Anda di halaman 1dari 5

MENGGAPAI CITA - CITAKU

Lahir dirumah yang sangat nyaman di Surabaya barat, menjadi anak


perempuan pertama dikeluargaku. Entah sebuah berkah atau sebuah ujian, Tuhan
menjadikanku anak pertama karena fikiranku selalu terngiang bahwa keluargaku
terutama adiku harus sejahtera, dan itu menjadi tanggung jawabku. Tegas, cuek
namun sebenarnya peduli dan juga ceria kiranya bisa menggambarkan watakku.
Tumbuh setinggi 170 cm, rambut hitam bergelombang sebahu, mata sipit dengan
hidung yang cukup mungil, rasanya aku tidak terlalu buruk rupa. Dibesarkan di
keluarga yang sederhana namun sangat hangat, mamaku seorang ibu rumah
tangga, dan ayahku seorang penjual souvenir sambil mengajar ngaji anak kecil
dikampungku. Berdangang dipagi hari dan mengajar ngaji pada sore hari hingga
selepas iysa’.

Aku sangat tertarik dengan desain dan segala segala sesuatu yang ada
hubunganya dengan IT. Saat ini aku telah lulus SMA negeri didekat rumahku dan
sedang menunggu untuk mendaftar di universitas impianku. Sembari mengisi
waktu kosong aku mulai berfikir untuk membantu ayahku berdagang karena
sekarang ini seluruh transaksi dapat dilakukan di market place secara online. Aku
mulai merancanakan dan merancang pemasaranya. Aku mulai dengan membuat
toko di berbagai market place, kemudian memfoto barang dagangan ayahku yang
menjual berbagai souvenir lalu mengeditnya sedemikan rupa hingga kurasa bagus,
akhirnya aku mulai mempromosikanya. Awalnya aku juga meminta bantuan
teman – temanku untuk mempromosikan toko ayahku.

Dengan izin Allah, toko ayahku semakin hari kian diminati masyarakat
tidak hanya warga sekitarku namun sudah mulai dikenal secara luas, bahkan
seiring berjalanya waktu juga mendapat pesanan dari kota seberang. Membuat
ayah semakin sibuk walaupun sudah dibantu mama dan adik. Namun, kegigihanya
tak pernah luntur untuk tetap mengajar mengaji anak anak kampungku. Hingga
suatu sore mamaku protes terhadap ayahku

“ Sudahlah yah. Mengajar ngajinya tidak usah dilanjutkan. Sekarang kita


itu sibuk sekali”, ucap mamaku sembari membungkus pesanan.
“Ma, mengajar ngaji anak kampung itu panggilan jiwaku. Pertanggung
jawabanku kepada Allah. Aku sedang mempersiapkan kehidupan kita disana
nanti” ayahku menjawab dengan halus dan penuh kasih. Mendengar jawaban ayah
hatiku tersentuh, sungguh ayahku luar biasa dan aku bangga, begitu pula dengan
mama hingga tersipu malu mendengar jawaban ayahmu dan langsung menjawab
“MasyaAllah, iyaa maafin mama” sambil memeluk ayah. Selah percakapan sore
itu di ruang tamu, membuka fikiran saya untuk menjadi seoarang guru seperti
ayah yang tulus dalam mengajar dan tanpa pamrih.

Mengisi waktu kosong selain membantu ayah berjualan, aku juga


mempersipakan diri untuk masuk di universitas impianku dengan belajar dengan
giat. Aku memiliki keinginan kuliah tanpa menyusahkan ayah,maka dengan itu
aku harus bisa menerima beasiswa, dan mulai mencari-cari informasi beasiswa
dari teman-teman maupun internet. Setelah mencari informasi mengenai beasiswa
saya tertarik dengan beasiswa yang ditawarkan oleh pemkot Surabaya. Mencari
tahu apa saja persyaratan yang harus dipenuhi dan mulai mempersiapkan segala
hal dari saat ini. belajar siang dan malam untuk bisa masuk universitas impianku,
hingga akhirnya tiba waktu untuk tes UTBK.

Malam sebelum tes, seperti biasa kami selalu berkumpul diruang tamu dan
disitu aku meminta doa restu ayah dan mama karena besok pagi aku tes. “yah, ma
doakan kakak yah insaAllah besok pagi kakak akan tes mausk kuliah, doakan
semoga lancar dan bisa lulus” sambil tertawa. Lalu sang ayah menjawab “iya kak,
ayah selalu mendoakan kakak, semoga besok dimudahkan oleh Allah dan lulus ya
anak, jangan lupa kaka juga berdoa”. Lalu mama juga menyauti “mama dan ayah
selalu mendoakan kakak, semoga berhasil ya kak, semangat kak”. Sambil
mengelus pundak kakak.

Keesokan hari, tibalah saatnya aku tes untuk masuk univeritas impianku.
Bangun lebih awal, bermunjat kepada sang Illahi. Mempersiapkan diri meskipun
semalam aku tidak terlalu bisa tidur nyenyak. Tetapi, pagi ini adrenalinku sangat
terpacu membuatku sangat bersemangat. Benar kata pujangga darah muda,
darahnya para remaja. Mamaku yang memang selalu memasak setiap pagi juga
sudah selesai mempersiapkan sarapanku pagi ini. Aku menghabiskanya dengan
syukur.

Ayah, mama serta adiku tidak sarapan denganku. Terlalu pagi ucap
mereka. Setelah sarapan, aku berpamitan dan meminta restu kedua orangtua ku
lagi. Dibaluri doa – doa ayah dan mama aku mantap untuk pergi tes. Dokumen
persyaratan tes hingga segala perlengkapan tes sudah besertaku didalam
totebagku. “Kakak berangkat dulu ya yah, ma, dik. Assalamualaikum”. Mereka
menjawab serentak “waalaikumsalam”. “Hati – hati dijalan ya ka” imbuh adiku.
Setelahnya aku memutar kunci motorku, menghidupkanya. Namun, “blebek,
blebek”. Motorku mogok, ayah menyeru “ Belum kamu isi ta kak bensinya?”,
dalam hatiku menjawab “habislah aku, aku lupa megisinya”. Dengan lirih aku
mengangguk ke arah ayah, lalu ayah langsung menuju rumah tetangga depan
rumahku yang juga berjualan bensin. Lalu berteriak beli bensin dan membawa
botol kaca bensin kearahku. “ Ceroboh sekali kamu kak, lain kali cermati dan
segera lakukan hal yang harus dilakukan. Sebelum waktu mengambil ingatanmu
dan memberimu waktu sempit”. “ Hehe, iya yah. Maafin kakak ya yah”.

Huft.......ada ada saja drama pagi ini, pikirku. Jalanan yang mulai ramai
dipenuhi kendaraan juga menghambat pagiku menuju tempat tes. Tapi aku sudah
memperkirakan, sehingga benar saja aku tidak terlambat untuk melakukan tes
masuk universitas dambaanku. Mendaftar menjadi mahasiswa keguruan sekolah
dasar di kampus pendidikan terkemuka di Surabaya menjadi impianku. Kebetulan,
tempat tesku di kampus yang aku inginkan sehingga atmosfernya angin yang
menganai rambutku yang teruarai membawa aroma kebahagiaan. Semoga Allah
mengizinkan aku menimba ilmu disini.

Berjalan menelusuri lorong ruang tempatku mengerjakan tesku, diiringi


suara denting gerimis dan kilat petir membuat Surabaya hari ini sangat bersahabat.
Suara bising peserta tes, tidak mengganggu konsentrasiku belajar dimenit akhir
sebelum memasuki ruang tes. Terus belajar sambil bersholawat menenangkan
hatiku yang sebenarnya sedikit deg degan.
Sembari menunngu waktu utnuk mengerjakan, aku memenangkan diriku
agar tidak nervous dan memenagkan diri untuk fokus beberapa jam kedepan. Saat
pengawas ujian mengatakan soal bisa dikerjakan, aku mulai mengerjakan soal
ujian dengan cermat dan teliti walaupun ada eberapa soal yang aku ragu namun
aku tetap mengerjakannya sebaik mungkin dan semaksimal mungkin. 2 jam
kemuadian pengewas mengatakan yang telah selesai diperbolehkan untuk
meninggalkan ruang ujian, sebelum meninggalkan ruang ujian aku berdoa semoga
aku mendapatkan hasil yang memuaskan, aku telah berusaha maka selanjtnya biar
Allah yang menentukan. Setelah itu, aku kelur dengan perasaan lega dan puas
tinggal menunggu pengumuman.

Sampainya dirumah, aku menceritakan kepada ayah dan mama saat tes
tadi, ayah dan mama bilang “bismillah kak, apapun hasilnya itu yang terbaik buat
kakak”. Sembari menunggu pengumumaman, selain membantu ayah berdagang
aku juga mencoba mencari pekerjaan freelance untuk mengisi waktu kosongku.
Mencari lowongan di sosial media, aku mencoba mengaplay di salah satu lbb
privat. Mengirim berkas dan persyaratan yang dibutuhkan. Tiba-tiba notifikasi
emailku berbunyi aku mendapatkan panggilan interview melalui goog meet. Aku
merasa dag dig dug karena belum pernah interview untuk pekerjaan, ternyata
setalah aku interview alhamdulillah aku bisa menjawab pertanyaan yang diajukan
oleh mbk hrdnya. Kabar baik lagi menghampiri bahwasanya aku lulus dan masuk
tahap microteaching. Aku mempersipakan segalanya untuk praktek
mictoreaching. Tiba saatnya aku praktek microteaching, aku presentasi sesuia
dengan apa yang aku persiapkan dengan sebaik mungkin dan alhamdulillah
lancar, dan tingga menunggu dihubungi kembali oleh mbk hrdnya.

Beberapa hari aku menunggu tak kungung aku dihubungi oleh mbk hrd,
aku sudah berfikiran mungkin aku belum diterima sebagi guru privat, ya sudahlha.
Malam harinya aku mendapatkan wa dari mbk hrd, bahwasanya aku dinayatkan
lulus sebagai guru privat. Puji syukur alhamdulillah aku bisa mengisi waktu
sengganggku dengan mengajar dan dibayar, dan lumayan uangnya untuk ditabung
dan bisa bantu-bantu ayah. Aku menveritakannya pada ayah dan mama, kata ayah
“wah, iya kak, alhamdulillah kakak diterima mengajar. Tapi ingat kak, kakak jika
diterima dikulaih kakak aharus bisa fokus ke kuliah kakak, dan jikalau kaka capek
kakak boleh berhenti menjadi guru privat”. Aku tersenyum dan majwab “iya, yah
terimaksih selalu mensupport kakak, kakak janji akan tetap fokus kuliah.”

Dua bulan penantian diiringi rapalan doaku dan kedua orangtuaku, juga
melakukan hal – hal yang positif untuk menjagaku tetap prodoktif. Hari hariku
berjalan naik turun mengikis kesehatan fisik dan mental menanti pengumuman.
HP ku bergetar, menandakan hari itu telah datang . Kubuka website, kutuliskan
namaku dan nomor registrasiku dengan perlahan, cermah dan sangat hati.
Disaksikan kedua malaikat ternamaku. Lalu perlahan kutekan klikkkkkk, sesuatu
berputar, menandakan halaman tengah dimulai. “ Hijauuuuuuuuuuuu!!!!!”
Teriaku spontan. “Alhamdulillah Ya Allah” ucap ayah dan mama.

Kemudian memelukku dengan erat sembari mencium keningku dengan air


mata yang mengalir dari keduanya. Mulai saat itu hatiku bertekad untuk
berkomitmen dan belajar dengan maksimal. Terimakasih Surabaya atas
bantuanmu untuk keinginan belajarku, engkau rumahku. Aku berjanji, jika kelak
selesai menempuh kehidupan kuliahku, aku akan menjadi guru bangsa yang
mengajar tanpa pamrih di Surabaya. Kehidupan kuliahku akan dimulai beberapa
minggu lagi. Hingga saatnya tiba aku akan terus berkarya, belajar dan mengajar.
Terimakasih Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai