Anda di halaman 1dari 3

Gagal Masuk Sekolah Impian

Udara sejuk di pagi hari memasuki ruang kamarku. Semakin ku


menarik selimutku, namun dibangunkan oleh cahaya matahari yang
mengenai wajahku. Aku adalah anak perempuan pertama sekaligus anak
tunggal dari keluargaku, namaku adalah Evelin Feronita, lahir pada tanggal
27 Juni 2005 di Lumajang.

Sejak kecil aku dikenal sebagai anak yang pemalu dan cengeng.
Orang tuaku sering memarahiku karena kedua sifatku itu. Namun saaat aku
berumur 5 tahun ayahku pergi meninggalkanku ke luar kota untuk bekerja.
Suasana rumah pun menjadi sepi hanya tinggal 3 orang saja bersama ibu
dan nenekku. Kakekku sudah meninggal dunia sejsak aku masih dalam
kandungan sehingga aku tak pernah sekalipun melihat wajahnya ataupun
sosok tubuhnya.

1 tahun kemudian aku berumur 6 tahun, sudah mulai ada


pendaftaran untuk sekolah SD. Orang tua ku menyekolahkan di SDN
Kenongo, yang ada didesaku. Pembelajaran disekolah SD menurutku
sangat menyenangkan dan mengasyikkan. Karena nilai ujianku semenjak
kelas 1 hingga kelas 4 bagus, serta ada kenaikan setiap tahunnya. Orang
tuaku merasa bangga kepadaku. Kemudian setelah beberapa bulan, ada
pengajuan beberapa lomba cerdas cermat dan senam. Aku merasa senang
karena diikutkan dalam lomba tersebut. Lomba pertama yang aku ikuti
waktu itu adalah mengarang. Namun persiapan yang kulakukan hanya
beberapa hari sekitar 1 minggu. Bagiku waktu tersebut kurang cukup untuk
mempersiapkan perlombaan itu. Dan akhirnya hari yang ditunggu tunggu
setelah beberapa hari tiba. Aku lomba di SD Gucialit 01 didampingi oleh
guruku. 2 jam telah berlalu, lombaku sudah selesai tinggal menungggu
pengumuman. 2 hari setelah lomba pengumuman tiba, dan ternyata aku
tidak berhasil dan kalah dalam perlombaan tersebut. Aku merasa kecewa
dan sedih dengan hasil pengumuman tersebut. Namun aku tetap semangat
dan tidak berkecil hati serta terus mengikuti lomba lomba lainnya. Seperti
lomba senam, cerdas cermat dan agama. Dan akhirnya usaha memang tidak
menghianati hasil, aku berhasil menang dalam lomba cerdas cermat
tersebut. Semua usahaku serasa terbayarkan dan memuaskan.

Saat ini aku sudah duduk di banggu kelas 5 SD, orang tuaku
menyuruhku memikirkan mau sekolah kemana. Sebenarnya aku sudah
memimpikan untuk sekola di SMP 01 Sukodono sejak dulu. Aku merasa
yakin pasti bisa masuk ke sekolah tersebut dengan pertimbangan kemarin
aku sudah mempunyai piagam penghargaan untuk ku daftarkan nanti.
Setelah beberapa hari, aku menjadi sering bermain dan jarang belajar
karena sudah punya piagam bagiku sudah tidak perlu lagi belajar nanti
juga pasti masuk ke SMP 01 sukodono. Aku terlalu menyepelekan hal hal
tersebut dan merasa sombong atas kemenangan yag kuraih kemarin.
Namun akibatnya berdampak buruk nilaiku menjadi turun drastis dari yang
biasanya aku masuk 5 besar kini hanya 10 besar. Aku merasa kaget dan
kecewa dengan hasil nilaiku itu, aku berfikir mungkin ini terjadi akibat aku
terlalu fokus pada kegiatan menari dan senam sehingga pembelajaranku
terganggu. Akhirnya kenaikan kelas 6 sudah tiba, kini aku sudah duduk
dibangku kelas 6. Pasti banyak ujian yang akan ku lewati. Aku terus
berusaha menyakinkan diriku untuk bisa melalui ini dan membuat nilaiku
naik lagi. Ujian simulasi dan try out sudah kulewati, tinggal ujian persiapan
UN. Entah kenapa aku merasa biasa saja meskipun sudah dekat persiapan
ujian nasional nya, karena sudah yakin pasti bisa masuk sekolah impianku
karena sudah memiliki piagam kemarin. Akibat dari keteledoranku
menyepelekan hasil UN dan hanya bergantung pada piagam yang kumiliki
saja. Oleh sebabnya aku jadi tak bisa lancar mengerjakan UN, padahal
sudah mengikuti les privat dari sore hingga malam hari. Dan tiba waktunya
Ujian Nasional sudah selesai tinggal menunggu hasil pengumuman. Aku
merasa sombong dan yakin nilaiku baguis karena sudah les setiap hari.
Namun ternyata tak sesuai harapan nilaiku hancur dan hanya mendapat rata
rata senilai 23,56 jauh lebih rendah dari teman termanku lainnya. Aku
kecewa karena keteledoranku sendiri menyepelekan hal hal kecil tersebut.

Setelah beberapa minggu liburan selesai, pendaftaran SMP sudah


dimulai, ternyata wilayah rumahku terkena zonasi, hanya dapat mengikurti
jalur nilai UN saja. Aku kecewa nilaiku yang rendah tidak mungkin bisa
masuk ke sekolah impianku. Kini aku menyadari bahwa dulu aku tidak
pernah berfikir bahwa diluar sana masih ada yang lebih hebat dari diriku,
namun mereka tetap rendah hati meskipun sudah hebat. Tidak seperti diriku
yang hanya pernah sekali juara sudah sombong dan merasa paling hebat.

Hasil pengumunan akhirnya keluar aku tidak lolos dalam


pendaftaran tersebut, akibat rasa sombong dalam diriku , aku hanya bisa
sekolah di sekolah lain walaupun terpaksa yaitu di SMP 02 Sukodono.
Namun meskipun dengan rasa penuh kecewa aku harus tetap mensyukuri
mungkin ini memang sudah jalanku atau takdirku dan juga aku tak perlu
terlalu lama terlarut dalam perasaan kecewa dan kegagalan, serta harus
mensyukuri semua hal yang ada dalam kehidupan ini.

Penulis

Evelin feronita

Anda mungkin juga menyukai