Anda di halaman 1dari 13

Autobiografi

Umar Putra
Syahrudin
XI IPA 1
Ketika Jemariku Berdansa
Awal Kisahku
Semua berawal di saat seorang remaja bernama Rudi Syahrudin memadu
kasih dengan seorang gadis cantik bernama Sri Handayani. Saat itu tahun 1985,
mereka berdua adalah murid kelas 3 SMAN 5 Bogor. Hubungan mereka terus
berlanjut hingga tahun 1993, mereka mengubah status perkawinan di KTP
menjadi “kawin”. Setahun setelah perkawinan mereka, lahirlah seorang anak laki-
laki buah cinta mereka. Mereka menamakan buah hatinya Umar Putra Syahrudin.
Ya, bayi mungil itu adalah aku.

Saat itu adalah hari Rabu tanggal 11 Mei 1994 pukul 09.15 pagi bertempat
di RS AURI Bogor, dengan ditunggui oleh ayahku, Alhamdulillah, aku lahir sehat
dan tanpa kelainan. Kondisi ibuku juga sehat setelah melahirkanku. Kemudian
bidan membawaku kepada ayahku yang lega karena aku lahir selamat. Lalu
ayahku mengadzani telinga kanan dan mengumandangkan iqomat di telinga
kiriku. “Apalah arti sebuah nama”, itu perkataan yang pernah aku dengar, namun
bagi kedua orang tuaku nama memiliki makna dan sejuta harapan. Umar
bermakna orang yang tegas dan gagah, terinspirasi dari sahabat nabi yaitu Umar
bin Khattab. Putra memiliki makna anak laki-laki. Dan Syahrudin adalah nama
ayahku. Jadi, makna dari namaku adalah seorang anak laki-laki dari bapak
Syahrudin yang diharapkan memiliki sifat tegas dan gagah. Setelah 3 hari berada
di rumah sakit, aku dan ibuku diperbolehkan pulang. Saat itu, keluargaku masih
tinggal di rumah kakek dan nenek. Kami disambut semua anggota keluarga
dengan penuh kebahagiaan.

Rumah Baru
Tahun 1995, keluargaku membangun rumah di kawasan Semplak. Alamat
lengkapnya Jalan Raya Semplak Gang PLN RT 02 RW 10 No 17 Semplak Bogor.
Rumah ini menjadi saksi bisu kesenangan masa kecilku. Setiap pagi hingga siang
aku bermain di kebun belakang sambil sarapan disuapi ibuku. Setiap sore aku
bermain bersama ibuku di ruang keluarga sambil menunggu ayahku pulang
bekerja. Dan malamnya, ayahku biasa bermain mainan-mainan denganku. Ayahku
pula yang mengenalkanku pada Rubix Cube, sebuah puzzle berbentuk kubus
3x3x3. Namun saat itu aku belum bisa memainkannya. Begitulah hidupku setiap
hari saat aku kecil. Sangat menyenangkan. Dimanja oleh ibuku yang baik dan
perhatian, juga tertawa bersama ayahku yang senang bercanda. Ayahku
berprofesi sebagai karyawan swasta di perusahaan telekomunikasi dan ibuku
berprofesi sebagai psikolog.

Anggota Keluarga Baru


Tahun 1996, ibuku hamil lagi. Namun sayang, karena aku yang terlalu aktif
bermain, ibuku menjadi kelelahan sehingga janinnya gugur pada bulan ke 2
kehamilan. Sedihlah orang tuaku atas keguguran calon adikku itu. Namun orang
tuaku tetap sabar dalam hal ini. Dan hasil kesabaran orang tuaku berbuah manis.
Ibuku hamil lagi dan pada tanggal 2 Juli 1997 adikku lahir dengan selamat di
rumah sakit yang sama juga. Bahkan ia juga lahir pada hari yang sama denganku
yaitu hari Rabu, hanya saja adikku lahir pada malam hari pukul 21.30. Orang
tuaku menamai adikku Muhammad Fuad Syahrudin.

Senang sekali aku saat itu. Aku ingat setiap pagi aku melihat adikku yang
mungil itu terlelap di tempat tidur. Aku juga membantu ibuku saat beliau
memandikan adikku. Aku membawakan handuk atau bedak. Aku selalu
membayangkan ketika sudah besar nanti, aku akan punya teman bermain yang
sangat mengasyikkan. Namun kadang-kadang aku merasa iri, karena ibuku lebih
memperhatikan adikku. Aku merasa kehilangan perhatian. Sebenarnya wajar,
karena adikku masih kecil dan butuh perhatian lebih. Tapi aku yang masih balita,
masih belum memiliki toleransi tinggi. Tetapi setelah beberapa lama, adikku
tumbuh menjadi bayi yang lucu. Karena badannya yang gemuk dan
menggemaskan. Aku pun merasa terhibur dengan kehadirannya.
Jenjang Pendidikan Pertama
Pada bulan Juli tahun 1998, ibuku mendaftarkanku di sebuah taman kanak-
kanak bernama TKIT Tarbiyatun Nisaa. Ibuku mendaftarkanku di TK Islam agar aku
mendapat pendidikan agama sejak kecil. Awalnya, aku menolak untuk pergi ke
sekolah karena aku masih terbiasa bermain di pagi hari. Namun lama kelamaan
aku terbiasa dan senang masuk ke sekolah. Pukul 6 pagi, aku sudah harus bersiap
dijemput oleh mobil jemputan. Aku menunggu jemputan di depan rumah
temanku Novi. Ibuku mengantar hanya sampai rumah Novi. Setelah aku naik
mobil jemputan, ibuku pulang. Aku biasanya sekolah hingga pukul 10.00 siang.
Aku ingat setiap aku pulang sekolah, ibu sudah menyiapkan susu coklat dingin
untukku. Setelah itu, yang kulakukan hanya bermain sampai waktu tidur.

Di TKIT Tarbiyatun Nisa, aku senang bermain ayunan di tamannya. Aku juga
sering mengobrol bersama teman-temanku. Mereka adalah Redi, Dendi, Firza,
dan Faizal. Namun, kesenanganku sering terganggu oleh kejahilan kakak kelas TK.
Seperti dijegal kakinya saat kejar-kejaran, diledeki, dan digalaki di mobil
jemputan.

Saat TK, aku paling tidak suka pelajaran mewarnai. Pernah aku ditegur guru
karena mewarnai kulit manusia dengan krayon coklat, padahal kata guruku
seharusnya tidak perlu diberi warna. Ada juga pengalamanku yang menyebalkan
dalam bidang mewarnai. Yaitu saat selesai lomba mewarnai, aku dimarahi ibuku
karena hasil karyaku masih kurang bagus. Aku memang lebih senang bermain
puzzle. Aku sering mengikuti lomba puzzle dan meraih juara. Di rumah, ayahku
memberikan aku puzzle gambar dengan ukuran potongan 20 x 20 untuk latihan.
Padahal biasanya di lomba, kita hanya memainkan puzzle ukuran 3 x 4. Oh ya, aku
mendapat rangking 2 pada saat TK. Sementara yang rangking 1 adalah temanku
yang bernama Amel.

Senyum Merekah dengan Putih Merah


Tahun 2000 adalah tahun kelulusan TK. Inilah saatnya kami memilih SD.
Teman-temanku kebanyakan memilih SDN Semplak 2, namun aku sendiri memilih
masuk SD Angkasa 1. Akhirnya, aku masuk di SD Angkasa 1. Aku ingat di pagi
pertama aku masuk SD, aku mengenakan seragam SD di depan cermin dan ibuku
berkata dengan senang, “Aduh anak ibu udah SD ya, hehe”. Sementara ayahku
tersenyum.

Pada hari pertama, ibuku mengantarku ke SD. Namun pada hari berikutnya
aku sudah bisa pergi sendiri. Awalnya, aku merasa biasa saja di SD Angkasa 1.
Namun setelah beberapa lama, aku merasa tidak nyaman karena kelas yang
terlalu penuh. Bahkan 1 bangku harus diisi 3 anak. Maka dari itu, orang tuaku
memutuskan aku untuk pindah sekolah ke SD Angkasa 2.

Hari pertama aku masuk SD Angkasa 2, aku merasa takut tidak bisa bergaul
di lingkungan baru. Tapi Alhamdulillah ada seorang temanku di dekat rumah
bernama Dewi Rahmawati. Dan lama-lama aku bisa beradaptasi, apalagi aku
semakin bisa bergaul setelah aku mendapat rangking 1 di kelas 1. Pada kelas 2 SD,
inilah pertama kali aku bertemu seseorang yang menjadi sahabatku hingga detik
ini. Yaitu Ardhita Stevefano Tampubolon Beriman. Kami mulai akrab sejak kami
sekelas di kelas 2 SD ini. Guru di SD juga sering menjadikan persahabatan kami
sebagai contoh persahabatan yang tidak melihat perbedaan suku dan agama
kami. Aku dan Ardhita bersaing di kelas. Waktu itu, dari kelas 2 sampai kelas 4,
aku yang mendapat rangking 1. Sampai akhirnya di kelas 5 semester 1 dia yang
meraih rangking 1. Dan setelah itu sampai kelas 6 SD, aku yang kembali meraih
rangking 1.

Sejak kelas 2 SD, aku mengikuti beberapa les. Diantaranya les bahasa
Inggris, biola, dan aritmatika. Menurutku yang paling berpengaruh pada diriku
adalah bahasa Inggris dan aritmatika, sementara biola tidak karena aku berhenti
les biola saat kelas 4 SD. Karena 2 les tersebut, aku bisa lancar menggunakan
bahasa Inggris dan melakukan perhitungan matematika sederhana dengan cepat.
Aku belajar bahasa Inggris dari tetanggaku yang bernama Ibu Ina. Sementara aku
belajar aritmatika di sebuah yayasan di daerah Cimanggu Permai. Kesenanganku
saat kursus aritmetika adalah saat pulang selalu ibu mengajakku membeli sesuatu
di Toserba Yogya. Aku juga terkadang membeli es krim di McDonald. Benar-benar
sebuah kenangan yang tak terlupakan.

Saat kelas 5 SD, aku mendapatkan beberapa prestasi yaitu Juara 1 lomba
siswa berprestasi tingkat gugus, lalu berlanjut mendapatkan juara satu di tingkat
kecamatan. Sayangnya aku hanya mendapat juara 3 saat lomba siswa berprestasi
tingkat kabupaten. Selain itu yang juga tak terlupakan, aku menjadi salah satu
juara kuis helikopter yang diadakan oleh AURI. Aku sangat menyukai hadiah
lomba yang terakhir kusebut, karena aku bisa terbang keliling Bogor dengan
menggunakan helikopter.

Oh ya, aku punya kebiasaan yang unik bersama sahabatku Ardhita


Stevefano. Setiap malam, kami mengerjakan PR bersama dengan media
komunikasi telepon rumah. Kami sering bertukar jawaban dan mencocokkan
jawaban PR melalui telepon rumah. Kebiasaan ini kami lakukan sejak kelas 4 SD
sampai kelas 6 SD.

Ini adalah pengalamanku yang lain. Pada saat SD kelas 6 akhir, aku
mendapat pacar pertamaku. Dia adalah Dewi Rahmawati. Temanku yang
rumahnya dekat denganku. Aku lupa sejak kapan kami berpacaran. Dan hal ini
menjadi salah satu hal yang paling aku ingat dalam hidupku.

Hidup Baru dengan Putih Biru


Tahun 2006 adalah saat untuk menentukan sekolah untuk pendidikan
selanjutnya yaitu SMP. Aku dan sahabatku Ardhita memilih untuk bersekolah di
SMPN 4 Bogor. Namun sayangnya, sahabatku berhasil lolos tes masuk SMPN 4
Bogor, sementara aku tidak. Jadi, kami berpisah jalan di masa SMP. Saat itu aku
bingung mau bersekolah dimana. Karena yang gagal tes masuk ke SMP Negeri
tidak boleh masuk SMP Negeri lainnya di kota yang sama. Jadi aku harus memilih
SMP swasta.

Jalanku menjadi cerah setelah salah satu teman ayahku merekomendasikan


aku untuk masuk SMPIT Ummul Quro. Sebelumnya, ayahku hendak
mendaftarkanku di SMP Negeri 1 Kemang. Akhirnya, aku resmi masuk SMPIT
Ummul Quro setelah sebelumnya mengikuti tes masuk gelombang terakhir. Saat
tes, aku mendapat teman pertamaku di SMP yang bernama Rifqi Abdussalam
Ikram Medina. Kami sering mengobrol saat MOS SMP berlangsung. Sayangnya,
kami berpisah kelas. Aku masuk di kelas 7A, sementara dia berada di kelas 7B.
Namun aku masih sering bermain bersamanya seperti bermain video game
Pokemon di komputer. Aku juga beberapa kali bermain ke rumahnya dan
bergantian iapun main ke rumahku.

Di tahun pertama SMP, semuanya berjalan normal. Aku mendapat rangking


di kelas 7. Aku sering bermain game computer bersama teman-temanku. Dan di
tahun ini, aku putus berpacaran dengan Dewi karena kami mulai jarang
berkomunikasi. Aku juga ingat pernah menelpon Ardhita karena sudah lama kami
tidak bertemu. Aku ingat suaranya sudah mulai membesar dan berat, sementara
aku masih nyaring.

Pada awal tahun kedua di SMP, aku terkena penyakit demam berdarah.
Kemudian aku dirawat di RS Hermina Bogor selama 10 hari. Aku dirawat oleh
dr.Admiller Yahya. Dia adalah seorang dokter anak yang hebat. Karena jasanya, di
detik ini aku masih bisa hidup di dunia. Aku bisa kehilangan nyawa kalau tidak ada
dia. Hari ke-7 aku dirawat, trombositku hanya tersisa 27.000/cm 3 padahal batas
normal adalah 250.000-270.000/cm3. Alhamdulillah aku selamat karena
perawatan darinya. Dan hari ke-10 aku sudah sehat dan diizinkan pulang.

Saat kelas 8, hal yang akan selalu kuingat dalam hidupku adalah berkenalan
dengan warnet. Aku mulai kecanduan game warnet. Hampir setiap Jum’at sore
dan Sabtu pagi aku ke warnet di dekat Toserba Yogya yang bernama Zombie atau
M.G.C. Aku bermain bersama teman-temanku. Kenakalanku berujung pada bulan
Ramadhan tahun 2008. Aku bolos acara sekolah dan tidak pulang ke rumah
sampai pukul 10 malam karena bermain di warnet. Sepulangnya aku ke rumah,
aku dimarahi habis-habisan oleh orang tuaku. Sejak saat itu aku jarang bermain di
warnet lagi.

Kelas 9 SMP, aku bergabung di kelompok olahraga skateboard. Kami


beranggotakan 7 orang. Yaitu aku, Izul, Rizki, Fikri, Fadli, Rifqi, dan Faruq. Kami
bermain skateboard setiap Sabtu pagi di sekolah. Saat itu, beberapa anak
perempuan kelas 7C pernah membicarakan tentang kami. Aku mendekati salah
satu dari mereka. Untuk yang satu ini, aku merahasiakan namanya. Sebut saja
namanya Alpha. Kami sering SMS-an setiap hari sehingga kami sangat dekat.
Sebenarnya aku ingin menyatakan cintaku kepada Alpha. Namun aku
memendamnya karena aku bersekolah di sekolah Islam.

Saat kelas 9 juga, aku diminta membantu adik kelasku yang bernama Raed
untuk mengikuti lomba eksperimen ilmiah D’Cookis SMAN 2 Bogor. Kami
membuat alat eksperimen miniatur reaktor hidrogen. Yaitu alat yang
menghasilkan kalor dengan melakukan elektrolisis pada air garam. Listrik akan
memisahkan atom hidrogen dan oksigen. Kami mengambil hidrogennya untuk
menghasilkan api. Alhamdulillah kami mendapat juara 1 lomba eksperimen
sederhana dan kami mendapat kesempatan melalui jalur prestasi untuk masuk
SMAN 2 Bogor.

Ada momen indah waktu aku di kelas 9 SMP. Saat itu, aku mengikuti
bimbingan pelajar di Primagama agar aku siap menghadapi UN. Di Primagama,
aku berkenalan dengan Harisudin Hawali dari SMPN 4 Bogor. Karena dia
bersekolah di sekolah yang sama dengan Ardhita, aku menanyakan kepadanya
tentang sahabatku itu. Bahkan ternyata dia memiliki nomor handphonenya. Saat
itu juga aku SMS Ardhita untuk melepas rindu. Kemudian kami berencana
bertemu di hari Sabtu. Kami bertemu di warnet Wizard Pusat Grosir Bogor.
Kemudian kami berjalan-jalan ke Museum Perjuangan dan setelah itu kami
pulang.

Alhamdulillah aku bersekolah di SMPIT Ummul Quro. Karena dari sana, aku
mendapat banyak ilmu agama sehingga aku menjadi lebih tenang dalam
menjalani hidup.

Setelah lulus SMP, aku mengambil jalur prestasi yang aku dapatkan untuk
bersekolah di SMAN 2 Bogor. Namun ternyata pihak sekolah membatalkannya
karena untuk tahun pelajaran 2009-2010 seluruh siswa masuk ke RSBI SMAN 2,
tidak ada lagi kelas regular, sehingga semua anak harus dites. Aku pun menjalani
semua prosedur untuk masuk ke sekolah favoritku, akhirnya aku resmi diterima di
SMAN 2 Bogor.
Melangkah Maju dengan Putih Abu
Hari pertama masuk sekolah diisi dengan kegiatan MOPDB atau Masa
Orientasi Peserta Didik Baru. Aku masuk gugus 5 saat MOPDB. Sangat
mengejutkan, ternyata sahabatku yaitu Ardhita Stevefano juga masuk SMAN 2
Bogor dan bahkan kami berada di gugus yang sama. Kegiatan MOPDB
berlangsung menarik. Kegiatan ini melatih mental kami dan mempercepat proses
adaptasi kami di lingkungan yang baru, yaitu lingkungan SMAN 2 Bogor. Setelah
MOPDB, aku melihat susunan kelas dan aku menjadi murid kelas X-5.

Setelah beberapa lama di SMAN 2 Bogor, aku bertemu dengan teman-


temanku yang dulu di satu sekolah yang sama. Seperti teman-teman TK-ku
Haerani kelas XI IPA 1, Ismi XI IPA 2, Vicky kelas XI IPA 3, Faizal XI IPS 2. Ada juga
teman SD-ku Ardhita kelas XI IPA 1 dan Eka Arya XI IPA 4. Lalu, aku juga mengajak
sahabatku di SMP yaitu Zulkifli yang sekarang kelas XI IPS 2. Sementara teman-
teman SMP lainnya adalah Bagus Novandi XI IPS 2, Bagus Garnadi XI IPA 5, Audia
XI IPA 6, dan masih ada beberapa lagi.

Di kelas 10 SMA, aku mulai mengenal dunia kimia yang sampai saat ini
menjadi pelajaran favoritku. Aku belajar kimia dari seorang guru yang baik dan
pintar bernama Ibu Susi Sukarni. Dialah yang mengajarkanku kimia hingga
pelajaran ini yang membuat aku saat ini bisa duduk di kelas XI IPA 1. Sayangnya,
pada akhir semester 2 kelas 10, Ibu Susi pindah ke Palembang. Aku ingat saat aku
gagal memberi nilai 100 untuk ulangan terakhir yang diberikan Ibu Susi. Di
ulangan kimia itu, aku hanya salah satu soal karena kecerobohanku. Aku juga
ingat Ibu Susi memberikanku sebuah buku tentang cara membuat sabun
transparan pada saat terakhir bertemu dengan Ibu Susi sebelum beliau pergi dari
sekolah ini.

Saat semester 1 kelas 10, aku menyukai salah satu perempuan di sekolah
ini. Untuk hal ini, aku menyamarkan namanya. Sebut saja ia bernama Beta. Aku
menyukainya karena ia berkepribadian ceria, menyenangkan, dan baik. Namun
sayang, Beta menolak pernyataan cintaku. Lama-lama rasa sukaku padanya pun
pergi. Pada semester 2, aku menyukai murid perempuan bernama Fadhilah
Kurniati kelas X-8. Setelah beberapa lama mendekatinya, aku menyatakan cintaku
pada tanggal 12 Maret 2010. Setelah ditunggu akhirnya Fadhilah menerima
cintaku pada tanggal 17 Maret 2010 bersamaan dengan datangnya sepeda motor
yang ayahku titipkan padaku. Sepeda motor tersebut bermerek Honda Blade dan
ia sangat menawan dengan warna putih cemerlangnya. Sampai saat ini aku masih
berhubungan dengan Fadhilah.

Kemudian aku lulus kelas 10 SMA dan naik ke kelas 11. Aku masuk di kelas
XI IPA 1. Alhamdulillah, di kelas ini aku bisa melucu sepuasnya bersama teman-
teman lain yang tak kalah lucunya. Padahal awalnya aku berpikir XI IPA 1 adalah
kelas yang berisi anak-anak yang bersifat serius.

Sekarang, aku harus belajar serius agar bisa masuk perguruan tinggi
unggulan. Aku ingin masuk jurusan teknik kimia. Karena aku ingin bekerja di
bidang kimia nantinya. Seperti peneliti di PLTN atau peneliti di pabrik.

Salam Perpisahan
Begitulah kisah hidupku dari lahir hingga sekarang aku berumur 16 tahun
yang tak lama lagi akan menjadi 17 tahun. Aku senang melalui autobiografi
pendek ini aku bisa berbagi kisah hidupku. Oh ya, aku melampirkan foto-fotoku di
halaman berikutnya. Semoga autobiografi yang aku buat ini bisa membuat
pembaca juga mengenang masa-masa indah masing-masing.
Galeri Fotoku

Aku memakai seragam polisi saat TK Sejak kecil kekonyolanku sudah tampak

Aku terbang dengan helikopter

Aku saat SMP Bersama Alm.Marastdwika Imam


Bersama anak-anak X-5 Bersama sahabatku Ardhita dan Alifi

Aku dan anak-anak XI IPA 1

Aku dan teman-teman sesama pelawak


Aku dan Fadhilah Kurniati

Anda mungkin juga menyukai