Menceritakan Sejak lahir
sampai sebagian besar sampai
meninggal kehidupan tokoh meninggal
dunia dunia
Nama Tidak diketahui Diketahui Diketahui
pengarang

http://www.bimbie.com/perbedaan-hikayat-novel-dan-cerpen

xxvi
G. Contoh Hikayat

Hikayat Si Miskin

Alkisah maka tersebutlah perkataan Mara Karmah berjalan dua


bersaudara itu, maka tuan Puteri Nila Kesuma itu pun menangis hendak
minum susu, maka Mara Karmah pun menangis seraya berkata, “Diamlah
adinda jangan menangis, karena kita orang celaka, di manakah kita boleh
mendapat susu, lagi kita sudah dibuangkan orang.” Maka diberinyalah
kepada adiknya ketupat itu sebelah, maka dimakannyalah. Maka ia pun
diamlah. Maka sampai tujuh hari tujuh malam ia berjalan itu, maka
ketupat yang tujuh biji itu habislah dimakan oleh tuan Puteri Nila Kesuma
itu, karena diberikannya kepada adiknya pagi sebelah, dan petang sebelah.
Setelah habis ketupat itu, maka tuan Puteri Nila Kesuma itu pun
menangis pula hendak makan. Maka diambil oleh Mara Karmah segala
tarik kayu dan umbut-umbut dan buah-buahan kayu yang di dalam hutan
itu yang patut dimakannya, maka diberikannya kepada saudaranya itu. Dan
barang di mana ia bertemu dengan air, maka dimandikannyalah akan
saudaranya.
Syahdan beberapa lamanya, ia berjalan itu, maka beberapa bertemu
dengan gunung yang tinggi-tinggi dan padang-padang yang luas-luas, dan
tasik yang berombak seperti lain, tempat segala dewa-dewa, peri mambang
indera candara jin. Maka raja-raja jin di sanalah tempat bermain lancang,
berlomba-lomba. Di sanalah ia banyak beroleh kesaktian, diberi oleh
segala anak raja-raja itu, diangkat saudara oleh mereka itu sekalian akan
dia dan beberapa ia bertemu dengan binatang yang buas-buas, seperti ular
xxvii
naga buta raksasa. Sekaliannya mereka itu memberi kesaktian kepada
Mara Karmah.
Syahdan, beberapa ia melihat kekayaan Allah Subhanahu wa
Ta’aIa berbagai-bagai dan ajaib-ajaib. Maka bertemulah ia dengan bukit
berjentera, tempat segala raja-raja, dewa bertapa itu di sanalah tempatnya.
Adapun Mara Karmah itu apabila ia bertemu dengan segala raja-raja itu,
maka tuan Puteri Nila Kesuma itu pun disembunyikannyalah. Dan jikalau
ia bertemu dengan segala binatang yang buas-buas, maka didukungnyalah
akan saudaranya itu, tiada diberinya lepas dari tubuhnya.
Hatta, dengan demikian, maka ia pun sampailah kepada sepohon
kayu beringin, terlalu amat besar, dan adalah air turun dari atas gunung itu.
Maka di sanalah ia berhenti dan memandikan saudaranya. Maka tiba-tiba,
melayanglah seekor burung dari atas kepalanya, maka tuan Puteri Nila
Kesuma pun menangis, minta ditangkapkan burung yang terbang itu.
Maka Mara Karmah pun melompat, lalu disambarnya burung itu, dapat
ditangkapnya, lalu diberikannya kepada saudaranya.
Maka sukalah hati saudaranya itu sambil katanya, “Bakarlah
kakanda burung ini kita makan!” Maka kata Mara Karmah, “Sabarlah
dahulu tuan!” Maka kedengaranlah bunyi ayam berkokok sayup-sayup,
karena hutan itu dekat dengan dusun orang negeri Palinggam Cahaya.
Maka kata Mara Karmah kepada saudaranya itu, “Tinggalah tuan di sini
dahulu, biarlah kakanda pergi mencari api akan membakar burung adinda
itu” Maka sahut Puteri itu, “Baiklah kakanda pergi, jangan lama-lama
kakanda pergi itu.” Maka dipeluk dan diciumnya akan saudaranya itu
seraya katanya, “Janganlah tuan berjalan-jalan ke sana sini sepeninggal
kakanda ini, kalau-kalau tuan sesat kelak tiada bertemu dengan kakanda
lagi” Maka sahutnya, “Tiada hamba pergi kakanda.”

xxviii
Mara Karmah pun berjalan menuju bunyi ayam berkokok itu, tetapi
hati Mara Karmah itu tiada sedap berdebar-debar rasanya, setelah sampai
ia kepada dusun orang itu. Maka dilihatnya kebun orang dusun itu terlalu
banyak jadi tanam-tanaman, seperti ubi keladi, dan tebu, pisang, kacang,
dan jagung. Maka ia pun berjalanlah berkeliling pagarnya itu menanti
orang yang empunya kebun itu. Ia hendak meminta api. Setelah dilihat
oleh orang yang empunya kebun itu, maka katanya, “Anak si pencuri,
demikianlah sehari-hari perbuatanmu mencuri segala tanam-tanamanku ini
sehingga habislah jagung pisangku tiada berketahuan. Engkaulah yang
mencuri. Maka sekarang hendak ke mana engkau melarikan nyawamu itu
daripada tanganku sekarang, sedanglah lamanya aku menantikan engkau
tiada juga dapat, baharulah sekarang aku bertemu dengan engkau.” Maka
ia berkata-kata itu sambil berlari menangkap tangan Mara Karmah itu.
Maka kata Mara Karmah, “Tiada aku lari, karena aku tiada berdosa
kepadamu, bukan aku orang pencuri, aku ini orang sesat, datangku ini dari
negeri asing hendak meminta api kepadamu.” Maka ditamparinyalah dan
digocohnya akan Mara Karmah itu seraya katanya, “Bohonglah engkau
ini!”
Maka kemala yang digendong oleh Mara Karmah yang diberi oleh
bundanya itu pun jatuhlah dari punggungnya. Setelah dilihat oleh orang
dusun itu, maka diambilnyalah, seraya katanya, inilah kemalaku engkau
curi.’ Maka kata Mara Karmah itu, “Nyatalah engkau ini berbuat aniaya
kepadaku” Maka ia pun terkenanglah akan saudaranya yang ditinggal di
dalam hutan seorang dirinya itu, Maka katanya dalam hatinya, “Wahai
adinda tuan, betapa gerangan hal tuan sepeninggal kakanda ini kelak,
karena dianiaya oleh orang, matilah kakanda tiada bertemu dengan tuan
lagi. ”Maka ia pun menangis terlalu sangat, lalu rebah pingsan tiada

xxix
khabarkan dirinya. Maka kata orang dusun itu, “Apa yang engkau
tangiskan, sebab salahmu, itulah balasnya engkau makan jagungku”
Maka dilihatnya segala tubuh Mara Karmah itu habis bengkak-
bengkak dan berlumur dengan darah, dan tiada ia bergerak lagi. Maka
pada sangka orang dusun itu, sudahlah mati rupanya, maka diikatnyalah
dengan tali dari bahunya sampai kepada kakinya, seperti orang mengikat
lepat, demikianlah lakunya ia mengikat Mara Karmah itu. Setelah sudah
diikatnya, maka diseretnyalah, dibawanya ke tepi taut, lalu dibuangkannya
ke dalam laut itu. Maka ia pun kembalilah ke rumahnya.

Sumber: Hikayat Si Miskin, Aliudin Wahyudin, 1981, Depdikbud, Proyek Penerbitan


Buku Sasta Indonesia dan Daerah, Jakarta
https://rohmadarso.wordpress.com/unsur-pembangun-karya-sastra/hikayat-si-miskin/

H. Analisis Hikayat
Hikayat Si Miskin termasuk jenis Hikayat Melayu asli. Hal ini
dikarenakan pada Hikayat Si Miskin penggunaan bahasa Melayu sangat
dominan terhadap isi hikayat.
1. Unsur Intrinsik
a) Tema
Tema kutipan Hikayat Si Miskin yaitu kemiskinan, tentang nasib
penderitaan dua saudara miskin dalam mengatasi kebutuhan hidup.

Bukti:

o “Diamlah adinda jangan menangis, karena kita orang celaka, di


manakah kita boleh mendapat susu, lagi kita orang sudah
dibuangkan orang.”
b) Tokoh dan penokohan

xxx
Tokoh dalam hikayat yaitu Mara Karmah, Puteri Nila Kesuma, dan
pemilik kebun.

Penokohan:

 Mara Karmah bersifat penyayang dan pemberani.


Bukti:

o Maka diambil oleh Mara Karmah segala tarik kayu dan umbut-
umbut dan buah-buahan kayu yang di dalam hutan itu yang
patut dimakannya, maka diberikannya kepada saudaranya itu.
o Maka diberinyalah kepada adiknya ketupat itu sebelah, maka
dimakannyalah. Dan barang di mana ia bertemu dengan air,
maka dimandikannyalah akan saudaranya.
o Maka Mara Karmah pun melompat, lalu disambarnya burung
itu, dapat ditangkapnya, lalu diberikannya kepada saudaranya.
o ”Tiada aku lari, karena aku tiada berdosa kepadamu”
 Puteri Nila Kesuma bersifat cengeng.
Bukti:

o Maka tuan Puteri Nila Kesuma itu pun menangis hendak minum
susu.
o Setelah habis ketupat itu, maka tuan Puteri Nila Kesuma itu pun
menangis pula hendak makan.
o Maka tuan Puteri Nila Kesuma pun menangis, minta
ditangkapkan burung yang terbang itu.
 Pemilik kebun bersifat ceroboh dan pemarah.
Bukti:

xxxi
o Maka ditamparinyalah dan digocohnya akan Mara Karmah itu
seraya berkata, “Bohonglah engkau ini!”.
o Maka pada sangka orang dusun itu, sudahlah mati rupanya,
maka diikatnyalah dengan tali dari bahunya sampai kepada
kakinya, seperti orang mengikat lepat, demikianlah lakunya ia
mengikat Mara Karmah itu.
o Setelah sudah diikatnya, maka diseretnyalah, dibawanya ke tepi
taut, lalu dibuangkannya ke dalam laut itu.
c) Latar
 Latar tempat
Peristiwa penggalan hikayat terjadi di tempat-tempat yang dilalui
Mara Karmah selama perjalanan (hutan, gunung, kebun, dusun).

Bukti:

o Syahdan berapa Iamanya, ia berjalan itu, maka beberapa


bertemu dengan gunung yang tinggi-tinggi dan padang-padang
yang luas-luas, dan tasik yang berombak seperti laut.
o Maka diambil oleh Mara Karmah segala tarik kayu dan umbut-
umbut dan buah-buahan kayu yang di dalam hutan itu yang
patut dimakannya.
o Maka ia pun berjalanlah berkeliling pagarnya itu menanti orang
yang empunya kebun itu.
o Setelah sampai ia kepada dusun orang itu.
 Latar waktu
Peristiwa dalam kutipan hikayat terjadi pada keseluruhan waktu
(pagi, siang, sore, malam) dan tidak dijelaskan secara mendetail.

Bukti:

xxxii
o Maka sampai tujuh hari tujuh malam ia berjalan.
o Mara Karmah pun berjalan menuju bunyi ayam berkokok itu.
 Latar suasana
Latar suasana menjelaskan keadaan tokoh yang memprihatinkan
karena penderitaan yang dialami.

Bukti:

o Maka dilihatnya tubuh Mara Karmah itu habis bengkak-bengkak


dan berlumur darah, dan tiada bergerak lagi.
o Maka diikatnyalah dengan tali dan bahunya sampai kepada
kakinya
d) Sudut pandang
Sudut pandang kutipan hikayat tersebut yaitu sudut pandang
persona ketiga “dia” karena pengarang adalah seseorang yang berada di
luar cerita yang menampilkan tokoh cerita dengan menyebutkan nama
atau kata ganti ia, dia, dan mereka.

Bukti:

o Syahdan beberapa lamanya, ia berjalan.


o Mara Karmah pun melompat, lalu disambarnya burung itu,
dapat ditangkapnya, lalu diberikan kepada saudaranya.
e) Alur
Kutipan hikayat beralur maju. Kutipan hikayat menceritakan awal
penderitaan Mara Karmah. Kemudian, cerita perjalanan Mara Karmah
dengan berbagai pengalaman. Terakhir, peristiwa pemilik kebun
menyakiti Mara Karmah karena dituduh mencuri.

f) Gaya bahasa
Gaya bahasa yang digunakan bersifat statis.
xxxiii
Bukti:
o Alkisah maka tersebutlah perkataan Mara Karmah berjalan dua
bersaudara itu.
o Syahdan beberapa lamanya, ia berjalan itu, maka beberapa
bertemu dengan gunung yang tinggi-tinggi dan padang-padang
yang luas-luas, dan tasik yang berombak seperti lain.
o Syahdan, beberapa ia melihat kekayaan Allah Subhanahu wa
Ta’aIa berbagai-bagai dan ajaib-ajaib.
g) Amanat
o Janganlah menuduh orang dan menganiaya orang sebelum tahu
persoalannya.
o Tetaplah jujur dan berlaku baik meskipun dalam keadaan tidak
punya dan menderita.
o Berkasih sayanglah dengan saudara.

2. Unsur Ekstrinsik
Nilai Konsep Nilai Kutipan Teks
Percayalah pada Tuhan bahwa Mara Karmah pun menangis seraya
dialah yang menentukan nasib berkata, “Diamlah adinda jangan
Agama manusia. menangis, karena kita orang celaka, di
manakah kita boleh mendapat susu, lagi
kita sudah dibuangkan orang.”
Kasih sayang terhadap saudara Dan barang di mana ia bertemu dengan air,
Sosial harus tercipta dalam suasana maka dimandikannyalah akan saudaranya.
apa pun.

Menghormati dan menjaga Maka ia pun berjalanlah berkeliling


Budaya perilaku serta kesopanan pagarnya itu menanti orang yang empunya
terhadap orang lain. kebun itu. Ia hendak meminta api.
Menuduh orang tanpa bukti “Anak si pencuri, demikianlah sehari-hari
xxxiv
lalu menganiayainya adalah perbuatanmu mencuri segala tanam-
Moral hal yang menyakitkan. tanamanku ini sehingga habislah jagung
pisangku tiada berketahuan. Engkaulah
yang mencuri”
Saling tolong menolong Mara Karmah pun melompat, lalu
Edukasi merupakan suatu perilaku disambarnya burung itu, dapat
yang terdidik dan terpuji. ditangkapnya, lalu diberikannya kepada
saudaranya.

xxxv
DAFTAR PUSTAKA

http://www.seputarilmu.com/2016/04/pengertian-jenis-tujuan-dan-unsur-

unsur.html

http://bahasaindosugik.blogspot.co.id/2010/10/resensi-buku.html

http://gentasukses.blogspot.com/2013/12/perbedaan-resensi-esai-dan-kritik-sastra

http://www.sumberpengertian.com/pengertian-hikayat

http://pelj-sma.blogspot.co.id/2013/02/hikayat-pengertian-ciri-ciri-dan.html

http://artikel2bebas.blogspot.co.id/2015/02/apa-saja-jenis-jenis-hikayat-cerita

http://rumahfinia36.blogspot.com/2014/11/pengertian-ciri-ciri-unsur-intrinsik

https://rohmadarso.wordpress.com/unsur-pembangun-karya-sastra/hikayat-si-

miskin/

http://www.bimbie.com/perbedaan-hikayat-novel-dan-cerpen

xxxvi

Anda mungkin juga menyukai