Anda di halaman 1dari 13

NASKAH DRAMA KELAS 6L

LASKAR PELANGI

Ikal POV: Namaku Ikal, aku anak asli Banyuasin. Pada tahun 1974, dimulailah awal dari
kesuksesanku, aku menapakkan kaki di sekolah tua yang mungkin sudah tak layak pakai,
namun didalamnya terdapat semangat belajar yang sangat besar, terutama pada salah satu
temanku, namanya Lintang, dia anak buruh miskin yang rela mengkayuh sepeda sejauh 80km
dan harus berhadapan dengan maut saat melewati jembatan yang mulai rapuh dimakan waktu
sehingga bisa saja langsung jatuh ke derasnya arus sungai.

*Di Sekolah*
Bu Mus: “Siapa namamu nak?”
Lintang: “Namaku Lintang, bu dari Desa Sungai Angit, aku mau sekolah, bu”
Bu Mus: “MasyaAllah, rumah kamu jauh juga ya nak, kamu kesini sendiri? Orang tua kamu
mana?”
Lintang: “Ibu aku udah meninggal, dan ayahku jadi buruh bangunan di Palembang, ini ada
surat dari bapak buat Ibu”
*Bu Mus pun membaca surat tersebut yang berisikan bahwa ayahnya menitipkan
Lintang selama di sekolah, lalu Bu Mus dan Lintang pun masuk ke kelas dan bertemu
Pak Harfan*
Pak Harfan: “Siapa anak ini, bu Mus?”
Bu Mus: “Namanya Lintang, pak. Dia dari Desa Sungai Angit. Sepertinya kita akan
mendapatkan 10 murid hari ini, pak”

*Disisi Lain*
Mama Ikal: “Pa, jadi antar Ikal, kan?”
Papa Ikal: “Jadi ma, nanti aku izin setengah hari”
Ikal: “Aku pakai sepatu ini ya ma?”
Mama Ikal: “Iya nak, pakai yang itu dulu ya, nanti kalau ada rezeki mama belikan yang baru”
Pika: “Kau ini seperti anak perempuan saja, kal”
Mama Ikal: “Sudah Pika, jangan kau ganggu adikmu itu”

*Satu persatu semua murid datang, tetapi jika dihitung, jumlah muridnya hanya 9
orang. Jika sekolah mereka tidak mencapai 10 orang murid, maka nasib mereka akan
sama seperti ayah-ayah mereka yaitu menjadi buruh tani atau menjadi nelayan-
nelayan miskin. Pak Harfan memberikan kompensasi waktu sampai pukul 11.00 WIB,
tapi saat ini waktu sudah melewati pukul 11.00 WIB, wajah bu Mus memerah dan
terlihat sangat takut bercampur kecewa.*

Pak Harfan: “Bu Mus, ini sudah lewat pukul 11.00 kita harus memberitahu orang tua murid,
bahwa kita harus ...”
Bu Mus: “Apalah arti dari 9 sampai 10 orang murid pak? Aku dan Bakrie masih bisa tetap
mengajar, pak”
Pak Harfan: “Tapi kita juga harus mengerti maksud dari surat ini, bu”

*Pak Harfan menunjukkan surat dari Departemen Pendidikan Pusat yang isinya
adalah (Bila SD Pelita Harapan sebagai SD tertua di Banyuasin tidak mendapatkan 10
orang murid pada hari ini, maka SD Pelita Harapan sebagai SD tertua di Banyuasin
harus di tutup)*

Pak Harfan: “Selamat siang bapak dan Ibu orang tua murid SD Pelita Harapan, puji syukur
kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena kehadiran bapak ibu disini adalah untuk
menyelamatkan pendidikan di SD Pelita Harapan yang notabennya sebagai SD tertua di
Banyuasin, sekolah dengan dasar budi pekerti, demi tegaknya akhlak yang permanen, namun
demikian, jika kita tidak bisa mendapatkan 10 orang murid baru, maka kita tidak bisa
membuka kelas baru, sebaiknya semua ini kita terima dengan hati yang ikhlas”
Bu Mus: “Tunggulah sebentar pak, saya akan mencari seorang murid lagi. Hari ini adalah
hari pertama saya mengajar pak, haruskah saya pulang dengan sia-sia?”
*Bu Mus melihat keluar dan berkata dalam hati: “Harun, itu harun”*
Bu Mus: “HAAARRRUUUNNNN”

*Seorang anak yang istimewa telah menyelamatkan mereka, dan menghadiahkan


senyuman bahagia di wajah Bu Mus, dan senyum itu akan berganti dengan banyak hal
yang akan menemani tahun-tahun mereka kedepan, tahun-tahun yang tidak akan
pernah bisa terlupakan*
*Beberapa bulan kemudian*
*Suatu hari di halaman sekolah, 10 orang murid tersebut yaitu Borek, Ikal, Harun, Flo,
Sahara, Maher, Kucai, Lintang, Ika dan Fathur sedang bermain-main dengan
asyiknya*
Borek: “Hei, kal. Lihat tanganku, ada ototnya loh, tanganmu ada tidak?”
Ikal: “Ada dong, nih lihat”
Maher: “Apaan sih kal, gaada itu”
*Maher menepuk tangan Ikal dengan kuat*
Maher: “Tuhh, gaada ototnya”
Ikal: “Ihh Maherr, sakit tauu!! Ngeselin banget sih. Kamu itu buta atau gimana sih, otot aku
ada tauu, meskipun kecil tapi itu tetap otot, dan aku juga kuat kok, waktu itu aja aku disuruh
papa angkat karung aku bisa”
Maher: “Karung kal?”
Borek: “Beneran kamu, kal?”
Fathur: “Gila, kuat banget kamu kal?”
Ikal: “Iya dong, Ikal gitu loh”
*dengan gaya sombongnya*
Ikal: “Tapi gaada isinya, hehehe”
*senyum tipis*
*Borek bertanya kepada Maher dan Fathur*
Borek: “Mukul anak orang dosa gak sih? Gerem banget lihatnya”
*Maher, Fathur dan teman-teman yang lainnya pun tertawa”
Flo: “Sudah, sudahh, mending kita pikirin ujian kita nanti gimana, soalnya kita nanti ujiannya
bareng sama anak sd negeri di kota, meskipun kita dari desa, kita jangan mau kalah dari anak
sd negeri di kota”
Harun: “Bener banget, flo. Kita harus menunjukkan bahwa kita juga bisa, sama kayak yang
lainnya”
Sahara: “Iya, mana ujiannya bulan depan lagi, kita harus serius belajarnya nih temen-temen”
*Semuanya pun mengangguk, merespon setuju dengan perkataan Sahara*
*Bu Mus yang sudah tiba di sekolah mencari keberadaan anak-anak muridnya di
dalam kelas dan heran karena mereka tidak disana, setelah mencari, akhirnya Bu Mus
mendapatkan mereka berada di halaman sekolah sedang berbincang-bincang*
Bu Mus: “Heii, anak-anak, sedang apa kalian disini?”
Lintang: “Ehh ada Bu Mus, kami sedang berbincang-bincang saja bu, membahas tentang
ujian kita nanti”
Bu Mus: “Ohh, anak-anak, kalian masih punya waktu sebulan lagi sebelum ujian, oleh karena
itu, kalian harus serius belajarnya, harus fokus, dan di rumah juga sempatkan waktu kalian
untuk belajar, supaya nanti, kalian bisa mengisi ujiannya dengan benar, ya.”
Anak-anak: “Iyaa bu”
Bu Mus: “Dan juga, ibu lebih senang jika kalian mengisi soal ujian nanti dengan kejujuran
yaa, ibu gak mau anak-anak ibu mendapatkan nilai bagus karena kebohongan. Ibu ingin,
kalian mendapatkan hasil yang sesuai dengan kemampuan kalian sendiri. Bisa?”
Anak-anak: “Bisa buu”
Bu Mus: “Makasih ya anak-anak. Ayo, sekarang kita masuk ke kelas”
Anak-anak; “Iya bu”
*Mereka pun masuk ke kelas dan Bu Mus memulai pembelajaran”
Bu Mus: “Selamat pagi, anak-anak”
Murid: “Selamat pagi, bu”
Bu Mus: “Sebelum kita memulai pembelajaran kita hari ini, mari kita berdoa terlebih dahulu,
Maher, ayo pimpin doanya”
Maher: “Baik bu. Teman-teman sebelum memulai pembelajaran, marilah kita berdoa menurut
agama dan kepercayaan kita masing-masing. Berdoa mulai...”
Maher: “Berdoa selesai”
Bu Mus: “Terimakasih, Maher”
Maher: “Iya bu, sama-sama”
Bu Mus: “Baiklah anak-anak, sebelum belajar, ibu absen dulu ya”
Murid: “Iya bu”
Bu Mus: "Hari ini kita belajar matematika ya, anak-anak”
Murid: “Iya bu”
Ibu Mus: “Borek”
Borek: “Hadir, bu”
Ibu Mus: “Fathur”
Fathur: “Hadir, bu”
Ibu Mus: “Flo”
Flo: “Hadir, bu”
Ibu Mus: “Harun”
Harun: “Hadir, bu”
Ibu Mus: “Ika”
Ika: “Hadir, bu”
Ibu Mus: “Ikal”
Ikal: “Hadir, bu”
Ibu Mus: “Kucai”
Kucai: “Hadir, bu”
Ibu Mus: “Lintang”
Lintang: “Hadir, bu”
Ibu Mus: “Maher”
Maher: “Hadir, bu”
Ibu Mus: “Sahara”
Sahara: “Hadir, bu”
Ibu Mus: “Hadir semua ya”
Murid: “Iya bu”
Ibu Mus: “Nah anak-anak, ibu mau tanya sama kalian, siapa yang masih ingat kemarin kita
belajar tentang apa?”
*Hening*
Ibu Mus: “Kalian sudah lupa ya?”
*Lintang mengangkat tangan*
Ibu Mus: “Iya, Lintang?”
Lintang: “Kemarin kita belajar tentang pengelompokkan hewan menurut makanannya, bu”
Ibu Mus: “Iya benar sekali, Lintang. Ada yang masih ingat pengelompokkan hewan
berdasarkan makanannya?”
Flo: “Saya bu”
Ibu Mus: “Iya Flo?”
Flo: “Jadi pengelompokkan hewan berdasarkan makanannya dikelompokkan menjadi 3 bu,
yaitu, karnivora, herbivora dan omnivora, bu”
Ibu Mus: “Iya benar Flo”
Ibu Mus: “Ada yang tahu apa itu karnivora dan hewan apa saja yang termasuk dalam
golongan karnivora?”
Borek: “Saya, Bu”
Ibu Mus: “Iya Borek?”
Borek: “Jadi karnivora itu hewan pemakan tumbuhan bu, yang termasuk karnivora itu
kambing, sapi, kerbau dan yang lainnya bu”
*Lintang mengangkat tangannya*
Ibu Mus: “Iya Lintang?”
Lintang: “Bu, yang benar itu, hewan karnivora adalah kelompok hewan pemakan daging atau
hewan lainnya bu, contohnya itu seperti, singa, harimau, serigala, hiu, ular, dll bu”
Ibu Mus: “Iya benar, jadi Borek, yang kamu jelasin tadi adalah hewan golongan herbivora,
karena hewan herbivora adalah hewan pemakan tumbuhan, kalau karnivora itu hewan
pemakan daging atau hewan lainnya. Ayo coba di catat, nanti di pelajari lagi di rumah ya,
nak”
Borek: “Baik bu”
Ibu Mus: “Nah, anak-anak, kalau hewan golongan Omnivora itu adalah hewan pemakan
apa?”
Murid: “Segalanya, bu”
Ibu Mus: “Iya, pintar semua ya anak-anak ibu ini, jadi Omnivora itu hewan pemakan
tumbuhan dan daging atau pemakan segalanya. Siapa yang tahu contoh hewan omnivora?”
Harun: “Saya, Bu”
Ibu Mus: “Iya , Harun?”
Harun: “contohnya itu ayam, itik, musang, beruang, bu”
Ibu Mus: “Iya benar sekali harun. Sepertinya semuanya sudah paham ya tentang
penggolongan hewan berdasarkan jenis makanannya?”
Murid: “Sudah Bu”
Ibu Mus: “Kalau begitu, hari ini kita akan belajar matematika ya anak-anak”
Murid: “Iya bu”
Ibu Mus: “Hari ini kita akan belajar tentang penjumlahan dan pengurangan. Penjumlahan itu
sering ditandai dengan tanda plus dan pengurangan sering ditandai dengan tanda minus.
Contoh soal penjumlahan, 4 ditambah 4 sama dengan 8. 5 ditambah 5 sama dengan 10.
Contoh soal pengurangan, 10 dikurang 4 sama dengan 6. 8 dikurang 4 sama dengan 4.”
*Bu Mus sambil mengajarkan dengan jarinya”
Ibu Mus: “Apakah semuanya sudah mengerti arti dari penjumlahan dan pengurangan?”
Lintang: “Bu, bagaimana jika jumlahnya lebih besar bagaimana cara menghitungnya?”
Ibu Mus: “Pertanyaan bagus nak, jika jumlahnya lebih besar, maka kita bisa menghitungnya
menurun, misalnya 15 ditambah 12 maka kita hitung satu per satu 5 ditambah 2 sama dengan
7 dan 1 ditambah 1 sama dengan 2. Maka, hasilnya adalah 27. Begitu juga pengurangan,
bilangan yang besar dikurang dengan bilangan yang kecil”
*Bu Mus sambil mengajarkannya di papan tulis*
Ibu Mus: “Apakah anak-anak sudah mengerti?”
Murid: “Sudah, buu”
Ibu Mus: “Apakah ada pertanyaan lagi anak-anak?”
Ikal: “Lalu bagaimana jika bilangannya mencapai ratusan bu? Apakah kita menghitungnya
sama seperti itu?
Ibu Mus: “Iya kal, benar sekali, kita menghitungnya satu per satu dimulai dari bilangan
paling belakang”
Ikal: “ohh, seperti itu, baik bu, Ikal sudah mengerti”
Ibu Mus: “Bagaimana dengan yang lain? Apakah semuanya paham?”
Murid: “Paham, Bu”
Ibu Mus: “Alhamdulilah, jika semuanya sudah paham”
Ibu Mus: “Untuk pelajaran hari ini jangan lupa kalian catat ya dan pelajari lagi di rumah ya
nak?”
Murid: “Baik bu”
Ibu Mus: “Baiklah kalau begitu ibu tutup pelajaran kita hari ini ya, emm nak Ikal, nanti
tolong kamu belikan spidol di warung An An ya, bilang Bu Mus mau beli spidol, nanti
uangnya dibayar pas akhir bulan ya kal”
Ikal: “Iya bu”
Ibu Mus: “Oke anak-anak, sampai jumpa besok pagi yaa, ibu harap kalian tidak melupakan
pelajaran hari ini ya, tetap semangat belajar ya. Selamat siang”
Murid: “Iya bu, selamat siang Bu Mus”
*Bu Mus pun meninggalkan ruangan kelas*
*Di dalam kelas*
Ikal: “Lintang, nanti temenin aku beli spidol ya, kita harus membelinya di kota, aku gak mau
sendirian”
Borek: “Kamu ini manja banget sih, kal hahaha”
Ikal: “Ihh, itu jauh tau rek, aku gak mau sendirian, nanti kelihatan banget kesepian”
Murid: “HAHAHAHA dasar Ikal”
Lintang: “hahaha, iya kal, ayo kita beli spidol”
Ikal: “Yeayy, Lintang baik deh, gak kayak borek, nyebelin”
Borek: “Biarin hahaha”
*Sesampainya ditoko AnAn*
Ikal: “Tang, tunggu sini ya, biar aku aja yang masuk”
Lintang: “Okee”
*Di dalam toko*
Ikal: “Ci, Bu Mus bilang mau beli spidol, nanti dibayarnya akhir bulan sekalian yang
kemaren-kemaren”
Ci AnAn: “Astagaa dari kemaren uang spidol belum juga dibayar-bayar, bilangin sama Bu
Mus dibayar secepatnya ya, Kal”
Ikal: “Iya, ci”
Ci AnAn: “Karena kalian cici liat punya semangat belajar yang tinggi jadi cici berikan spidol
spidol itu, kau dan teman-temanmu harus bisa sukses kal, jangan kecewakan Bu Mus, ya”
Ikal: “Iya ci, kami semua sayang dengan Bu Mus”
Ci AnAn: “Ya udah sana ambil spidolnya sama Ling-Ling”
*Ci AnAn pun berteriak*
Ci AnAn: “Lingg, ini Ikal dari SD Pelita Harapan mau beli spidol, ambilkan dulu spidol itu
Ling”
Ling-Ling: “Iya, mi”
*Ling-Ling memberikan spidol itu kepada Ikal, dan Ikal pun menyukai Ling-Ling pada
pandangan pertama*
Ling-Ling: “Nih spidolnya”
*Ikal menatap Ling-Ling dan tidak membalas Ling-Ling*
Ling-Ling: “Hallo Ikall, ini spidolnyaa”
*Ikal pun tersadar*
Ikal: “Eh iya Ling-Ling, makasih ya”
Ling-Ling: “Iya, sama sama”
*Ling-Ling pun berbalik dan Ikal pun berbalik pulang dengan senyuman yang lebar di
pipinya*
Lintang: “Kal, kamu kenapa sih dari tadi senyum-senyum mulu?”
*Ikal tetap tersenyum tanpa membalas pertanyaan Lintang dan membuat Lintang
hanya geleng-geleng kepala*
*Keesokan harinya mereka sedang istirahat dan berkumpul di halaman sekolah*
*Fathur melihat Borek dan bertanya*
Fathur: “Si Ikal kenapa ya dari tadi senyum-senyum terus?”
Borek: “Iya ya, kayak lagi jatuh cinta hahaha”
*Borek mencuil Ikal*
Borek: “Ehh, Kal, kenapa sih senyum-senyum terus”
*Ikal tak menjawab*
Lintang: “Dia dari kemaren gitu, rek. Semenjak pulang dari toko Ci AnAn dia senyum-
senyum terus, abis ketemu anaknya Ci AnAn kali ya”
*Ikal pun tersadar*
Ikal: “Tapi ya temen-temen, Ling-Ling tuh cantik banget lohh”
Maher: “Ohh, suka sama Ling-Ling ya Kal? Mau ketemuan sama Ling-Ling gak kal?”
Ikal: “Emang bisa, her?”
Maher: “Bisa dong, kebetulan ayahku berteman dengan Ci AnAn, nanti bisalah aku minta
tolong sama ayah”
Ikal: “Wahh, mau dong her, aku mau ngobrol sama Ling-Ling, ngobrol yang banyak”
Maher: “Orang kalau jatuh cinta jadi gila ya, rek?”
Borek: “Hahaha bener banget herr”
*Jam Istirahat pun selesai dan mereka masuk kembali ke kelas*
*Pelajaran sedang berlangsung*
*Saatnya pulang*
*Di Kelas*
Ikal: “her, kapan aku bisa bertemu Ling-Ling?”
Maher: “Besok siang saja kal, besok kan hari Minggu, kita libur”
Ikal: “oke deh, her”
*Sementara Maher, mampir ke tempat kerja ayahnya, dan meminta tolong agar Ling-
Ling mau main bersamanya agar dia dapat membawa Ling-Ling kepada Ikal*
*Pada malam harinya, saat ayah Maher pulang kerja*
Ayah Maher: “Maher?”
Maher: “Iya ayah, bagaimana apakah Ling-Ling bisa bermain denganku besok?”
Ayah Maher: “”Iya bisa nak, karena Ling-Ling sebentar lagi akan pergi ke Jepang untuk
menempuh pendidikan disana”
*Maher terkejut mendengarnya, membayangkan bagaimana sedihnya sahabatnya itu
setelah mendengar berita ini*
Maher: “Jepang, yah? Jauh banget. Kapan Ling-Ling kesana, yah?”
Ayah Maher: “Hari Senin Ling-Ling harus berangkat, nak?
Maher: “Yahh, Ling-Ling, cepet banget”
Ayah Maher: “Jangan sedih nak, dia ke Jepang untuk menuntut ilmu, kita doakan Ling-Ling
supaya sukses ya disana”
Maher: “Iya ayah”
*Keesokan harinya, saat dimana Ikal akan bertemu dengan Ling-Ling, dimana
sekarang Ikal sudah berdiri di halaman sekolah menunggu kedatangan Ling-Ling dan
Maher*
Ikal: “Duhh, Ikal lama banget sih, jangan-jangan dia gabisa bawa Ling-Ling ketemu samaku”
*Ikal memasang muka sedih, karena sudah lama dia menunggu Ling-Ling disana*
*Tak lama suara yang terdengar tak asing memanggil namanya*
Maher: “Ikalll”
Ikal: “Maherr, dimana Ling-Ling?”
Maher: “Sabarlah sebentar, Ikal. Sebelumnya aku mau menyampaikan berita sedih untukmu”
Ikal: “Apa itu?”
Maher: “Ling-Ling akan berangkat ke Jepang besok?”
Ikal: “Hahh?! Ngapain kesana?”
Maher: “Dia mau sekolah disana Kal”
*Ikal merasa sedih mendengar berita tersebut dan tak lama dari situ Ling-Ling pun
datang*
Ling-Ling: “hallo Ikal, aku sudah mendengar tentangmu dari Maher, makasih sudah suka
sama aku, Kal. Tapi aku harus ke Jepang besok, aku mau sekolah disana untuk mengejar
mimpiku”
Ikal: “Iya Ling, semangat ya, semoga sukses kamu disana”
Ling-Ling: “iya kal, makasih ya”
Ikal: “Iya, apakah aku boleh mengobrol denganmu sebentar Ling?”
Ling-Ling: “tentu, kal”
*Mereka pun mengobrol bersama di halaman sekolah, sedangkan Maher, dia sudah
pergi dari tadi*
*Setelah waktu menjukkan pukul 4, Maher datang*
Maher: “Ling, ini sudah sore, ayo kita pulang, nanti kamu dicariin Ci AnAn lagi”
Ling-Ling: “Eh iyaa, Kal, aku pamit ya, semoga sukses kamu, kejarlah mimpimu juga ya
Ikal”
Ikal: “Iya Ling, makasih buat waktunya hari ini, semangat mengejar mimpi ya Ling”
Ling-Ling: “Iya Kal, selamat tinggal”
Ikal: “Selamat tinggal, Ling-Ling”
Maher: “Ayoo Ling-Ling”
Ling-Ling: “Iyaa, iyaa her, tunggu”
*Ling-Ling pun semakin jauh sambil melambaikan tangannya dan tanpa sadar air
mata pun jatuh di pipi Ikal, ya, dia sedih dan memilih pulang kerumah*
*Keesokan harinya, 9 murid tersebut sedang istirahat dan berkumpul di halaman
sekolah, tak lama kemudian, Maher pun datang dengan membawa buku-buku bekas
dimana buku tersebut disumbangkan oleh orang-orang kaya dan diberikan kepada
anak-anak yang membutuhkan*
Maher: “Teman-teman, lihatt, aku mendapatkan buku-buku ini diberikan oleh orang-orang
kaya itu kepada kita”
Lintang: “Wahhh, herr, ini semua diberikan mereka kepada kita?”
Kucai: “Wahh, masih bagus banget padahal, keren Her, akhirnya kita punya buku juga untuk
belajar, karena sebentar lagi kita akan ujian teman-teman, kita bisa mempelajari buku-buku
ini”
Ika: “Bener banget, cai”
*Setelah mereka semua bahagia mendapatkan buku baru, mata mereka tertuju pada
Ikal yang tak tampak bahagia*
*Kucaipun menanyakan kepada Maher menggunakan bahasa tubuh*
Maher: “Itu loh, si Ling-Ling, anak ci AnAn, hari ini berangkat ke Jepang, mau sekolah
disana dia”
Kucai: “Ya ampunn, kall. Biarin sih si Ling-Ling mengejar cita-citanya, kita juga harus
mengejar cita-cita kita bukan??”
Borek: “Tau kal, galau bangett sih”
Ikal: “Ya gimana gak sedih, doi jauh gitu, tapi emang bener sih aku juga harus mengejar cita-
cita aku, dan aku harus semangat belajar supaya cita-citaku terwujud”
Sahara: “Bener itu kal, semangat ya kall”
Ikal: “Iya teman-teman, makasih yaa”
Semua: “Sama-sama Ikal”
*Lalu semuanya pun masuk ke kelas dan belajar*
*beberapa jam kemudian mereka pun pulang*
Flo: “Teman-teman, kalian sudah siap belum untuk ujian minggu depan?”
Lintang: “Aku insyaallah, Flo”
Sahara: “Iya Flo, hari ini kita dapat buku baru, teman-teman, jangan lupa ita pelajari di rumah
ya dan semoga minggu depan kita bisa menjawabnya dengan benar”
Semua: “Aminn”
Fathur: “Jangan ada yang mencontek ya teman-teman, kita harus mendapatkan nilai sesuai
kemampuan kita dan kita jangan mengecewakan Bu Mus ya teman-teman”
Semua: “Iya, thur”
*Semuanya pun keluar kelas dan pulang ke rumahnya masing-masing lalu belajar
dengan sungguh-sungguh dan mempersiapkan kemampuan mereka untuk ujian yang
sudah di depan mata*
*saat ujian pun tiba, mereka ujian di SD Negeri 245 Palembang, Mereka semua dengan
tenang menjawab soal ujian tersebut*
*Beberapa jam kemudian, ujian pun selesai, dan murid-murid SD Pelita Harapan pun
keluar menghampiri Bu Mus dan Pak Harfan di halaman sekolah, lalu mereka pulang,
menunggu hasil ujian keluar minggu depan*
*Saat nilai ujian keluar, Bu Mus membagikan hasil tersebut kepada anak-anak
didiknya*
Bu Mus: “Ibu mau bertanya kepada kalian, apakah kalian menjawab soal dengan jujur, anak-
anak?
Murid: “Iyaa bu”
Bu Mus: “tidak ada yang mencontek kah?”
Murid: “tidak ada, bu”
Bu Mus: “Alhamdulilah, ibu bangga dengan kalian semua, ibu menghargai nilai-nilai yang
kalian dapat, dan ibu juga menghargai kejujuran kalian. Terimakasih anak-anak sudah
bersikap jujur”
Murid: “Iya bu”
Bu Mus: “Anak-anak, hari ini ibu mendapatkan surat dari Dinas, mereka mengundang kita
untuk mengikuti lomba kuis cerdas cermat di kota, kita akan mengikuti lomba ini ya anak-
anak, kita akan membawa nama SD Pelita Harapan. Apakah semuanya bersedia?”
Murid: “Iya ibuu”
Bu Mus: “Baiklah anak-anak, lomba ini hanya diwakilkan oleh 5 orang, jadi ibu pilih saja ya
orang-orangnya?”
Murid: “Iya bu”
Bu Mus: “Lintang, Flo, Sahara, Fathur dan Maher nanti mewakili SD kita ya, dan untuk yang
lainnya kita belajar bersama-sama dan menyemangati teman-teman kita ya anak-anak”
*Semua kompak menjawab*
Murid: “Iya buu”
*Bu Mus pun tersenyum bahagia melihat semangat anak-anak didiknya*
*Semangat Bu Mus dan anak-anak didiknya untuk mengikuti lomba tersebut sangat besar,
mereka tak henti-hentinya belajar, setiap hari mereka selalu belajar dan belajar
mempersiapkan kemampuan anak-anak didiknya agar mampu menjawab kuis nantinya.
Setelah hampir 3 minggu mereka belajar, tibalah saatnya lomba dimulai. Semua murid SD
Pelita Harapan sedang menunggu bus yang akan membawa mereka ke kota, tetapi Lintang
masih belum sampai. Sampai akhirnya bus pun datang, dan mereka menunggu Lintang
datang. Setelah hampir 1 jam menunggu, akhirnya Lintang datang dengan tergopoh-gopoh
karena takut ketinggalan bus. Akhirnya mereka pun naik

Anda mungkin juga menyukai