Anda di halaman 1dari 12

KESEMPATAN INDAH DALAM HIDUP

TUGAS AUTOBIOGRAFI

MATA KULIAH BAHASA INDONESIA

Dosen Pengampu: Drs. Mujid Farihul Amin, M.Pd.

Disusun Oleh:

Kerithya Lovellin Nauli Sihombing

11000123140809

Kelas F

PRODI S-1 ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2023
KESEMPATAN INDAH DALAM HIDUP

A. Aku dan Keluargaku

Perkenalkan nama saya Kerithya Lovellin Nauli


Sihombing. Saya akrab dipanggil Erin sedari saya kecil.
Saya lahir di Makassar, Sulawesi Selatan pada 28 Juli
2005. Kedua orang tua saya memberi nama pada saya
“Kerit” yang diambil dari sungai yang ada dalam Alkitab
yang mana sungai itu membawa keberkahan. Sedangkan
“Love” pada nama saya yang berarti cinta. Harapan
orang tua saya dengan nama yang mereka berikan itu
agar saya dapat dicintai oleh orang yang berada di sekitar saya. Lalu “Uli” pada
nama saya yang “Nauli” diambil dari bahasa Batak yang berarti cantik atau
ganteng. Sejak kecil hingga saat ini, saya berdomisili di Mamuju, Sulawesi Barat
bersama kedua orang tua. Saya terlahir dari kedua orang tua yang hebat. Ayah
saya bernama Binton Pandapotan Sihombing dan ibu saya bernama Vera Yanti
Mosialu. Saya merupakan cucu
pertama dari keluarga ibu saya dan
anak pertama dari dua bersaudara.
Saya memiliki seorang adik laki-laki
yang bernama Juan Christofer
Parulian Sihombing.

Saya lahir dari keluarga yang sederhana. Ayah saya adalah seorang
anggota Polri di Mamuju, Sulawesi Barat. Saat ini ayah saya menjabat sebagai
Kapolsek Kota Mamuju. Sedangkan ibu saya menjalankan usaha yaitu toko
bunga. Adik saya saat ini sedang melanjutkan pendidikan di bangku kelas dua
SMA. Saya juga merasa sangat bangga terhadap adik saya karena pada 17
Agustus 2023 kemarin ia menjadi salah satu dari pasukan pengibar bendera merah
putih di Istana Negara yang merupakan perwakilan putra dari provinsi Sulawesi
Barat. Saya dan Adik saya mendapat marga Sihombing yang diturunkan dari ayah
saya. Ayah saya memiliki darah Batak Toba namun ia sudah lama merantau dan
bekerja di Sulawesi, tepatnya sejak ia menjadi anggota Polri pada tahun 90-an.
Sedangkan ibu saya memiliki campuran Sulawesi dan Chinese.

Saya memiliki seorang kakek dari ibu saya yang merupakan seorang
Purnawirawan Polri. Kakek saya mengajukan pensiun pada tahun 2005, tepatnya
pada saat saya lahir. Kakek saya adalah panutan bagi saya, ia memiliki
kepribadian yang sangat baik dan seorang yang taat agama. Semasa ia hidup, ia
sering bercerita tentang masa kecil saya saat saya baru lahir. Saat saya kecil dulu
saya lebih sering bersama dengan kakek dan nenek saya karena kedua orang tua
saya yang sibuk dengan pekerjaan mereka. Sewaktu saya SD, saya sempat tinggal
menetap di rumah kakek dan nenek saya selama 1 tahun dikarenakan kedua orang
tua saya yang bekerja di luar daerah.

Kakek saya yang dari ayah saya adalah seorang Purnawirawan TNI.
Namun saya tidak pernah bertemu dengan kakek saya yang ini karena sejak saya
lahir beliau telah wafat. Tapi saya banyak mendengar cerita baik tentang beliau
dari ayah saya yang katanya beliau merupakan orang yang tegas dan disiplin.
Sebenarnya untuk panggilan bagi kakek dan nenek saya yang dari ayah adalah
“Opung” yang diambil dari bahasa Batak yang berarti kakek atau nenek.
Sedangkan untuk panggilan kepada kakek yang dari ibu saya yaitu “Opa” dan
untuk nenek “Oma”.
B. Masa Pendidikan

Taman Kanak-Kanak (TK)

Pada usia saya yang ke-4 tahun, saya


mulai menempuh pendidikan di TK yang bernama
TK Pertiwi di Mamuju, Sulawesi Barat. Saat saya
TK saya adalah anak yang pemalu dan pendiam.
Namun saya bersyukur dapat teman-teman yang
banyak dan baik. Saya juga bertemu dengan guru-
guru yang baik dan penyayang. Pendidikan di TK
juga berjalan seperti semestinya, saya juga
menjalani hari-hari sebagai anak TK pada umumnya.

Sewaktu TK saya juga pernah masuk sanggar seni tari dan beberapa kali
mengikuti lomba tari. Dari situ juga saya banyak mendapat teman baru yang
berbeda kelas dengan saya. Ibu saya sangat mendukung saya untuk masuk ke
sanggar tari karena katanya saya memilik bakat dalam menari.

Pendidikan di TK berjalan dengan semestinya, yang mana kami diajarkan


membaca, menulis dan berhitung. Tidak ada beban pada saat itu karena semua
yang diajarkan adalah ilmu-ilmu dasar dan juga gurunya tidak menuntut kami
yang sulit-sulit. Kehidupan TK berlangsung selama 2 tahun dan terasa
menyenangkan hingga akhirnya saya bisa lulus di usia 6 tahun.

Sekolah Dasar (SD)

Saat saya berusia 6 tahun, saya


melanjutkan pendidikan di SDN 1 Mamuju.
Tidak ada perbedaan yang begitu besar
dengan pada saat TK. Untuk pertemanan,
saya banyak bertemu lagi dengan teman-
teman TK saya yang lama juga bertemu lagi dengan banyak teman baru. Dan
untuk pembelajarannya cukup berbeda dengan masa TK yang mana di SD
terdapat berbagai mata pelajaran seperti IPA, IPS dan lainnya. Namun untuk
materinya sendiri tidak berat bagi anak seusia kami saat itu.

Saat SD juga saya masih beberapa kali mengikuti lomba tari dan tampil
di beberapa acara untuk menari. Di SD juga saya bisa dikatakan anak yang rajin
dalam mengerjakan tugas dan sempat mendapatkan peringkat di kelas. Dan pada
saat itu saya tidak terlalu pemalu seperti pada saat TK. Pendidikan saya di SD
berlangsung selama 6 tahun dan saya dapat lulus SD di usia 12 tahun.

Sekolah Menengah Pertama


(SMP)

Pada tahun 2017, saya


melanjutkan pendidikan di
SMPN 2 Mamuju, Sulawesi
Barat. Di SMP juga tidak jauh
berbeda karena banyak juga
teman SD saya yang
bersekolah di SMP yang sama
dengan saya. Saat SMP saya mulai merasa kesulitan dengan mata pelajaran
Matematika dan juga Fisika. Saat SMP saya beberapa kali bergabung di berbagai
organisasi dan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Tapi semuanya tidak
berlangsung lama karena saya yang tidak konsisten.

Saat SMP saya juga termasuk anak yang rajin belajar meskipun masih
selalu kesulitan dengan mata pelajaran yang berhitung tapi saya bersyukur bisa
melewati semuanya. Waktu itu juga saya mempunyai pengalaman yang kurang
enak dalam pertemanan. Saya berteman memiliki banyak teman yang saya anggap
teman baik namun ada yang sifatnya kurang baik bagi saya, tapi saya tetap
berusaha baik kepada mereka. Kehidupan SMP juga terasa cepat yang mana di
tahun 2019 saya lulus dan sempat sekolah daring beberapa bulan sebelum lulus
dikarenakan pandemi Covid-19 pada saat itu.
Sekolah Menengah Atas (SMA)

Di usia 15 tahun, setelah lulus SMP saya melanjutkan


pendidikan di SMAN 1 Mamuju, Sulawesi Barat. Pada saat itu
saya pesimis tidak bisa masuk ke SMA ini karena sekolah ini
merupakan SMA terbaik di daerah saya. Saat saya dinyatakan
lolos untuk menjadi siswi di sekolah ini saya berniat untuk
memilih jurusan MIPA walaupun saya tahu saya lemah dalam
berhitung tapi dengan masuk ke jurusan MIPA saat itu saya berharap bisa banyak
belajar untuk kelemahan saya tersebut. Saat pengumuman pembagian kelas saya
juga tak menyangka kalau saya bisa masuk ke jurusan yang saya inginkan yaitu
MIPA. Pada saat itu saya mendapat kelas MIPA 3 dan saya melihat nama-nama
siswa yang ada ternyata banyak teman SMP saya yang satu kelas dengan saya dan
ada juga beberapa yang ternyata
merupakan teman sekolah saya saat
TK maupun SD, ada juga yang baru
saya kenal.

Pada saat kelas 1 SMA saya


merasa tidak nyaman dengan teman-
teman kelas saya yang banyak
bermasalah karena jarang hadir dan bahkan tak sedikit yang suka bolos mata
pelajaran, dan juga saya merasa kelas saya tidak kompak seperti kelas yang lain.
Namun seiring berjalannya waktu, saat kami naik kelas kami semakin kompak
dan saya merasa teman-teman saya mulai berubah menjadi lebih baik walaupun
masih ada beberapa yang tidak berubah. Saya juga punya 3 orang sahabat yang
baik. Saya dan 3 sahabat saya selalu
bersama-sama dan juga kami berada di
kelas yang sama.

Sewaktu SMA juga


saya tidak menyangka bahwa saya bisa
menjadi salah satu siswi eligible untuk
mengikuti seleksi masuk perguruan tinggi melalui jalur SNBP (Seleksi Nasional
Berdasarkan Prestasi) pada bulan Februari 2023 dan saya juga ikut bimbingan
belajar untuk persiapan UTBK selama beberapa bulan.

Perguruan Tinggi

Setelah dinyatakan lulus SMA, saya masih harus berjuang untuk masuk
ke perguruan tinggi yang saya inginkan. Di bulan Maret, saya dinyatakan tidak
lolos untuk seleksi masuk melalui jalur SNBP (Seleksi Nasional Berdasarkan
Prestasi). Saat itu saya tidak bisa berharap banyak untuk lolos melalui jalur itu
karena saya berpikir kesempatan untuk saya lolos melalui jalur itu sangat rendah,
karena tidak ada alumni sekolah
saya yang diterima ke perguruan
tinggi yang saya inginkan tersebut
melalui jalur SNBP dan juga saya
tidak memiliki sertifikat lomba
untuk meningkatkan kesempatan
agar masuk melalui jalur tersebut.

Perjuangan saya untuk masuk perguruan tinggi yang saya inginkan tidak
hanya sampai di situ saja. Pada bulan Mei saya mengikuti UTBK (Ujian Tulis
Berbasis Komputer) untuk seleksi jalur selanjutnya yaitu SNBT (Seleksi Nasional
Berbasis Tes). Saat itu saya mempunyai tekad yang kuat untuk bisa lolos di
perguruan tinggi dan jurusan yang saya inginkan. Saat itu saya memilih untuk
mengikuti tes tersebut di Sulawesi Selatan yang memakan waktu sekitar 9 jam
dari tempat tinggal saya jika perjalanan menggunakan mobil. Saya diantar oleh
kedua orang tua saya yang selalu menyemangati saya dan selalu berkata untuk
lakukan yang terbaik sebisa saya.

Satu bulan kemudian tiba


saatnya pengumuman SNBT yang
ditunggu-tunggu oleh banyak orang
yang mengikutinya. Saat itu yang ada di
pikiran saya adalah yang penting lolos
dulu, saya tidak peduli jika saya harus lolos di pilihan kedua, itu tidak masalah
bagi saya. Namun hasilnya masih sama, saya belum berhasil lolos. Saya merasa
sangat sedih dan kecewa degan diri saya saat itu karena saya mengetahui bahwa
banyak teman saya yang lolos tetapi saya tidak. Setelah pengumuman SNBT, saya
merasa tidak punya harapan lagi untuk berkuliah dan tidak memiliki semangat.
Tetapi kedua orang tua saya tidak merasa kecewa dengan saya, mereka terus
mendukung dan menyemangati saya.

Setelah orang tua saya


mengetahui bahwa saya belum
berhasil lagi, saat itu kedua orang tua
saya langsung menyuruh saya untuk
mencoba jalur lain yaitu Ujian
Mandiri. Saya bergegas mencari
informasi kampus yang masih
membuka jalur Ujian Mandiri. Akhirnya saya memutuskan untuk daftar Ujian
Mandiri Universitas Diponegoro dan ujiannya dilaksanakan pada bulan Juli. Dan
singkat cerita, setelah mengikuti Ujian
Mandiri Undip saat pengumuman, dan
lagi saya dinyatakan tidak lolos. Hal itu
membuat saya trauma untuk membuka
pengumuman lagi. Saya juga mengikuti
Ujian Mandiri di kampus lain dan
hasilnya juga sama. Tidak lolos.

Singkat cerita, setelah melewati masa susahnya untuk masuk ke


Perguruan Tinggi Negeri (PTN), pada 28 Juli 2023
tepat di hari ulang tahun saya yang ke-18 saya
dinyatakan lolos di Universitas Diponegoro
Semarang. Saya juga sempat dinyatakan lolos di
salah satu universitas swasta namun tak sampai di
situ saja, saya masih belum menyerah untuk masuk
Undip dan pada akhirnya saya dinyatakan diterima
sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Diponegoro. Saya sampai
sekarang masih tak menyangka kalau saya bisa lolos di Undip yang merupakan
PTN yang bagus di Indonesia.

Setelah beberapa bulan pindah ke Semarang untuk melanjutkan


pendidikan di Undip, saya bersyukur bertemu banyak orang-orang baik yang
membantu saya. Saya juga mendapatkan teman-teman kelas yang seru dan baik.
C. Kelebihan dan Kekurangan

Untuk kelebihan dari diri saya yang saya rasakan sejak kecil yaitu saya
sering disebut anak yang penyabar oleh orang di sekitar saya karena saat saya
kecil saya lebih sering bersama dengan kakek dan nenek saya dikarenakan kedua
orang tua saya yang sibuk bekerja dan lebih sering pergi ke luar kota. Namun di
balik itu semua saya terlatih menjadi anak yang lebih sabar dan mandiri.

Saya juga merasa memiliki kemampuan dalam seni tari sejak saya kecil.
Saat saya TK seperti yang telah saya tulis di masa pendidikan saya pernah
bergabung di sebuah sanggar tari. Dan saat saya SD saya mulai bergabung di tim
penari yang ada di gereja sayan di Mamuju, Sulawesi Barat. Saya aktif dalam
menari di gereja sampai saya lulus SMA itupun saya berhenti menjadi penari di
gereja karena saya pindah ke Semarang untuk melanjutkan pendidikan.

Kelebihan yang juga saya rasakan pada diri saya saat ini yaitu saya
menjadi individu yang mudah beradaptasi dengan lingkungan sekitar saya.
Contohnya pada saat ini saya merantau jauh dari daerah asal saya dan pastinya
harus mulai terbiasa dengan lingkungan yang baru. Saya merasa saya cepat
beradaptasi di lingkungan saya yang baru ini dan bersyukur mendapat banyak
teman baru yang baik dan saling mendukung.

Namun saya juga sadar saya punya banyak kekurangan dalam diri saya.
Salah satu hal yang paling saya rasakan yaitu saya suka menunda-nunda
pekerjaan. Tapi saat ini saya berusaha untuk keluar dari kebiasaan yang buruk itu
karena saya sadar bahwa saya telah merantau jauh dari keluarga dan kalau bukan
saya yang mengerjakannya siapa lagi yang akan mengerjakannya selain saya.

Selain itu, saya juga sadar bahwa saya adalah orang yang pesimis dan
mudah patah semangat. Contohnya saat saya diberikan pekerjaan yang menurut
saya sulit di situ saya merasa bahwa saya tidak akan bisa menyelesaikannya dan
sudah tidak memiliki semangat untuk mengerjakan tugas yang menurut saya tidak
bisa saya kerjakan itu. Tapi ibu saya selalu memberi saya dukungan dan nasihat
kepada saya bahwa dalam hidup itu perlu perjuangan.
D. Harapan dan Cita-Cita

Sewaktu saya masih duduk di bangku Sekolah Dasar, saya pernah


memiliki harapan untuk menjadi seorang Dokter yang hebat dan menolong
banyak orang yang sakit. Namun seiring berjalannya waktu, saya merasakan
betapa sulitnya untuk bisa mencapai harapan tersebut, yang ada di pikiran saya
saat itu adalah sulitnya mata pelajaran yang harus saya kuasai untuk bisa kuliah
Kedokteran, karena saya selalu kesusahan dalam belajar MIPA. Dan yang kedua
yang saya pikirkan adalah biaya yang tidak sedikit untuk orang tua saya
menanggung biaya pendidikan jika saya masuk Kedokteran.

Saat saya SMA, saya punya tokoh yang menginspirasi saya yaitu tante
saya. Beliau merupakan seorang Pengacara yang hebat di Jakarta. Dan saat itu
juga bertepatan dengan kakak sepupu saya yang telah selesai melanjutkan
pendidikan S2 Hukum di salah satu universitas terkenal di Indonesia. Hati saya
mulai tergerak dan penasaran untuk mempelajari Ilmu Hukum. Begitupun juga
dengan ayah dan ibu saya yang sangat mendukung saya untuk masuk ke dunia
hukum saja.

Tetapi ada suatu ketika saya bimbang dengan apa yang menjadi pilihan
saya untuk ke depannya. Namun pada akhirnya saya juga tidak menyangka bahwa
saya bisa masuk ke salah satu Perguruan Tinggi Negeri (PTN) terbaik di
Indonesia khususnya Fakultas Hukum. Saat ini saya berharap bahwa saya bisa
menjadi mahasiswi Fakultas Hukum yang cerdas dan dapat mengikuti kuliah
dengan baik dan sungguh-sungguh hingga saya dapat lulus dengan baik. Saya juga
memiliki cita-cita menjadi seorang yang sukses di masa depan.

Anda mungkin juga menyukai