Wajah lucu dengan bentuk yang bulat serta warna mata
yang cokelat berlari-lari di sawah bermain layang-layang bersama teman-teman nya, rambut berwarna kemerahan terkena terik sinar matahari serta hidung yg penuh dengan ingus,ya itu adalah aku.Namaku Wildan, bulan Juli adalah bulan dimana aku di lahirkan,itu sebabnya “Juliansyah” menjadi nama kepanjanganku.
Sebelum di bangku sekolah dasar
Aku lahir dari keluarga yang sederhana tidak miskin dan juga tidak kaya, bermain hingga lupa makan adalah kebiasaanku, hingga di suatu hari ibuku mencari kesana kemari karena aku seharian tidak pulang ke rumah, ibuku mencariku sambil membawa sebilah sapu berteriak Ibu :“Wildan dimana!!wildan..makan!!” dengan nada yang tinggi.Lalu aku berlari kerumah karena aku telah menyadari teriakan ibu dan aku bergegas mengambil piring ke dapur untuk makan.Setiap hari mengulang kesalahan yang sama, bermain bersama teman hingga lupa makan. Saat usia ku tujuh tahun ayah dan ibu menyekolahkan ku di SD negeri, dengan rasa semangat aku menerima tawaran ayah dan ibu.Di hari pertama sekolah aku di antarkan oleh ibu ku menggunakan sepeda motor, rasa senang, malu, takut, campur aduk ada di fikiran ku,saat aku masuk kelas aku langsung di tawarkan duduk di depan oleh guru yang saat itu ada di kelas, ibu ku memperhatikanku di jendela sampai jam pulang tiba.Ibuku terlihat sangat senang karena anaknya sudah duduk di bangku sekolah dasar, akupun sangat senang karena akhirnya aku bisa seperti teman-temanku yang sudah bersekolah, memiliki banyak teman dan bermain sambil belajar. Dikala saatnya libur semester,orang tuaku selalu mengajak pergi liburan menghabiskan waktu liburanku.Liburan yang sangat berkesan adalah ketika kami mengunjungi kota yang jauh dari kota kelahiranku.Bandung,kota ini banyak sekali kenangan- kenangan saat bersama keluargaku liburan,mulai dari mencoba kuliner yang ada di dago, mengunjungi kawah putih, berfoto di Braga sambil berbelanja,dan semua itu menjadi kenangan yang sangat berkesan bagiku. Ibu :”kalo gak salah di dago ada bakso yang terkenal deh” Ayah :”mau coba?” Ayah bertanya kepada kami sambil menyetir mobil Ibu :”boleh,tapi masih belum tau pasti dimana alamat nya” Aku :”kita cari aja,kan masih sekitar dago bukan?” Lalu kami segera pergi ke Dago untuk mencari bakso yang terkenal yang ibu maksud. Hari-hari aku bersekolah dengan sangat semangat,tepat saat aku di kelas tiga aku mengikuti perlombaan calistung, saat itu aku tidak tahu bahwa itu adalah perlombaan,ibu dan ayah sangat senang setelah mengetahui bahwa aku mengikuti lomba calistung, hingga ayahku membelikan aku sebuah tas yang sangat aku idamkan yaitu tas roda. Tiga tahun berjalan hingga dimana hari kelulusan tiba,tidak terasa ternyata aku sudah menginjak dewasa dan harus melanjutkan pendidikanku ke jenjang selanjutnya.Di hari kelulusanku, aku hanya di dampingi oleh ibuku karena ayahku sibuk bekerja,tapi dengan begitu tidak membuatku sedih karena di hari itu aku mendapatkan juara dua kelas,ibuku sangat senang dan bangga.
My story is in Islamic boarding school
Dari kecil aku selalu menonton televisi sepulang sekolah, film yang sering aku lihat adalah “kun anta” film yang bercerita tentang anak-anak pesantren.Film tersebut membuat hatiku tergerak untuk melanjutkan pendidikan ku di pesantren,bahkan saat ibu dan ayah bertanya kemana aku akan melanjutkan pendidikan ku,aku menjawab “mau lanjut di pesantren aja,biar kaya di film kun anta” itulah yang terbenak di fikiranku.Ibuku langsung mencari pesantren yang lokasinya tidak terlalu jauh atau tidak diluar kota kelahiranku.Setelah menemukan pesantren, ibu dan ayah langsung mendaftarkanku di pesantren tersebut,sampai menunggu jadwal masuk santri baru,aku sangat menikmati waktu-waktu terkahirku bersama teman- teman,sangat sedih rasanya jika aku harus meninggalkan orang tua, rumah, dan teman-teman yang sudah menemani dari aku kecil. Hari dimana jadwal penerimaan santri baru,aku sudah menyiapkan semuanya mulai dari pakaian, alat mandi dan alat shalat,aku langsung berangkat menuju pesantren di antarkan oleh ayah dan ibu.Tiba nya aku di pesantren,aku sangat kagum ketika aku sudah masuk dan melewati gerbang utama pesantren,aku kagum karena aku melihat bangunan pesantren nya yang besar dan megah serta bernuansa islami, terdapat beberapa gor untuk berolahraga serta ratusan kamar santri yang berbaris rapih di sekeliling gor tersebut.Senang yang aku rasakan karena akhirnya aku bisa merasakan rasanya menjadi santri seperti aktor-aktor di film kun anta.Ibuku mengantarkanku ke kamar yang sudah terdaftar namaku, kebetulan aku di tempatkan di kamar 1A.Aku sangat malu ketika aku melihat santri lainnya yang sudah berada di kamar tersebut.Ayah dan ibu berpamitan untuk pulang dan menitipkan pesan untukku, Ayah:”cari banyak teman, jangan berantem” Ibu:”kalo sudah jadwalnya makan jangan lupa makan,karena ini bukan di rumah yang bisa makan kapan saja” Aku:”ibu juga jangan lupa untuk kesini lagi”,sedih rasanya di tinggalkan oleh ayah dan ibu, tapi aku harus tetap sabar dan semangat menuntut ilmu karena memang ini juga yang aku.Tidak ada kegiatan apapun di hari pertama, hingga di hari kedua jadwal pesantren berlaku, mulai dari jadwal shalat lima waktu,mengaji, piket, hingga penggunaan tata bahasa yang baik dan benar. Belum satu bulan aku sudah mempunyai banyak kenalan,hingga aku mempunyai teman dekat di kelas tetapi tidak sekamar denganku.Dia bernama hafidz rafa teman kelasku,dia adalah anak yang sangat manja karena didikan orang tua nya.Setiap hari dia mengeluh karena peraturan pesantren,dia selalu menangis dan selalu meminta ustadz untuk menelepon kedua orang tua nya, bahkan dia sering sekali mencoba nekat memanjat gerbang untuk mencoba kabur,tapi selalu aku tahan.Aku hanya bisa memberikan dia semangat dan mencoba membuat dia betah di pesantren, padahal tidak ada bedanya aku dengan temanku,aku sama seperti dia tidak betah di pesantren dan selalu berkeinginan untuk pulang ke rumah,hanya saja aku tidak menunjukkan rasa itu hingga semua orang menganggap bahwa aku betah di pesantren.Temanku selalu berpura-pura sakit agar dia bisa diam di asrama dan tidak menjalankan kegiatan-kegiatan pesantren,itu membuatku bosan karena aku tidak mempunyai teman.Pada akhirnya aku mempunyai teman baru untuk menjalani aktifitas pesantren,dia bernama raihan, temanku yang satu ini berbeda dengan temanku yang bernama hafidz,dia anak yang sangat rajin dan taat aturan hingga aku terbawa rajin karenanya.Seiring berjalannya waktu hafidz pun mulai betah dan mulai menerima keberadaan nya di pesantren ini, dia mulai berubah dan mulai taat aturan,lalu kami bertiga bergabung.Kami kemana-mana selalu bertiga bahkan ekskul kami pun sama, kebetulan kami mengikuti ekskul tapak suci, kaligrafi,dan Pramuka.Kami semua semangat karena kami menjalani kegiatan-kegiatan yang sama.Setiap hari kami menjalani aktifitas dengan penuh semangat.Hingga..
Satu tahun di pesantren
Kami semua sudah hampir bisa menguasai bahasa Arab
dan Inggris, sehari-hari menggunakan bahasa asing tersebut karena memang sudah peraturannya seperti itu,bahkan peraturan tertulisnya melarang para santri menggunakan bahasa Indonesia. Aku :”huna..huna sur’atan” Kataku kepada hafidz Hafidz :”na’am na’am” Begitulah kira-kira kami setiap harinya,aku sendiri sering sekali di hukum karena lupa menggunakan bahasa arab ataupun Inggris. Suatu hari ibuku datang berkunjung untuk menjenguk, Kedatangan ibu pasti membawa nasi beserta lauk pauknya dengan porsi banyak yang telah ibu siapkan dari rumah untuk di makan bersama-sama,hal ini membuatku senang karena aku sangat jarang sekali makan masakan ibu. Aku :”sering-sering jenguk bu,biar gak terus-terusan kangen masakan ibu hehe” Kataku sambil tersenyum lebar dengan berharap ibu menuruti permintaanku Ibu :”ya jangan gitu dong, kan tiap santri dapat jatah jenguk nya terbatas” Kata ibuku sambil membereskan pakaian yang ada di lemari Aku :”iya sih” Ibu :”nanti saja kamu pulang kerumah kalo waktu liburan tiba” Aku :”masih lama dong buu” Nadaku sambil sedikit kesal Ibu :”ya tunggu aja hehe” Ibu :”yasudah ibu pulang dulu ya, stok obat sudah ibu rapihkan di laci lemari kamu,ibu harua segera pulang karena ayah sore ini pulang” Aku :”iya bu hati-hati di jalannya” Ibu :”bayar spp biar kamu saja yang bayar, ibu simpan uang nya di bawah baju kamu” Aku :”iyaa bu”. Malam ini ada kegiatan nobar atau nonton bersama, kegiatan rutin setiap satu bulan sekali yang di selenggarakan di gor serba guna.Film yang di tayangkan di bulan ini adalah tentang perjuangan seorang ibu,aku dan dua orang temanku sangat fokus menonton, hingga tidak terasa air mata kami menetes karena teringat ibu di rumah.Film pun berakhir dan kami di arahkan untuk segera kembali ke asrama masing-masing.Keesokannya seperti biasa alu sudah harus bangun di jam tiga subuh untuk melaksanakan ibadah shalat tahajjud di lanjutkan dengan shalat subuh. Mudabir :”BANGUN!...BANGUN!....” Berteriak kesetiap asrama sambil mengetok jendela dan pintu dengan keras,aku langsung mengganti pakaian danbergegas ke masjid dengan wajah yang masih setengah sadar karena ngantuk, setelah berwudhu aku langsung melaksanakan ibadah shalat tahajjud. Di pagi harinya ada jadwal setor hafalan Alquran, pada saat itu aku sama sekali belum mempersiapkan hafalan Alquranku, dan ya sebagai gantinya aku harus di hukum,aku di berikan hukuman untuk mengelilingi masjid sebanyak sepuluh kali. “sial banget, kenapa harus lupa sih kalo ada hafalan” Kataku di dalam hati merasa kesal Setiap hari aku melakukan aktifitas pesantren yang di barengi dengan hukuman.
Covid-19
Bertepatan dengan kenaikan kelas, aku menduduki
posisi di kelas tiga, ini adalah terakhir. Di luar pesantren sangat ramai sekali dengan yang namanya “lockdown”,kami semua termasuk aku sendiri tidak tahu apa maksudnya, terdengar isu bahwa kematian dimana-mana dengan jumlah yang tidak sedikit, penyemprotan dimana-mana,wajib penggunaan masker,itu semua membuat para santri kebingungan karena tidak mengerti apa maksudnya dari semua itu.Lalu pada akhirnya kita semua tau karena para ustadz dan ustadzah menjelaskan kepada para santri mengenai apa yang terjadi di luaran sana,lalu akhirnya kami semua di wajibkan untuk menggunakan masker, mencuci tangan,social distancing. Rehan :”malah makin banyak aja nih aturan pesantren” Aku :’untungnya kita udah kelas tiga, bentar lagi juga lulus hehehe “ Setelah kehadiran covid-19 di Indonesia, keadaan di pesantren jauh berbeda dari sebelumnya, semuanya mempunyai keterbatasan,mulai dari penggunaan masjid yang di batas,jarak shalat berjamaah,wajib berjemur di bawah terik sinar matahari sampai melewatkan jam belajar rutin.Ini semua membuat kami merasa tidak nyaman karena ini semua di luar kebiasaan kami.Aku mendapatkan kabar dari ibu ketika dia meneleponku lewat no telepon ustadz Ibu :”di sana aman? Bagaimana kabar mu?jangan terlalu sering berinteraksi dengan orang lain apalagi orang asing dari luar pesantren.” Kata ibuku dengan nada yang cemas Aku :”gak apa-apa bu, semuanya aman,cuma ada beberapa keterbatasan” Jawabku dengan nada yang menenangkan Aku :”emang ada apa sih Bu?” Ibu :”ibu tidak tau pasti,yang jelas sekarang banyak sekali penyakit mematikan yang menular,kamu hati-hati ya, assalamualaikum”. Sambil mematikan telepon nya Libur dua Minggu Pada suatu hari pimpinan pesantren mengumumkan di sumber suara, bahwa para santri wajib pulang selama empat belas hari,para santri wajib kembali ke pesantren setelah dua Minggu di rumah,kami semuanya berteriak senang mendengar pengumuman tersebut.Aku langsung bergegas menuju lemari untuk kemas-kemas pakaian kedalam tas, setelah itu aku pun pergi ke rumah ustadz meminjam ponsel nya untuk menelepon ibu Aku :”assalamu’alaikum bu..” Ibu :”wa’alaikum salam,iya kenapa ada apa” Aku :”mulai hari ini sampai empat belas hari kedepan para santri wajib pulang ke rumah,ibu jemput aku sekarang ya” Ibu :”loh? Kenapa pulang?” Aku :”gak tau bu, tapi kiyai bilang agar virus covid-19 tidak menyebar,makanya para santri harus di isolasi di ruma masing-masing” Ibu :”oalah covid, yauda nanti ibu jemput kamu,kamu siap-siap aja dulu” Aku :”sudah bu” Di sore hari ibu dan ayahku datang untuk menjemput, tidak lupa juga untuk mengambil surat perpulangan santri agar kepulanganku ke rumah tidak ilegal.Ayah berpamitan kepada para ustadz sedangkan ibu sibuk membereskan pakaianku yang akan di masukkan kedalam mobil untuk di bawa pulang.Senang rasanya akhirnya aku bisa pulang dan menikmati hari-hari tanpa peraturan yang membuatku merasa tertekan. Ibu :”Peralatan mandi kamu dimana” Aku :”Di kamar mandi” Ibu :”ambil cepet, mau ibu bereskan sekarang” Sambil memasukkan pakaian ku kedalam tas. Aku segera ke kamar mandi untuk mengambil peralatan mandi, tidak lama kemudian ibu sudah selesai membereskan pakaianku dan peralatan lainnya lalu kami segera keluar kamar dan pergi ke mobil. Tidak lama ayah Ayah :”udah beres?” Tanya ayah ku Ibu :”udah yah, tinggal pulang” Ayah :”langsung pulang kan ga mampir kemana-mana lagi?” “iya ayah” Kata ku dan ibuku. Lalu kami segera menaiki mobil dan pergi ke rumah. Ketika aku di luar pesantren, rasanya jauh berbeda dari sebelumnya,jalanan sangat sepi tidak ramai seperti biasanya, banyak sekolah-sekolah yang tutup, bahkan tidak sedikit swalayan yang tutup.Ini sangat jauh berbeda ketika aku melihat semua orang menjalankan aktifitas nya menggunakan masker, rasanya seperti di film-film. Ketika di rumah aku menyalakan televisi,isinya penuh dengan berita covid-19,mulai dari rencana pembelajaran jarak jauh, hingga kasus kematian akibat covid-19 yang semakin meningkat,kami semua sangat khawatir akan tertular nya virus ini,kami sekeluarga sangat menjaga ketat kedatangan setiap tamu yang berkunjung ke rumah.Pekerjaan ayah di alihkan ke handphone untuk bekerja secara online, ibu tidak pernah ke pasar, dan aku hanya diam di rumah tidak bisa main bersama teman-teman seperti biasanya. Ayah :”jangan keluar rumah ya,kalo mau keluar rumah jangan lupa pakai masker” Ibu :”kalo dari luar rumah jangan dulu masuk kalo belum cuci tangan” Ayah :”jangan biarkan temanmu masuk ke rumah juga ya” Aku terheran karena sebegitu ketat nya ibu dan ayah melarang ku bertemu dengan orang lain.Ibu selalu memerintahkan aku untuk berjemur keluar rumah setiap hari. Dua Minggu berjalan hingga tiba saatnya jadwal para santri kembali ke pesantren, Tiba-tiba keputusan pihak pesantren belum menyetujui para santri kembali ke pesantren untuk beberapa waktu yang tidak di tentukan. Ayah :”info dari pihak pesantren, bahwa para santri belum di perbolehkan kembali ke pesantren dan diberikan perpanjangan untuk belajar di rumah menggunakan media internet” Ibu :”ampe kapan yaa, jadi khawatir virus ini bakal permanen” Ayah :”sampai waktu yang tidak di tentukan” Aku :”kayanya emang keputusan nya tergantung virus covid-19 ini kapan ilang nya” Ayah :”yaa kita cuma bisa berdoa, do’ain aja semoga cepet ilang virus ini” Setiap aku menonton televisi pasti siaran televisi nya berkaitan dengan jumlah kematian akibat covid-19 meningkat,bahkan di semua channel televisi berita nya sama tentang wabah covid, tidak hanya di televisi, di smartphone dan radio pun sama. Ini menjadikan situasi serius yang harus kami hadapi tiap hari, banyak hal yang harus kami perhatikan terutama menjaga imun tubuh.
Zoom meeting
Ini menjadi pengalaman belajarku yang
terbilang lucu dan menghibur,banyak hal yang aku lakukan di handphone hingga pemborosan akibat harga kuota internet yang tidak murah pada saat itu, dengan begitu belajar di handphone yang banyak sisi negatif nya harus kami tetap kami lakukan. Banyak hal lucu dan menghibur,salah satunya saat absensi kelas di laksanakan,ketika giliran namaku di sebut dan aku menyatakan bahwa aku hadir di pembelajaran saat itu,aku melanjutkan untuk tidur tanpa mematikan zoom meeting agar tetap terlihat hadir, makan sambil mendengarkan guru menerangkan materi juga menjadi kebiasaan ku. Ibu pun terheran ketika melihat ku Ibu :”kamu lagi ngapain?” Aku :”biasa zoom meeting” Ibu :”yaa terus kenapa kamu makan? Emang ga di marahin guru nya?” Aku :”harusnya di marahin bu, tapi berhubung kamera zoom aku di matiin jadinya ga di marahin deh karena ga keliatan” Ibu :”aneh-aneh aja ya sistem belajar sekarang” Saut ibuku sambil tertawa keheranan Aku :”ya kan waktu zaman ibu ga ada wabah mematikan ini”
Putih abu-abu
Setelah menjalani kegiatan-kegiatan yang
sangat terbatas,mulai dari belajar menggunakan media internet, stay at home, physical distancing, hingga akhirnya dimana hari kelulusan pun tiba, pihak pesantren mengabarkan bahwa santri kelas tiga yang akan lulus di harapkan untuk kembali ke pesantren untuk mengambil surat kelulusan dan ijazah. Ibu :”jam berapa jadwal pengambilan ijazah?” Tanya ibu kepada ayah Ayah :”jam sembilan, tapi ayah tidak bisa ikut ya Bu,karena ayah ada acara survei” Ibi :”brarti ibu aja nih ya yang ngambil ijazah” Aku :”iya,gpp bentar doang ko ngambil ijazah” Lalu aku dan ibu pergi ke pesantren untuk mengambil ijazah. Sesampainya di pesantren,aku bertemu dengan beberapa teman-teman , rasanya senang sekali dan sedikit canggung karena sudah lama tidak bertemu,tapi sayang sekali kali ini pertemuan kita akan di akhiri dengan perpisahan karena kita harus melanjutkan pendidikan berikutnya yaitu putih abu-abu. “tiiiddd...tiiiddd” Suara klakson mobil dari arah belakang ku yang terdengar sangat keras. Ibu :”astghfirullah..” Ibuku terkejut sambil mengucap istighfar Aku penasaran dan terus menatap mobil tersebut,tidak lama kemudian pintu mobil terbuka dan ternyata itu adalah hafidz teman dekat ku, aku langsung bergegas menghampiri mobil hafidz Aku :” heyy hafidz gimana kabarnya, seneng banget rasanya kita bisa ketemu lagi” Kataku sambil berjabat tangan dengan hafidz dan orang tua nya Hafidz :”alhamdulillah baik sekali,lama rasanya ga ketemu temen-temen” Aku :”tapi sayang, kita bakal pisah hehe” Acara pengambilan ijazah pun selesai,lalu aku dan ibuku kembali pergi ke rumah dan tidak lupa pamitan kepada para ustadz dan teman- teman ku. Sesampainya di rumah. “Tok.. tok.. tok..” Aku mengetok pintu agar ayah segera membuka kan pintu rumah. Lalu tidak lama kemudian ayah pun langsung membuka pintu rumah Ayah :”gimana lulus?” Aku :”lulus dong yah” Jawabku sambil tertawa sombong Ibu :”terus kamu mau lanjut kemana?” Ayah :”Ayah mau nya kamu daftar di SMA negeri” Ibu :”iya ibu juga mau nya gitu, SMA negeri selain gratis, kualitas nya juga bagus” Aku :”tapi ga semua SMA negeri kualitas nya bagus bun” Jawabku dengan tegas Ayah :”iya juga bun” Ibu :”ibu belum tau juga sih SMA yang kualitasnya bagus dimana,yang pasti masih bisa di jangkau” Ayah :”sejauh ini yang ayah tau SMA negeri 3 rangkas kualitas nya bagus bun,ya walaupun lumayan jauh juga yang penting usaha dulu daftar siapa tau rezeki nya di situ” Kata ayahku sambil menyeruput teh tarik Ibu :”ya itu semua tergantung keputusan wildan nya yah” Aku :”ya kalo emang ayah tau itu sekolah berkualitas, yauda daftar di sana aja, lagipula yang penting kan sekolah negeri” Jawabku sambil membereskan pakaian yang telah kami bawa dari pesantren. Ayah :”yauda daftar di sana aja yah” Ibu :”tapi ibu ama ayah bakal serahin semuanya ke kamu ya,kamu belajar sendiri buat daftar ke SMA negeri tiga” Aku “hmm okee buu” Aku pun pergi ke dapur untuk makan, sambil aku makan, aku membuka smartphone ku dan mencoba cari informasi untuk daftar di SMA negeri tiga. Tidak lama kemudian aku menemukan website SMA negeri tiga dan aku mendapat informasi bahwa pendaftaran siswa baru di buka tiga hari yang akan datang,akupun tidak sabar menunggu tiga hari selanjutnya untuk segera mencoba daftar di sekolah yang aku dan orang tua ku inginkan. Tiga hari berikutnya dimana website SMA negeri tiga membuka pendaftaran untuk siswa baru,aku langsung mencari smartphone ku dan membuka website pendaftaran, dengan nilai- nilai ku yang seadanya aku nekat untuk mendaftar di SMA negeri tiga. “bissmillah dengan menyebut nama Allah semoga ini menjadi rezeki aku dan keluarga” Kata ku di dalam hati sambil menginput nilai ku ke dalam formulir pendaftaran. Aku :”ibu do’ain ya semoga aku di terima di SMA negeri tiga dengan nilai seadanya” Ibu :”aamiin...pasti dong kamu pasti di terima, terus aja minta doa ke Allah” Aku :”iya Bu aamiin semoga” Ibu :”terus kapan pengumuman nya?” Tanya ibu ku Aku :”Seminggu setelah nya bu” Jawabku Ibu :”aduh ibu jadi ga sabar nunggu” Aku :”sama dong bu hehehe” Jawabku sambil tertawa kecil, lalu aku segera menutup smartphone ku dan pergi ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu karena adzan dhuhur sudah di kumandangkan. Akupun melaksanakan ibadah shalat Dzuhur dan meminta do’a kepada Allah agar semua yang menjadi keinginan aku, ibu dan ayahku menjadi kenyataan. Hari dimana jadwal pengumuman di buka, jantung ku berdebar karna aku khawatir tidak lolos seleksi, dengan rasa penasaran aku membuka handphone ku untuk melihat pengumuman,aku tidak tahu akan daftar kemana lagi jika aku di nyatakan tidak lulus di sekolah yang aku inginkan. “bismillah semoga rezeki” Kataku di dalam hati Aku membuka website pengumuman dan melihat daftar peserta yang lolos seleksi, dan ya aku berhasil mendapatkan apa yang aku mau kalo ini,tuhan menjawab doa orang tuaku dan juga aku, walaupun ini hanya pendaftaran SMA tapi lolos seleksi di sekolah yang aku mau rasanya senang sekali. Aku :”ibu kali ini kita mendapatkan kabar baik” Ibu :”pasti kamu lolos seleksi ya?” Tanya ibu ku dengan raut wajah yang penasaran Aku :”alhamdulillah kali ini rezeki kita bu” Ibu :”alhamdulillah, ibu juga udah yakin dari awal kalo kamu pasti lolos di sekolah yang kamu mau”
Kata ibuku sambil membuka handphone nya
untuk mengabarkan kepada ayah bahwa aku lolos seleksi. Ibu :”terus jadwal masuk sekolah nya kapan?” Aku :”menurut di pengumuman nya sih satu Minggu setelah pengumuman” Ibu :”owh,yasudah nanti ibu belikan kamu seragam sekolah dah alat tulis menulis nya” Aku :”iya Bu, sekalian sepatu juga ya, kebetulan sepatu aku udah rusak Bu” Kata ku sambil tersenyum merayu ibu
Satu Minggu kemudian dimana jadwal masuk
sekolah di laksanakan, sekolah yang di awali dengan “masa pengenalan lingkungan sekolah” Kami para siswa di haruskan memakai seragam SMP asal sekolah terlebih dahulu selama empat hari berturut-turut,sampai tiba pengenalan lingkungan sekolah ini berakhir barulah siswa baru di haruskan memakai seragam SMA. Dikarenakan virus covid-19 masih belum berakhir, siswa yang seharusnya melaksanakan kegiatan di sekolah kali ini kami masih harus tetap melakukan aktifitas di rumah. Ibu :”gimana dengan kegiatan sekolah?apa masih harus tetap di lakukan di rumah?” Tanya ibuku sambil menonton televisi Aku :”iya bu,masih seperti sekolah media online kemarin-kemarin” Ayah :”masih di handphone, dan harus membeli kuota tiap hari nya?” Aku :”iya dong” Ibu :”susah nya ketentuan pembelajaran zaman sekarang” Ayah :’ya mau bagaimana lagi bu,ini semua ga bakal terjad kalo virus covid-19 ini ga muncul” Jawab ayahku sambil menyeruput kopi dan menonton televisi. Empat hari berturut-turut aku melaksanakan zoom meeting untuk mengisi acara pengenalan lingkungan sekolah, dan akhirnya aku memasuki jadwal pembelajaran seperti biasa yaitu belajar dan belajar. Tetap sama semuanya di lakukan dengan media handphone dan di awali dengan absen di pagi hari setiap harinya,lalu melakukan pembelajaran bersama guru pembimbing di zoom meeting. Semua berjalan lancar hingga di suatu hari ketika aku sedang melakukan zoom meeting aku tidak menyalakan kamera zoom karena aku akan melanjutkan tidur ku yang nyenyak Bu nova :”Wildan! Tolong di nyalakan kamera nya atau ibu alpa kan!” Bu nova :”Wildan! Wildan!” Bu nova terus memanggil nama ku. Aku tersadar bahwa Bu nova yang kali ini sedang mengajar ternyata memanggil nama ku terus-menerus agar aku menyalakan kamera zoom meeting ku,aku langsung memakai seragam ku dan menyalakan kamera Bu nova :”dari mana kamu?kenapa baru menyalakan kamera nya?” Tanya bu nova dengan nada marah Semua teman ku mentertawakan ku karena melihat wajah ku yang baru terbangun dari tidur. Aku : “maaf bu” Jawab aku sambil tersenyum malu Bu nopa :”kamu sekali lagi melakukan hal yang sama, kedua kali nya akan anggap kamu tidak hadir di zoom meeting atau alpa! Faham?” Aku :”baik bu,siap” Berbulan-bulan aku menjalankan kegiatan- kegiatan pembelajaran di media online, sampai akhirnya virus covid-19 sedikit demi sedikit menghilang,dan di kabarkan bahwa sekolah sudah merencanakan sekolah tatap muka, ini menjadi berita bahagia bagi para siswa yang sudah menanti-nanti. Aku :”sebentar lagi sekolah tatap muka langsung alhamdulilah” Kataku kepada ayah dan ibu Ayah :”akhirnya,ayah lebih senang jika kamu sekolah nya tidak di media handphone” Ibu :”ibu juga, belajar di handphone lama kelamaan tidak terkontrol, bahkan banyak yang melakukan kegiatan negatif di handphone” Aku :”tapi handphone aku cuma buat belajar bu” Ibu :”justru itu, sebelum kamu melakukan ke hal-hal yang negatif sebaiknya itu semua segera di cegah” Jawab ibu ku sambil meyakinkan bahwa penggunaan handphone di usia yang belum seharusnya itu sangatlah tidak baik Ayah :”terus kapan jadwal tatap muka nya?” Aku :”senin minggu besok, sekarang kan sabtu brarti dua hari lagi” Ibu :”yauda semuanya persiapkan dari sekarang,kan seragam sama alat tulis nya sudah ibu belikan” Aku :”iya bu” Sebenarnya rasa campur aduk yang aku rasa dengan adanya pembelajaran tatap muka langsung, rasanya malu sekali bertemu dengan orang-orang baru yang belum kenal dekat karena selama ini hanya tahu di zoom meeting. Hari dimana jadwal masuk ke sekolah tiba, aku sarapan terlebih dahulu bersama kedua orang tua ku. Aku :”aku ke sekolah nya setiap hari naik apa?” Tanya aku kepada ayah dan ibu sambil menyeruput susu buatan ibu Ayah :”naik motor aja sendiri kan ada satu motor yang nganggur, tapi buat hari ini kamu sama ayah dulu bareng” Aku :”owh iya yah” Ayah :”ayo siap-siap kita berangkat” Ibu :”iya sana takut kesiangan” Aku berangkat sekolah di antarkan ayah, tapi ayah melanjutkan perjalanan nya untuk bekerja. Sesampainya sekolah aku kebingungan karena aku tidak tahu dimana ruang kelas ku,sampai akhirnya aku bertanya kepada guru yang sedang berjaga di depan salah satu kelas yang tidak jauh dari gerbang sekolah Aku :mohon maaf bu selamat pagi,izin bertanya untuk ruangan sepuluh ips dua dimana ya?” Tanya ku sambil kebingungan Guru :”kelas Ips ada di lantai dua ya dik, setelah di lantai dua kamu terus jalan sampai menemukan perpustakaan,nah di samping perpustakaan itu kelas nya” Aku :”baik bu terima kasih ya” Ucap ku dengan semangat Lalu akhirnya aku berjalan ke lantai dua dan mencari perpustakaan sebagai bahan petunjuk dimana ruang kelas ku dimana, akhirnya tidak lama kemudian aku menemukan perpustakaan dan aku membaca pintu yang bertuliskan “10 ips 2” dengan rasa malu aku masuk ke dalam ruangan tersebut, rasanya canggung sekali melihat teman-teman ku yang selama ini belum pernah bertemu Dila :”wildan ya?” Suara dari salah satu perempuan yang ada di kelas sambil menunjuk ke arah ku Aku :”iya,kenapa?” Dila :”ini kursi nya di sini,semua nya sudah di atur kursi nya” Ucapnya sambil menunjukan salah satu kursi yang ada di depannya. Lalu aku berjalan menuju kursi yang sudah ada nama ku Aku :”makasi ya” Ucap terimakasih ku kepada orang yang tadi sudah menunjukkan dimana kursi ku. Bel masuk berbunyi dan ini adalah bel pertama di kegiatan pembelajaran tatap muka yang selama ini aku dan teman-teman lainnya nantikan. Guru pertama masuk,dan di isi dengan kegiatan perkenalan diri Aku sangat gerogi ketika bagian aku yang perkenalan,tapi syukurlah semua nya berjalan lancar,lalu aku mengetahui siapa nama perempuan yang tadi sudah menunjukkan kursiku, dia adalah dila, seperti nya dia baik sekali ,ramah, bahkan cara bicara nya pun sopan. Pada akhirnya bel pulang pun tiba,kami semua keluar sekolah dan pergi ke rumah masing,aku masih menunggu ayahku menjemput. Ke esokan nya seperti biasa aku sarapan terlebih dahulu bersama orang tua ku,hari ini dan seterusnya aku tidak lagi di antarkan olrh ayah ku, tapi aku harus berangkat sendiri ke sekolah. Hari kedua di sekolah,kami semua sekelas mulai berbaur untuk saling mengenal satu sama lain, kurasa semua teman-teman ku pintar,dari bicara nya juga sangat sopan,hari ini sudah mulai masuk materi,kami semua melaksanakan pembelajaran dengan lancar sampai akhirnya bel pulang tiba Makin lama kelamaan akhirnya kami semua sudah mengenal satu sama lain, dan aku berteman baik dengan empat orang teman ku ada Zidan,Fahry,Riska,Saskia,kami berlima sering bermain,ke kantin bareng bahkan setiap pulang sekolah kami main terlebih dahulu kr rumah Riska Fahry :”kaya biasa ya guys pulang sekolah kita ke home riska dulu” Aku, Zidan, Saskia :”ayo gas” Seperti yang di bayangkan,kami sangat senang sekali menjalani aktifitas bersama-sama. Kring.. kring.. kring Dering telepon terdengar sangat nyaring, lalu aku angkat telepon tersebut ternyata itu ada telepon dari group gang kami Riska :”guys nyokap ama bokap gw lagi pada keluar kota,kalian maen sini lah kita gofood bareng-bareng” Zidan :”gw sih ayo aja, yang lain nya gimana?” Aku :”gw izin ke ibu gw dulu ya seperti biasa” Saskia :”ayo ris, kebetulan juga nih gw lagi gabut banget di kamar mulu dari pagi” Aku izin kepada ibu ku untuk pergi ke rumah Riska,dan ternyata ibu mengizinkan aku pergi main ke rumah Riska Aku :”ayo guys gw udah bilang tadi ke ibu, ternyata boleh” Zidan :”eh lu sambil lewat seperti biasa jemput gw dulu” Aku :”oke” Saskia :”eh bentar-bentar” Zidan :”ada apa” Saskia :”fahry gimana ga ada angkat telepon” Aku,zidan, Friska :”astaga iyaa lupa” Friska :”kalian gw tunggu di rumah ya,gw yang kabarin si Fahry” Lalu aku pergi ke rumah friska dengan tidak kupa untuk menjemput zidan terlebih dahulu Sesampainya di rumah friska, ternyata di sana tinggal aku dan zidan yang baru datang Aku :”hallo guys sorry ya kita telat” Friska :”iya gapapa” Siska :”yauda cepet sekarang tinggal kalian yang pilih mau gofood apa, Fahry dia pesen ayan teryaki,gw ama Friska pesen pizza hut” Aku :”gw sama kaya Fahri aja deh, tapi gw mau pake stik kentang nya juga ya sis” Siska :”kalo lu apaan zidan?” Tanya siska sambil mencari menu gofood yang aku pesan Zidan :”gw juga sama ya,pake teh poci nya juga seperti biasa kesukaan gw” Siska :”oke semuanya kita tinggal nunggu pesanan nya sampai” Riska :”woi sini karokean,bawa sound nya di deket kursi tamu” Ucap Riska sambil menunjuk ke arah sofa ruang tamu Kami semua bersenang senang, bernyanyi bersama, tertawa, bahagia yang tidak akan bisa di ulang kembali, hingga tak terasa tiga tahun berlalu dan tiba saatnya hari kelulusan. Sangat tidak percaya bahwa aku telah melewati tiga tahun sekolah di SMA yang aku mau dan bertemu dengan empat orang sahabat yang telah mengisi kehidupan ku di masa-masa SMA tanpa cinta Friska :”guys ga kerasa banget ga sih kita udah melewati tiga tahun sama-sama” Fahri :”iya sumpah gak kerasa banget” Aku :”perasaan baru kemaren kita di kelas sepuluh” Siska :”woi sedih banget gw gak kuat, kenapa secepat ini kita lulus dan bakal berpisah” Sambil mengeluarkan air mata kami semua saling berpelukan dan menghangatkan satu sama lain, kami semua lulus dengan rata-rata nilai yang sempurna sesuai keinginan kami, selain itu kami juga bersyukur karena di terima di universitas negeri yang kami impikan, walaupun kami berlima kampus nya berbeda. Zidan :”guys jangan di lupain ya kenangan kita kemaren-kemaren” Friska :”foto dan Vidio kita di handphone gw ga akan gw hapus guys,ini bakal jadi part hidup gw yang ga bakal bisa gw lupa” Siska :”aaaa nangis bangettt” Aku :”semoga kalian gak lupain gw,dan semoga kalian juga lancar di universitas kalian masing- masing ya” Zidan :”jangan lupa luangin waktu nya yaa buat bisa main bareng-bareng lagi” Fahry :”iyaa guys, thank you yaa makasih banyak udah nemenin gw dari gw baru masuk di SMA tiga kita ini” Akhirnya kami semua lulus dari SMA dan telah melewati tiga tahun lamanya bersama- sama,kami telah lolos di seleksi universitas negeri yang kita inginkan,ini juga menjadi kebahagiaan kami.