Anda di halaman 1dari 15

PROLOG

Malam ini hujan menjatuhkan diri ke bumi dengan sangat deras disertai
dengan gemuruh petir yang begitu dahsyat. Suasana seperti ini
membuat aku teringat akan kejadian itu.

flashback
Tangisan seorang anak yang begitu menyedihkan terdengar sangat
keras saat ini. Melihat sang Ibu yang sudah terbaring tak bernyawa
diatas tempat tidur.

"Ibu, kenapa Ibu meninggalkanku" kata anak itu disela-sela tangisannya.

Sang Ibu meninggal karena mengalami sakit yang begitu parah. Penyakit
yang Ibunya rasakan selama 5 tahun itu telah merenggut nyawa sang
Ibu dan membuat sang anak menjadi sangat sedih.

Ditengah-tengah kesedihan yang sedang berlangsung, anak itu pergi ke


kamarnya untuk mengganti baju. Namun, saat melewati kamar tamu
anak itu tak sengaja melihat sang Ayah yang justru sedang bercumbu
dengan wanita lain disaat Ibunya meninggal. Hatinya sangat sakit
melihat kejadian itu. Dia memegang dadanya dan menangis dalam
diam.

Flashback end

Hatiku sakit sekali setiap mengingat kejadian itu. Laki-laki itu sangat
jahat padaku dan Ibuku.

Aku menatap langit dan berkata


"Ibu, Aku berjanji akan menjadi orang yang sukses dan membuat Ibu
bangga" ucap ku.

Setelah itu, aku pun tertidur dengan sisa air mata yang masih mengalir.

CHAPTER 1
aku terbangun setelah mendengar teriakan dari luar,aku memejamkan
mataku mencoba menerima semua yang terjadi dihidupku ini.Seringkali
aku mencoba untuk menerima semuanya dengan lapang dada.

aku bangun dan membersihkan diri sambil menahan rasa sakit


ditubuhku yang dipenuhi lebam dan luka,setelah selesai memakai
pakaian aku keluar dari kamar dan disambut dengan tatapan tajam serta
makian yang ditujukan untukku,aku sudah terbiasa mengalami hal ini
bahkan yang lebih dari ini.

“Pergi kemana kamu?” tanya Dania yang merupakan pengelola panti


asuhan ilegal ini

“Keluar” Jawab aku

“Kamu ditampung disini untuk bekerja,bukan untuk dimanjakan,mana


uang penghasilanmu kemarin?” ucap Dania dingin

anak anak yang berada di panti asuhan ini diperlakukan dengan tidak
baik.Mereka hanya berlindung dibalik nama panti asuhan yang
sebenarnya adalah tempat untuk mengeksploitasi anak anak.

“Aku mengambil cuti kerja,karena harus fokus pada ujian akhirku minggu
ini.Bersabarlah sedikit,tidak lama lagi aku akan keluar juga dari tempat
ini.” ucap aku

Seketika aku merasakan pipi kananku yang memanas karena ditampar


oleh Dania.

“CUIH! tidak tau terimakasih kamu,pantas saja ayahmu membuangmu


disini dan pergi dengan keluarga barunya,dasar anak yang malang.”
Marah Dania kepadaku

Aku menatapnya dengan datar dan pergi begitu saja.Bukan apa apa,tapi
aku sudah cukup muak mendengar sebutan ayah yang keluar dari mulut
Dania.

CHAPTER 2
Sesampainya aku disekolah,aku tersenyum miris melihat sekawanan
teman yang saling bercanda gurau dengan senangnya.Aku sangat ingin
menjadi salah satu dari mereka yang bisa tertawa selepas itu seperti
tidak ada beban sama sekali.

“Hei Daksa!” panggil Kala kepadaku

oh ya,Kala adalah satu satunya temanku disekolah ini,keadaanku yang


sangat memprihatinkan membuatku didiskriminasi dan dipandang
sebelah mata oleh orang lain.

“Ya ada apa Kala?” tanya aku

“Kamu udah lihat mading belum?katanya ada pembukaan jalur beasiswa


ke perguruan tinggi negeri lho”

“Aku sudah beberapa kali mencobanya Kal,tapi hasilnya nihil tidak ada
satupun yang lolos.Dan kalaupun diterima penanggungan 100% pun
rasanya mustahil.”

“Kamu coba lagi di kesempatan ini,siapa tahu ini memang jalanmu pasti
diterima.Percaya padaku,usahamu selama ini pasti tidak akan sia sia.”

Tak selang lama,saat jam istirahat tiba,aku bergegas ke perpustakaan


untuk meminjam komputer yang akan aku gunakan untuk membuka
situs beasiswa yang disarankan Kala pagi tadi.

“Selamat pagi kak,maaf mengganggu saya ingin meminta izin sebentar


untuk menggunakan komputer ini,apakah bisa?” tanyaku kepada
penjaga perpustakaan

“Iya silahkan,tapi waktunya terbatas ya dek.Harap digunakan dengan


baik dan jangan melakukan hal yang diluar peraturan.” jawab petugas
perpustakaan itu

“Iya baik terimakasih kak.”

Akupun langsung membuka situs itu,dan melihat serta melengkapi apa


saja persyaratan yang dibutuhkan.Semua dokumen yang pada umumnya
dibutuhkan untuk mendaftar ke perguruan tinggi sudah aku simpan di
dalam handphone ku untuk berjaga jaga situasi tiba tiba seperti ini
terjadi.

CHAPTER 3
Setelah semuanya selesai aku langsung kembali ke kelas karena jam
istirahat telah berakhir.Tak lama kemudian ada seseorang yang
menghampiri mejaku,ia menyampaikan suatu pesan bahwa aku
dipanggil oleh guru konseling dan kesiswaan

“ah,pasti ini tentang pembayaran uang sekolah” pikirku

Aku pun langsung pergi ke ruangan guru tersebut untuk memenuhi


panggilannya.Sesampainya disana sudah ada beberapa guru yang
berkumpul termasuk kepala sekolah.Aku mengetuk pintu dan mengucap
salam sebelum beranjak masuk ke dalam ruangan.

“Apakah kamu tau kenapa kami memanggilmu kemari Daksa?” tanya


Pak Bagus yang merupakan wali kelasku

“Iya pak” jawabku

“Karena kamu sudah tahu maka kita langsung saja,kapan kamu akan
membayar biaya sekolahmu nak?sudah 1 semester kamu menunggak”
sambung guru konseling itu

“Mohon maaf pak,bu.Saya masih berusaha mengumpulkan


biayannya,saya janji secepatnya akan saya bayar” mohon aku

“Iya nak,kami mengerti dan kami juga prihatin.Tapi sesuai dengan


peraturan sekolah,maka kamu harus ditindaklanjuti nak.” ucap Kepala
Sekolah yang mulai menatapku

“Jika ditindaklanjuti sesuai peraturan sekolah,maka kamu akan di skors


sampai kamu bisa membayarnya.” sambung Pak Bagus

“Baiklah pak,bu.Saya menerima hukuman tersebut,saya janji 2 minggu


lagi akan kembali membayarnnya,saya pamit terimakasih.” ucap aku
perlahan meninggalkan ruangan dengan perasaan sesak

Bukan mengapa,tapi waktu ujian akhir semakin dekat.2 minggu


bukanlah waktu yang singkat,aku akan berusaha mengumpulkan
biayannya dengan bekerja harian.Untuk urusan panti aku tidak akan
pulang sementara waktu agar Dania tidak memaksaku bekerja untuknya
yang mana sangat merugikan bagiku.
CHAPTER 4

Pagi ini,
Aku terbangun dan melihat Kala yang tertidur di sampingku.Kala
mengetahui hukuman yang sekolah berikan padaku,jadinya aku dipaksa
untuk menginap di rumahnya.Kala juga membantuku untuk mencari
beberapa pekerjaan harian tambahan,aku memutuskan untuk
mengambil 3 pekerjaan dalam sehari karena ingin cepat mengumpulkan
biayanya agar bisa bersekolah kembali.

Aku dengan cepat beranjak dari tempat tidur dan bersiap siap untuk
bekerja,pagi ini aku bekerja di bengkel.Ketertarikanku pada otomotif
membuatku diterima pekerjaan itu dengan mudah,lain halnya dengan 2
pekerjaan lainnya yaitu sebagai pengajar les dan pelayan cafe.

“Kal” ucap aku seraya membangunkannya

“hmm” Jawab Kala yang masih belum sadar

“Aku akan berangkat bekerja,kamu cepatlah bangun dan bersekolah”

Saat keluar kamar,aku bertemu dengan orangtua Kala.Mereka orang


yang sangat baik,aku dianggap dan diperlakukan seperti anak mereka
sendiri.

“Eh Daksa pergi kemana?” tanya tante Alena

“Kerja tan,aku pamit ya” jawab aku sambil mencium tangan kedua orang
tua Kala

“Hati-hati ya nak,kamu naik kendaraan apa?.” ucap om Cakra


“Aku naik bus om,insyaallah aman.” jawab aku

Tak lama kemudian,aku keluar rumah dan menuju halte bus yang ada di
dekat rumah Kala.

“Semoga hari ini lancar dan menghasilkan hal baik” ucapku dalam hati.

CHAPTER 5

2 minggu kemudian
Aku mengetuk pintu dan masuk ke dalam ruangan konseling sekolah
dengan perasaan gugup.

“Permisi Bu.” ucap aku pada guru konseling yang sedang berada
dimejanya

“Iya mari silahkan duduk nak.” jawab guru tersebut

“Saya mau membayar biaya sekolah bu,sesuai dengan waktu yang telah
diberikan oleh Kepala Sekolah.” jawab aku sambil memberikan amplop
yang berisikan uang 1 semester ku

“Baik ibu terima nak.”

Akupun berpamitan lalu masuk kedalam kelas.

“Hei apakah sudah selesai?” tanya Kala kepadaku

“Iya Kal.Oh ya,sebentar aku akan melihat hasil pendaftaran beasiswa


yang kau sarankan itu,doakan hasilnya baik ya.”

“Good luck kawan.” ucap Kala sambil menepuk bahuku

Akupun pergi ke perpustakaan untuk menggunakan komputer seperti


sebelumnya.Jantungku berdegup kencang saat waktu pengumumannya
hampir tiba,dan saat aku melihat ke layar komputer betapa terkejutnya
aku saat melihat namaku termasuk kedalam daftar siswa yang lulus
beasiswa ptn terbaik.Aku sungguh sangat
bersyukur,penantian,harapan,usaha serta doa yang kulakukan
semaksimal mungkin untuk membuat semua ini tercapai.

Aku bergegas menemui Kala,satu satunya sahabatku yang mendukungku


dikala semua orang membuang dan memandangku sebelah mata.

“KALAA” teriakku sambil berlari dan memeluknya yang sedang berada di


depan kelas
“HAH kenapaa?ada apa?” tanya Kala kebingungan

“Lolos,aku lolos kal” ucapku sambil mengguncang bahunya


“Sungguh?selamat kawan,aku turut bahagia.Pulang nanti kita
rencanakan bagaimana kau keluar dari panti ilegal itu”

“Iya Kal,aku sangat sangat berterimakasih atas dukunganmu dan


orangtuamu selama ini.Aku berhutang budi atas itu Kal.”

“Huss jangan bicara seperti itu,kamu adalah bagian dari keluarga kami.”

CHAPTER 6
Beasiswa yang aku dapatkan itu membebaskanku untuk memilih ptn
mana yang harus kupilih dengan biaya ditanggung 100% oleh lembaga
beasiswa tersebut.

Setelah 2 minggu lebih aku tidak kembali ke panti asuhan,hari ini aku
pulang untuk mengemasi barangku yang akan aku bawa pergi nanti.

Aku masuk kedalam rumah,ternyata tak ada seorang pun disana.Entah


kemana mereka semua aku tidak peduli.Aku langsung melangkahkan
kakiku ke dalam kamar untuk membawa semua barangku.Tak lama
kemudian aku mendengar suara Dania.

“PUAS KAMU HAH?” Bentak Dania kepadaku

“apa maksudmu?jangan memancingku,kau pasti senang karena mulai


hari ini kau tidak perlu lagi melihat wajahku.” Jawab aku

“Mau kemana kamu?kau sudah puas ya setelah melaporkan kami.”


tanya Dania

“Apa maksudmu?melapor? untuk apa kulakukan itu.Dan ya,kau tidak


perlu tahu aku pergi kemana yang pasti ini adalah pertemuan terakhir
kita.”

“Kemana perginya semua orang hari ini?apa kamu membuat mereka


semua bekerja di hari yang hampir gelap ini?” tanyaku kepada Dania
sambil melihat kearah jam yang sudah menunjukkan pukul 6 sore

“DASAR! KAMI SEMUA DITANGKAP KARENAMU!” bentak Dania


kepadaku
“AKU TIDAK TAU APA APA! tangkapan apa? ah akhirnya kalian
tertangkap juga ya”

aku meninggalkan rumah itu dengan perasaan lega,yang mana penjahat


penjahat itu sudah mendapatkan ganjaran atas perbuatan buruk yang
mereka lalukan.Semoga teman temanku yang lain mendapatkan
kehidupan yang lebih baik lagi.

Sesampainya aku di rumah Kala,ada ayah dan ibunya yang


menyambutku.
“Selamat Daksa,ayo masuk kedalam tante udah masakin makanan
kesukaan kamu.” sambut tante Alena kepadaku

“Ayo mari masuk nak” sambung om Cakra

“Iya terimakasih tan,om.Tapi maaf Daksa hanya mampir sebentar untuk


pamit berangkat ya” ucap aku sambil mengikuti mereka berdua masuk
ke dalam rumah

“Loh,sudah mau berangkat sekarang nak?” tanya om Cakra

“Iya om,akomodasi dan transportasinya semua udah ditanggung dari


lembaganya.Dan jadwalnya hari ini udah harus ke kota tujuan karena
masih ada beberapa keperluan yang perlu diurus secara langsung.”

Oh ya,aku memilih untuk melanjutkan pendidikan ke universitas Institut


Teknologi Bandung di fakultas teknik mesin.Aku memutuskan hal itu
karena minatku pada bidang otomotif yang sangat tinggi,dan disamping
hal itu aku juga bermimpi untuk melanjutkan pendidikan di Bandung
karena Bandung adalah kota kelahiran ibuku.Dan sekarang,mimpi itu
menjadi kenyataan.
“Baiklah nak,Hati hati dijalan ya.Jaga kesehatan,jangan sungkan sungkan
untuk menghubungi kami.” ucap om cakra sambil mengusap
punggungku

“Iya om,terimakasih banyak dan maaf selama ini saya sudah banyak
merepotkan kalian.Saya berjanji akan kembali dengan hasil yang
memuaskan.” ucap aku sambil mencium punggung tangan om Cakra

Tante Alena pun menyusul dengan membawa satu tas kecil yang penuh
dengan obat obatan.

“Kamu bawa ini ya nak,isinya ada vitamin,obat sakit


kepala,demam,batuk,flu,minyak angin.Untuk penjagaan jika tiba tiba
perlu,tapi semoga kamu sehat selalu dan ini tidak terpakai ya nak.” ucap
tante Alena sambil tergesa gesa memberikan tas kecil obat itu padaku

“Iya terimakasih banyak tante,maaf selama ini Daksa selalu


merepotkan,jaga kesehatan tan,om.Kalau Kala udah banyak tingkah
langsung hubungi aku aja tan,karena biasanya kalau sendiri dia bingung
gak ada yang dijailin jadinya malah rese.” ucap aku sambil bercanda

“Ahahaha siapp terimakasih kembali Daksa,kamu udah kita anggap


sebagai anak sendiri jadi jangan merasa kalau kamu ngerepotin kita oke?
Semoga sukses.” ucap tanye Alena sambil memelukku

Setelah berpamitan,aku menunggu mobil jemputan yang akan


mengantarkan ke kota tujuanku.Tak lama menunggu,mobil yang
kumaksud sudah berada di depan rumah Kala.Belum lama setelah aku
memasukkan barang barangku ke bagasi mobil,terdengar teriakan Kala
yang memanggilku dari kejauhan.Kala langsung memberhentikan
motornya dan menghampiriku.

CHAPTER 7
“HEI DAKSA” teriaknya kepadaku

“AHAHAHA AKU PAMIT YA” teriakku kepadanya karena kondisi kita saat
ini berseberangan jalan

“Kenapa kau hanya pamit langsung pada kedua orang tuaku,sedangkan


aku hanya lewat pesan singkat?” tanya Kala saat sudah berada di
dekatku

“Maaf Kal,aku tidak ingin kau menangis tersedu sedu melepas


kepergianku ahahaha” candaku pada Kala yang sudah memasang
ekspresi kesal

“Ngasal kamu,udah mau pergi nih?”

“Iya,ini mobilnya.Aku pamit ya,kamu jaga kesehatan,jangan sering


keluyuran.”

“Kayaknya kebalik deh,harusnya itu yang aku bilang ke kamu.Jangan lupa


berkabar kalau udah sampai tujuan,kalau ada apa apa langsung hubungi
aku,mama,atau papa.”

“Iya,trimakasih ya Kal atas selama ini,semua ini,aku bersyukur sekali bisa


kenal kamu.”

“Lebay,kayak sama siapa aja.Dah ah,masuk sana hati hati ya.” ucapnya
sambil melambaikan tangan kepadaku

Setelah itu,mobil pun berjalan menuju kota kelahiran ibuku.Semoga di


tempat baru nanti aku bisa berbaur dengan baik,sambil melupakan
kejadian menyakitkan yang selama ini menghantuiku.Selang beberapa
menit,terdengar bunyi pesan dari handphone ku.
Ada nomor tak dikenal yang menghubungiku,kubuka pesan itu berisi
permohonan maaf dari seseorang yang mengaku sebagai ayahku.

“Halo Daksa,ini Ayah.Maaf jika selama ini Ayah tidak menganggapmu


sebagai anak,Ayah merasa sangat bersalah kepadamu dan Ibumu.Ayah
telah ditinggalkan oleh perempuan itu setelah dia mengambil semua
yang Ayah punya,mungkin ini adalah pembalasan untuk Ayah karena
sudah menelantarkan mu dan Ibumu.Maafkan Ayah ya nak.”
Aku hanya membaca pesan itu tanpa membalasnya,jujur hatiku sangat
sakit ketika harus membayangkan kembali kejadian dimana Ayah yang
lebih mementingkan wanita lain dibanding menemani ibu yang sedang
sekarat.Aku tidak menyimpan dendam,tetapi rasanya sakit jika bersikap
seolah olah tidak ada yang terjadi diantara kami.Biarlah waktu yang
menyamarkan semua ini.Aku sangat bersyukur diberikan kesempatan
dan jalan lain oleh Tuhan dengan menempuh jalan hidupku
sendiri,semoga semuanya berjalan baik dan lancar.
‘’Kesuksesan dan kegagalan mempunyai kesamaan,yaitu sama sama
hanya sementara.’’

Anda mungkin juga menyukai