Anda di halaman 1dari 3

Di ceritakan, tinggalah keluarga beranggotakan tiga orang yang terdiri ayah, ibu, dan satu anak

perempuan. Mereka tergolong keluarga yang berada. Rumah megah bak istana, mobil mewah
yang hampir setiap hari bergonta - ganti menghiasi garasi rumah mereka. Tapi siapa sangka di
balik kekayaan yang mereka miliki, tersimpan luka seorang anak. Maya anak semata wayang
mereka mengalami broken home. Dia wanita cantik, lucu, dan periang. Memang, menjadi
seorang anak yang broken home bukanlah sebuah pilihan. Tapi mau bagaimana lagi, ini sudah
takdirku yang telah Tuhan berikan padaku. Suka tidak suka mau tidak mau harus tetap ku jalani.

Pagi itu ayah dan ibuku berpamitan untuk pergi beberapa hari ke Riau karena ada urusan
pekerjaan di sana. Awalnya aku tidak setuju, karena besok adalah hari yang sangat mendebarkan
bagiku karena akan melaksanakan Ujian Nasional, tapi ayah dan ibuku tidak ada. Seharusnya
mereka ada di sampingku memberi motivasi untuk ku dan tentunya mendoakan ku.

"nak, jaga diri kamu baik baik ya, jangan lupa belajar yang giat agar ujian kamu mendapat hasil
yang memuaskan, tenang kan ada bi ijah yang menemanimu" ucap ayah.

"baiklah ayah, semoga ayah dan ibu selamat sampai tujuan dan juga lancar didalam pekerjaan
nya, cepat kembali ya yah. ucapku

Tersenyum paksa di hadapan mereka membutuhkan usaha yang sangat besar bagiku. Hari ini aku
les untuk persiapan bertempur – dengan soal – esok hari.

“Neng Maya ayo sarapan dulu sebelum pergi les”

“Iya Bi”

Aku sudah menganggap Bi Ijah sebagai keluargaku sendiri karena jika ibu dan ayah sedang
sibuk aku pasti selalu ditemani bi ijah, aku juga sering bercerita tentang kehidupan pribadiku.
Aku pun sering meminta nasihat dari beliau.

“Bi, Aku sangat gugup untuk esok. Bagaimana jika aku kesulitan dalam mengerjakan soal-soal
ujian?”
“Neng Maya harus percaya diri kalau neng bisa menghadapinnya. Kan sekarang Neng Maya
harus pergi les itu merupakan bentuk usaha buat menghadapi ujian. Semoga Tuhan memberi
yang terbaik”
“Iya sih Bi, tapi aku masih kurang percaya diri. Apa yang kurang ya Bi?”
“Selain usaha dengan belajar Neng Maya juga harus berdoa. Minta petunjuk yang terbaik ke
Tuhan”
“Iya Bi. Makasih ya Bi atas nasihatnya”
“Iya Neng. Semoga besok lancar ya Neng dan diberikan hasil yang memuaskan”
“Aamiin. Aku sudah selesai sarapan Bi. Aku berangkat dulu ya”
“Iya Neng. Hati-hati.”
Aku menuju tempat les mengendarai mobil pribadiku. Aku tahu ini tak wajar bagi anak
seusiaku, tapi aku sudah memiliki Surat Izin Mengemudi yang menjadi landasan seseorang untuk
berkendara. Aku telah sampai di tempat les. Aku segera memarkirkan kendaraan lalu menuju
kelas. Sebetulnya hari ini bukanlah jadwal les mingguan yang biasa anak-anak lain datangi. Aku
di sini untuk mendapatkan jam tambahan les, tentang materi yang kurang aku kuasai untuk ujian
besok yang akan datang.
Setelah selesai les aku pun langsung pulang ke rumah. Sebetulnya aku sangat menginginkan
sosok adik atau kakak yang bisa menemaniku. Aku sering merasa kesepian dan aku sangat bosan
dengan kehidupan yang mewah tapi hati ku selalu sepi, seperti hal nya suasana hati yang tak
semewah rumah megah ku ini.

Hari yang dinantikan pun telah tiba Ujian Nasional hari pertama akan dimulai 2 jam yang akan
datang. Aku bangun dari tempat tidurku dan lanjut ambil air wudhu dan segera beribadah.
Setelah itu aku lanjut mandi dan persiapan. Hari ini ujian pertama disambut dengan pelajaran B.
Indonesia.
“Bibi, doakan aku ya”
“Iya Neng pasti Bibi doakan. Ayo Neng dimakan dulu rotinya dan ini ada segelas susu diminum
ya”
“Makasih, Bi”

Aku pergi ke sekolah memilih untuk naik ojek online, karena aku ingin menikmati suasana jalan
dengan ciri khasnya di pagi hari. Saat aku tiba di sekolah tampak sangat sepi tak seperti
biasanya, saking asiknya menikmati pemandangan lalu lintas aku lupa tentang hari ini
dilaksanakannya Ujian Nasional, yang pasti murid kelas 3 saja yang hadir di sekolah. Dengan
mengingat motivasi dari Bi Ijah aku percaya diri akan jawaban soal ujianku. Aku dengan lancar
mengerjakan soal ujian, walau ada beberapa nomor yang tak ku ketahui jawabannya.
“Hey Maya tadi jawabanmu nomor 5 apa?”
“Aku lupa sil. Sudah lah tidak usah diingat lagi”
“Hahaha. Iya juga sih nanti akan semakin pusing.”
Seperti itu kebiasaan temanku ketika ujian telah berlangsung, aku paling tak suka ditanya seperti
itu karena menurutku tak semua orang harus mengetahui apa pendapatku tentang jawaban soal
ujian.
Hari demi hari telah berlalu. Tepat pada hari terakhir Ujian Nasional aku menerima informasi
bahwa penguman penerimaan mahasiswa lewat jalur undangan akan diumumkan pukul 13.00
nanti. Perasaanku gugup sekali, deg-degan, takut, semua bercampur menjadi satu. Aku percaya
hari ini akan ku lewati dengan lancar. Bismillah
Waktu ujian telah habis itu tandanya kami harus segera keluar dari kelas. Waktu menunjukan
pukul 12.00. Teman kelas ku berteriak, memanggil ku untuk mengikuti sesi pemotretan.
“Maya cepatlah ke sini. Kita foto bersama teman sekelas”
“Iya Gina. Aku segera kesana, sebentar”

Kami membentuk album kenangan walau hanya di galeri telepon seluler masing-masing murid.
Aku sangat senang bersama teman sekelas ku selama tiga tahun lamanya. Masa SMA ini bisa
disebut masa paling indah disekolah, memang begitu kenyataannya. Aku mendapat lebih banyak
teman, pengalaman, canda tawa, dan kesedihan pun ikut melengkapi di dalamnya.
Saat aku tiba di rumah jam sudah menunjukan pukul 13.10. aku lanjut beribadah lalu
mempersiapkan mental untuk membuka pengumuman. Grup kelas di whatsapp ku ramai sekali,
tetapi aku belum sempat membacanya. Aku duga pasti semua membicarakan pengumuman ini.
“Bismilahirohmanirahim”
Sebuah tulisan hijau menghiasi handphone ku di salah satu website yang ku kunjungi. Aku
diterima ke perguruan tinggi negeri. Perasaanku saat sangat senang, air mataku jatuh. Sujud
syukur karna tuhan telah mendengar doa ku. Aku segera menghampiri Bi Ijah di kamarnya.
“Bi, Aku lolos jalur undangan”
“Bagaimana neng?”
“Maksudnya aku diterima di Perguruan Tinggi Negeri lewat jalur undangan bi. Jalur tanpa tes
ituloh.. Jadi ketika aku di nyatakan lolos, aku bisa langsung kuliah disitu bi..”
“Alhamdulillah. Bibi sangat senang mendengarnya. Kalau gitu neng, Cepat beri tahu ayah dan
Ibu mu, pasti mereka ikut senang mendengar nya. “memang harus diberitahu ya Bi? Sepertinya
mereka sudah lupa dengan ku.”
Dari kemarin aku menunggu telepon dari ayah atau ibu, tapi tidak satupun dari kedua nya yang
mengabari ku bi. Layaknya seorang anak yang sebatang kara. Padahal aku sangat sayang sama
mereka bi. Apa mereka benar benar lupa dengan ku ? Sampai saja untuk mengabari ku sulit
sekali. Ataupun mereka disana sedang asyik dengan pekerjaan nya sehingga anak nya pun
dilupakan.
''Tidak baik berbicara seperti itu neng''
''Tapi bi… (Menangis sangat kencang) maya capek sekali dengan kehidupan maya yang seperti
ini.
Bi ijah mengerti neng, sudah neng maya tidak usah nangis lagi. Disini tetap ada bi ijah yang
selalu nemenin neng. Jangan khawatir ya neng, bi ijah sayang neng maya. Neng maya yang
cantik tidak usah nangis lagi ya. Hari ini kan hari bahagia neng, masa malah sedih.. Dihapus ya
air mata nya.
''Iya bi''
Kalau sudah tenang, makan siang ya.. Bibi masakin ayam krispi kesukaan neng. Semua sudah
siap ada dimeja.
''Makasih ya bi, bibi baik banget sama maya.
Gatau harus bagaimana balas kebaikan bi ijah''
Aduhh neng maya berlebihan deh. Ini kan sudah kewajiban bi ijah.
Setelah makan siang nanti telepon ayah dan ibu mu ya neng, mereka juga harus tau kabar baik
ini.
''Baik bi''

Anda mungkin juga menyukai