Anda di halaman 1dari 4

Aku Sangat Berkesan

Nama saya Nurdzihan Zahriz Zaman, biasa dipanggil Dzihan atau Zi.
Ayah saya bernama Ahmad Fatih dan Ibu saya bernama Mahsunah. Saya anak
pertama dari tiga bersaudara, 2 orang laki-laki dan 1 orang perempuan. Saya lahir
di sebuah kota yang dikenal sebagai kota santri bernama kota Gresik pada tanggal
09 Juni 2001, dan saya dibesarkan oleh kedua orang tua saya disana tepatnya di
Kecamatan Sidayu Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Saya anak pertama bernama
sekarang duduk dibangku mahasiswa yang akan menjadi calon seorang guru
nantinya, dan berkuliah di Universitas Negeri Surabaya . Adik saya yang pertama
bernama Ali Mahsun dan masih duduk di bangku sekolah menengah pertama di
Mts. Kanjeng Sepuh Sidayu saat ini telah menginjak ke kelas 9. Adik saya yang
kedua perempuan bernama Adibah, sekarang masih duduk di bangku Taman
Kanak-kanak Muslimat NU Golokan
          Saya dilahirkan dari keluarga yang sederhana namun berkecukupan, ayah
saya merupakan seorang guru PNS di tiga instansi yang berbeda, namun meskipun
bisa dibilang keluarga saya sangat berkecukupan ayah saya menuntut setiap
anaknya untuk bersikap mandiri dan sederhana. sedangkan ibu saya bekerja
sebagai seorang guru taman kanak-kanak di Golokan . Namun, walaupun kami
hidup dengan berkecukupan dan sederhana tapi kami hidup bahagia. Kedua orang
tua kami mendidik mendidik kami dengan baik  dan alhamdulillah saya dan adik-
adik saya sangat bahagia dan menghormati mereka berdua. Saya bangga akan
pengorbanannya dan saya sayang dengan mereka. Karena tanpa mereka kami
tidak akan pernah tahu seperti apa bentuk dunia ini, tidak akan tahu seperti apa
cinta dan kasih sayang darinya, dan tidak akan pernah merasakan yang namanya
hidup.
          Hobi saya bermain futsal, bulu tangkis, basket, menulis puisi, menggambar
dan membaca novel maupun komik. Saya senang melihat atlet nasional bulu
tangkis yang pernah menjuarai dan meraih beberapa medali untuk membela tanah
air kita Indonesia dalam beberapa tahun silam yakni Taufik Hidayat. Dari situlah
saya mulai tertarik dengan olahraga bulu tangkis.
          Keluarga kami termasuk keluarga yang taat beribadah, dari kecil saya sudah
diajarkan ibu untuk selalu melaksanakan sholat lima waktu. Waktu kecil dan
sampai sekarang setiap azan datang, ibu selalu cerewet menyuruh saya segera
melaksanakan sholat karena ibu mengatakan jika melalaikan sholat berarti kita
meruntuhkan tiang agama Islam dan termasuk kedalam golongan orang-orang
kafir. Ketika usia adik saya memasuki 5 tahun orang tua saya menyuruh saya yang
pertama untuk membawa adik kesekolah SD agar adik saya bisa belajar. 
          Menginjak 5 tahun setengah adik saya langsung menduduki bangku SD,
mungkin sebagian orang berfikir kenapa tidak pada umur 6 tahun? Padahal pada
umumnya anak-anak disekolahkan untuk memasuki Sekolah Dasar pada usia 6
tahun. Itu dikarenakan Ali mahsun sudah bisa membaca dan berhitung dan saya
mengatakan kepadanya bahwa dia sudah layak memasuki Sekolah Dasar
dikampung saya sendiri. Saat itu adik saya dan saya bersekolah di SDNU Kanjeng
Sepuh. Selama sekolah di sana saya tidak pernah mendapat peringkat 1 dan saya
mendapatkan peringkat paling bagus hanya pada peringkat 15. Saya berangkat
kesekolah diantar oleh orang tua saya, tapi saya pulang sekolah bersama adik saya
yang pertama. Karena waktu itu, orang tua saya setelah sholat dluhur mereka
masih mengajar tidak sempat untuk mengantarkan pulang saya dan adik
kesekolah.
          Akhirnya pada tahun 2012 saya lulus sekolah dasar dan melanjutkan ke
jenjang yang lebih tinggi pada tahun tersebut. Saya memilih melanjutkan
pendidikan ke Mts. Kanjeng Sepuh Sidayu yang masih berada di daerah
Kecamatan Sidayu. Pada hari pertama saya masuk, saya sangat canggung
dikarenakan jumlah siswa yang lebih banyak dari jumlah siswa waktu saya
sekolah dasar tentunya memiliki karakter dan tingkah laku yang beragam dan
tidak semua orang baik disana. Berbagai macam karakter orang yang telah saya
temui. Sepeti pemerasan, pemaksaan, dan perokok. Pada umumnya mereka
berangkat kesekolah menggunakan motor milik orang tuanya, ada juga yang
menggunakan sepeda dan berjalan kaki termasuk saya sendiri. Saya kadang-
kadang diantar oleh Paman saya menggunakan motornya. Pulang sekolah saya
berjalan kaki bersama teman-teman sambil menunggu jemputan, kadang kamu
menaiki mobil sekolah, jarak sekolah kerumah saya lumayan jauh. Setelah kelas 2
Mts saya dibelikan sepeda motor, saya berangkat sekeloah dengan menggunakan
sepeda yang begitu bagus dari orang tua saya. Terkadang saya mengeluh karena
uang jajan yang dikasih ibu hanyalah seribu sampai 5 ribu rupiah, tidak seperti
teman saya lainnya dengan uang jajan yang di kasih orang tuanya begitu besar.
Terkadang saya juga iri melihat teman-teman disekolah makan sesuka hati tanpa
mengkhawatirkan uangnya habis. Namun saya tidak seperti mereka yang
kebutuhannya mencukupi. Walaupun demikian saya tidak pernah menuntut ibu
untuk memberikan uang jajan seperti mereka, karena saya mengerti karena
keluarga kami menuntut untuk hidup sederhana saja tidak berlebihan meskipun
hidup berkecukupan. Saya juga tidak pernah bolos atau merengek karena uang
jajan yang dikasih ibu sangatlah kurang bagi saya, karena saya tahu masih banyak
orang diluar sana yang lebih serba kekurangan daripada kami. Bahkan ada
diantara mereka yang tidak mendapatkan pendidikan sama sekali, walaupun
sekolah gratis tapi orang tua mereka tidak sanggup untuk membelikan baju
seragam beserta buku dan alat tulis untuk anaknya. Oleh karenanya saya selalu
bersyukur kepada yang Maha Kuasa karena diberi kesempatan untuk
mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi. Alhamdulillah saya di Mts pernah
mendapat peringkat 4 dan 10 besar seperti peringkat 5, 6, dan 7. Di sekolah, saya
pernah menjadi anggota OSIS yang menjabat sebagai bendahara OSIS dan saya
juga ikut menjadi anggota pramuka yang semenjak dari SD yang saya jalani.
          Pada tahun 2016, alhamdulillah saya lulus dari Mts Kanjeng SePuh Sidayu
dan mengambil jenjang yang lebih tinggi lagi. Saya memilih MA Kanjeng Sepuh
Sidayu. Alasan saya kenapa memilih sekolah disana karna sekolah tersebut
merupakan salah satu sekolah yang terkenal di Kecamatan Sidayu. Lama
perjalanan dari rumah kesekolah sekitar setengah jam dengan melewati  jalan
yang sangat buruk dan jelek. Beberapa kali saya pernah mengalami kecelakaan
melewati jalan tersebut ketika berangkat kesekolah maupun pulang sekolah.
Walau demikian, itu tidak menurunkan semangat saya untuk menuntut ilmu
disana.

Sewaktu kelas 1 SMA saya mengikuti ekstra olahraga futsal yang begitu saya
gemari. Setiap minggunya kami melaksanakan latihan bersama yang didampingi
oleh kakak senior. Beberapa dari kakak senior memanggil nama saya dengan
sebutan Messi. Namun, setelah saya naik ke kelas 2 ekstra tersebut tidak pernah
aktif lagi. Saya berhasil mengambil jurusan IPA setelah kenaikan kelas tersebut.
dikelas 2 saya memiliki teman-teman yang penuh kekompakan satu sama lainnya.
Sampai suatu ketika, kami bermain domino didalam kelas ketika guru tidak
masuk. Hamper satu kelas yang ikut bermain domino meskipun kami main tidak
menggunakan taruhan-taruhan. Setelah beberapa lama kami bermain domino,
akhirnya kami tertangkap basah oleh kesiswaan. Kami dihukum satu kelas, dan
yang pernah ikut main domino nama-namanya dimasukkan ke buku kasus. Tapi
setalah itu kami tidak mengulanginya lagi.
Pada tanggal 12 Mei 2019 di kelas tiga MA saya melaksanakan ujian
nasional (UN). Saya ketakutan menghadapi ujian ini, karena ini merupakan ujian
yang menentukan masa depan saya. Oleh Karen itu, seminggu sebelum UN
dilaksanakan saya benar-benar belajar dengan sungguh-sungguh. Karena saya
tidak ingin mengecewakan kedua orang tua saya yang telah bersusah payah
menyekolahkan saya sampai sekarang dengan ikhlas tanpa mengharapkan belas
kasihan apapun dari anaknya. Yang selalu menyayangi dan memberikan yang
terbaik untuk anaknya. Maka dari itu saya harus memberikan yang terbaik untuk
mereka terutama pada ibu yang telah mengandung saya selama 9 bulan dengan
mempertaruhkan nyawanya demi keselamatan anaknya. Yang telah menyusui dan
membesarkan saya dengan penuh kasih sayang yang mana sampai saat ini saya
tidak akan bisa membalas semua itu. Tapi saya akan lakukan yang terbaik untuk
membalas semua jasa yang telah diberikan kepada saya dan saya anggap jasa yang
telah diberikan selama ini kepada saya merupakan hutang yang harus saya lunasi
kepadanya.
Setelah ujian nasional selesai, kami mendapat berita bahwa dari salah satu
teman kami meninggal dunia kami sangat terpukul dengan kepergiannya, karena
begitu banyak kenangan yang kami lalui bersamanya penuh suka dan duka. Pada
tanggal 29 Juni 2019 yang mana pada hari itu kelulusan saya diumumkan lewat
sebuah amplop dari sekolah sebelum saya menerima amplop tersebut saya berdo’a
di dalam hati agar diberi kelulusan dengan nilai yang sesuai kemampuan saya.
Saya merasa takut, cemas namun saya penasaran untuk membukanya jantung saya
mulai berdebaar kencang. Melihat teman-teman sekolah sudah membuka
amplopnya semuanya bergembira, tapi ada beberapa teman angkatan pula yang
harus menerima kenyataan pahit serta kekecewaan. Hal itu membuat saya semakin
ketakutan. Lalu ketika saya menerima amplop tersebut dari wali kelas jantung
saya semakin kencang berdebar, perlahan saya membukanya dengan membaca
bismillah dan berdo’a kepada Allah sambil berharap diluluskan. Setelah
mengetahui isi amplop tersebut, alhamdulillah akhirnya semua perasaan itu lega,
utang saya kepada ibu sedikit demi sedikit berkurang karena saya lulus ujian
nasional. Saya sangat bersyukur karena Allah SWT telah menjawab do’a saya,
tidak sabar saya ingin membagi kebahagiaan ini kepada orang tua saya. Saya
segera pulang menemui orang tua dan memberi tahunya bahwa saya lulus dan itu
membuat orang tua saya terharu. Sorenya saya kembali bergabung bersama
teman-teman untuk merayakannya. Kami pergi ke tempat perkumpulan semua
sekolah seperti SMA, SMK, dan MA. Kebanyakan orang disana mengecat baju
seragam mereka dengan berbagai pola hiasan. Namun saya tidak karena kepala
sekolah melarang kami untuk mengecat baju. Jadi saya lebih memilih untuk
menyumbangkan seragam saya kepada junior saya karena saya yakin banyak
adik-adik disekolah yang membutuhkan seragam saya, dan juga saya paham
bagaimana orang tua bersusah payah untuk melengkapi kebutuhan sekolah
anaknya.
Saya sangat ingin sekali melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi lagi
yaitu melanjutkan ke perguruan tinggi negeri. Sewaktu di MA saya mengikuti
program SNMPTN saya mendaftarkan diri di Universitas Negeri Malang. Namun
Allah belum berkehendak, saya sempat putus asa. Setelah SNMPTN berlalu, ada
lagi program SBMPTN yang saya ikuti. Saya berusaha dan berdo’a agar saya bisa
diterima di universitas negeri. Tapi tetap Allah belum berkehendak. Akhirnya
saya mengikuti SPMB di Universitas Negeri Surabaya (UNESA) dengan jurusan
Pendidikan Guru Sekolah Dasar dan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Saya terus berusaha dan berdo’a dan Allah pun mengabulkan do’a saya. Saya
lulus di jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Saya sangat bersyukur
atas semua karunia yang diberikan oleh Allah SWT. Saya tidak akan mampu
melakukannya sendirian tanpa dukungan kedua orang tua saya, paman, adik-adik
saya dan teman-teman yang selalu member semangat untuk terus berusaha. Saya
juga berterima kasih yang sangat dalam sekali kepada Universitas Negeri
Surabaya yang saya cintai yang telah memberi saya kesempatan untuk bisa kuliah
disana.
Di kampus saya mempunyai banyak teman yang bisa berbagi satu sama
lainnya. Berbagai macam tingkah laku dari teman-teman saya disini. Ada yang
lucu, ada yang cerewet, dan lain sebagainya. Meskipun kami berasal dari beragam
daerah, tapi kami tetap satu jua. Disini juga kami mempunyai abang senior yang
menjadi motivator. Beliau selalu memberi motivasi untuk kami semua.  Sekarang
saya semester 5 dan tidak akan lama lagi insya allah saya akan semester 6.
Harapan saya semoga saya bisa mendapatkan nilai yang sangat memuaskan
tentunya. Semua itu tidak akan terkabul tanpa DUIT (Do’a, Usaha, Ikhtiar dan
Tawakal). Saya akan terus berusaha demi sebuah kesuksessan saya dari sekarang
dan untuk masa depan yang akan datang.

Anda mungkin juga menyukai