AUTOBIOGRAFI
ama saya Muhamad Taufik Noor Dianzyah, dulu nama saya tidak ada
Muhamadnya, tetapi terus ditambahi nama Muhamad oleh teman Ibu saya
yaitu Dokter Ayu, alasannya karena saya lahir bertepatan pada waktu Maulid Nabi
Muhammad SAW. Saya sehari-hari sering di panggil Taufik, Saya lahir di
kabupaten Boyolali yaitu pada hari Rabu Kliwon, pada 9 Agustus 1995 di Rumah
Sakit PKU Delanggu. Berdasarkan cerita dari orang tua saya, saya dulu pada
tanggal yang sudah di prediksi dokter akan lahir, tetapi ibu saya tidak
menunjukkan tanda-tanda mau melahirkan sampai kurang lebih selama 9 hari
berada di Rumah Sakit PKU Delanggu. Setelah mau di adakan Operasi
pembelahan atau Operasi Caesar tiba-tiba perut ibu saya berkontraksi sehingga
lahirlah saya pada tanggal 9 Agustus tersebut dalam keadaan selamat, sehat
walafiat, dan normal. Serta ibu saya juga dalam keadaan selamat dan sehat
walafiat.
Saya mempunyai hobi bermain bola atau futsal walaupun permainan saya
kurang bagus dan juga hampir semua olahraga saya sukai. Saya senang sekali
dengan semua makanan, terutama ayam bakar dan nasi goreng. Saya mempunyai
cita-cita ingin menjadi seorang Dokter.
senang dengan desa tersebut, yaitu mereka suka gotong-royong, suka membantu
sesama, warganya juga ramah tamah, dan juga desa tersebut masih sangat asri,
karena masih banyak sawah-sawah dan pohon-pohon yang terdapat di desa
tersebut.
Kabupaten Boyolali ini terkenal dengan sebutan Kota Susu, karena ciri
khas nya adalah produksi susu sapinya yang terkenal enak dan hasil perahan
langsung dari tangan seorang peternak sapi. Tetapi kebanyakan warga yang
memproduksi susu sapi tersebut bertempat tinggal di daerah pegunungan. Jika
ingin mencicipi bisa langsung membeli kesana, tetapi jangan lupa harus segera di
panasi lagi agar proteinnya tidak pecah. Karena di dalam susu asli tersebut
mengandung protein yang sangat tinggi dan banyak, sehingga apabila kita tidak
segera memanasinya nanti proteinnya bisa pecah dan apabila kita meminum susu
yang proteinnya pecah tersebut akan mengakibatkan penyakit Diare.
Saya memulai jenjang pendidikan di TK Umbul yang terletak di desa
Umbul. Dulu saat saya bersekolah saya sering di antar Ibu atau Bapak. Tetapi
beda dengan tema-teman yang lain, yang mana mereka di antar dan juga di temani
saat sekolah, tetapi kalau saya tidak, pasti setelah Ibu atau Bapak mengantar saya
mereka langsung pulang. Karena mereka adalah orang tua yang sibuk. Kalau pas
jam pulang kadang saya di jemput kadang pula saya jalan kaki sampai rumah
yang jaraknya 500 m. Tetapi di balik itu semua ada hikmah yang bisa saya ambil
yaitu saya bisa menjadi anak yang pemberani dan tidak manja seperti temanteman yang lain yang apa-apa merepotkan orang tua mereka. Sifat tersebut
terbenam sampai sekarang dan insyaallah sampai akhir nanti. Saya juga pernah
mengikuti lomba menyanyi TK sederajat di tingkat kecamatan Sawit. Saya
mewakili TK saya, dan Alhamdulillah saya menjadi juara harapan 1.
Pada saat umur 6 tahun saya melanjutkan pendidikan di jenjang SD yaitu
di SDN KEMASAN 1, yang terletak di Desa Kemasan. Di sana saya kembali lagi
bertemu dengan kebanyakan teman-teman saya saat di TK. Di SD memang saya
bukan yang paling pintar, tetapi Alhamdulillah kebanyakan saya mendapatkan
rengking 10 besar di kelas. Saya juga pernah mengikuti lomba lari 100 m SD
sederajat di tingkat kecamatan. Tetapi saya kalah, saya mencapai garis akhir pada
urutan k-3 padahal yang di ambil adalah urutan ke-1 dan ke-2 saja untuk lanjut ke
tingkat kabupaten. Hal yang menarik pada waktu SD adalah kalau pas jam
istirahat kami kebanyakan pulang untuk makan karena rumah kami kebanyakan
dekat dengan sekolahan.
Lalu pada tahun 2007 saya melanjutkan ke jenjang SMP dengan cara tes,
yaitu di SMP N 1 SAWIT yang terletak di Desa Kateguhan yang jaraknya 3-4
km dari rumah. Alhamdulillah saya bisa diterima di SMP favorit di kecamatan
Sawit ini. Saya sehari hari berangkat dengan menggunakan sepeda ontel. Saya
berangkat bersama-sama dengan teman-teman yang rumahnya searah dengan
saya. Di SMP saya juga banyak sekali bertemu kembali dengan teman-teman SD
saya, walaupun ada yang tidak sekelas lagi tetapi kami tetap menjalin hubungan
yang baik satu sama lain. Dari SMP ini saya bisa mendapatkan banyak teman
yang berasal dari berbagai desa dan kelurahan yang berada disekitar kecamatan
Sawit. Di SMP ini saya tergolong sebagai murid yang tidak terlalu pandai tetapi
Alhamdulillah saya bisa mendapat rengking 10-15 besar di kelas. Hal yang
menarik saat SMP adalah jika ada tugas menggambar atau kesenian kebanyakan
teman-teman minta bantuan saya agar dibuatkan gambar, dan Alhamdulillah
mereka pasti memberi beberapa imbalan uang untuk saya buat tambah-tambah
uang jajan. Sebelum pengumuman UN atau kelulusan orang tua saya berjanji,
yaitu kalau saya bisa mendapat jumlah nilai UN lebih dari 31 saya akan di belikan
sepeda motor vixion untuk SMA. Dan Alhamdulillah pada saat pengumuman UN
atau kelulusan kelas IX Alhamdulillah saya lulus dan mendapatkan jumlah nilai
31,60 dan orang tua saya pun menepati janji mereka. Tetapi di balik kesenangan
saya ada seorang teman kami yang tidak lulus UN, kami semua satu kelas merasa
kasihan sekali dan kami juga merasakan kesedihan yang dia alami. Setelah itu dia
mengikuti ujian kejar paket dan Alhamdulillah dia lulus, dan akhirnya kami bisa
merayakan kelulusan bersama-sama dengan mengadakan makan bersama dengan
wali murid kami di pemancingan Janti. Saya lulus tahun 2010.
Setelah lulus SMP saya mencoba mendaftar dengan nilai rapot di SMA N
3 BOYOLALI, ternyata disana saingannya ketat sekali sehingga saya cabut
pendaftaran tersebut dan mencoba mendaftar dengan nilai rapot di SMA N 1
TERAS. Alhamdulillah saya diterima di SMA favorit kecamatan Teras tersebut.
Banyak dari teman-teman SMP saya yang melanjutkan sekolah mereka di STM
atau SMK. Di SMA ini saya semakin banyak teman yang berasal dari berbagai
kelurahan yang berada di kabupaten Boyolali ini dan saya juga bisa lebih tahu
daerah-daerah di Boyolali. Di SMA ini tidak jauh berbeda dengan di SMP, karena
disini juga apabila ada tugas menggambar pasti banyak yang meminta bantuan
saya dan mereka pasti memberi uang imbalan Rp 10.000,00 kepada saya,
apalagi saat menjelang mau lulusan kelas XII, pasti banyak tugas, dan juga
banyak remidiasi, sehingga banyak yang minta bantuan kepada saya, karena kalau
tidak mengumpulkan tepat waktu dan hasil atau nilainya kurang maka tidak bisa
ikut Ujian Praktik. Kadang juga sampai-sampai saya tidak mengerjakan pr saya
sendiri, dan kadang pula nilai gambaran punya mereka yang saya buatkan lebih
bagus dari pada nilai gambaran saya sendiri. Alhamdulillah di SMA saya bisa
masuk di kelas IPA.
Saat kelas XI saya mengikuti bimbel Bahasa inggris, dan pada suatu hari
kami ada acara study tour ke candi Borobudur, di sana kami mendapat tugas
untuk menjadi pemandu turis asing dan disuruh untuk meminta foto bersama turis
asing tersebut. Itu adalah pengalaman yang menantang dan yang mengasikkan
bagi saya.
Pada saat kelas XI sekolah mengadakan study tour ke Bali. Saya baru
pertama kalinya menginjakkan kaki di pulau Bali tersebut. Di sana kami
mengunjungi berbagai wisata yang ada di Pulau Dewata tersebut. Rasanya sangat
senang sekali bisa berkunjung di Pulau Dewata tersebut, dan rasanya ingin sekali
kembali lagi ke sana.
Di Bali kami mendapat tugas dari guru Bahasa inggris kami untuk
meminta foto dengan turis asing yang berada di sana. Untuk kedua kalinya tugas
foto bersama turis asing adalah hal yang paling mengasikkan bagi saya, karena
dengan hal tersebut saya bisa menambah kosakata, menambah keberanian untuk
berbicara dengan menggunakan Bahasa inggris, walaupun yang kami gunakan
adalah Bahasa yang masih mudah-mudah saja. Kami berlomba-lomba mencari
turis asing untuk di ajak kenalan, ngobrol, dan yang terakhir adalah meminta foto
bersama mereka. Hal tersebut sangat berkesan bagi saya.
Pada saat SMA kelas X, saya masuk di kelas X7. Saya mengikuti
extrakulikuler yaitu Tapak Suci Putra Muhammadiyah. Saya pernah menjadi salah
satu wakil cabang Tapak Suci yang berada di SMA saya untuk mengikuti lomba
Sabung Pencak Silat tingkat Kabupaten yang diadakan di Simo dan akhirnya bisa
lanjut ke tingkat Karisidenan. Saya adalah satu-satunya wakil Pencak Silat yang
berasal dari SMA saya. Tetapi saat di tingkat Karisidenan saya kalah dengan SHTeratai. Sebenarnya saat babak pertama saya menang poin, tetapi pada babak
selanjutnya atau babak kedua, pada waktu saya mau menendang perut bagian kiri
musuh, dia
mengakibatkan kaki saya tidak bisa di gunakan saat pertandingan dan sampai
beberapa hari. Karena tidak bisa menggunakan kaki karena sakit tersebut, saat
babak kedua pun saya kalah poin dengan musuh sehingga total poin gabungan pun
dimenangkan oleh musuh, dengan perolehan yang sangat tipis.
Pada saat SMA kelas XI saya masuk di kelas XI IPA 3. Kelas kami
berhasil menjadi juara ke-3 lomba kebersihan se-SMA N 1 TERAS, yang
membuat bangga yaitu karena hanya kelas kami di antara semua kelas XI yang
berhasil menjadi juara. Saya pernah mewakili SMA untuk mengikuti lomba
POPDA tingkat Kabupaten yaitu pada cabang Sepak Takraw. Pada lomba tersebut
tim saya berhasil maju ke babak semifinal, tetapi pada babak semifinal tersebut
kami kalah dengan musuh bebuyutan Sepak Takraw SMA kami yaitu dari SMA
Simo.
Pada saat kenaikan kelas saya masuk di kelas XII IPA 2. Kami menjadi
juara lomba kebersihan ke-2 se-SMA N 1 TERAS. Pada waktu pengumuman
kelulusan kelas XII, SMA saya semuanya menggunakan baju Kejawen, yang putra
memakai Beskap dan yang putri memakai baju Kebaya sambil menantikan hasil
pengumuman kelulusan. Alhamdulillah rasa syukur kami panjatkan, karena kami
lulus 100%.
Harapan saya yaitu supaya Unimus lebih terkenal lagi dari sabang sampai
merauke, Unimus bisa menjadi Universitas yang bagus, lebih banyak yang
mendaftar, kampusnya lebih besar dan lebih lengkap lagi, FKG supaya bisa segera
terakreditasi A, serta supaya segera di bangun RSGM (Rumah Sakit Gigi dan
Mulut) di kampus FKG ini.