Anda di halaman 1dari 4

Nama saya Muhamad Taufiq Rizqi Nursyamsi, namun biasa di panggil Opik.

Saya
anak terakhir dari 3 bersaudara. Kakak pertama daya laki – laki dan kakak kedua saya
perempuan. Saya lahir di sebuah kampung yang bernama Cintaasih pada 25 Juni 2004. Saya
di besarkan oleh kedua orangtua saya disana dengan penuh kasih sayang dari orang -orang di
sekitar saya.
Ayah saya bernama Samsudin, sedangkan Ibu saya bernama Sri Suryani. Ayah saya
bekerja sebagai Guru di salah satu sekolah di Desa Cintaasih, dan ibu juga adalah seorang
guru di sekolah yang sama dengan ayah. Saat ini saya duduk di bangku kelas dua belas(XII)
di Sekolah Menegah Atas Negeri di daerah kami dengan mengambil jurusan Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA)
Jarak kelahiranku dan kedua kakakku memang terbilang jauh. Kakak yang pertama
lahir pada tahun 1994, kakak yang kedua lahir pada tahun 1997, sedangkan saya lahir pada
tahun 2004. 
Kakak pertama saya bernama Mohammad Yusuf Abdul Aziz yang saat ini bekerja
sebagai kepala divisi Enginering di salah satu pabrik di daerah Cikarang, Bekasi. Kakak
kedua ku, bernama Verawati Nur Azizah saat ini menjalani sekolah Strata Dua (S2)
meneruskan Pendidikan studi S1 nya yang mengambil jurusan Teknik Tekstil di salah satu
universitas di kota Bandung. Kakak pertama ku menikah dengan seorang  perempuan yang
bernama Meita Dian Hapsari dari Purwokerto, Jawa Tengah yang berprofesi sebagai ibu
rumah tangga. Dari pernikahan tersebut, kakak dan istrinya di karuniai dua orang anak. Anak
yang pertama saat ini berusia 4 tahun. Ibrahim Zaydan Atthafariz, itulah nama anak pertama
mereka yang sekaligus adalah keponakan ku. Sedangkan anak yang kedua adalah Bian
Atthafariz yang baru berusia 6 bulan.
Kakak ku dan istrinya tinggal di Cikarang, Bekasi karena disitulah kakak ku bekerja.
Seringkali aku berkunjung ke rumah kakak ku dan istrinya karena rasa kangen dari kedua
orang tuaku akan kedua cucu nya tercinta.  Kakakku yang kedua, menikah dengan seorang
pria bernama Iman Komara Daud dari Rancaekek, Bandung. Dari pernikahan tersebut
sayangnya kakak ku belum dikaraniai anak. Aku berharap semoga kakak ku yang kedua ini
bisa cepat cepat dikaruniai anak supaya keponakan ku bertambah banyak.
Aku di besarkan oleh keluarga yang bukan berasal dari keturunan darah biru. Ayah
dan ibu ku berasal dari keluarga sederhana yang mana orangtua beliau atau kakek nenek ku
adalah seorang guru. Namun, dengan kehidupan yang sederhana ini kami tidak pernah merasa
malu atau gengsi karena banyaknya harta tidak akan bisa membeli kebahagiaan.
Meskipun dari keluarga sederhana, ayah dan ibu mampu membiayai sekolah anak-
anaknya sampai jenjang perguruan tinggi. Kami tidak pernah meminta apapun yang kami
rasa kurang penting. Ayah dan ibu senantiasa mengasihi kami dan selalu memberikan yang
terbaik untuk anak- anaknya. Kami tidak tahu harus membalas seberapa besar untuk
ketulusan mereka selama ini. Kami sangat menyayangi mereka, lebih. Mereka lah yang
mengenal kan pada kami betapa indah hidup dan banyak hal yang mesti kami syukuri.
Saya tidak pernah menyesal hidup sederhana karena selalu ada mereka yang tidak pernah
berhenti men- support kami.
Saya mempunyai hobi membuat ilustrasi atau design digital dan juga hobi olahraga.
Setiap hari selalu kusempatkan tanganku untuk memberikan curahan imajinasiku dalam
sebuah gambar digital. Meskipun masih terlihat amatir, namun saya selalu melakukannya.
Saya percaya bahwa sesuatu yang di lakukan dengan bersungguh -sungguh maka tidak akan
memberikan hasil yang sia – sia. Selain itu saya juga mempunyai hobi bermain basket, futsal,
tenis meja, dan juga volleyball. Di sekolah ku, aku bertemu teman teman yang juga suka
olahraga dan saya tergabung dalam kelompok tersebut. Setiap hari Sabtu atau Minggu pagi,
kami selalu melakukan latihan di lapangan basket sekolah atau juga di lapangan basket yang
ada di Kecamatan Cikajang. Ayah, ibu, serta kakak- kakak selalu mensupport semua hobbi
saya. Saya tidak pernah menyesal dan selalu berlatih dengan sungguh- sungguh.
Di hari Minggu, saya biasanya membantu ibu membereskan rumah. Meskipun hanya
sekedar membantu menyapu dan mengepel lantai atau hal hal ringan yang lain. Lalu dilanjut
dengan membantu ayah mengurus kebun kebun miliknya. Ya, ayahku memliki beberapa
tanah yang ada Sebagian nya yang disewakan ke petani dan ada juga sebagian yang dikelola
sendiri oleh ayahku untuk ditanami sayuran sayuran.
Ayah dan ibu merupakan orang yang taat agama. Mereka selalu mengingat kan kami
untuk sholat, puasa, untuk menyisihkan uang saku kami untuk infak, atau melakukan ibadah
– ibadah yang lain. Pernah suatu hari, ketika saya sedang asyik bermain, saat itu saya masih
duduk di kelas dua SMP. Saya tidak sholat Dhuhur karena saya berfikir untuk melakukannya
nanti saja saat saya fikir waktunya masih lama. Namun ternyata saya terlena karena
keasyikan bermain. Hingga tiba waktu ashar saya belum juga menunaikan sholat Dhuhur.
Ketika ayah bertanya pada saya apakah sudah sholat dhuhur, saya hanya diam. Tentu ayah
tahu bahwa saya belum sholat, lantas ayah langsung menasehati saya dengan panjang
lebar.ketika itu saya sangat merasa bersalah, karena memang ayah sudah mengingatkan saya
untuk sholat ketika bermain. Sejak kecil, ayah dan ibu memang selalu mengajari kami untuk
melaksanakan sholat dimanapun kami berada. Ayah dan ibu menancapkan betul – betul
nasehat itu.
Setiap magrib, ayah selau menyempatkan waktu untuk mengajari mengaji anak-
anaknya, selain itu atau juga mengajarkan ilmu ilmu agama yang lain. Kalau saja ayah tak
memaksa kami belajar agama, mungkin sekarang saya sudah mengikuti pergaulan dan gaya
hidup remaja umumnya. Saya selalu bersyukur, karena di lahirkan dalam keluarga sangat
hebat
Saya mulai masuk sekolah dasar (SD) pada tahun 2010 yang mana ketika itu saya
berusia 6 tahun. Yang mengantarkan saya ke sekolah dasar untuk pertama kalinya adalah
kakak saya yang pertama. Dimana pada saat itu kakak saya sedang libur semester Sekolah
Menengah Atas(SMA). Kakak saya memang orang yang selalu berambisi untuk mencari
ilmu. Di selalu berpesan untuk tidak membuang- buang waktu hanya untuk bermain. Ketika
kakak tidak ada kegiatan, kakak selalu menyempatkan untuk mengajari saya mengerjakan
pekerjaan rumah (PR) yamg saya bawa dari sekolah. Lebih seringnya kakak selalu bercerita
tentang dongeng – dongeng yang selalu membuat saya senang mendengar ceritanya. Saya
tidak pernah bosan mendengarkannya. Dia adalah pendongeng yang sangat menarik.
Pada saat saya kelas 1 SD saya sudah mahir dalam membaca dan menghitung. Seperti
menghitung penjumlahan dan pengurangan. Alhasil saya pun mendapat juara kelas pada saat
itu. Dikarenakan saya juara kelas saya disuruh untuk mengikuti perlombaan yaitu lomba
membaca surat surat pendek.
Hari perlombaan pun dimulai dan saya cukup gugup waktu itu. Namun kakak
perempuan saya yang saat itu menemani saya mengikuti perlombaan menenangkan saya
supaya tidak gugup dan percaya diri saja. Waktu perlombaan pun dimulai dan saya dapat
menjawab pertanyaan pertanyaan yang diberikan oleh panitia dengan baik dan lancar. Namun
mungkin belum saatnya untuk saya dapat menjuarai lomba tersebut, saya hanya bisa
mendapat 10 besar dalam lomba tersebut. Tetapi saya cukup puas karena itu adalah hasil dari
kerja keras saya selama persiapan perlombaan tersebut.
Pada saat saya kelas 3 saya juga mengikuti perlombaan yaitu perlombaan calistung
atau membaca, menulis dan menghitung. Belajar dari kegagalan saya waktu kelas 1 saya
belajar lebih keras lagi untuk menghadapi perlombaan ini. Disekolah saya selalu didampingi
guru guru untuk membantu saya belajar sedangkan dirumah saya dibantu oleh kakak kakak
saya. Hal tersebut rutin setiap hari saya lakukan.
Alhamdulillah hasil perlombaan tersebut saya mendapat peringkat 5 se kecamatan.
Karena saya telah mendapatkan hasil yang cukup memuaskan dalam perlombaan tersebut
saya diajak jalan jalan oleh kedua orang tua saya. Pada waktu itu saya diajak jalan jalan ke
alun alun Garut. Disana saya membeli banyak sekali jajanan dan pada saat sore hari saya juga
menyewa motor motoran karena memang saya suka sekali bermain motor motor an. Hari pun
sudah mulai gelap dan kami pun pulang. Hari tersebut saya senang sekali karena sudah
mendapat juara 5 di perlombaan dan juga diajak jalan jalan oleh keluarga. Setelah saat itu
saya pun menjadi sering mengikuti kegiatan perlombaan perlombaan di sekolah.
Hal yang paling menyenangkan pada saat saya masih duduk di bangku sekolah dasar
adalah Ketika saya kelas 5. Pada saat itu saya menjadi juara kelas dan juga masuk 3 besar
dalam olimpiade matematika, itu adalah hal yang sangat membahagiakan bagi saya. Saya
juga mengikuti lomba volleyball dan futsal tetapi saya gagal mengikutinya karena saya harus
ikut dengan keluarga saya ke Bandung untuk mengantar kakak ke 2 saya untuk mendaftar
kuliah di STT TEKSTIL Bandung.
Akhitrnya pada tahun 2016 saya lulus dari bangku Sekolah Dasar (SD). Ayah
mengajak ku untuk mendaftar di SMP Negeri 1 di kecamatan.  Dan memang untuk urusan
memilih sekolah saya selalu menurut ayah, karena ayah pasti lebih tahu mana sekolah yang
cocok dan baik untuk saya. Saat itu, kakak saya yang pertama sudah bekerja menjadi staf
enginering di salah satu pabrik di Cikarang, Bekasi. Sedangkan kakak saya yang kedua saat
itu sedang menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) nya.
Dikarenakan kakak kedua mengambil pendidikan di luar kota, menjadikan kami
sangat jarang bertemu. Kakak selalu pulang sebulan sekali. Kedua kakak saya memang sama-
sama orang yang tidak ingin menyusahkan ayah dan ibu. Saya bangga mempunyai kakak
seperti mereka. Mereka seperti ayah dan ibu, selalu hebat.
Pada tahun 2017, kakak pertama saya menikah dengan perempuan yang berprofesi
sebagai guru matematika di Sekolah Menengah Atas (SMA). Kakak ipar saya merupakan
seorang wanita cantik yang selalu di balut dengan jilbab. Kebetulan kakak ipar saya berasal
dari daerah Purwokerto, Jawa Tengah yang mana itu cukup jauh dari daerah tempat asal ku.
Dia orang baik, meskipun sedikit cerewet. Empat (4) bulan setelah menikah, kakak bisa
membeli rumah dari tabungannya. Kakak memilih rumah yang dekat dengan tempat kerjanya
yaitu di Cikarang, yang mana itu membuat kami jarang bertemu karena memang jarak nya
yang lumayan jauh serta tidak adanya waktu bagi ayah ibu yang seorang guru untuk
menyempatkan waktunya. Karena, memang ayah ibu ku selalu mendapat banyak tugas dari
sekolah tempat mereka mengajar. Meskipun sudah menikah, kakak saya tidak berubah. Dia
tetaplah kakak yang selalu baik.
Pada tahun 2019, saya lulus dari SMP. Alhamdulillah, karena doa ayah ibu, dan
saudara -saudara saya dapat lulus dengan nilai ketiga terbaik di sekolah.  Pada tahun itu,
bertepatan dengan kakak kedua saya yang melaksanakan pernikahan nya tepat satu hari
setelah kelulusan saya dari Sekolah Menengah Pertama (SMP). Namun, suatu hal terjadi
hingga akhirnya pernikahan kakak saya tidak jadi berlangsung. Hal itu membuat kakak saya
sedih. Namun bagaimanapun kakak saya masih punya masa depan yang harus di wujudkan.
Ayah dan ibu selalu menenangkan kakak. Kemudian kakak memutuskan untuk melanjutkan
pendidikannya. Kakak mencari info info tentang beasiswa. Kemudian kakak mendaftar
beasiswa LPDP dan di terima. Kakak melanjutkan pendidikan strata dua (S2) nya di Jogja.
Dua minggu setelah pengumuman kelulusan adalah pengumuman di terimanya di
SMA negeri 1 di Kabupaten. Dan saat kth saya memamg mendaftar dan mengikuti tes masuk
SMA negeri 1 atas perintah ayah. Namun alhasil, saya belum di terima di sekolah tersebut.
Awalnya, saya merasa sedih karena tidak di terima karena hal itu menyebabkan saya harus
masuk di sekolah swasta dimana biaya yang di perlukan untuk masuk sekolah swasta tidaklah
sedikit jika di banding sekolah negeri. Namun ayah selalu menghibur ku dan tanpa
sepengetahuan ku, ternyata ayah mendaftarkan saya ke SMK Negeri yang ternyata masih
membuka gelombang terakhir.
Satu hari sebelum tes di laksanakan, ayah memberitahu ku untuk belajar karena esok
akan melaksanakan tes di salah satu sekolah namun ayah tidak memberitahu saya dimana
saya didaftarkannya. Saya belajar sungguh- sungguh karena tidak mau mengecewakan ayah
dan ibu yang selalu berjuang demi kami anak- anaknya. Dua minggu setelah tes, ayah
mengambilkan hasil dari tes tersebut. Ketika ayah pulang, ayah langsung memberikan
selamat karena ternyata saya di terima di sekolah tersebut. Ayah dan ibu sangat senang,
karena saya di terima di sekolah negeri.
Hari pertama masuk sekolah, saya sangat bersemangat, saya ingin seperti kedua kakak
saya, oleh karena itu saya harus bersemangat. Meskipun dengan teman baru, saya berusaha
untuk akrab dengan mereka. Hingga satu tahun berlalu. Setelah ini, adalah kenaikan kelas.
Saya sangat senang. Namun  hingga suatu hari saya terbangun dan mendengar percakapan
ayah ibu, yang ternyata sedang membicarakan masalah ekonomi keluarga yang sedang
kering, karena uang yang ayah dapat digunakan untuk berobat kakek dan orderan jahitan ibu
sedang sepi- sepinya. Sempat saat itu saya berfikir untuk tidak melanjutkan sekolah, karena
saat itu saya juga diharuskan membayar daftar ulang sekolah. Sempat saya berbicara kepada
ibu untuk saya tidak melanjutkan sekolah. Ibu malah memarahi saya bahwa saya harus tetap
sekolah.  Tentu saya sangat sedih, dan sekalipun ibu tidak pernah menampakkan
kesedihannya di depan saya.
Hingga suatu hari, ayah pulang dari bekerja dengan wajah sumringah. Ternyata ayah
telah dinaikkan pangkat oleh pemilik pabrik karena kerja ayah tidak pernah buruk. Saya
sangat bersyukur mendengar hal tersebut. Hingga saat ini saya masih bisa melanjutkan
sekolah, saya sangat bersyukur. Ayah memang sosok yang hebat.

Anda mungkin juga menyukai