Anda di halaman 1dari 4

Ibuku Kartiniku

Judul Cerpen Ibuku Kartiniku


Cerpen Karangan: Tiara Permatasari
Kategori: Cerpen Inspiratif, Cerpen Keluarga, Cerpen Pendidikan
Lolos moderasi pada: 9 September 2016
Tidak ada yang bisa menolak kehendak tuhan. Tuhan telah mengatur semuanya. Hidup,
kematian, dan jodoh, semuanya telah diatur oleh sang maha kuasa.
Namaku Lina Almira. Aku adalah anak tunggal dan hanya tinggal berdua bersama ibuku. Ayahku
telah meninggal dunia sejak usiaku beranjak 2 tahun. Aku dan ibuku tinggal di sebuah rumah
petak kecil. Ibuku hanyalah seorang penyapu jalan dan gaji yang ibu terima pas-pasan. Walau
begitu, ibu tetap bekerja keras untuk hidup kami. Ibu bekerja siang sampai malam agar dapat
membiayai sekolahku dan untuk makan kami sehari hari.
Bagiku, ibu adalah pahlawan yang paling hebat di dalam hidupku karena ibu telah berusaha
keras untuk membahagiakanku. Walaupun dari kecil aku tidak pernah merasakan kasih sayang
dari seorang ayah, tetapi aku bahagia mempunyai ibu yang hebat seperti ini. Ibu rela melakukan
apa saja untukku. Ibu berusaha memenuhi semua kebutuhanku walaupun aku tidak pernah
meminta semua itu sama sekali.
Ibu ingin kamu menjadi orang yang sukses nak, kamu tidak boleh seperti ibu Ucapnya
Sungguh, aku bangga mempunyai ibu seperti dirinya. Dia selalu menyemangatiku. Disaat ia
lelah sekalipun ia masih menyempatkan diri untuk mengajarkanku disaat ada pelajaran yang
tidak aku mengerti.
Aku memakai sepatu dan menyalami ibu Bu, Lina pergi dulu ya
Iya, hati-hati ya Lin, belajar yang benar, setelah pulang sekolah langsung pulang ke rumah ya
Pesan ibu
Iya bu
Aku mulai jalan ke sekolah. Melewati beberapa gang dan jalan raya. Perjalanannya tidak lama,
kira-kira 15 menit. Aku sudah terbiasa jalan kaki kesekolah. Aku tidak pernah mengeluh. Hal
yang membuatku tidak pernah mengeluh adalah ibu. Setiap perjalanan ke sekolah, aku selalu
mengingat ibu, ibu yang lebih lelah daripada aku. Ibu yang siang malam bekerja dan tidak
pernah mengeluh. Walau di teriknya sinar matahari, ibu tetap bekerja dan saat itulah ibu makin
semangat untuk bekerja. Kadang aku kasihan dengan ibu. Ibu melakukan pekerjaan itu bukan
karena keinginannya, akan tetapi karena tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia dapatkan. Bekerja
sebagai penyapu jalan saja ibu sudah bersyukur sekali.
Aku telah sampai di depan gerbang sekolah. Sekolah yang rata-rata siswanya adalah anak orang
kaya. Aku dapat bersekolah disini karena beasiswa. Aku sangat bersyukur dapat bersekolah
disini. Maka dari itu aku akan belajar sungguh-sungguh agar dapat bersekolah sampai perguruan
tinggi dan tidak mengecewakan ibu. Setiap melihat sekolah ini, aku selalu teringat sebuah

keinginan ibuku. Ibu ingin sekali membuat sekolah untuk kalangan orang yang tidak mampu
seperti kami. Ingin sekali aku mewujudkan keinginan ibu, taetapi aku juga tidak tahu harus
berbuat apa sekarang ini.
Bel pulang sekolah pun berbunyi, aku mengemasi barang-barangku dan bergegas pulang. Setelah
sampai di depan rumah, kulihat rumah tampak sepi. Sepertinya ibu belum pulang. Langsung saja
aku mengambil kunci yang biasanya ibu simpan di ventilasi pintu. Ternyata benar, kuncinya ada.
Berarti ibu belum pulang. Kubuka pintu dan segera mengganti baju.
Beberapa menit kemudian pak Heru, tetangga sebelah mengetuk pintu rumah. Aku segera
membukakan pintu.
Assalammualaikum
Waalaikumsallam, ada apa ya pak? Tanyaku
Begini, ibumu berpesan pada bapak kalau ia mungkin akan pulang terlambat karena ada sediki
urusan
Oh begitu yapak? Baiklah, terima kasih
Iya sama-sama, kalau begitu bapak pulang dulu ya.
Hari telah menjelang sore, tetapi ibu tak kunjung pulang juga. Aku mulai bosan sendirian di
rumah dan aku tidak tahu harus kemana. Maka dari itu aku memutuskan untuk belajar saja. Jam
telah menunjukkan pukul 7 malam. Ibu belum pulang juga. Aku menunggu ibu di luar rumah,
berharap ibu sebentar lagi pulang. Tepat pukul 07.30 ibu datang.
Assalammualaikum Ujar ibu
Waalaikumsallam, ibu dari mana saja? Tanyaku heran
Ibu tadi ada urusan sebentar Lin, kamu sudah makan?
Sudah bu, oh iya Lina masakin makanan enak buat ibu lho
Benarkah? Kalau begitu ayo kita masuk
Pagi telah tiba, seperti biasanya hari ini aku berjalan kaki pergi di sekolah. Setibanya di sekolah,
temanku Sindy menghampiriku.
Hai Lin Sapa Sindy
Eh kamu Sin, ada apa?
Enggak ada apa-apa, oh iya kita kan bentar lagi akan lulus nih, kamu nanti kuliah dimana?
Belum tahu nih, kurasa ibuku tidak mampu membiayai kuliahku
Jangan gitu dong Lin, kamu itu anak yang pintar, sayang kalau kamu enggak kuliah. Aku punya
usul, coba deh kamu daftar disini Ujarnya sambil memperlihatkan poselnya
Aku meraih ponsel sindy Mengapa?
Kamu kan pintar, aku yakin kamu dapat masuk universitas ini. Soal biaya aku bisa bantu kok.
Enggak usah Sin, aku tidak mau merepotkan kamu.
Enggak ngerepotin kok, asalkan kamu akan benar-benar belajar. Sayang kan kalau kamu tidak
kuliah
Terima kasih Sin, kamu mamang sahabatku
Iya sama-sama
5 tahun kemudian
Aku telah melewati masa-masa kuliahku dan telah sarjana. Sekarang aku bekerja di sebuah

perusahaan ternama di Jakarta. Semua ini berkat ibuku. Ibu yang sendirian merawatku dari kecil
hingga sekarang, ibu yang selalu mendoakanku, ibu yang selalu menyemangatiku, dan ibu yang
telah bekerja keras untukku. Saat inilah, aku akan mewujudkan keinginan ibu yang dari dulu
belum tercapai, yaitu membangun sekolah untuk orang-orang yang kurang mampu.
Ibu Ujarku memeluk ibu
Sayang. Kamu kenapa nih, kok tiba, tiba meluk ibu seperti ini?
Lina punya kejutan untuk ibu
Kejutan apa?
Ayo ikut Lina, tapi sebelum itu, ibu tutup mata dulu ya
Iya deh
Aku dan ibu memasuki mobil. Aku mulai menyetir dan pergi menuju tempat pembangunan
sekolah.
Oke ayo kita turun bu
Ibu sudah boleh buka mata Lin?
Belum bu
Ibu mau dibawa kemana sih?
Ayolah bu, sebentar saja
Setelah sampai di depan pembangunan sekolah
Oke, ibu sudah boleh buka mata
Apa ini Lin? Kenapa ibu dibawa kesini?
Ini sekolah milik ibu. Aku memujudkan keinginan ibu. Bukankah ini keinginan ibu dari dulu?
Ibu ingin membangun sekolah untuk orang yang kurang mampu
Teimakasih nak, ibu bangga padamu
Lina yang seharusnya berterima kasih pada ibu. Karena ibu Lina bisa sukses seperti ini. Lina
sayang ibu
Ibu juga sayang Lina
~ Tidak perlu mencari jauh-jauh sosok kartini, karena sesungguhnya ada seorang kartini yang
selalu berada di samping kita, yaitu adalah ibu kita sendiri ~
Ibuku Cintaku

Judul Cerpen Ibuku Cintaku


Cerpen Karangan: Aimee Natya Ramadhani
Kategori: Cerpen Anak, Cerpen Keluarga, Cerpen Kisah Nyata
Lolos moderasi pada: 1 August 2016
Pagi hari itu burung burung berkicau dengan suara indah, ayam berkokok, ibukku
membangunkanku dari mimpiku, bintang yang masih TK ini mulet mulet seperti masih ingin
tidur. Saat persiapan sekolah sudah siap. Ibuku mengambil termos esnya untuk jualan keliling.
Lalu kita berangkat ke sekolahku

Sesampainya di sekolah ibuku menungguiku sampai pelajaran usai. Saat pulang sekolah aku
diantar pulang oleh ibuku. Lalu aku ditinggal oleh ibuku untuk berjualan es lilin keliling
Bu kemana? tanyaku
Ibu mau jualan dulu kamu di sini aja sama yangti
Aku di rumah sama yangti. Aku tidak pernah tau ibuku jualan kemana tapi yang jelas ibuku
hanya membawa satu termos es kecil berisi es lilin dan jumlahnya tidaklah banyak. Karena ibuku
tidak cukup mempunyai modal untuk membeli bahan bahannya.
Hari itu ibuku tetap saja pulang malam. Esok harinya memasuki tarawih yang pertama aku diajak
ibuku shalat di masjid dekat rumah saat di masjid banyak sekali anak anak dan orang yang
melihatku seperti seolah olah mereka mengejek. Dan ibuku diejek oleh anak anak disana
Wasool begitulah katanya. Dan aku pun ditanya sambil diejeknya pula.
Saat hari ulang tahunku mendekat. Ibuku pulang kerja semakin malam. Ibuku hanya bilang
Bintang kamu di rumah saja ya. Ibu cari uang buat ulang tahun kamu ibuku mengatakan itu
dengan nada menghibur, hati bintang sangatlah senang.
Bintang main kesana kemari sambil menceritakan kepada temanya Aku loh sebentar lagi ulang
tahun, dirayakan di sekolahku, kamu dateng ya begitulah kata bintang.
Ternyata ibu bintang itu bekerja sampai jauh sekali dengan rumahnya. Saat hari ulang tahunya
bintang tiba bintang senang sekali di sekolah tapi sedihnya karena tak punya cukup uang, ayam
seperempat pun jadi. Emtah dipotong sekecil apa itu?. Saat bintang membuka nasi kotak. Itu ia
berkata ibu ayamnya kecil banget bu lalu ibunya berkata Nak hanya itu yang bisa ibu beri
buat kamu. Ibu gak punya cukup uang nak. Gak papa kan yang penting kamu bahagia
Saat sore harinya bintang dan ibunya terlihat bersepeda di tengah derasnya hujan. Mereka
bermain hujan dengan gembira ria. Banyak orang yang mengejek mereka gila tapi bintang hanya
berkata ibuku cintaku aku bahagia bersamamu walau banyak yang mengejekmu aku tetap
bahagia bersamamu
Cerpen Karangan: Aimee Natya Ramadhani
Blog: www.anramadhani.wordpress.com
halo nama aku aimee natya ramadhani
asalku dari sidoarjo jawa timur
aku suka main sosial media contohnya bbm, facebook, line, instagram. dan aku suka menikmati
hidup sehari hari dan membaca cerita kehidupan seseorang.
kali ini aku menulis cerita aku ingin menceritakan kehidupan satu tetanggaku ini kisah nyata dari
tetanggaku sendiri.

Anda mungkin juga menyukai