Anda di halaman 1dari 10

Perjuangan Menempuh Pendidikan

By:Mina

Nama ku Mina Mulyana,aku lahir dikota bogor,pada tanggal 16 Januari 2002. Nama tersebut
diberikan oleh ayah dengan arti dari kemulyaan. Aku bercita-cita ingin menjadi seorang TNI,
karena aku ingin mengabdikan diri keNegara dan Bangsa ku. Aku bisa dipanggil dengan sebutan
Min atau Na. Aku anak terakhir dari lima bersaudara. Aku terlahir dari keluarga yang sederhan.
Ayah ku bernama Eman, umurnya kurang lebih 61 tahun. Pekerjaan ayah
ku seorang petani dan peternak ayam dan kambing. Beliau sangat gampang
marah, tetapi beliau sangat pekerja keras dan sangat peduli dan sayang terhadap keluarganya.
Ibu ku bernama Emin,umurnya kurang lebih 51 tahun. Pekerjaan ibu ku seorang ibu rumah
tangga. Ibu ku ahli memijat,ketika tetangga butuh pijatan,tetangga selalu memanggil ibu
ku,meskipun upahnya tidak seberapa. Ibu ku seorang pekerja keras,ibu yang sangat kuat,dan
juga penyabar. Beliau membantu ayah bekerja demi menafkahi lima anak laki lakinya termasuk
aku.Selain ibu ku bisa memijat,ibu ku juga sering pergi ke kebun untuk menanam singkong
sekaligus membersihkan kebun. Pagi itu,aku dibangunkan oleh ibu.
"Nak...nak... Ayo bangun...," ucap ibu yang membangunkan ku.
Aku pun menjawab "Mmm.... Kenapa ibu membangunkan ku pagi pagi".
"Apakah kamu mau ikut ibu ke kebun...,?" Ucap ibu yang mengajak ku ke kebun.
"Mau ngapain bu ke kebun...,?" Aku bertanya.
"Ibu mau menanam singkong sekaligus panen singkong nak...," Ibu menjawab.
"Ooh... Boleh tuh bu,sekalian aku pengen tau kebun ibu...,"ucap diriku.
"Yaudah,ayo bangun terus mandi,dan jangan lupa sarapan dulu...,"cap ibu ku.
"Oke bu...," ucap aku dengan hati yang sangat senang karena diajak oleh ibu ke kebun.
Ketika sudah selesai mandi dan sarapan,aku dan ibu pun pergi ke kebun. Dan lokasi kebun
itu lumayan jauh dari rumah. Ketika sampai di kebun,aku dan ibu langsung memanen singkong
sekaligus menanamnya kembali. Hal tak terduga terjadi. Ketika ibu ku mencabut singkong,ibu ku
terjatuh kebalakang dan terpeleset ke jurang.
"Ibu...,"aku pun berteriak dengan perasaan khawatir.
Aku pun mencari ibu ke sungai,karena kebun itu bawahnya terdapat sungai.
"Ibu... Ibu...,"aku pun menangis sambil menyebut nama ibu.
Selang beberapa menit kemudian,ibu ku muncul dari arah sungai timur. Aku pun berlari
mendatangi ibu ku.
"Ibu... Ibu... Ibu enggak kenapa kenapa...,?" Aku pun bertanya pada ibu sambil menangis.
"Ibu enggak kenapa kenapa,naak... Ayo kita pulang...,"jawab ibu sambil memegang kepala.
Aku dan ibu pun pulang dari kebun. Ketika sampai dirumah ibu pun masih memegang
kepalanya. Dan ternyata,ketika terpeleset kepala ibu ku terbentur pada batu.ibu ku dibawa ke
rumah sakit,"luka dikepala ibu mu tidak terlalu parah,ibu mu akan baik baik saja". Ucap dokter.
Aku pun sangat lega mendengarnya dan aku pun sangat bersyukur karena ibu baik baik saja.
Ketika umur ku sudah menginjak sepuluh tahun,aku dimasukan ke Madrasah Ashodiqin yang
lokasinya tidak jauh dari rumah. Kebanyakan umur teman teman ku dimasukan ke Madrasah
menginjak umur tujuh tahun. Tapi aku paling beda,ibu memasukan ku ke Madrasah menginjak
umur sepuluh tahun.
"Kenapa ibu memasukan ku ke Madrasah dengan umur yang lebih tua dari teman teman
ku...,"aku pun bertanya.
"Agar kamu lebih mandiri dari teman teman yang lain...,"jawab ibu.
Alasan ibu memasukan ku ke Madrasah umur sepuluh tahun,ternyata agar aku bisa lebih
mandiri. Tujuan orang tua ku memasukan ke Madrasah Ashodiqin,tidak lain agar aku bisa
membaca al-qur'an dan paham tentang agama. Sekolah tersebut mulai jam pelajaran dari jam
satu sampai jam dua. Hari pertama,kedua,ketiga masuk sekolah Madrasah,aku diantar sama ibu.
Hari keempat aku mulai berangkat sendiri,karena jaraknya tidak jauh dari rumah. Sekolah
Madrasah itu sangat bagus, bahkan pelajaran yang aku suka dari sekolah Madrasah tersebut
adalah pelajaran kaligrafi. Bahkan prestasi ku di Madrasah cukup gemilang, dari kelas satu
sampai kelas enam aku selalu mendapatkan peringkat.
Setelah seminggu sekolah di Madrasah Ashodiqin,ibuku mendaftarkan ku diSekolah Dasar
Negeri Nunggul. Lokasinya lumayan jauh dari rumah. Tidak hanya aku yang didaftarkan
disekolah dasar tersebut,bahkan sepupuku yang bernama Ilham juga dimasukan disekolah
tersebut.Satu minggu masuk sekolah aku diantar terus sama ibu,karena jaraknya yang agak
jauh. Minggu kedua aku berangkat sekolah selalu bareng sama Ilham naik motor. Ilham
orangnya baik,dia terlahir dari keluarga yang mapan dan kaya. Ketika berangkat sekolah
pun,kadang dianterin pakai motor,kadang juga pakai mobil. Ilham juga sekolah Madrasah
Ashodiqin namun,dia lebih dulu masuknya dibanding aku. Jadi, Ilham kakak kelas aku
diMadrasah Ashodiqin.
Sekolah dasar sudah memasuki Minggu ketiga,aku sudah mulai mempunyai banyak teman
diantaranya Akmal Wildan dan Muhammad Torik. Akmal adalah murid yang paling cerdas.
Akmal selalu mendapat peringkat pertama dikelasku. Sedangkan Torik orangnya baik dan
lucu,Torik selalu membuat orang ketawa.
Aku tidak terlalu berprestasi disekolah dasar seperti Akmal. Aku selalu kalah bersaing dari Akmal
dan Ilham. Akmal yang selalu berada diperingkat pertama,sedangkan Ilham selalu berada
diperingkat kedua.
"kok bisa sih Akmal,Ilham kalian selalu mendapat peringkat,sedangkan aku tidak. Bagaimana sih
caranya agar bisa mendapatkan peringkat...,?"aku pun bertanya kepada Akmal dan Ilham.
"Tentunya sih harus rajin belajar...,"ucap Akmal sambil memegang pundak ku.
"Selain rajin belajar,kamu juga harus meluangkan waktu untuk membaca buku...,"ucap Ilham.
Aku pun termotivasi dari ucapan Akmal dan Ilham. Aku lebih sering rajin belajar dan
meluangkan waktu untuk membaca buku,karena aku ingin menjadi seperti Akmal dan Ilham
yang selalu mendapat peringkat. Dari hari ke hari, Minggu ke Minggu,dan bahkan bulan ke
bulan aku lebih giat belajar dan membaca buku. Pembagian raport pun tiba,diruang kelas yang
penuh dengan wali murid. Guru pun akan segera mengumumkan murid yang berprestasi. Tidak
lama kemudian,ketika guru memanggil Ilham sebagai peringkat ke dua,guru memanggil ku
sebagai peringkat ke tiga. Disitulah aku sangat bahagia termasuk ibu ku. Tidak sia-sia aku rajin
belajar dan membaca buku setiap hari,akhirnya mendapatkan peringkat ketiga.
Ketika aku kelas empat,aku ditunjuk oleh wali kelas untuk mengikuti perlombaan ditingkat
kecamatan. Aku ditunjuk untuk mengikuti lomba nyanyi,sedangkan suaraku tidak terlalu bagus
layaknya burung gagak. Tetapi aku siap untuk mengikuti perlombaan tersebut walaupun sifat ku
agak pemalu. Setiap jam istirahat aku berlatih dengan wali kelas di kantor. Dengan gaya gerak
gerik tubuh,ekspresi wajah dan mempersiapkan mental. Perlombaan pun semakin dekat dan
akan segera tiba. Aku pun lebih memantapkan latihan menyanyi. Bahkan ketika ada kegiatan
olahraga disekolah,aku pun di tes didepan semua murid. Dengan perasaan yang gugup dan
tubuh bergetar. Tujuan tes tersebut agar mental ku kuat dan tidak gugup lagi ketika perlombaan
tiba. Dua hari kemudian, perlombaan pun sudah tiba. Aku pun berangkat pagi-pagi dengan wali
kelas. Ketika sudah sampai,aku pun langsung masuk ke ruangan perlombaan dengan raut
wajahku yang menegangkan. Panitia pun memanggil nama ku. Detak jantungku semakin
kencang. Aku pun menaiki panggung yang telah di sediakan,dengan muka yang pucat layaknya
orang yang sakit. Aku pun mulai menyanyikan lagu wajib dan lagu pilihan dengan lancar dan
penuh ekspresi. Aku pun turun dari panggung dengan hati yang lega.
"Alhamdulillah... akhirnya aku sudah selesai menyanyi,tinggal nunggu hasil juara atau
tidaknya...,"ucap ku dalam hati.
Juri pun mengumumkan juaranya. Akhirnya,tidak ada nama ku dalam penyebutan juara lomba
nyanyi tersebut.
"Enggak papa tidak juara,yang penting kamu sudah berusaha semaksimal mungkin...,"ucap wali
kelas.
Aku tidak kecewa meskipun tidak juara. Setidak nya aku sudah berusaha dan mempunyai
pengalaman menyanyi diatas panggung.
Ketika aku berada dikelas lima,aku dan Ilham diberikan kertas masing-masing satu yang
berisi soal-soal matematika. Aku dan Ilham disuruh mengisi soal matematika tersebut dirumah.
"Kalian isi soal matematika ini dirumah sebisa mungkin...,"ucap guru sambil tersenyum.
Aku pun dan Ilham mengisi soal matematika tersebut dirumah masing-masing dengan
semaksimal mungkin. Keesokan harinya,soal matematika tersebut di kumpulkan dan dikoreksi
oleh guru. Tidak lama kemudian guru pun mengumumkan bahwa nilai yang paling gede dari
soal yang aku dan Ilham isi adalah aku.
"Nilai yang paling tinggi dari soal-soal yang kalian berdua isi adalah kamu Mina. Oleh
karena,kamu harus mewakili tingkat kecamatan untuk lomba olimpiade matematika...,"ucap
guru sambil menunjuk.
Lagi dan lagi, aku ditunjuk untuk mewakili tingkat kecamatan untuk berlomba olimpiade
matematika. Aku pun dikasih soal matematika lagi oleh guru,agar aku bisa belajar dan berlatih
untuk menghadapi olimpiade matematika ditingkat kecamatan. Aku pun mempersiapkan diri
dengan giat belajar. Tidak hanya di rumah,aku juga belajar disekolah dengan bimbingan guru
matematika. Beberapa materi yang diajarkan oleh pembimbing,aku pahami semaksimal
mungkin. Beberapa hari kemudian perlombaan pun tiba. Aku pun berangkat dengan didampingi
guru matematika. Ketika aku sampai,aku pun memasuki ruangan yang telah disediakan.
Perlombaan pun dimulai. Panitia pun membagikan kertas yang berisi 25 soal matematika. Aku
pun heran dengan soal yang dibagikan oleh panitia tersebut. Apa yang di ajarkan oleh guru
matematika disekolah, tidak ada satupun soal yang bisa aku pahami. Bahkan soal matematika
tersebut,tidak bisa aku pahami. Aku pun mulai mengisi soal tersebut dengan sebisa mungkin.
Waktu pun sudah habis,panitia mengambil kertas soal yang telah diisi oleh peserta lomba untuk
diberikan kepada juri. Beberapa menit kemudian,juri pun mengumumkan peserta yang juara.
Lagi dan lagi aku gagal dan tidak mendapatkan juara.
Aku pun sedikit kecewa,karena aku sudah mewakili dua perlombaan ditingkat kecamatan
namun selalu gagal.
"Tidak papa,yang penting kamu sudah berusaha walaupun yang sudah ibu ajarkan tidak ada
dalam soal tersebut. Tetap semangat belajar yah...,"ucap ibu guru yang menyemangati ku
sambil mengelus-elus pundak.
Aku pun kembali semangat untuk lebih giat belajar,ketika sekolah menunjuk ku lagi untuk
mewakili perlombaan,aku bisa mendapatkan hasil yang maksimal dan bisa menjadi juara.
Ketika aku mau menamatkan pendidikan sekolah dasar dan sekolah Madrasah,aku
mempunyai masalah di Madrasah. Ketika pihak sekolah Madrasah mengeluarkan biaya
kelulusan yang harus dibayar oleh para murid namun,aku tidak mampu membayarnya. Karena
ekonomi keluarga ku tidak memadai. Waktu pun sudah mepet sedangkan biaya kelulusan pun
belum juga terlunasi.
"Bagaimana ini Bu,kelulusan pun sudah dekat tapi aku belum membayar biaya
kelulusan...,"ucap aku dengan wajah yang cemberut.
"Sabar ya nak... Nanti ibu coba bicara dengan kepala sekolah...,"ucap ibu sambil memeluk ku.
"Iya Bu...,"ucap ku.
Suatu hari aku dan ibu ku pergi ke rumah bapak kepala sekolah. Ibu ku membicarakan biaya
kelulusan yang belum bisa dibayar.
"Maaf pak,anak saya belum bisa membayar biaya yang dikeluarkan oleh pihak sekolah,karena
saya belum punya uang...,"ucap ibu
"Jangan terlalu memikirkan biaya,kalo emang benar-benar tidak punya uang,saya bebasin tidak
usah bayar. Yang penting anak ibu ikut kelulusan...,"ucap bapak kepala sekolah.
"Alhamdulillah makasih banyak pak...,"ucap ibu dengan wajah yang terharu.
Bapak kepala sekolah pun sangat kasihan melihat keluarga ku yang tidak bisa membayar biaya
kelulusan. Dan pada akhirnya kepala sekolah pun membebaskan biaya kelulusan tersebut.
Setelah aku tamat sekolah dasar dan madrasah,aku tidak melanjutkan sekolah ku ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi yaitu ke sekolah menengah pertama.
"Apakah pendidikan ku cukup sampai disini,disekolah dasar...,?"aku pun bertanya kepada diri
sendiri.
Aku tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi karena aku tau,keluarga ku tidak
mampu untuk membiayainya. Ketika aku tidak melanjutkan sekolah,kegiatan ku di rumah hanya
membantu orang tua ku. Aku membantu ayah mencari rumput untuk kambing setiap hari.
Bahkan ketika aku sudah selesai mengambil rumput,aku sering mencari kayu bakar. Keluarga ku
di rumah ketika memasak tidak menggunakan kompor atau pun gas,tetapi keluarga ku selalu
menggunakan kayu bakar untuk memasak. Selain itu,aku pun sering membantu ibu mencuci
piring bahkan mencuci pakaian. Seiring berjalannya waktu,kegiatan ku di rumah hanya
itu,membantu kedua orang tua ku. Aku berharap pendidikan ku bisa di lanjut kembali ke jenjang
yang lebih tinggi. Hari berganti hari,bulan berganti bulan sudah aku lewati dengan hanya
memabantu kedua orang tua ku di rumah. Setelah satu tahun aku lewati,aku mendapat tawaran
dari paman untuk melanjutkan pendidikan ku ke sekolah menengah pertama.
"Mina, apakah kamu ingin sekolah lagi...,?"ucap paman yang bertanya kepada ku.
"Sangat ingin paman,tapi ayah dan ibu ku tidak mampu membiayainya...,"ucap aku menjawab
pertanyaan paman.
"Gak usah mikirin soal biaya,kalau memang kamu ingin sekolah lagi insyaallah paman bisa
membantu, sekalian anak paman juga mau melanjutkan pendidikannya ke tingkat sekolah
menengah pertama...,"ucap paman.
"Iya paman aku ingin sekali sekolah lagi...,"ucap aku.
"Ya sudah,nanti paman coba bicara ke pihak sekolah sekalian mendaftarkan anak
paman...,"ucap paman.
Suatu ketika,paman mendaftarkan anaknya sambil membicarakan ke pihak sekolah bahwa
keponakannya yaitu aku, mau sekolah tapi tidak mempunyai biaya.
"Selamat siang pak,saya mau mendaftarkan anak saya...,"ucap paman
"Iya boleh silahkan...,"ucap kepala sekolah.
"Dan satu lagi pak,jadi gini pak ada keponakan saya yang mau sekolah disini tapi keluarganya
tidak mempunyai biaya. Apakah bisa masuk atau tidak pak...,?"ucap paman.
"Ya sudah daftarin aja,soal biaya gak perlu dipikirin, insyaallah sekolah ini bisa menerima murid
yang kurang mampu...,"ucap bapak kepala sekolah.
"Terima kasih banyak pak,pasti keponakan saya senang mendengarnya. Ya sudah pak kalau
begitu saya pamit pulang dulu sekalian memberi kabar kepada keponakan saya,bahwa dia ke
terima di sekolah ini...,"ucap paman.
"Iya silahkan...,"ucap kepala sekolah.
Dan akhirnya,paman memberi kabar kepadaku bahwa aku ke terima di sekolah Madrasah
Tsanawiyah Sidamulya. Aku pun sangat senang,akhirnya aku bisa melanjutkan pendidikan ku.
Masuk sekolah pun tiba,Sebelum menginjak pada tahap pembelajaran aku dan seluruh
siswa di wajibkan untuk mengikuti kegiatan MOS yang dilaksanakan selama tiga hari. Pada hari
pertama,kegiatan ku yaitu untuk mengenal lingkungan sekolah dan seluk beluk sekolah. Di hari
kedua aku di bariskan di lapangan, aku di ajarkan peraturan baris berbaris oleh kakak senior dan
aku juga di kerjai sama kakak senior,bahkan ada siswa yang sampai menangis. Dan di hari
terakhir mos aku dan seluruh siswa di bagi menjadi beberapa kelas,aku mendapatkan kelas
A.Disini lah aku banyak mendapatkan sahabat dan teman teman baru. Ketika aku masuk kelas A,
hanya beberapa orang yang aku kenal pada saat MOS. Tapi seiring berjalannya waktu,aku
banyak mengenal teman baru,bahkan aku lebih akrab dengan orang yang bernama Firman.
Firman adalah orang pertama yang saya kenal dari kelas A.
sekolah Madrasah Tsanawiyah mulai jam pelajaran dari jam satu sampai jam 4. Aku
berangkat sekolah selalu bareng sama anaknya paman,yaitu Iyas. Karena kalau pun aku
berangkat sekolah sendiri aku tidak punya kendaraan. Jadi,aku berangkat sekolah selalu bareng
sama Iyas. Iyas orang nya sangat baik,bahkan berangkat sekolah pun setiap hari aku selalu
numpang. Selama aku sekolah Madrasah Tsanawiyah Sidamulya,aku selalu menginap di rumah
nenek,karena ketika itu,rumah ku pindah dari kampung Nunggul ke kampung Cimanganten.
Akhirnya aku lebih memilih untuk menginap di rumah nenek, agar lebih mudah dan dekat ketika
aku berangkat ke sekolah bareng Iyas.
Hari demi hari berlalu tidak terasa aku akan ujian semester 1, setelah ujian,aku pun untuk
pertama kalinya mengikuti acara class meeting, ketika itu aku mendapat juara 3 lomba
musabaqoh Tahfidzul Qur'an.Hari pembagian lapor pun tiba, tidak di sangka sangka aku
mendapatkan juara 1,aku sangat bersukur dan bangga atas pencapaian yang aku raih.
Ketika aku berada di kelas IX,kegiatan belajar mengajar tidak kondusif. Pada waktu itu
muncul lah wabah penyakit yang bernama virus Corona. Virus ini menular dan bahkan tidak
sedikit orang meninggal karena virus Corona ini. Dengan munculnya virus Corona tersebut,pihak
sekolah pun mengehentikan kegiatan belajar di sekolah. Namun pihak sekolah mengadakan
kegiatan belajar mengajar dengan secara online. Guru pun setiap hari memberi tugas lewat
handphone. Bahkan Seminggu sekali murid-murid harus mengumpulkan tugasnya ke sekolah.
Kegiatan belajar mengajar secara online terus berlanjut,sedangkan virus Corona belum hilang
dari muka bumi. Ketika aku ingin menamatkan sekolah Madrasah Tsanawiyah, virus Corona
masih belum hilang. Bahkan guru-guru pun menyebut angkatan aku adalah lulusan corona.
Ketika aku selesai pendidikan Madrasah Tsanawiyah Sidamulya,aku pun bingung mau
dilanjut atau tidaknya ke pendidikan yang lebih tinggi lagi yaitu SMA.
"Terus lanjutkan pendidikanmu ke tingkat SMA,dari pada harus jadi pengangguran. Sebab dari
beberapa anak ibu mu,hanya kamu Mina yang pendidikannya lebih tinggi...,"ucap paman ku
lagi.
"Iya paman insyaallah...,"ucap diriku.
Aku pun mendaftarkan diri di sekolah Madrasah Aliyah Nurul Hidayah Sidamulya. Kebetulan
sekolah tersebut gratis tanpa biaya apapun.
Hari pertama ku masuk sekolah tiba,seperti biasa Sebelum menginjak pada tahap
pembelajaran aku dan seluruh siswa di wajibkan untuk mengikuti kegiatan MOS yang
dilaksanakan selama tiga hari. Tetapi sekolah Madrasah Aliyah ini berbeda. Di sekolah lain
sebelum tahap pembelajaran dikenal dengan istilah MOS. Tapi di sekolah Madrasah Aliyah ini
sebelum ke tahap pembelajaran di kenal dengan istilah MATSAMA yaitu Masa Ta'aruf Siswa
Madrasah. Kegiatan masa ta'aruf siswa selama tiga hari berjalan dengan lancar,dan kegiatan
belajar mengajar pun sudah mulai aktif di hari ke empat.
Hari demi hari sudah aku lalui,tidak terasa aku akan menghadapi ujian semester ganjil.
Ketika selesai ujian,sekolah mengadakan kegiatan class meeting dan aku pun mengikuti salah
satu lomba pada kegiatan class meeting tersebut.ketika itu,aku mendapat juara kedua lomba
Tahfidzul Qur'an dan juara dua lomba akustik. Bahkan kelas aku mendapatkan juara umum.
Selang beberapa hari,pembagian lapor pun tiba,tidak di sangka sangka aku mendapakan juara
pertama di kelas X. Aku pun sangat bangga dan bersyukur dengan pencapaian yang aku raih.
Kegiatan belajar mengajar semester genap pun sudah mulai kembali aktif. Aku semakin
semangat belajar agar aku bisa terus mendapatkan peringkat pertama. Selang beberapa bulan
kemudian,ujian semester genap pun tiba,aku selalu berdoa semoga hasil ujian ku mendapatkan
nilai yang maksimal. Selang beberapa hari setelah ujian,embagian lapor pun kembali tiba,lagi
dan lagi aku mendapatkan juara pertama. Dan akhirnya aku pun naik ke kelas XI.
Ketika aku berada dikelas XI, seperti biasanya ketika selesai menghadapi ujian semester
ganjil,aku mengikuti kegiatan class meeting. Ketika itu aku kembali mendapatkan juara 2 lomba
Tahfidzul Qur'an. Prestasi ku tetap bertahan,aku masih mendapatkan juara pertama di kelas XI.
Aku pun naik ke kelas XII, dan sampai sekarang pun aku masih mengenyam pendidikan di kelas
XII.

Itulah perjuangan ku dalam menempuh pendidikan,bahkan perjuangan ku masih panjang,


sampai sekarang pun aku masih berada di kelas XII. Entah bagaimana nasib ku kedepannya. Yang
aku harapkan,aku bisa menjadi orang yang sukses yang bisa membanggakan kedua orang tuaku.
SELESAI

Anda mungkin juga menyukai