Anda di halaman 1dari 4

Nama : Putri Gazani Zahra

NIM : 171510601148

SIAPA AKU?

Perkenalkan namaku Putri Gazani Zahra yang lahir dari seorang ibu yang
hebat bernama Erna Mikewati dan ayah yang bernama Sujatmiko. Aku lahir di
Jakarta tepatnya Jakarta Selatan pada hari Kamis, 17 Juni 1999. Jika kalian
bertanya bagaimana aku lahir, mungkin kalian akan terheran-heran. Dibawah
pohon yang rindang terdengar suara perempuan yang melenguh kesakitan, dia
berusaha sekuat tenaga untuk mengeluarkan “sesuatu” didalam perutnya. Hingga
lahirlah ke dunia seorang bayi berkelamin perempuan. Melihat pipi bayi yang
merah merona, ibunya pun berinisiatif memberi nama “Gazani” yang memiliki
arti yang merah merona. Cerita itulah yang selalu ibuku katakan ketika aku
bertanya saat kecil. Entah apa motifnya, aku tidak tahu sampai sekarang.
Saat masih balita aku hidup di Jakarta, karena ayahku bekerja sebagai
teknisi pesawat terbang di Lion Air. Hidup di Jakarta tidaklah mudah, karena
penghasilan ayah tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan ibu
yang hanya menjadi ibu rumah tangga. Meskipun hidup susah, ibuku selalu
mengutamakan diriku. Beliau rela berjualan beras untuk memenuhi kebutuhanku.
Hasil dari menjual beras akan dibelikan susu bermerk Pediasure yang cukup
mahal pada jamannya. Kehidupan yang cukup susah membuat ibuku ingin
merubah keadaan dengan pindah kekampung halaman dan ayah tetap bekerja di
Jakarta. Akhirnya ibuku sampai di kampong halamannya yaitu Banyuwangi.
Ketika tiba, kakekku tidak dapat menahan air matanya melihat anak pertamanya
pulang membawa cucu dengan tubuh seperti kurang nutrisi. Ibuku menjalani
hidup dengan bahagia karena bertemu kembali dengan kedua orangtuanya dan
mendapatkan pekerjaan yang lebih layak.
Pengalamanku saat masih kecil berjalan seperti anak-anak lainnya. Saat
umurku 4 tahun aku disekolahkan di TK 2 Srono, disana aku belajar dan bermain.
Semua kebutuhanku terpenuhi, apa yang aku inginkan selalu ada. Hidupku selalu
aku habiskan dengan kakek dan saudara-saudaraku, karena ibuku sibuk bekerja di
rumah sakit. Setiap malamnya aku akan menunggu ibuku pulang diruang tamu
hingga ketiduran, dan paginya selalu terbangun di kamar tidur. Ayahku satu tahun
sekali akan pulang kampung untuk menjenguk diriku beberapa hari dan kembali
ke Jakarta. Kegiatan itu terus berlanjut hingga aku masuk SD. Umur 6 tahun aku
dimasukkan ke SDN 4 Kebaman yang tidak jauh dari rumahku. Saat itu aku
menjalani hari dengan bermain dan melakukan les tambahan. Aku bukanlah anak
yang pintar, sehingga hanya mendapat ranking 10 besar. Ketika memasuki kelas 2
SD ayahku memutuskan untuk pulang dan ibuku mengundurkan diri dari rumah
sakit dan pindah tugas menjadi bidan di kecamatan lain yang jaraknya 40 menit.
Karena pekerjaan ibuku yang jauh mengharuskan kedua orangtuaku pindah dan
aku tetap tinggal bersama kakek. Saat kelas 5 SD aku sering mendapat perlakuan
buruk atau bullying oleh beberapa temanku yang entah namanya siapa. Lucunya
aku sering mendapat bullian tetapi mereka juga sering bermain denganku karena
kami tinggal didaerah yang sama. Kelas 6 SD aku mulai merasakan sesuatu yang
tidak beres dimataku, ketika pelajaran pandangan selalu buram. Aku sangat takut
memberitahu kepada orangtuaku sehingga teman-temankulah yang
mengadukannya kepada kakekku dan menelpon ibuku untuk memeriksakan ke
dokter. Setelah diperiksa maka aku tahu kenapa pengelihatanku buram karena
mata minus yang membuatku harus memakai kacamata. Hari-hari terus berlanjut
dan aku mempersiapkan diri untuk ujian nasional.
Memasuki kenaikan SMP aku pindah ke rumah orangtuaku. Disanalah
secara intens ibu mendidikku. Setiap pulang sekolah aku diharuskan untuk belajar,
karena pelajaran yang kusukai adalah matematika sehingga aku hanya belajar
matematika. Saat SMP banyak anak yang berteman denganku dan jarang ada yang
melakukan bullying. Dirumah aku mengurung diri dikamar dan tidak pernah
keluar. Aku hanya keluar jika disuruh membeli sesuatu atau sholat berjamaah.
Kelas 2 SMP aku mulai jarang belajar dan terpengaruh oleh k-pop dan anime
yang menyebabkan rankingku anjlok. Kelas 3 aku mulai mengurangi hobiku dan
focus untuk belajar hingga mendapatkan danem yang bagus saat kelulusan.
Danem yang bagus membuatku masuk ke sekolah favorit yang ada di
Banyuwangi yaitu SMAN 1 Glagah. Karena jarak rumah yang jauh, aku
memtuskuan untuk ngekos sendiri di Banyuwangi kota. Di SMA ku terdapat tes
yang menentukan aku masuk IPS atau IPA, dan nilai teratas akan masuk kelas
unggulan. Sayangnya aku masuk IPA kelas biasa. Kelas 10 aku sangatlah rajin
dikelas, namun karena tanpa pengawasan orangtua aku mulai bermalas-malasan
sehingga nilaiku mulai turun. Orangtuaku berpikir aku belajar dengan giat
disekolah, tanpa tahu aku menyianyiakan waktuku akan masa depan. Hal itu terus
berlanjut hingga kelas 3 SMA. Ibuku memaksaku untuk masuk STIS, aku hanya
menuruti tetapi aku merasa tidak pede dengan kemampuanku dan masih bingung
dengan tujuan hidupku. Untuk mempersiapkan SBMPTN temanku mengajak untu
mengikuti les bimbingan yang selama ini tidak pernah aku ikuti. Tempatnya
berada di Jember, awalnya orangtuaku menolak tapi karena sedikit kupaksa
akhirnya diijinkan. Sifat burukku terulang kembali, saat di Jember aku hanya
belajar sekedarnya dan tidak melakukan hal maksimal, sehingga aku tidak
diterima PTN yang aku inginkan. Tes STIS yang aku jalani pun gagal. Ibuku
menangis mengetahui nasibku dan memarahiku kenapa aku menyianyiakan
hidupku. Aku hanya menangis tanpa bisa menjawab. Aku merutuki diri sendiri,
kenapa aku sangat bodoh saat itu. Akhirnya aku mencoba untuk mengikuti
SBMPTBR yaitu tes mandiri yang diadakan Universitas Jember. Aku
mempersiapan diri dengan baik karena takut gagal. Aku memilih program studi
Agribisnis karena paling murah daripada prodi lain. Bersyukur aku lulus tes,
namun kaget juga karean harus berkuliah di Bondowoso.
Masuk dunia perkuliahan aku dikagetkan dengan banyak praktikum dan
tugas. Tetapi hal itu dapat kulalui dengan baik. Aku dulu pernah berpikir untuk
resign dari Agribisnis Bondowoso, tetapi setalah nyaman dengan teman-teman
aku memutuskan untuk bertahan. Karena Agribisnis juga yang membuatku ingin
menjadi wirausaha atau petani muda. Namun, untuk mencapai hal tersebut
perjalanku amatlah jauh jika aku masih bermalas-malasan. Hingga saat ini aku
masih belajar untuk melawan sifat burukku. Kekuranganku sangatlah banyak,
mulai dari pemalas, tidak percaya diri, introvert, tidak pandai bergaul, dan masih
banyak lagi. Untuk mengatasi hal tersebut akupun mulai memperbaiki jam
harianku dan aktif dalam organisasi. Aku berharap dapat melalui hal tersebut, dan
menjadi orang sukses yang membanggakan kedua orangtua. Terimakasih telah
membaca cerita hidupku yang membosankan. Sekian~

Anda mungkin juga menyukai