Anda di halaman 1dari 2

Nama : Nisrina Nyda Nadifa

Kelas : XII. 2

No Absen : 26

Lomba Membaca Puisi

Pengumuman, “Seluruh siswa-siswi kelas 5 dan 6 segera kumpul di aula”. Mendengar


pengumuman tersebut, semua siswa-siswi kelas 5 dan 6 segera menuju aula. “Dikumpulkannya
kalian disini, karena Ibu dan Bapak Guru ingin memilih anak-anak untuk mengikuti lomba baca
puisi, menari, menggambar, renang, dan menyanyi untuk mewakili sekolah” ucap Ibu Guru.

Tak lama setelah Bapak dan Ibu Guru memilih anak-anak yang akan mengikuti lomba,
nama saya pun dipanggil “Nisrina Nyda Nadifa dari kelas 6 A” dan saya pun langsung
mengangkat tangan “Saya”.

“Apakah kamu bersedia untuk mengikuti lomba membaca puisi?”. “Saya bu?”. “Iya
kamu, apakah kamu bersedia?”. Tak pikir panjang saya pun langsung menyetujuinya “Saya
bersedia bu”. “Lomba akan diadakan pada tanggal 11 Februari” ucap Ibu Guru. Setelah
pemilihan selesai, semua siswa-siswi pulang kerumah masing-masing.

Minggu, 3 Februari. Suasana yang cerah, saya ditemani Ibu mencari baju yang ingin saya
pakai untuk lomba. Setelah lama mencari, akhirnya saya mendapatkannya.

Sampainya dirumah, saya tak lupa untuk berlatih membaca puisi. Setelah lama berlatih,
saya yakin dengan kemampuan saya bahwa saya bisa menang dan membanggakn nama sekolah.

(1 Minggu Kemudian)

Senin, 11 Februari, saya datang dengan tepat waktu. Saya memakai baju yang saya dan
Ibu beli. Baju yang sangat cantik, indah, dan anggun saat dipakai. Semua peserta lomba
mambaca puisi sudah memasuki ruangan, dan saya pun ikut memasuki ruangan dan
mendapatkan nomor urut 15.

Sambil menunggu nama saya dipanggil, saya sempatkan untuk berlatih terlebih dahulu
sambil makan snack yang sudah dibagikan satu-persatu peserta lomba. Setelah selesai makan
snack, saya ingin mengambil minum teh yang ada di bawah kursi saya. Sewaktu saya ingin
minum, tiba-tiba tangan saya tersampar orang yang sedang berjalan dibelakang saya dan teh
yang ingin saya minum menumpahi baju saya.
Saya bingung, baju yang saya pakai kini telah tertumpah air teh yang ingin saya minum.
“Bagaimana ini, sebentar lagi nomor urut 15 segera dipanggil. Aku tidak mungkin maju dengan
memakai baju yang kotor seperti ini” ucap saya didalam hati. Tak lama dari itu Bu Titi selaku
orang yang mendampingi saya kini mendatangi saya “Mari ikut saya”. Bu Titi membawa saya
pergi keruang ganti umtuk mengganti baju saya yang kotor dengan baju yang bersih.

“Untung saja Bu Titi membawa baju cadangan, kalau tidak … aku tidak tahu bagaimana
nasib aku hari ini”. Saya memasuki ruangan, dan nomor urut saya dipanggil “Nomor urut 15
silahkan maju ke depan”.

Setelah selesai maju membacakan puisi, saya merasa lega karena saya sudah melakukan
yang terbaik. Semua peserta sudah maju. Bel berbunyi “Semua peserta baca puisi segera
berkumpul diruangan”. Saya menunggu hasilnya dengan penuh harapan. Tetapi nama saya tidak
dipanggil untuk maju kedepan. Saya merasa kecewa karena saya sudah gagal untuk
membanggakan sekolah. Tetapi saya tidak putus semangat, masih ada kesempatan untuk saya
agar mencoba lebih baik lagi.

Anda mungkin juga menyukai