Anda di halaman 1dari 5

Aku dan Mimpiku

Nama saya anton saya seorang arsitek. Saya merasa bersyukur kepada Tuhan
karena cita – cita atau impian saya terwujud. Saya mau sedikit bercerita saya adalah
anak orang tidak mampu ibu hanya seorang ibu rumah tangga dan bapak saya hanya
seorang buruh tani di desa. Saya mempunyai 4 orang adik. Dalam keluarga kita bisa
makan saja sudah sangat bersyukur. Rumah kami hanya beralasan tembok yang berasal
dari bambu dan lantai masih berupa tanah kalau hujan datang rumah kami bocor jadi
harus cari tempat untuk menampung air. Bapak saya selalu berusaha untuk
menyekolahkan anak – anaknya. Orang tua saya bekerja keras supaya anak – anaknya
sekolah jangan sampai anak – anak mereka seperti mereka sekolah hanya lulusan SD
karena tidak ada biaya untuk sekolah.
Dari SD sampai perguruan tinggi saya sekolah selalu negeri dan mendapat
beasiswa sehingga saya sekolah tidak perlu membayar sekolah. Saya bersyukur kepada
Tuhan. Waktu SD sepulang dari sekolah saya membantu bapak kerja di sawah
terkadang saya ke pasar membantu orang untuk membawakan belanjaan mereka. Di situ
saya di beri uang karena membantu membawakan belanjaan mereka. Pemberian uang
tersebut sebagian saya tabung sebagaian saya berikan ke ibu buat makan. Saat hujan
turun saya merasa sedih karena kami harus mencari tempat untuk menampung air
sehingga saya bercita- cita atau impian ingin membangun rumah agar nyaman untuk di
tinggali. Waktu saya duduk di bangku smp saya sekolah sambil bekerja. Kalau pagi
saya sekolah sepulang dari sekolah saya kerja di rumah pak RT sebagai tukang kebun.
Kebetulan pak RT mencari tukang kebun untuk merapikan tamannya dan pk rt
menawari bapak saya. Bapak saya tidak bisa karena harus mengurus sawah dan sapi
orang dan saya mencoba menawarkan diri kepada pk rt. Mulanya pk rt keberatan karena
saya masih sekolah takut mengganggu sekolah saya. Saya menjelaskan bahwa saya akan
bekerja sepulang dari sekolah sampai sore dan pak rt menyetujuinya. Lumayan uang
hasil membersihkan taman pak rt bisa saya tabung sebagian buat makan. Saya bekerja di
rumah pak rt sampai saya lulus smp.
Waktu sma keluarga kami mengalami penurunan dalam hal keuangan. Bapak
sakit sehingga bapak tidak kerja karena sakit yang mengharuskan bapak untuk istirahat.
Secara otomatis keuangan keluarga kami hanya bergantung kepada saya meskipun uang
yang aku terima dari bekerja di pak rt hanya cukup untuk makan sehari – hari namun
untuk biaya sekolah adik – adikku tidak cukup. Adik saya ketiga – tiganya masih
sekolah yang membutuhkan biaya tidak sedikit. Orang tua saya memanggil saya mereka
menyarankan untuk saya berhenti sekolah karena tidak ada biaya. Saat itu saya menolak
permintaan orang tua untuk berhenti sekolah. Saya ingin mewujudkan mimpi saya
walaupun saya tidak tau setelah lulus sma saya mengambil jurusan apa yang ada
hubungannya dengan membangun rumah. Saya mencoba menjelaskan kepada orang tua
tentang mimpi saya dan orang tua hanya bisa mendukung saya. Saya mencoba masuk di
sma negeri 1 yang merupakan sekolah favorit di desa kami. Saya di terima karena nilai
saya bagus. Saya merasa senang karena saya masih bisa meneruskan sekolah. Saya kerja
di rumah pak rt hanya sampai sore jam 4 malam habis magrib saya memberi les untuk
anak kampung di desa saya.
Saya memberi les hanya sampai jam 9 malam setelah memberi les saya belajar
begitu seterusnya saya jalani. Saya ingin memberikan contoh untuk adik – adik saya
kalau kita ingin meraih mimpi atau cita – cita kita harus kerja keras dan berusaha
mewujudkannya bukan hanya angan – angan. Saya ingin memberikan rumah untuk
orang tua meskipun itu tidak besar. Saya mendapatkan beasiswa dari sekolah sehingga
saya tidak perlu membayar uang sekolah saya justru di beri uang. Saya berusaha keras
agar tidak putus sekolah.
Waktunya ujian nasional berlangsung saya meminta ijin ke pak rt bahwasanya
saya ijin tidak bekerja karena saya harus focus ujian saya tidak ingin nilai ujianku jelek
karena itu modal bagi saya untuk masuk ke universitas negeri. Saya juga tidak
memberikan les selama saya ujian. Setelah selesai ujian tiba waktunya pengumuman
kelulusan. Saya lulus dengan nilai tertinggi untuk jurusan IPA di sekolah saya. Saya
merasa bersyukur. Orang tua saya mendengar bahwa saya lulus dengan nilai tertinggi
orang tua saya menangis karena tidak menyangka saya akan mendapatkan nilai terbaik.
Bisa sekolah dan melanjutkan ke sekolah sampai sma saja orang tua saya sudah
bersyukur karena dalam pikiran orang tua saya, saya hanya dapat menamatkan sekolah
sampai smp ternyata perkiraan mereka salah.
Setelah lulus dan ijasah di terima saya binggung harus kemana karena saya tidak
mempunyai gambaran ataupun informasi tentang mimpi saya. Saya mencoba membaca
buku – buku namun tidak ada informasi yang saya dapatkan. Orang tua menyarankan
saya untuk kerja tidak usah melanjutkan kuliah karena saya harus membiayai sekolah
adik – adik saya dan membantu perekonomian keluarga karena kalau saya kuliah
bagaimana atau siapa yang membiayai adik – adik saya sekolah dan membantu
perekonomian keluarga. Saat orang tua menyarankan demikian saya setuju karena saya
juga mencari info tentang mimpi saya siapa tau setelah saya kerja saya menemukan
informasi jurusan yang sudah aku impikan. Saya tidak mengikuti UMPTN karena saya
masih belum mengetahui jurusan apa yang saya cari. Akhirnya saya bekerja di sebuah
supermarket kecil di desa kami. Saya bekerja dan mencari info melalui teman – teman
saya dan di internet. Sore hari pk rt mengundang saya untuk datang ke rumahnya acara
taksakuran rumah baru. Sore hari saya datang ke rumah pak rt sesampainya di rumah
pak rt saya di kenalkan oleh saudara pak rt yang bekerja sebagai arsitek di sebuah
perusahaan di Jakarta. Dari situ saya mulai bertanya-tanya tentang arsitek itu tugasnya
apa, biasanya kerjanya di mana setelah mendapat penjelasan dari saudara pak rt saya
berfikir inilah mimpiku yang selama ini aku cari. Saya berterima kasih banyak kepada
saudara pak rt
Sesampainya dari rumah pak rt saya langsung mencari buku – buku yang
berhubungan dengan arsitek. Pelajaran apa yang harus di kuasai, apa saja yang di
pelajari. Saat saya sudah mengerti pelajaran apa yang harus dipelajari saya mencoba
ikut ujian UMPTN dengan meminta ijin kepada orang tua. Saya mengikuti semua
langkah – langkahnya saya mengikuti ujian dengan perasaan tegang. Memilih
universitas yang ada jurusan arsitek. Saya melakukan ujian dengan lancar menunggu
hasil pengumuman saya di terima atau tidak. Saat tiba waktunya pengumuman.
Pengumuman di umumkan lewat surat kabar. Saya membeli Koran, saya mulai mencari
nama saya ternyata nama saya tidak ada dan saya tidak lulus namun itu tidak membuat
saya putus asa. Saya bertekad untuk melakukan ujian lagi.
Saya mendaftar lagi ujian dan lagi – lagi saya gagal. Orang tua saya mengatakan
kepada saya untuk berhenti saja karena melihat saya selalu gagal. Saya mengatakan
kepada orang tua saya saya akan mengikuti ujian lagi dan ini kalau saya masih gagal
saya akan bekerja saja dan mengubur mimpi saya. Saya tiap hari belajar mencari kenapa
saya gagal. Saya mencoba untuk mendaftar lagi saya berdoa dan meminta restu orang
tua saya supaya mendoakan saya supaya lulus ujian. Saat saya mengerjakan soal saya
mencoba menenangkan diri dan melepaskan semua beban saya dan ambisi saya agar
lulus ujian.
Tiba saatnya pengumuman saya seperti biasa membeli surat kabar tetapi tidak
seperti sebelumnya yang antusias langsung membeli surat kabar dan langsung mencari
nama saya. Saya mencari nama saya setelah saya sampai rumah setelah ganti pakaian
dalam keadaan bersih lalu saya membuka Koran dengan santainya mencari nama saya
dengan santai tanpa ambisi. Setelah saya buka Koran nama saya tidak ada. Saya
mengatakan kepada orang tua saya bahwa saya tidak lulus. Orang tua mengatakan saya
suruh melihat lagi mungkin nama saya terlewat tidak saya baca. Akhirnya saya
menuruti apa yang dikatakan oleh orang tua saya, saya mencoba untuk mengecek lagi
kemungkinan yang dikatakan orang tua saya ada benarnya. Saya membaca lagi mencari
nama saya tanpa saya sadari nama saya keluar. Saya lulus…. Antara percaya tidak
percaya. Saya baca lagi ternyata benar itu nama saya. Saya langsung sujud syukur saya
langsung mencium ibu saya. Ternyata doa dan restu orang tua saya di dengar oleh
Tuhan. Saya di terima di universitas negeri di UGM yang mana saya harus
meninggalkan orang tua dan adik – adik saya. Saat itulah saya merasa delema di mana
saya ingin mewujudkan mimpi saya di satu sisi saya harus meninggalkan orang tua dan
adik – adik saya yang masih membutuhkan saya.
Saya mencoba berbicara kepada orang tua saya tentang masalah saya dan orang
tua saya menyarankan saya untuk mengejar mimpi saya dan mengatakan untuk perlu
khawatir tentang mereka dan adik – adiknya. Mimpi saya lebih penting dan orang tua
berpesan untuk belajar dengan giat dan tidak melupakan untuk selalu berdoa. Saat orang
tua mengatakan seperti itu ada perasaan senang dan terharu. Orang tua saya mengatakan
bahwa mereka bangga karena saya di terima di UGM karena anaknya tidak seperti
orang tuanya yang hanya lulusan sd dan smp.
Sebelum saya ke jogja saya mencoba menghubungi saudara saya yang di jogja
karena untuk sementara saya tinggal di sana dan mencari pekerjaan untuk hidup saya di
jogja dan mengirim uang untuk orang tua saya. Setelah saya menghubungi saudara saya
saya menyiapkan baju – baju saya yang akan saya bawa. Akhir yang di tunggu – tunggu
tiba saya berangkat menggunakan kereta api. Saya berpamitan sama orang tua dan adik
– adik saya dan berpesan kepada adik – adik saya untuk membantu bapak dan ibu
bekerja dan tidak lupa untuk belajar. Saat berpamitan kereta api jurusan jogja datang
saya mencium orang tua dan adik – adik saya ada perasaan sedih bercampur senang
karena saya mendekati impian saya meskipun itu masih panjang perjalanannya.
Perjalanan dari desa ke jogja menempuh 1 hari 2 malam. Dalam perjalanan saya sudah
merencanakan semua.
Akhirnya saya sampai di jogja di stasiun saya di jemput oleh paman saya. Saya
mengucapkan terima kasih kepada paman karena saya di perbolehkan tinggal di
rumahnya. Sesampainya di rumahnya saya istirahat sebentar sorenya saya di antar sama
saudara untuk melihat kampus. Ternyata rumah paman saya dan kampus lumayan jauh
saya harus naik angkot untuk sampai ke kampus. Besok paginya saya mempersiapkan
keperluan yang diperlukan oleh kampus. Saya pun berpamitan dengan paman untuk
pergi ke kampus. Sesampainya di kampus ada perasaan bangga bercampur senang dan
tidak menyangka bisa di terima di kampus sebesar ini. Saya yang hanya anak seorang
buruh tani bisa kuliah di ugm. Saya langsung menunju kampus jurusan arsitek. Pertama
masuk kampus saya senang dan bersemangat. Di saat kuliah saya berusaha mencari
kerja dan mencoba untuk mencari kost karena saya tidak ingin merepotkan paman saya.
Saya mencoba melamar di toko atau restoran dan saya di terima di restoran. Restoran
tempat saya bekerja memperbolehkan karyawannya kuliah dan memberikan ijin bila
karyawannya tidak masuk karena urusan kampus. Saya sangat bersyukur. Jadi pagi saya
kuliah sorenya saya kerja begitu seterusnya dan saya sudah tidak tinggal di rumah
paman saya. Saya mencari kost yang murah. Setiap gajian, uang dari gaji itu sebagian
saya kirim ke orang tua saya sebagian saya pakai untuk kebutuhan sehari – hari. Saya
benar – benar hemat dalam pengeluaran karena orang tua tidak memberi uang
sepeserpun karena perekonomian kami.
Saya belajar dengan giat sehingga saya mendapat beasiswa sehingga saya tidak
perlu membayar uang kuliah. Kuliah saya tempuh dengan 4 tahun. Saat wisuda saya
mengajak orang tua dan adik saya ke jogja untuk melihat saya wisuda. Orang tua saya
tidak menyangka kalau anaknya bakal menjadi seorang sarjana. Saat wisuda saya
melihat orang tua saya menitikkan air mata. Ada rasa haru bercampur bangga yang di
rasakan orang tua saya. Saya juga senang saya bisa memberi contoh kepada adik – adik
saya bahwa mimpi itu akan terwujud bila kita berusaha keras dan tidak putus asa. Saya
juga sudah merancang untuk memperbaiki rumah di desa dengan ilmu yang saya dapat.
Setelah saya lulus saya bekerja di perusahaan besar di jogja sebagai arsitektur. Saya bisa
membangun rumah yang pernah saya impi – impikan sejak kecil. Mimpi bisa terwujud
bila berusaha untuk mewujudkannya tidak hanya angan – angan, kerja keras, konsisten
dan tidak putus asa dalam mengapai cita – cita kita itu yang menjadi pegangan saya.

Anda mungkin juga menyukai