Anda di halaman 1dari 3

AYAHKU, MOTIVASIKU

Oleh : Sarah Agnesya Putri Siahaan / XII IPS 1

Aku memanggil ayah dengan sebutan papa. Begitulah caraku memanggilnya. Semasa
kecil ia banyak menghabiskan waktu di Jakarta. Semenjak lahir hingga masa-masa lulus
kuliah, ayahku tinggal di kota itu. Ayahku hanyalah seorang anak petani dan penjual baju
keliling.Dia lahir di Balige, 5 Juni 1972. Ayahku adalah anak bungsu dari 10 bersaudara.
Yang terdiri dari 8 perempuan dan 2 laki-laki. Di kebudayaan Batak, banyak anak
menandakan banyak rezeki.

Kakek dan nenekku termasuk orang yang cukup mengutamakan pendidikan.


Sehingga banyak anak-anaknya yang mengenyam bangku SMA. Saat itu SMA sudah
termasuk tinggi dan sulit digapai. Sedari kecil, ayahku diajarkan untuk bekerja keras
mencapai mimpinya. Keluarga ayahku sering mengalami kesulitan karena usaha orang
yang tidak selalu berjalan lancar.

Ayahku pernah bercerita bahwa ia dan kakak-kakaknya sering makan nasi dan oncom
sewaktu kecil. Dan dia juga bercerita bahwa untuk ke sekolah, mereka harus berjalan kaki
sekitar 5-10 km dari rumah setiap hari. Aku tak bisa membayangkan selelah apa
perjalananya hanya demi mengejar pendidikan.

Ayahku setiap hari hanya ditemani oleh kesembilan kakaknya, karena orang tuanya
bekerja dari pagi sampai sore. Ia berkata, di keluarganya tidak boleh manja semua harus
mandiri karena kedua orangtua berjuang demi kehidupan. Ayahku menjadi terbiasa
melakukan apapun sendiri. Itulah salah satu hal yang ia ajarkan kepadaku.

Jarak usia antara ayahku dengan saudara-saudaranya tidak jauh berbeda. Itulah yang
membuat mereka saling bantu dan dekat satu sama. Bahkan sampai sekarang pun mereka
masih terus berhubungan dekat. Hal ini diakibatkan oleh wejangan yang terus diberikan
kepada semua anaknya, termasuk ayahku. Aku dan sepupuku yang lain menjadi dekat satu
sama lain.

Di saat sekolah dasar, ayahku sempat tidak naik kelas. Karena waktu itu ia belum bisa
mengikuti pelajaran dengan baik. Dan akhirnya ia mengulang lagi dan akhirnya naik ke
kelas 2 SD. Ayahku bilang guru yang membantu ia mengulangi kelas itu adalah guru yang
baik ayahku ia sangat sayang padanya. Ia masih sering mengunjungi guru itu ketika hari
raya.

Memasuki jenjang SMP, ayahku masuk di sekolah Muhammadiyah. Ia berkata bahwa


orangtuanya terpaksa memasukkannya ke sana karena masalah jarak rumah dan juga
harga yang lebih terjangkau. Walaupun begitu, ayahku tidak mengeluh malahan ia
menjalani itu dengan baik. Karena menurutnya, sekolah dimana saja itu sama baiknya. Ia
menjalani 3 tahun masa SMP nya dengan baik dan lancar.

Ayahku memilih STM (Sekarang SMK) sebagai tempat ia melanjutkan studi. Ia berkata
kedua orang tuanya menyarankan STM agar setelah lulus langsung bekerja. Ayahku
menuruti itu. Setiap hari ia menjalankan tugas sebagai siswa dan juga anak yang membantu
orangtuanya bekerja. Meskipun memilih STM, ayahku memiliki niat untuk melanjutkan
kuliah. Semua keluarganya sangat suportif kepadanya, ayahku adalah orang pertama yang
kuliah di keluarganya.

Setelah lulus, ayahku mulai mencari kampus. Ia mengali lebih dalam minat dan
tujuannya. Orangtuanya menyarankan agar ia memilih pariwisata, tetapi dia tidak tertarik.
Selain mencari kampus, orangtuanya juga mendaftarkan ayahku ke sekolah kedinasan, tapi
gagal pada seleksi fisik. Ayahku akhirnya mencoba mendaftar di Universitas Indonesia
dengan jurusan sastra Jerman, tapi ia gagal. Setelah kegagalannya itu, ayahku akhirnya
memutuskan masuk kampus swasta. Ia berkuliah di Universitas Tarumanegara dengan
jurusan ilmu hukum.

Ayahku bilang ia sangat aktif saat kuliah. Dari mengikuti organisasi kampus dan juga
meningkatkan skil berbicara bahasa asing seperti bahasa Inggris. Ayah adalah mahasiswa
yang rajin dan juga aktif, hal ini juga yang membuat lulus dengan cepat hanya 3,5 tahun.
Selain itu, ia juga menjadi top 10 mahasiswa dengan IPK tertinggi di fakultasnya.

Setelah lulus, ayah mencoba mendaftar menjadi hakim. Tetapi gagal, akhirnya ia
mencoba lagi dan mendapatkan kegagalan. Dia menyerah pada mimpinya itu. Dan
memutuskan menjadi pengacara biasa. Dia bergabung dengan beberapa kantor hukum
swasta.

2001 merupakan tahun yang duka bagi ayahku. Karena, ayahnya meninggal dunia.
Kakekku meninggal karena serangan jantung. Bahkan ayahku belum menikah saat itu.
Sebelum kakekku, om ku sudah jauh lama meninggal tepatnya tahun 1996. Ayahku
langsung menjadi satu-satunya pria di keluarganya. Hingga akhirnya papa memutuskan
untuk segera mencari pendamping hidupnya.

Kisah percintaan ayahku bukanlah sebuah drama romantis. Dia bertemu dengan
mama karena dikenalkan dengan orang. Lalu mereka menjalin hubungan secara cepat
karena mereka langsung cocok. Dan, 14 Februari 2004 atau hari valentine mereka resmi
menjadi sebuah pasangan. Mereka mengikat janji suci di Gereja HKBP Jalan Letjend
Suprapto.
Setahun menikah, akhir lahirlah aku dan saudara kembarku. 13 Januari 2005 adalah
tanggal lahir kami. Kami hanya berbeda 5 menit dan lahir secara normal di rumah sakit
RSUD Tarakan, tempat mamaku bekerja. Ayah dan ibuku terharu setelah mendengar
tangisan kami berdua. Kami mendapatkan kasih sayang yang penuh oleh mereka. Dan 2
tahun setelah kami lahir, ibu melahirkan seorang bayi laki- laki yang tak kalah tampan dari
papa. 2015 lahir adik laki-laki yang paling kecil. Kami hidup berenam dengan penuh
kehangatan.

Aku sangat mengagumi sosok ayah. Ia mengajarkan aku banyak hal dan menjadi
seorang figur yang baik bagiku. Meskipun ia sering marah, tapi itu semua hanya demi
kebaikanku. Sifat pekerja kerasnya sangat menginspirasiku untuk menjadi pribadi yang
sama seperti dia. Aku berharap bisa meniru semua sikap baik yang ia lakukan.

Anda mungkin juga menyukai