Anda di halaman 1dari 3

Nama saya Arita Pratiwi, anak pertama dari pasangan suami istri Fajri Rizal dan Mulya

Santika. Ayah merupakan seorang Kepala Sekolah di SMA N 12 Solo. Sementara ibu
adalah seorang ibu rumah tangga yang menggeluti bisnis online shop. Aku dilahirkan ibu
di Rumah Sakit Sinar Harapan Kota Solo pada 10 Agustus 1995.
Tepat saat hari kelahiranku, ayah baru pulang dari tugas kedinasannya dari Jakarta.
Eyang kakong dan eyang putrilah yang terburu-buru mengantarkan ibuku ke rumah sakit
ketika ayah dalam perjalanan pulang.Tak berselang lama setelah aku mengeluarkan suara
tangisan untuk pertama kalinya ayah telah tiba di depan ruangan persalinan.
Ketika aku mulai memasuki umur 4 tahun, ibu dan ayah memberikanku seorang adik. Adik
perempuan yang lucu dan cantik jelita itu dinamai Cantika Vania. Vania lahir di rumah sakit
tempat aku dilahirkan pada 19 Oktober 1999. Ibu selalu menceritakan saat-saat dia akan
melahirkan adikku. Beliau menyebutkan bahwa aku lah yang paling sibuk saat detik-detik
keluarnya adikku dari rahim ibuku.
Ada-ada saja yang ku lakukan saat itu jelas ibu ku, mondar-mandir dalam ruangan,
membawa boneka beruang ke kamar persalinan, dan membelikannya es krim. Saat itu
sepertinya aku sangat bahagia sekali menyambut kelahiran malaikat kecil kedua di
keluarga ku setelah diriku. Tidak lama setelah mama melahirkan, kami hijrah ke rumah
baru di Yogyakarta.
Kami menghuni salah satu rumah di Puri Citra Raya Berseri, Kota Yogyakarta. Rumah
yang hingga saat ini menyimpan banyak kenangan indah. Aku melewati masa kecil yang
sangat indah, penuh kasih sayang ibu dan ayah dan tidak kekurangan mainan. Aku tahu
dari Papa yang selalu menggodaku dengan mengatakan tangisanku paling kencang jika
tidak di belikan mainan boneka saat di supermarket.
Aku mulai memasuki dunia pendidikan ketika berumur 5 tahun di TK Putri Ayu Yogyakarta.
Aku sudah mulai menunjukkan kecintaan dibidang jurnalistik sejak SD. Saat menimba ilmu
di SD N 21 Yogyakarta, sudah banyak cerita dan puisi yang aku tulis. Tidak ketinggalan
pula ikut serta dalam lomba baca puisi, lomba cerpen, dan lomba membuat komik.
Berkat hobiku di bidang jurnalistik dan kerja keras, akhirnya saat menduduki bangku kelas
6 SD aku mendapatkan penghargaan. Penghargaan tersebut diberikan oleh Kepala
Sekolah SD N 21 Yogyakarta sebab aku telah 3 kali berhasil membawa pulang piala
tertinggi. Selain mengikuti beberapa perlombaan di bidang jurnalistik, aku juga merupakan
salah satu anggota paduan suara di sekolah.
Bidang tarik suara ini menjadi hobi kedua setelah menulis yang ku geluti sejak dibangku
kelas 4 SD. Ada satu guru vokal perempuan yang menjadi idolaku saat itu, ia adalah ibu
Tika. Suaranya yang merdu dan rupanya yang anggun membuat aku mengidolakannya.
Disamping itu, aku juga sering meminta Ibu Tika untuk mengajari teknik bernyanyi usai bel
berbunyi.
Aku sempat berfikir bahwa mungkin saja Ibu Tika adalah penyanyi yang menyamar
menjadi guru saat itu. Beliau tidak keberatan mendengar senandung lagu dari ku yang
saat itu bersuara cempreng. Aku memiliki dua orang sahabat terbaik di SD yaitu Diandra
Tania dan Camila Frizzy. Mereka adalah orang yang paling mengerti tentang aku dan
masih setia sebagai sahabat hingga saat ini.
Kami bertiga seperti perangko dan surat yang tidak dapat dipisahkan. Secara kebetulan
kami ditakdirkan sekelas dari kelas 3 sampai kelas 6 SD. Namun, saat kami lulus dari
bangku pendidikan dasar Diandra harus pindah ke Jakarta ikut dengan kedua orang
tuanya. Hal itu membuat aku sedih karena harus berjauhan tempat tinggal dan tidak satu
sekolah dengan Diandra.
Sementara Camila dan aku memilih SMP yang sama yaitu SMP N 1 Yogyakarta. Masa
SMP aku dan Diandra mendapatkan sahabat baru, ia adalah Sindi murid pindahan dari
SMP N 20 Bogor. Saat itu bel bermain berdering, hanya tinggal aku dan Camila. Ketika
hendak keluar kami melihan Sindi seorang diri di kelas, karena kasihan dia anak baru dan
belum memiliki teman, akhirnya kami mengajak dia ke kantin.
Mulai dari situlah ikatan persahabatan diantara kami tumbuh. Hari demi hari tidak terasa
telah kami lalui, hingga tiba saatnya ujian kelulusan SMP. Saat hari terakhir ujian aku
memberitahu kedua sahabat setia ku itu bahwa akan mengikuti orang tua ku ke Jakarta.
Raut sedih tersirat dari wajah mereka, tetapi mau bagaimana lagi aku tidak boleh jauh dari
ibu dan ayah.
Kami bertiga telah berjanji tidak akan putus komunikasi dan aku akan mengunjungi
mereka jika ada kesempatan dan diperbolehkan orangtua. Tak disangka-sangka ternyata
kepindahan ke ibukota membuat aku bertemu kembali dengan Diandra, sahabat kecil ku.
Kami juga tidak sengaja menimba ilmu di sekolah yang sama yaitu SMA N 13 Jakarta.
Aku pun menceritakan hal ini dengan Camila dan Sindi. Beruntung sebab kemajuan media
komunikasi yang makin canggih kami dapat berkomunikasi jarak jauh. Aku, Camila,
Diandra, dan Sindi pun berencana belajar yang giat ada dapat diterima di perguruan tinggi
favorit kami di Jakarta. Buah dari kerja keras kami tidak sia-sia, setelah lulus dari SMA
dengan nilai memuaskan kami mendaftarkan diri di fakultas dan universitas yang sama.
Kami berempat tertarik di bidang ekonomi, oleh karena itu aku dan ketiga sahabatku
memilih jurusan Manajemen Bisnis di Universitas Indonesia. Sampai saat ini pertemanan
kami berjalan dengan indah dan langgeng.

Saya adalah gadis berdarah Sunda yang diberi nama lengkap Laksmi Ayu Safitri. Saya
lahir di Bandung, 14 Mei 1994. Di Rumah Sakit Alam Raya Harapan. Terlahir dari
pasangan suami istri yang bernama Andi Sudrajat dan Lilis Lesmana merupakan
penduduk asli bumi pasundan. Saya melewati masa-masa keci penuh kebahagiaan
dibimbing seorang ayah seniman sementara ibu adalah penulis lepas.
Tanah kelahiran saya adalah sebuah desa yang asri di daerah Bandung yakni Desa
Pendangin. Desa tempat saya dilahirkan memiliki banyak lahan pertanian oleh karena itu
semasa kecil saya senang bermain di sawah. Saat itu ayah saya bekerja sebagai petani,
namun pekerjaan seni tetap ia jalani selepas berladang. Sementara ibu sering ikut
bersama ayah dan membawa saya ke sawah dan tak lupa melanjutkan kegiatan menulis
disela-sela waktu santai.
Saya memiliki seorang sahabat setia dari kecil bernama Ena, kami selalu bermain
bersama di lapangan dekat sawah. Hari-hari saya lewati bersama Ena sampai saya
berusia 5 tahun. Saat itu tuntutan kebutuhan meningkat, sehingga ayah dan ibu harus
hijrah ke kota untuk mencari nafkah. Tentu saja mereka membawa anak semata
wayangnya saat itu.
Saya pun dengan rasa sedih harus memberitahu Ena tentang kepindahan saya. Kami
berdua berjanji persahabatan setia untuk tidak melupakan satu sama lain dan bertemu
ketika sudah dewasa. Di Kota Bandung, ayah dan ibu membeli hunian dekat taman yang
terlihat rindang dan saya jadikan tempat bermain. Saya senang sekali dapat menikmati
suasana baru di kota ini.
Saya menimba ilmu di SD Negeri 13 Bandung yang lokasinya tidak jauh dari rumah.
Setiap pagi saya diantar ibu dengan berjalan kaki ke sekolah. Saya mendapatkan
sahabat-sahabat baru di sekolah yaitu Rani, Dwi, dan Santi. Mereka sangat ramah dan
sering mengajak belajar bersama.
Saat SMP saya dan keempat sahabat saya memilih sekolah yang sama yaitu SMP N 4
Bandung. Kemudian saat melanjutkan tingkat pendidikan berikutnya kami bersama-sama
memilih SMA N 3 Bandung. Kami sangat bahagia bisa satu sekolah kembali, meskipun
memilih jurusan berbeda.
Saya dan Rani memilih mengambil jurusan pengetahuan alam. Sementara Dwi dan Santi
memilih mengambil jurusan sosial. Walaupun jurusan kami berbeda, tidak menghalangi
kami untuk berkumpul di saat istirahat dan sepulang sekolah. Kami bahkan mempunyai
geng sendiri yang kami sebut ‘Cibi Cibi Girl’, markas berkumpul kami adalah rumah Dwi.
Selain berkumpul saya dan keempat sahabat saya selalu belajar bersama. Meskipun kami
memiliki geng Cibi Cibi Girl, kami tetap berbaur dengan teman-teman lainnya. Setelah
meluluskan pendidikan SMA, aku dan Cibi Cibi Girl melanjutkan pendidikan di Universitas
Gadjah Mada. Kami berempat merantau bersama dan sengaja menyewa sebuah rumah
untuk tempat tinggal.
Saya memilih fakultas kedokteran umum dan Rani mengambil fakultas kesehatan
masyarakat. Sementara itu Dwi dan Santi memilih fakultas yang sama yaitu fakultas
hukum. Meskipun sibuk dengan kegiatan masing-masing, saat malam hari kami selalu
berkumpul bersama di ruang santai.
Saat ini saya sedang mengerjakan tugas akhir perkuliahan sebagai salah satu syarat
untuk wisuda. Selama masa perkuliahan saya meraih beberapa prestasi seperti
memenangkan olimpiade sains tingkat nasional dan pertukaran pemuda antar negara.
Saya sangat optimis bahwa dapat meraih kesuksesan sebagai seorang dokter dan
menemui sahabat lama saya di desa.

Anda mungkin juga menyukai