Semester : VI
FAKULTAS / NPM : FKIP / 71170513041
DOSEN : Ibu Dra. Liesna Andriany, M.Pd
Mata Kuliah : STILISTIKA
2. Metafora, merupakan gaya bahasa yang digunakan sebagai kiasan yang secara
eksplisit mewakili suatu maksud lain berdasarkan persamaan atau perbandingan.
Contoh Majas Metafora :
a. Mila adalah bunga desa yang selalu mengagumkan.
b. Lia selalu menjadi buah bibir karena tingkah lakunya yang urakan.
c. Kita harus waspada dengan orang itu karena ia terkenal panjang tangan.
d. Raja hutan itu memiliki suara yang paling menggelegar.
e. Dodi senang sekali dengan buah tangan yang diberikan paman.
3. Asosiasi, merupakan gaya bahasa yang membandingkan dua objek berbeda, namun
disamakan dengan menambahkan kata sambung bagaikan, bak, atau seperti.
Contoh Majas Asosiasi :
a. Sita dan Siti bak pinang dibelah dua.
b. Harapan Lina akan beasiswa bak gayung bersambut.
c. Pendiriannya memang seperti air di daun talas.
d. Dia sudah lama tidak muncul bagaikan ditelan bumi.
e. Layaknya tiada gading yang tak retak, begitu juga manusia.
f. Nasib kita itu seperti roda yang berputar.
4. Hiperbola, merupakan gaya bahasa yang mengungkapkan sesuatu secara berlebihan,
bahkan terkesan tidak masuk akal.
Contoh Majas Hiperbola :
a. Dia sudah terbiasa memeras keringat untuk menafkahi keluarga.
b. Luluk girang setengah mati karena mendapat lotre.
c. Dinda menangis sampai air matanya habis karena kehilangan dompet.
d. Lari marathon sungguh melelahkan sampai kakiku terasa mau lepas.
e. Suaranya hampir memecahkan gendang telingaku.
5. Eufemisme, merupakan gaya bahasa dimana kata-kata yang dianggap kurang baik
diganti dengan padanan kata yang lebih halus.
Contoh Majas Eufemisme :
a. Dia adalah seorang tuna daksa.
b. Kita harus menolong orang yang tuna wisma.
c. Kasihan anak itu, ia terlahir tuna rungu.
d. Guru itu adalah seorang difabel, tapi ia sangat pandai mengajar.
e. Dia terpaksa mendekam di hotel prodeo karena kecelakaan itu.
a. Jika sudah sampai pada dermaga kehidupan, pada anaklah kita akan berlabuh.
b. Ani sedang mencari pelabuhan cintanya, dan pada Adilah ia berlabuh.
c. Dalam pertarungan mencari jati diri, diri kita sendirilah petarungnya, dan orang
tua adalah pelatihnya.
d. Pertandingan politik ini, membutuhkan kapten yang tepat.
e. Di dalam perlombaan memenangkan hati, jurinya adalah perasaan.
9. Sinekdok, merupakan majas yang terbagi menjadi dua yaitu sinekdok pars pro toto
dan sinekdok totem pro parte.
Contoh Majas Sinekdok :
Contoh:
Pars pro Toto: Selama seminggu ini, Riyan belum juga menampakkan batang
hidungnya.
Keterangan: batang hidung adalah hanya sebagian dari Riyan, padahal yang
dimaksud adalah Riyan seluruhnya.
Totem pro Parte: Indonesia telah berhasil mendapatkan 11 medali emas Asian Games
tahun ini.
a. Kita hanya perlu mewakilkan satu kepala saja dalam rapat ini.
b. Ibu membeli tiga ekor ayam untuk pesta nanti malam.
c. Dia hanya menampakkan batang hidungnya sebentar saja, lalu pergi.
a. Apalah daya kami hanya bisa menyediakan pondok sederhana ini untuk kalian.
b. Silahkan dinikmati makanan seadanya ini.
c. Ini uang tanda terima kasih sekedar untuk mengganti ongkos pulsa.
d. Ya, baru mobil butut ini yang bisa kami beli.
e. Semoga kalian bisa nyaman dengan alas sederhana ini.
3. Antitesis, merupakan gaya bahasa yang memadukan pasangan kata dimana memiliki
arti yang saling bertentangan.
Contoh Majas Antitesis :
a. Besar kecil kue ini tetap enak rasanya.
b. Tinggi rendah martabat kita tergantung pada tingkat laku kita.
c. Orang akan menilai baik buruk diri kita dari sikap kita kepada mereka.
d. Sangat penting untuk menilai orang berdasarkan benar salah perbuatan mereka.
e. Suka benci itu adalah hak kita untuk mengatur perasaan kita sendiri.
4. Kontradiksi interminus, merupakan gaya bahasa yang menyangkal pernyataan yang
disebutkan sebelumnya. Umumnya, majas ini disertai dengan konjungsi misalnya
hanya saja atau kecuali.
Contoh Majas Kontradiksi interminus :
a. Kota – kota besar ini semakin mewah, kecuali kota – kota pinggiran yang
semakin tersisih.
b. Pesta ini sangat meriah, hanya saja di sudut kolam itu terlihat sepi.
c. Burung-burung di sini sangat cantik, kecuali burung kecil yang sedang terluka itu
terlihat buruk.
d. Hewan ternak milik Pak Sugi sehat – sehat, hanya saja ada beberapa ternak yang
sakit – sakitan.
e. Mobil-mobil di dealer ini sangat modern, kecuali satu mobil yang ada di ujung
sana terlihat kuno.
2. Repetisi, merupakan gaya bahasa yang mengulang kata-kata dalam suatu kalimat.
Contoh Majas Repetisi:
a. Dia adalah pelakunya, dia si pencuri itu, dialah yang mengambil jam tangan
milikmu.
b. Saya ingin berubah, saya ingin rajin belajar, saya ingin pintar, saya ingin menjadi
orang sukses.
c. Lili adalah gadis cantik, Lili adalah gadis baik, Lili adalah gadis yang sempurna.
d. Siti begitu baik, Siti begitu mulia, Siti-lah yang selalu menolongku setiap kali aku
ada masalah.
e. Buku ini buku yang bagus, buku ini sangat istimewa, buku inilah yang mampu
merubah sudut pandangku.
3. Retorika, merupakan gaya bahasa dalam bentuk kalimat Tanya tetapi sebenarnya
tidak perlu dijawab. Majas ini biasanya dipakai untuk penegasan sekaligus sindiran.
Contoh Majas Retorika:
a. Kapan Aku pernah memintamu untuk membohongiku?
b. Apa ada orang yang mau ditipu?
c. Siapa yang rela jika harus kehilangan orang yang dikasihinya?
d. Apa kita pernah meminta mendapatkan semua keberkahan ini?
e. Kapan Aku memintamu untuk iri kepadaku?
4. Klimaks, merupakan gaya bahasa yang menjelaskan lebih dari dua hal secara
berurutan dimana tingkatannya semakin lama semakin tinggi.
Contoh Majas Klimaks :
a. Bayi, anak kecil, remaja, hingga orang tua seharusnya memiliki kehidupan
yang layak dan sejahtera.
b. PAUD, TK, SD, SMP, SMA, kita harus bisa menyisipkan pendidikan karakter di
setiap tahapannya.
c. Kecil, sedang, besar, semua buah ini akan kubeli.
d. S, L, M, XL, XXL, kita semua memiliki ukuran pakaian itu.
e. Anak-anak, muda, tua, bisa menikmati fasilitas yang kami berikan ini.
5. Antiklimaks, merupakan gaya bahasa yang menjelaskan lebih dari tingkatan tertinggi
ke tingkatan terendah.
Contoh Majas Antiklimaks :
Ada banyak jenis kalimat yang dikenal dalam bahasa Indonesia. Salah satu jenis kalimat yang
sering digunakan adalah majas. Majas sendiri memiliki ciri khas dari gaya bahasa yang
digunakan.
Apa arti / pengertian majas dan apa saja macam – macam majas yang ada? Berikut kita akan
membahas mengenai pengertian majas atau gaya bahasa, contoh kalimat majas dan juga
macam –macam majas yang sering digunakan dalam berbahasa Indonesia.
Pengertian Majas
Pengertian majas adalah gaya bahasa yang digunakan untuk menyampaikan pesan dengan
cara yang imajinatif atau berupa kiasan. Sifat majas secara umum adalah tidak pada makna
yang sebenarnya atau kiasan atau bermakna konotasi.
Penggunaan majas dalam gaya bahasa ini bertujuan untuk membuat pembaca bisa merasakan
efek emosional tertentu dari gaya bahasa tersebut. Berbagai jenis majas sering digunakan
sesuai dengan arah pembicaraan atau efek gaya bahasa yang diinginkan. Itu sebabnya,
dikenal ada banyak jenis majas dalam bahasa Indonesia.
Majas Perbandingan
Jenis majas perbandingan meliputi majas yang menggunakan gaya bahasa ungkapan dengan
cara menyandingkan atau membandingkan suatu objek dengan objek yang lainnya, yakni
melalui proses penyamaan, pelebihan, atau penggantian. Di dalam majas perbandingan ini
pun masih dapat dibagi ke dalam beberapa sub jenis, seperti :
1. Majas Personifikasi
Contoh: Pensil itu menari –nari di atas kertas untuk menghasilkan gambar yang begitu indah.
Keterangan: pensil adalah benda mati yang sudah pasti tidak bisa menari, tapi digambarkan
benda mati tersebut bisa menari layaknya manusia.
Majas metafora adalah suatu majas yang menggunakan sebuah objek yang bersifat sama
dengan pesan yang ingin disampaikan, melalui suatu ungkapan. Jadi, satu objek dibandingkan
dengan objek lain yang serupa sifatnya, tetapi bukan manusia.
Keterangan: anak emas adalah ungkapan bagi orang yang dianggap kesayangan.
Majas asosiasi adalah majas yang menggunakan ungkapan dengan membandingkan dua
objek berbeda, namun dianggap sama, yang dilakukan dengan pemberian kata sambung
bagaikan, bak, atau seperti. Perbandingan dalam majas ini disampaikan secara implisit,
sehingga pembaca harus menganalisa sendiri arti dari perumpamaan yang digunakan.
Contoh: Meskipun bukan saudara kembar, tapi kakak beradik itu bak pinang dibelah dua.
Keterangan: bak pinang dibelah dua artinya kedua saudara itu memiliki wajah sangat mirip.
Majas hiperbola adalah majas yang mengungkapkan sesuatu dengan kesan yang berlebihan,
dan bahkan membandingkan sesuatu dengan cara yang hampir tidak masuk akal.
Contoh: Kakek itu bekerja banting tulang siang malam untuk menghidupi cucu –cucunya.
Keterangan: bekerja banting tulang siang malam menunjukkan kesan berlebihan dari
tindakan bekerja keras.
Majas eufemisme adalah majas dengan gaya bahasa yang menggantikan kata-kata yang
dianggap kurang baik ata kurang etis, dengan padanan kata yang lebih halus dan bermakna
sepadan.
Keterangan: kata difabel menggantikan frasa yang dianggap kurang baik, yakni “orang
cacat”.
Majas metonimia adalah majas yang menggunakan gaya bahasa dengan menyandingkan
merek atau istilah tertentu yang sudah populer, untuk merujuk benda yang sebenarnya lebih
umum.
Contoh: Agar gigi bersih, kita harus rajin menggosok gigi dengan odol.
Keterangan: yang dimaksud dengan odol di sini adalah pasta gigi, karena odol sebetulnya
adalah merek dagang dari pasta gigi.
Majas Simile ini bisa dikatakan menyerupai majas asosiasi yang menggunakan kata hubung
berupa : bak, bagaikan, atau seperti. Hanya bedanya, pada majas simile ini tidak
membandingkan dua objek yang berbeda, melainkan membandingkan kegiatan dengan
menggunakan ungkapan yang maknanya serupa dan disampaikan secara lebih lugas atau
eksplisit. Jadi pembaca langsung bisa menebak arti dari perumpamaan yang digunakan.
Contoh: Setelah kehilangan kakaknya, Dito bagaikan anak ayam kehilangan induknya, selalu
kebingungan.
Keterangan: bagaikan anak ayam kehilangan induknya menunjukkan adanya kegiatan yang
selalu dalam kebingunan tanpa arah dan tujuan.
1. Sering-seringlah bergaul, agar tidak kurang wawasan, seperti kura-kura dalam tempurung.
2. Dia selalu saja patuh pada ketua geng itu, seperti kerbau yang ditusuk hidungnya.
3. Lili memang sudah terkenal sebagai pemalas, seperti beruang di musim dingin.
4. Adikmu tampak sangat lapar, jalannya seperti singa kelaparan.
5. Rapat hari ini sangat kacau, seperti hutan terserang angin ribut.
8. Majas Alegori
Majas alegori adalah majas dengan gaya bahasa yang menyandingkan suatu objek dengan
kata-kata kiasan bermakna konotasi atau ungkapan.
Keterangan: kata suami diungkapkan sebagai nahkoda, yang bermaksud sebagai pemimpin
keluarga.
1. Jika sudah sampai pada dermaga kehidupan, pada anaklah kita akan berlabuh.
2. Ani sedang mencari pelabuhan cintanya, dan pada Adilah ia berlabuh.
3. Dalam pertarungan mencari jati diri, diri kita sendirilah petarungnya, dan orang tua adalah
pelatihnya.
4. Pertandingan politik ini, membutuhkan kapten yang tepat.
5. Di dalam perlombaan memenangkan hati, jurinya adalah perasaan.
9. Majas Sinekdok
Gaya bahasa sinekdok ini menunjukkan adanya perwakilan dalam mengungkapkan sesuatu.
Agar lebih jelas, kita bisa melihat pada pembagian majas sinekdok ini, di mana majas ini
masih terbagi lagi dalam dua macam, yaitu sinekdok pars pro toto dan sinekdok totem pro
parte.
Sinekdok pars pro toto (part/ sebagian mewakili total) adalah gaya bahasa yang
menyebutkan sebagian unsur dengan maksud mewakili keseluruhan benda. Sedangkan
sinekdok totem pro parte (total mewakili part/ sebagian) adalah kebalikannya, yaitu berupa
gaya bahasa yang menunjukkan keseluruhan bagian yang mewakili hanya pada sebagian
benda atau situasi saja.
Contoh:
Pars pro Toto: Selama seminggu ini, Riyan belum juga menampakkan batang hidungnya.
Keterangan: batang hidung adalah hanya sebagian dari Riyan, padahal yang dimaksud
adalah Riyan seluruhnya.
Totem pro Parte: Indonesia telah berhasil mendapatkan 11 medali emas Asian Games tahun
ini.
Keterangan: Indonesia adalah seluruhnya, padahal yang dimaksud mendapat medali hanya
beberapa orang yang mewakili Indonesia saja.
Contoh Majas Sinekdok Pars Pro Toto:
1. Kita hanya perlu mewakilkan satu kepala saja dalam rapat ini.
2. Ibu membeli tiga ekor ayam untuk pesta nanti malam.
3. Dia hanya menampakkan batang hidungnya sebentar saja, lalu pergi.
Majas simbolik menggunakan gaya bahasa yang membandingkan antara manusia dengan
sikap makhluk hidup lain dalam bentuk ungkapan.
Majas Pertentangan
Majas pertentangan merupakan suatu bentuk gaya bahasa dengan kata-kata kiasan yang
bertentangan dengan yang dimaksudkan sesungguhnya. Jenis majas pertentangan dapat
dibagi ke dalam beberapa subjenis, meliputi :
1. Majas Litotes
Majas litotes adalah majas yang berkebalikan dengan majas hiperbola, tetapi lebih sempit
pada ungkapan yang bertujuan untuk merendahkan diri, dan pada kenyataannya yang
dimaksud tidak seperti yang dikatakan.
Keterangan: gubuk yang dimaksud adalah rumah, sekali pun sebetulnya bukan berbentuk
gubuk melainkan rumah yang sudah memiliki bangunan kokoh.
1. Apalah daya kami hanya bisa menyediakan pondok sederhana ini untuk kalian.
2. Silahkan dinikmati makanan seadanya ini.
3. Ini uang tanda terima kasih sekedar untuk mengganti ongkos pulsa.
4. Ya, baru mobil butut ini yang bisa kami beli.
5. Semoga kalian bisa nyaman dengan alas sederhana ini.
2. Majas Paradoks
Majas paradoks adalah majas dengan ungkapan membandingkan situasi asli atau fakta
dengan situasi yang berkebalikan.
Contoh: Aku merasa sepi di tengah – tengah pesta yang ramai ini.
Majas antitesis adalah majas yang memadukan pasangan kata yang memiliki arti
bertentangan.
Keterangan: kata baik dan buruk adalah dua makna yang bertentangan dan saling
disandingkan.
Adalah gaya bahasa dengan ungkapan menyangkal ujaran yang telah dipaparkan sebelumnya,
dan biasanya diikuti konjungsi, seperti kata kecuali atau hanya saja.
1. Kota – kota besar ini semakin mewah, kecuali kota – kota pinggiran yang semakin tersisih.
2. Pesta ini sangat meriah, hanya saja di sudut kolam itu terlihat sepi.
3. Burung-burung di sini sangat cantik, kecuali burung kecil yang sedang terluka itu terlihat
buruk.
4. Hewan ternak milik Pak Sugi sehat – sehat, hanya saja ada beberapa ternak yang sakit –
sakitan.
5. Mobil-mobil di dealer ini sangat modern, kecuali satu mobil yang ada di ujung sana terlihat
kuno.
Majas Sindiran
Majas sindiran adalah kelompok macam majas yang menggunakan kata-kata kiasan yang
tujuannya adalah untuk menyindir seseorang atau perilaku dan kondisi tertentu. Jenis majas
sindiran terbagi ke dalam tiga subjenis, meliputi :
1. Majas Ironi
Majas ironi adalah majas yang menggunakan kata-kata bertentangan dengan fakta yang ada
dengan maksud menyindir. Jadi, seperti memuji di awal, tapi menunjukkan maksud
sebenarnya (yakni menyindir) di akhir kalimat.
1. Bersih sekali tempat ini, sampai –sampai bisa jadi sarang tikus.
2. Wangi sekali bajumu, sampai banyak lalat yang mengerubuti.
3. Besar sekali kadomu, sampai bisa dimasukkan dalam kantong celana.
4. Sepertinya dietmu sukses, berat badanmu naik hingga 10 kg.
5. Kakaknya baik sekali, mengantarkan adik ke sekolah saja enggan.
6. Santun sekali kamu, berbicara saja pakai membentak-bentak.
7. Pandai sekali kamu, matematika bisa mendpatkan nilai nol besar.
8. Rajin sekali adikku ini, matahari sudah di tengah kepala baru bangun.
9. Cepat sekali larimu, dibandingkan dengan kura-kura saja sama.
10. Pengertian sekali kamu, ada tamu tidak pernah dijamu.
2. Majas Sinisme
Majas sinisme ini menggunakan gaya bahasa yang menyampaikan sindiran secara langsung
pada hal yang disindir. Sinisme tidak menggunakan ungkapan untuk memperhalus sindiran
seperti ironi, namun sindiran juga tidak disampaikan secara kasar.
Majas ini menyampaikan sindiran secara langsung dan sifatnya kasar, sehingga cenderung
seperti hujatan.
Majas Penegasan
Majas penegasan adalah jenis gaya bahasa yang dibuat dengan tujuan untuk meningkatkan
pengaruh kepada para pembaca atau pendengarnya agar menyetujui ujaran atau kejadian yang
diungkapkan. Majas penegasan dapat dibagi ke dalam tujuh subjenis, yang meliputi :
1. Majas Pleonasme
Majas ini menggunakan kata-kata yang maknanya sama, sehingga terkesan tidak efektif,
namun hal ini sengaja dilakukan untuk menegaskan suatu hal.
Contoh: Kita harus maju ke depan agar bisa menjelaskan pada teman sekelas.
Gaya bahasa repetisi dilakukan dengan mengulang kata-kata yang ada dalam sebuah kalimat.
1. Dia adalah pelakunya, dia si pencuri itu, dialah yang mengambil jam tangan milikmu.
2. Saya ingin berubah, saya ingin rajin belajar, saya ingin pintar, saya ingin menjadi orang
sukses.
3. Lili adalah gadis cantik, Lili adalah gadis baik, Lili adalah gadis yang sempurna.
4. Siti begitu baik, Siti begitu mulia, Siti-lah yang selalu menolongku setiap kali aku ada
masalah.
5. Buku ini buku yang bagus, buku ini sangat istimewa, buku inilah yang mampu merubah
sudut pandangku.
6. Di tempat ini aku pertama kali bertemu dengannya, di tempat ini aku berkenalan, di tempat
ini aku selalu menunggunya, di tempat ini pula ia meninggalkanku.
7. Rumah ini adalah tempat paling nyaman, rumah ini adalah tempat paling istimewa, rumah
inilah tempat tinggalku satu-satunya.
8. Gadis itu telah berhasil merayuku, gadis itu berhasil memikat hatiku, gadis itulah yang
selalu mengisi ingatanku.
9. Komputer inilah yang selalu menemaniku, komputer inilah yang mengatarkanku pada
kesuksesan, komputer ini sudah seperti saudaraku.
10. Kota ini adalah tempat kelahiranku, kota ini tempatku dibesarkan, dan di kota ini pula aku
akan mati.
3. Majas Retorika
Majas retorika dilakukan dengan memberikan penegasan dalam bentuk kalimat tanya, yang
sesungguhnya tidak perlu dijawab.
4. Majas Klimaks
1. Bayi, anak kecil, remaja, hingga orang tua seharusnya memiliki kehidupan yang layak dan
sejahtera.
2. PAUD, TK, SD, SMP, SMA, kita harus bisa menyisipkan pendidikan karakter di setiap
tahapannya.
3. Kecil, sedang, besar, semua buah ini akan kubeli.
4. S, L, M, XL, XXL, kita semua memiliki ukuran pakaian itu.
5. Anak-anak, muda, tua, bisa menikmati fasilitas yang kami berikan ini.
6. Masyarakat di pelosok, desa, kota, sudah selayaknya mendapat kesejahteraan hidup yang
baik.
5. Majas Antiklimaks
Gaya bahasa ini berkebalikan dengan klimaks, yakni gaya bahasa yang menegaskan sesuatu
dengan mengurutkan suatu tingkatan dari tinggi ke tingkatan yang rendah.
1. Masyarakat modern, desa, hingga yang pelosok seharusnya memiliki akses kesehatan yang
layak.
2. Lansia, dewasa, remaja, anak-anak, juga bayi, boleh datang ke pesta yang kita adakan.
3. Tua, muda, juga anak-anak punya hak yang sama untuk bahagia.
4. Ukuran jumbo, sedang, kecil, tersedia di toko kami.
5. S3, S2. S1. juga D3, boleh mendaftarkan diri di perusahaan ini.
6. Majas Pararelisme
Gaya bahasa paralelisme biasanya terdapat dalam puisi, yang dilakukan dengan mengulang-
ulang sebuah kata di dalam berbagai definisi berbeda. Jika pengulangan dilakukan di awal,
maka disebut sebagai anafora. Namun, jika kata yang diulang ada pada bagian akhir kalimat,
maka disebut epifora.
sssss
7. Tautologi, merupakan gaya bahasa yang mengulang kata yang bersinonim untuk
menegaskan suatu kondisi atau maksud tertentu.
Contoh Majas Tautologi :