Anda di halaman 1dari 4

IBUKU PAHLAWAN KU

“Al-ummu madrastul ula” ibu adalah sekolah utama. Sebuah kata mutiara arab yang
terpampang di mading sekolahku. Aku seorang gadis yang berusia 17 tahun yang duduk di
bangku kelas 3 SMA. Aku tinggal bersama ibuku dan adikku yang duduk di bangku kelas 5
SD. Yaitu di sebuah pulau karimun. Ibuku hanya seorang ibu rumah tangga. Dan ayahku
bekerja sebagai nakhoda di sebuah kapal, ayahku bekerja keras untuk membiayai keluarga.
Setiap hari aku dan adikku harus bangun cepat selain untuk menunaikan sholat subuh
aku juga harus membantu ibu memberekan rumah.
“Ibu, Dira berangkat ke sekolah dulu” pamitku kepada ibu selara mencium tangan ibu
”iya nak, hati-hati dijalan. Sekolah yang bener kamu sudah kelas tiga SMA sebentar lagi
kamu bakal kuliah” Ibu memberikan seamangat sembari mengelus kepalaku.
“iya bu, aku bakal buat ibu bangga kepadaku” kataku dengan jiwa yang penuh keyakinan.
Kehidupan di pulau ini sangatlah keras. Mulai dari pergaulan lingkungan maupun
sekolah.
“lu ngapain di sini?” tanya seorang teman sekelasku dengan suara lantang
“aku ingin mendaftarkan diri untuk mengikuti lomba olimpiade tersebut” jawabku dengan
senyuman dan nada rendah
“lu kira lu bakal bisa lulus?,jangankan lulus di daftarkan aja nama lu disana syukur”
Semua orang tertawa mendengar ejekan teman sekelas aku. Aku pun langsung menjauh dari
keramaian dan langsung bergegas ke kelas untuk mengambil tasku dan pulang ke rumah.
Aku menceritakan semua prihal yang di sekolah tadi kepada ibu. ibu yang tadinya
membersihkan tempat kue, datang dan menemaniku duduk di sofa.
“Dira, kamu jangan putus asa dengan ejekan temanmu, akan tetapi kamu harus membuktikan
pada mereka bahwa kamu bisa, jangan kamu malah minder dengan omongan mereka”
“tapi bu, mereka sangat bersifat semena-mena kepadaku, ingin rasanya aku membalas apa
yang dilakukan mereka kepadaku”
“nak, Ibu tidak pernah mengajarkanmu untuk membalas dendam, kamu harus sabar dalam
menghadapi semua omongan mereka, kamu tidak usah takut dengan omongan mereka”
“iya bu, tapi aku masih kesel dengan ucapan mereka seolah menjatuhkan harga diri keluarga
kita” kataku dengan raut wajah kesal
“ssssttt” ibu menutup mulutku dengan jari telunjuknya. Seolah ibu memberi isyarat untuk
memberhentikan ucapanku
“kamu kan sudah mendaftarkan diri ikut olimpiade, Ibu yakin kamu pasti bisa bukannya
kamu sangat ahli dengan pelajaran ekonomi?, kamu juga pernah menang bukan pada saat
lomba ekonomi di sekolah?” Ibu berusaha menyakinkanku
“iya bu” jawabku dengan nada lembut karena aku merasa telah berkata melampai batas
kepada ibuku
“Ibu yakin kamu pasti bisa, Ibu juga berdo’a untuk kebaikan anak ibu. tugas kamu belajar
dan berdo’a kepada Allah semoga Allah Mengijabah do’a kita. Dan ingat nak, Allah selalu
bersama hambanya yang sabar” tatap ibu untuk menyakinkanku
Hari-hari pun kulewati dengan belajar terus-menerus. Mulai dari menjawab soal-soal
ekonomi yang ada di buku hingga soal ekonomi yang di berikan guru sebagai contoh soal
untuk olimpiade tahun ini. Aku juga sering belajar kepada guru ekonomiku di sekolah,
dengan begitu akan lebih paham dalam menekuni bidang ilmu ini.
Besok lomba ekonomi akan dilaksanakn. Malam ini aku mulai mengulang soal yang
kemarin yang telah aku bahas. Aku juga harus cepat tidur malam ini dikarnakan besok pada
pukul 06:00 upacara pembukaan olimpiade akan dilaksanakan.
Malam ini aku tidak begitu tenang. Beberapa kali aku terbangun dari tidurku. Aku
terlalu memikirkan olimpiade esok hari. Dan pada pukul 03:00 WIB. Aku terbangun, aku
mendengan suara air dari kamar mandi seperti orang mandi. Aku pun langsung berpikir
“siapa yang mandi pagi-pagi begini?” tanyaku di dalam hati. Aku langsung keluar membuka
pintu kamar dengan pelan-pelan. Dari pintu kamar aku melihat ibu yang sedang melaksanakn
sholat tahajjud di tengah malam. Aku langsung terdiam, “inikah yang dialakukan ibuku pada
saat aku terlelap dalam tidurku di setiap malam?” bathinku terdiam. Dan aku juga langsung
ke kamar mandi untuk wudhu dan ikut bersama ibu untuk sholat tahajjud.
“Kamu sudah bangun dira?” tanya ibu dengan sedikit terkejut melihat aku ikut sholat di
belakangnnya
“sudah bu,”
“yasudah kamu kembali lagi ke kamar dan tidur besok pagi kamu harus bangu cepat” suruh
ibu
“iya bu”
Dari pintu kamar aku melihat Ibu berdoa dengan khusyuk. Dan aku melihat sendiri
ada air mata yang jatuh ke pipi ibu. Aku juga ikut nangis di depan pintu kamar melihat Ibu
yang tak henti-hentinya berdoa. Aku bangga melihat Ibu yang selalu berjuang demi
menafkahi keluarga. Setelah siap Ibu berdoa aku langsung masuk ke kamar dan langsung
memejamkan mataku. Dan tiba-tiba Ibu datang dan menyelimutiku dengan selimut. Aku
merasakan ada harapan yang besar yang ibu harapkan dari aku.
Pagi ini sekolah di penuhi oleh peserta yang datang dari semua sekolah yang ada di
jakarta timur ada seribu lebih peserta yang ikut. Dalam ketentuannya hanya 8 peserta lah
yang akan diambil dan dijadikan pemenang. Upacara pun dimulai semua orang
mendengarkan semua pengumuman yang diumumkan oleh panitia. Ada satu hal yang
membuat aku terkejut, yaitu pengisian jawabannya dilakukan dengan sistem komputer. Aku
sungguh sangat terbatas dalam bidang teknologi. Rasa gelisah mulai menyelimutiku. Dan
satu lagi pengumuman yang mengejutkan bahwasanya pengumumna pemenang akan di
umumkan setengah jam sesudah olimpiade dikarnakan sistem komputer. Aku semakin
gelisah aku juga belum memberitahu ibu bahwa pengumumannya pada hari ini.
Selesai upacara semua peserta di persilahkan masuk ke dalam kelas yang telah di
tentukan. Semua peserta menyalami guru mereka. Ada juga dari peserta yang didampingi
oleh orang tuanya.
“Dira semangat ya nak, kamu tidak usah takut dengan sistem komputer, semua itu sama, Ibu
akan menunngu kami di sini sampai pengumuman” suara Ibu yang tiba-tiba datang dari arah
belakang.
“Ibu, Ibu tidak jualan?” aku terkejut dengan kedatangan ibu, walaupun dengan kedatangan
Ibu adalah sebagai penyemangatku dalam olimpiade ini.
“Ibu pengen lihat anak Ibu lomba, makanya Ibu datnag ke sini untuk melihatmu, yasudah
sekarang kamu masuk ke dalam dan kerjakan soal itu dengan tekun, Ibu yakin kamu pasti
bisa” sambil mengelus kepalaku
“Iya bu, aku akan membanggakan ibu hari ini” jawabku dengan penuh keyakinan.
Aku langsung bergegas masuk ke kelas dan mencari tempat duduk yang sesuai dengan nomor
pesertaku. Dengan semangat dari Ibu aku sudah mulai kembali percaya diri. Aku
mengerjakan soal dari nomo 1-100 dengan penuh ketekunan hingga selesai.
Sudah setengah jam lebiah aku dan ibu menunggu di bangku halaman sekolah. Semua
orang menunggu hasil pengumuman. Tanpa kusadari ibu telah membawakan bekal untukku.
Aku sangat bangga dengan Ibu hari ini, mulai dari tadi malam ibu sholat tajjud kemudian
menungguku sampai siang hari ini. Seolah dia telah memberi isyarat bahwa aku adalah
pemenangnya pada hari ini.
Suasana menjadi hening ketika salah satu panitia mengumumkan untuk kumpul di
lapangan sekolah. Kemudian salah satu dari panitia maju kedepan sambil membawa map
yang berisikan nama-nama pemenang.
“Baik bapak ibu yang saya hormati. Izinkanlah saya untuk mengumumkan hasil dari
olimpiade hari ini. Bagi nama yang di sebutkan diharapkan untuk maju kedepan.
Suasana sangat hening semua orang terlihat sedang berdoa. Aku melihat jari-jari Ibu yang
sedang berzikir. Begitu juga cara ibu melihat kedepan seperti mengharapkan aku berdiri di
sana.
“Nama-nama pemenang lomba olimpiade pada tahun ini ialah, 1.Ani dari SMA19 2.Fitri dari
SMA kartini 3.Utami dari SMA29 4.Arif dari MAN2 5.Rafi dari SMA Nusa Bangsa 6.husna
dari MAN2 7.Rahma dari Man 1 dan yang terakhir dan juga termasuk sebagai peserta
dengan nilai tertingi pada olimpiade tahun 2019 ini adalah Dira dari SMA ini.
Aku terkejut dengan apa yang dikatakan oleh panitia tersebut. Aku langsung memeluk
Ibu. Ibu menangis terharu sambil memelukku. Aku lansung maju kedepan dan mengambil
piala serta piagam yang di berikan. Lega semua rasanya. Ibu sangat terharu dengan hasil
olompiade ini. Lebih terharu aku yang punya ibu sepertinya.
Di balik kesuksesan seorang anak, terdapat doa ibu yang mengiringinya. Ibuku
hanyalah seorang penjual kue. Di balik kegigihannya dalam mencari nafkah terdapat jiwa
yang mulia di dalamnya. Doa ibu memang tiada tandingannya, perjuangan untuk membuat
kita bahagia pun tiada tak akan pernah berhenti. Dia rela melakukan apapun untuk membuat
kita tersenyum. Terima kasih ibu engkau adalah pahlawanku.
Created by sherly

Anda mungkin juga menyukai