Anda di halaman 1dari 38

Tugas Bahasa Indonesia

BIOGRAFI IBU

Dibuat Oleh:
Guiedo Hendy Indra
XI-A6/14
Kata Pengantar
Dalam begitu banyak lagu ataupun tulisan
seringkali dikatakan bahwa kasih ibu adalah kasih yang
sejati dan merupakan kasih yang tidak akan pernah
berubah sampai kapan pun. Selain itu, ada begitu banyak
pula cerita yang menceritakan bagaimana seorang ibu
mau untuk mengorbankan dirinya hanya demi kebaikan
anaknya.
Oleh karena alasan-alasan itu, terkadang saya
memikirkan aspek kebenaran dari hal-hal tersebut. Saya
mulai mengingat-ingat bagaimana kasih yang saya
terima dari seorang ibu. Bila saya refleksikan, ternyata
apa yang dikatakan orang-orang itu benar yaitu kasih
seorang ibu tidak akan berubah dimakan waktu.
Rasanya, ucapan terima kasih tidak akan cukup
untuk membalas kasih tersebut. Oleh karena itu, saya
ingin setidaknya membalas kasihnya dengan menulis
buku yang berisi tentang biografinya ini.
Buku ini berisi tentang kehidupan Ibu dari
waktu ia kecil sampai dengan sekarang saat tinggal di

2
Jakarta, selain itu juga berisi bagaimana pendapat orang-
orang terdekatnya.
Melalui buku ini, saya ingin menceritakan
bagaimana kehidupan seorang wanita yang telah
mengandung dan membesarkan dua orang ini, baik itu
suka maupun duka yang telah ia alami. Singkat kata,
buku ini saya persembahkan kepada ibu saya, Nuruanti.

Jakarta, April 2015

Guiedo Hendy Indra

3
DAFTAR ISI

1. Kata Pengantar.ii
2. Daftar Isi..iv
3. Masa Kecil1
4. Masa Dewasa5
5. Masa Berkeluarga.8
6. Profesi, Karier, Hobi21
7. Keistimewaan Tokoh...24
8. Pendapat Orang lain26
9. Foto-Foto.29
10. Tentang Penulis.34

4
I. MASA KECIL

Padang adalah ibu kota provinsi Sumatera Barat


yang terletak di pinggir Pantai Samudra Indonesia yang
sangat terkenal dengan kulinernya. Selain itu, Padang
juga terkenal dengan keindahan alam dan keramah
tamahan penduduknya. Di kota ini Ibuku dilahirkan, dari
pasangan sederhana Ichoan Tutik dan Juliar Tanudjaja. Ia
dilahirkan dengan nama Nurwanti pada tanggal 6
November 1967, yang karena kesalahan pihak rumah
sakit namanya berganti menjadi Nuruanti.
Ia merupakan anak keempat dari enam
bersaudara yang terdiri dari lima perempuan dan satu
laki-laki. Pendidikan keluaranya dapat dikatakan cukup
keras atau disiplin, terutama didikan dari Ichoan
ayahnya. Mereka terbiasa mandiri, saling berbagi, dan
bekerja sama untuk menyelesaikan pekerjaan rumah.
Seperti halnya dengan anak-anak lainnya, ia
juga senang untuk bermain terutama dengan saudaranya
yang lain, seperti bermain karet(lompat tali dengan
karet), congklak, maupun poci. Diantara ketiga

1
permainan tersebut yang paling sering ia mainkan ialah
congklak.
Sebagai keluarga yang sederhana dengan
anggota keluarga yang cukup banyak, maka dari kecil
setiap anggota keluarga sudah diajarkan untuk bekerja
dan menabung biaya pendidikannya. Ia bekerja
membantu keluarga seperti membuat es untuk dijual,
menimbang gula, ataupun menjual karung goni.
Kegiatan ini dimulai semenjak dirinya menginjak kelas 3
SD.
Masa sekolahnya dimulai di TK Mariana pada
tahun 1973. Di sekolah ini ia diajarkan untuk bernyanyi,
dan ini menjadi hobinya sampai dengatu mn saat ini.
Dari masa TK ini, ia sudah menunjukkan ketekunan dan
kerajinannya dalam belajar.
Ia melanjutkan pendidikannya di SD Agnes
pada tahun 1974 sampai dengan tahun 1980, yang
merupakan sekolah favorit di kota Padang. Pada masa
ini, ia kesulitan menghadapi pelajaran matematika.
Untuk mengatasi hal ini, ia ikut bimbingan belajar
matematika.

2
Kemudian ia melanjutkan pendidikannya ke
SMP Frater pada tahun 1980 sampai dengan 1983. Pada
masa ini, ia mulai mengikuti kegiatan pramuka dan
aktivitas sekolah lainnya. Selain itu, ia memiliki teman
dekat bernama Sandra Sofyan yang merupakan
tetangganya. Pertemanan ini terjaga dengan baik sampai
dengan saat ini.
Ia melanjutkan pendidikan ke SMA Don Bosco
pada tahun 1983 sampai dengan 1986. Di sekolah ini ia
mendapat jurusan IPA. Pada masa ini ia mulai mengikuti
kegiatan rohani, ia mengikuti kegiatan Remaja Katolik.
Ibuku mengatakan bahwa masa kecilnya
tidaklah semenyenangkan masa kecil yang aku alami. Ia
mengatakan bahwa ketika kecil ia seringkali dimarahi
oleh Engkong(Ayahnya, Ichoan) walaupun ia tidak
melakukan kesalahan. Terlebih lagi dengan keadaan
ekonomi yang saat itu tidak terlalu mencukupi untuk
menghidupi kedelapan anggota keluarganya. Hal ini
tentunya menyebabkan ia benar-benar harus berhemat
agar uang itu tercukupi.
Selain itu, hal yang cukup menyedihkan adalah
bagaimana ayahnya yang hampir tidak pernah

3
mengizinkannya untuk bersenang-senang bersama
teman-teman sekolahnya. Perlakuan keras dari ayahnya
juga menyebabkan ibuku menjadi seorang yang tertutup.
Ia tidak memiliki teman dekat sampai ia SMP.
Sandra Sofyan merupakan satu-satunya teman
dekat yang dimiliki oleh ibuku ketika ia bersekolah.
Pertemanan ini pun masih terjaga sampai sekarang. Ibu
mengatakan bahwa pertemanannya dengan Sandra
diawali oleh kelemahannya dalam pelajaran fisika, hal
ini menyebabkan ia harus sering belajar bersama
temannya agar dapat mengerti pelajaran. Dari seringnya
belajar bersama ini menumbuhkan persahabatan bagi
keduanya sehingga menyebabkan mereka sering berbagi
permasalahan mereka, hal ini tentunya didukung oleh
letak tempat tinggal mereka yang dekat sehingga mereka
sering berjalan kaki bersama untuk berangkat maupun
kembali dari sekolah.
Kegiatan yang dilakukan Ibu selain membantu
orang tuanya adalah membantu teman-temannya yang
Katolik untuk membersihkan gereja. Dari pengalaman
sering membantu ini disertai dengan pendidikan agama
yang telah diterimanya dari TK, ia memutuskan untuk

4
memberi diri dibaptis. Walaupun saat ditanya mengapa ia
memilih untuk dibaptis, Ibu mengatakan bahwa ia
melakukannya hanya karena selalu menerima pendidikan
agama katolik. Namun, dengan beragama Katolik pula ia
akhirnya mengikuti kegiatan Remaja Katolik yang bukan
hanya membina iman tetapi juga bergerak dalam hal
social. Dengan mengikuti kegiatan ini membentuk
karakternya untuk semakin peduli pada sesama.

II. MASA DEWASA

Setamatnya dari SMA Don Bosco, ia


melanjutkan pendidikan ke STBA Prayoga atau pada
saat itu lebih dikenal dengan nama ABBA, pada tahun
1986 sampai 1989. Ia mengambil jurusan Bahasa
Inggris. Disamping kuliah, ia bekerja paruh waktu di
Kantor Akuntan Gafar Salim untuk membiayai biaya
kuliah. Kebiasaan mandiri yang ditanamkan dari kecil
membuatnya mampu membagi waktu dengan baik dan
menyelesaikan kuliah tepat pada waktunya.

5
Ketika bekerja di Kantor Akuntan Gafar Salim,
ia bertemu dengan seorang pria bernama Benny Indra
yang nantinya akan menjadi suaminya. Pendapat
pertamanya tentang ayah ialah ayah ada orang yang
sangat pendiam, walaupun demikian ayah memiliki
tanggung jawab dalam bekerja. Ia mengatakan hal ini
karena ia melihat bahwa ayah dapat menyelesaikan
pekerjaan kantor dengan baik dan tepat waktu sambil
kuliah, dan nilainya di kuliah pun cukup baik. Hal ini
menumbuhkan rasa kagum pada ayah. Selain itu ibu
mengatakan juga bahwa pendapatnya tentang ayah pada
saat pertama kali bertemu ternyata sangat berbeda
dengan kenyataan, karena ayah itu geletek(bahasa
Minang untuk mengatakan seorang yang suka bercanda
atau mengusili orang lain hanya agar ada tawa).
Ibu tidak pernah menceritakan bagaimana
hubungannya dengan ayah dimulai selain bahwa mereka
bertemu di Kantor Akuntan Gafar Salim. Tetapi saya
menduga bahwa mereka berdua sudah dekat semenjak
mereka bertemu, terlebih lagi karena ayah hadir pada
saat upacara wisuda ibu dan bahwa mereka berfoto
berdua di sana. Selain itu, ibu juga mengatakan bahwa

6
yang menyuruh ayah untuk mendekatinya adalah
Popo(Ibu dari ayah) walaupun hal ini tidak dijelaskan
ibu lebih lanjut.
Setamatnya dari ABBA pada tahun 1989, ia
berhenti bekerja di perusahaan Gafar dan masuk ke Bank
Internasional Indonesia(BII) di Padang. Ia mendapat
training perbankan di Jakarta pada tahun yang sama
selama tiga bulan. Penugasan pertamanya di BII adalah
sebagai Teller. Setelah bekerja selama satu tahun, ia
dipindahkan ke ke bagian tabungan, kemudian
dipindahkan ke bagian deposito, dan terakhir
dipindahkan ke bagian customer service.
Pengalaman bekerja di BII cukup
menyenangkan, banyak training, teman, acara bersama,
dan program reward. Sebagai seorang karyawan yang
cukup berprestasi, ia cukup sering mendapatkan reward
seperti emas, peralatan elekronik, dll.
Sebagai wanita yang telah dewasa, ia
mempunyai rencana/impian untuk menikah dengan
seorang pria yang bertanggung jawab. Ia menemukan
tanggung jawab itu pada ayah ketika mereka mulai
bertemu di Kantor Akuntan Gafar Salim. Ketika

7
hubungan keduanya sudah cukup serius, ayah sudah
bekerja di BII. Oleh karena peraturan yang menegaskan
sesame pegawai tidak diizinkan untuk menjalin
hubungan, ia memutuskan untuk pindah ke perusahaan
lain, yakni PT Tiga Sari Perkasa pada tahun 1995.
PT Tiga Sari Primaraya merupakan perusahaan
distribusi consumer goods yang cukup besar di Padang.
Ia bekerja sebagai staff direksi yang mengurus
administrasi perusahaan.

III. MASA BERKELUARGA

Pada tanggal 15 Januari 1995, ia memutuskan


untuk melangsungkan pernikahannya dengan Benny
secara Katolik di Gereja Katedral Padang. Pemberkatan
pernikahan dilakukan oleh Pastur Guido yang namanya
nanti ia gunakan untuk menamai putranya. Acara
pernikahan berlangsung cukup meriah dan dihadiri oleh
sanak kelurga kedua mempelai yang dapat dikatakan
cukup banyak dan teman-teman mereka.

8
Masa awal perkawinan merupakan masa
penyesuaian dan saling memahami agar keluarga yang
dibina dapat menjadi keluarga yang penuh kasih. Ia
memutuskan jika dikarunai anak maka ia akan berhenti
bekerja untuk dapat berperan sebagai seorang ibu penuh
waktu.
Atas berkat Yang Maha Kuasa pada tanggal 18
Maret 1996, ia dikaruniai seorang putri mungil yang
diberi nama Gracia Hanna Indra yang berarti putri yang
diberkati. Dan sejak saat itu ia sudah berhenti bekerja
dan menjadi ibu rumah tangga. Masa awal yang sangat
berat baginya, yang biasanya bekerja di kantor sekarang
harus mengurus bayi serta rumah tangga . ia meyakini
kasih sayang seorang ibu jauh lebih berharga bagi
putrinya daripada ego diri sendiri.
14 Mei 1998 merupakan bulan kelabu bagi
masyarakat Indonesia dimana sejarah mencatat
kerusuhan terbesar sepanjang sejak kemerdekaan RI
yang menimbulkan banyak korban tidak bersalah . pada
waktu itu ia hamil tua anak kedua dan suaminya
dipindah tugas ke kota Bukittinggi yang terletak sekitar
91 kilometer dari kota Padang. Sungguh keadaan yang

9
menakutkan di Padang bersama mertua dimana di luar
banyak orang yang merusak, merampas dan membakar
benda apa pun yang terlihat. Pada tanggal 16 mei 1998,
ia dan keluarga memutuskan untuk mengungsi ke
Bukittinggi mengikuti suaminya .
Bukittingi sebuah kota kecil dengan luas 25 km
persegi, dengan alam yang indah dan udara yang sejuk.
Kota yang cukup bersahabat dimana hanya ada demo-
demo kecil tanpa ada kekerasan. Kemudian pada tanggal
08 Juli 1998, ia melahirkan seorang putra dengan berat
4,2 kg di sebuah rumah sakit tentara, bayi itu diberi
nama Guiedo Hendy Indra yang berarti cekatan atau
pintar. Selain itu, nama Guiedo diambil untuk
menghormati Pastur Guido yang berperan bukan hanya
dalam memberkati pernikahannya, tetapi juga membaptis
Benny menjadi Katolik dan menjadi tempat konseling
mengenai permasalahannya.
Selama dua setengah tahun , ia membesarkan
kedua anaknya dengan penuh kesabaran dan kasih
sayang. Bermain, mengantar anak ke sekolah serta
mempersiapkan makanan merupakan kegiatan rutin yang
dilakukan sehari hari.

10
Salah satu kesulitan yang dirasakan adalah
keterbatasan tenaga medis , dimana anak kedua yang
berusia 1 bulan sakit berupa keputihan dalam mulutnya.
Hasil diagnosa dokter yang mengatakan virus ternyata
keliru, sehingga ia membawa putranya ke dokter di
Padang. Ternyata, penyakit yang diderita oleh anaknya
disebabkan oleh jamur. Hal ini membuatnya belajar
semakin waspada terhadap lingkungan dan kebersihan
peralatan bayinya .
Sehubungan dengan tugas suaminya yang
dipindah tugaskan ke kota Pematang Siantar, ia dan
keluarga juga ikut pindah pada agustus 1998. Kota ini
merupakan kota asing yang tidak pernah ia bayangkan
dan kultur yang sangat berbeda dengan kota Padang .
Tugas pertama yang ia lakukan di Pematang
Siantar adalah mendaftarkan putrinya ke sekolah TK
Metodhis. Sekolah ini relative dekat dengan rumah dan
kantor suaminya .
Kesulitan muncul karena perbedaan tingkat
pendidikan TK sebelumnya di Bukittingi dan Pematang
Siantar yaitu TK kecil disini sudah bisa membaca dan
berhitung sementara di sebelumnya hanya belajar

11
bernyanyi. Ia sebagai seorang ibu merasa kuatir sang
putri tidak bisa mengikuti pelajaran yang ada dan
berusaha mencari pembimbing yang baik bagi putri nya.
Untungnya sang putri bisa mengikuti pelajaran setelah
mengikuti bimbingan belajar selama 3 bulan dan bahkan
mendapat ranking 4.
Permasalahan tidak hanya muncul dari
pendidikan anak, tetapi juga dari kesehatan anak
pertamanya. Pekerjaan yang dimiliki oleh Benny
menyebabkan dirinya sering pergi keluar kota untuk
mengikuti training. Yang menjadi masalah bukanlah
kepergian Benny, tetapi bagaimana anak sulungnya
selalu sakit setiap kali ayah pergi. Hal ini menjadi salah
satu masalah yang selalu dihadapi selama di Siantar
setiap kali ayah pergi.
Kehidupan di Pematang Siantar cukup
menyenangkan, tetangga cukup ramah dan membantu
sehingga ia tidak merasakan keterasingan di kota ini.
Makanan yang enak dan murah merupakan salah satu
yang susah dilupakan, dan Danau Toba juga merupakan
tempat favorit untuk berlibur di akhir pekan.

12
Sebagai seorang istri, ia selalu mengikuti
kepindahan tugas suaminya. Pada Agustus 2000
suaminya dipindahkan ke Batam, sehingga ia dan
keluarga juga ikut pindah sebeulan kemudian. Banyak
temannya di Siantar berpesan untuk hati-hati karena di
Batam kehidupan malamnya terkenal sangat bebas. Ia
percaya dengan berdoa, ia dan keluarga akan dilindungi
oleh Yang Maha Kuasa.
Batam merupakan kota yang baru tumbuh yang
diperuntukkan sebagai kawasan industri dan banyak
pedatang. Sungguh bukan hal yang mudah baginya untuk
cepat beradaptasi dan membimbing anak-anaknya agar
mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan baru.
Sehingga, ia selalu menguatkan diri dalam doa agar
mampu melalui semua tantangan tersebut.
Selama di Batam, ia mengikuti arisan
Perbanas(singkatan dari Persatuan Bank Swasta
Nasional) yang diikuti oleh istri-istri dari pegawai bank-
bank swasta nasional yang ada di Batam seperti BII,
BCA, Permata, dll. Dari mengikuti arisan ini, ia mulai
memiliki banyak teman-teman dari golongan yang
sama(menghadapi masalah yang mirip seperti anak

13
masih kecil, sekolah, dll). Selain itu, ia mendapat teman
dekat dari arisan tersebut yang bernama Aida.
Aida merupakan orang yang ceria. Selama di
Batam ia seringkali datang berkunjung ke rumah kami
untuk dapat bertemu dengan ibu. Ia merupakan orang
yang selalu menghibur ibu setiap kali ibu merasa tidak
mampu menghadapi masalah-masalah. Selain itu, Aida
juga dekat dengan anak-anak, aku dan kakakku termasuk
dekat dengannya. Aida juga merupakan orang yang akan
menegur kami bila kami melakukan hal yang membuat
ibu sedih.
Selain Aida, ia juga memiliki teman dekat yang
lain yaitu Eri. Sebenarnya ia sudah mengenal Eri
semenjak masih di Padang dan bekerja di Kantor
Akuntan Gafar Salim, tapi ketika di Batam dan bertemu
lagi mereka menjadi lebih dekat. Eri selalu mau untuk
berkunjung ke rumah kami untuk menginap setiap kali
ayah harus pergi untuk training di luar kota.
Kehadiran Eri di rumah kami tiap kali ayah
berada di luar kota memberikan kehangatan bagi rumah
yang selalu terasa sepi. Selain itu, Eri juga membantunya

14
untuk mengurus anak-anak dan menjadi tempat
curhatnya mengenai masalah-masalah yang dihadapi.
Dua setengah tahun di Batam, banyak sekali
kesulitan dan keesnangan yang ia lalui. Biaya hidup
yang tinggi merupakan kesulitan sendiri baginya untuk
mengatur belanja rumah tangga. Liburan ke luar negeri
seperti Singapura, Malaka, dan Kuala Lumpur
merupakan hiburan yang murah bagi penghuni Batam
dibanding kota lain di Indonesia. Ia dan keluarga juga
sering meluangkan waktu libur untuk berkunjung ke
kota-kota tersebut
Waktu memang tidak bisa kita kendalikan, saat
nya suaminya di pindah tugas ke medan pada awal
tahun 2006. Seperti biasa ia juga ikut suaminya ke
medan. Ia masih ingat saat pertama kali ke medan
bersamaan dengan peristiwa tsunami di Aceh pada
tanggal 26 Desember 2006, suatu musibah yang sangat
menakutkan.
Keputusan penting yang ia ambil buat
pendidikan anak anaknya adalah mencari sekolah katolik
yang terbaik untuk kedua anaknya sehingga jika harus
pindah lagi tidak akan kesulitan meyusuaikan diri di

15
tempat baru. Anak anak nya di terima di sekolah katolik
SD Santo Yoseph.
Di Medan, ia memiliki teman dekat bernama
Leni Chandra. Ibu mengatakan bahwa cerita
pertemuannya dengan Leni dapat dikatakan unik, karena
mereka ketemu di SD Santo Yoseph dengan cara
bertelepon, dengan keadaan tidak pernah bertemu satu
sama lain, hanya pernah saling mendengar tentang satu
sama lain. Jadi, mereka bertemu dengan saling
memegang handphone dan saling berbicara melalui
handphone tersebut dan saling berjalan mendekati satu
sama lain tanpa tahu orang yang dicari berada di depan
satu sama lain. Setelah kejadian iu, mereka berdua hanya
tertawa dan mulai menjadi akrab. Pertemanan ini juga
masih bertahan sampai sekarang, bahkan ketika masih di
Medan pernah liburan bersama di Tarutung.
Tiga setengah tahun di lalui di kota Medan
dengan suka dan duka tersendiri. Ia harus mengatasi
rumah yang bocor saat malam hari sementara suami
sedang di luar kota. Selain itu ia menyukai makanan
Medan yang luar biasa enak hampir bagi semua orang.

16
Lalu seperti biasanya ia kembali bersiap mengikuti
kepindahan suaminya ke Jakarta .
Pada Juli 2008 ia dan keluarga ke Jakarta dan
mencari sekolah untuk kedua anaknya. pilihan adalah di
sekolah katolik Santa Maria di Jalan Ir. Djuanda. Saat itu
putrinya masuk SMP kelas satu dan putranya masuk
kelas 5 SD.
Jakarta bukanlah tempat yang ramah buat
pendatang baru, kemacetan, jarak yang jauh, keamanan,
biaya yang tinggi merupakan tanggangan tersendiri. Ia
dan keluarganya membutuhkan waktu 6 bulan untuk
melakukan penyesuaikan diri di Jakarta.
Ketika di Jakarta pun, masih sulit untuk
mendapat kenalan. Tetapi, ia cukup beruntung karena
ada cukup banyak keluarga di Jakarta dan ada satu
kenalan yang bekerja sebagai guru, sehingga memberi
banyak masukan mengenai sekolah. Guru ini juga yang
membantu untuk mengurus masuknya kedua anaknya ke
Santa Maria.
Tantangan lain yang dihadapi adalah masalah
tempat tinggal, terlalu sulit untuk mencari tempat yang
sesuai dengan keinginan dan kebutuhan keluarga.

17
Akhirnya, diputuskan untuk mencari rumah di daerah
Sunter. Namun, karena belum memiliki rumah sendiri
masih sering untuk bersiap-siap untuk pindah rumah
lagi. Hal ini menjadi suatu beban lagi karena pindah-
pindah rumah bukanlah hal yang mudah dan merupakan
hal yang sangat melelahkan.
Ketika pindah untuk kedua kali di Jakarta, ia
bertemu dengan Karla yang merupakan mantan ketua
lingkungan. Karla menjadi sosok yang sangat
membantunya dalam menghadapi permasalahan-
permasalahannya. Dengan pertemanannya dengan Karla,
Ibu menjadi lebih semangat dan terlihat jauh lebih
senang daripada sebelumnya di Jakarta. Terlebih lagi
ketika baru pindah ke Jakarta ada masalah dengan
adiknya dan juga harus ikut stress membantu
keponakan yang saat itu depresi untuk melewati masa
MOS di kampusnya.
Kehadiran Karla di kehidupan Ibu seakan-akan
memberi semangat baru baginya. Ia menjadi lebih
religious, ia juga mulai semakin sering tersenyum dan
bercanda. Mungkin yang paling membantu dari
kehadiran Karla adalah bagaimana Karla selalu siap

18
untuk mendengar permasalahannya dan memberi
masukan untuk menyelesaikannya. Bukan hanya itu,
Karla juga memberikan informasi tentang Kanisius yang
ingin dimasuki oleh putranya. Hal ini sangat
membantunya untuk mengumpulkan informasi tentang
Kanisius dan untuk memutuskan akan mengizinkan
putranya bersekolah di sana atau tidak.
Tanpa terasa ia telah melewati 6 tahun di
Jakarta , ia telah memikirkan yang terbaik baik putra dan
putrinya dengan menetapkan Jakarta sebagai rumah
keluarga sehingga kedua anaknya tidak akan terganggu
dengan kepindahan suaminya suatu saat.
Namun, dengan memutuskan untuk membeli
rumah ini pun tidak sepenuhnya memberi efek positif
padanya karena menyebabkan dirinya untuk berpisah
dengan Karla, sekalipun hanya berpisah komplek.
Perpindahan ini memberikan efek yang sangat bagi Ibu,
hal ini membuat ibu terlihat semakin murung. Ia terlihat
merasa kehilangan teman terdekatnya karena dengan
komplek yang berbeda menyebabkan kesempatan untuk
bertemu langsung menjadi semakin sulit. Hal ini
membuat Ibu menjadi semakin mudah untuk stress.

19
Kepindahan ke rumah baru juga menyebabkan
stress baginya karena keadaan rumah yang masih belum
rapi lainnya. Bukan hanya itu, semenjak pindah ke
rumah yang baru kedua anaknya menjadi lebih sering
berdiam diri di kamar untuk mengerjakan kesibukan
masing-masing. Hal ini menyebabkan rasa kesepian di
dalam dirinya. Ia menjadi sering emosional dan mudah
stress.
Oleh karena permasalahan itu, ia mulai
mengikuti sesi konseling di Shekina untuk
membicarakan permasalahannya. Tetapi terkadang
konseling itu tidak terlalu membantu, terlebih lagi
putrinya yang memang berwatak keras sering
memaksanya untuk pergi ke Shekina. Hal ini terkadang
membuatnya semakin stress menghadapi masalah yang
sudah ada.
Namun semua permasalahan itu tidak
menghentikannya untuk terus berusaha memberikan
yang terbaik untuk keluarganya. Ia masih berusaha untuk
menyelesaikan masalahnya dengan semakin rajin untuk
berdoa dan mengikuti kursus konseling. Dan, ia masih

20
berusaha untuk menjadi seorang ibu dan menantu yang
perhatian pada anak-anak dan mertuanya.

IV. PROFESI, KARIER, HOBI

Selama masih kuliah, Ibu bekerja sebagai


tenaga administrasi di Kantor Akuntan Gafar Salim, di
mana ia nantinya akan bertemu dengan ayah. Setelah
lulus dari ABBA, ia melamar kerja ke BII dan
memperoleh posisi sebagai teller. Selama di BII, ia
mengalami beberapa kali pemindahan bagian karena ia
dianggap mampu untuk mengisi posisi yang sedang
kosong itu.
Setelah menjalin hubungan dengan ayah, ia
mengundurkan diri dari BII karena hubungan antara
karyawan tidak diperbolehkan oleh peraturan
perusahaan. Tetapi ia tidak segera menjadi
pengangguran, ia masuk ke PT Tiga Sari Primaraya dan
menjadi staff direksi yang mengurus seluruh bagian
administrasi.

21
Setelah memutuskan untuk menikah, Ibu
mengundurkan diri dari pekerjaannya setahun
setelahnya. Hal ini juga disebabkan karena kondisinya
yang sedang mengandung Gracia. Setelah kelahiran
Gracia pada tanggal 18 Maret 1996, ia memutuskan
untuk menjadi seorang ibu rumah tangga.
Setelah menjadi ibu rumah tangga, bukan
berarti ia hanya bersantai dan mengurus rumah. Ia
mulai kerja sambilan untuk menjual produk-produk
rumah tangga yang saat itu cukup popular dari
AVON(kosmetik, sandal rumah, keset kaki, dll). Usaha
ini berlangsung sampai ia pindah ke Batam, saat itu
perusahaan AVON juga sudah tidak sesukses dulu.
Semenjak itulah ibu benar-benar focus hanya menjadi
ibu rumah tangga yang mengurus seluruh kebutuhan
keluarganya.
Ibu memiliki hobi untuk membaca dan juga
bernyanyi. Ia senang membaca novel yang menceritakan
tentang anak-anak, walaupun ia tidak pernah
menceritakan mengapa ia menyenangi novel tersebut. Ia
sangat menyenangi novel yang berjudul Totto-Chan,
Gadis Kecil di Jendela dan Pollyana.

22
Selain membaca, ia juga senang bernyanyi.
Bernyanyi sudah menjadi kebiasaannya sejak TK. Ibu
tidak pernah mengatakan apa yang menjadi lagu yang
selalu ia nyanyikan pada masa kecilnya, kalaupun
ditanya ia akan mengatakan bahwa ia sudah lupa. Tetapi
bila ada acara keluarga dimana anggotanya wajib
bernyanyi, ada satu lagu yang pasti ia nyanyikan yaitu
Gereja Tua.
Hobi bernyanyi ini juga masih diteruskan
sampai dengan sekarang, dimana ia mulai mengikuti
koor lingkungan. Kata teman-teman koornya, ia
memiliki suara yang kuat dan jelas, serta cepat
menangkap apa yang diajarkan oleh pelatihnya.
Selain kedua hobi itu, sebelum pindah ke
Jakarta ada satu lagi hobi yang ia miliki, yakni menonton
telenovela. Kegiatan menonton itu entah mengapa
menjadi suatu kebiasaan antara dirinya dan kedua
anaknya, dimana ketiganya akan menonton di depan TV
sepulang sekolah. Kegiatan ini menjadi salah satu saat
dimana dirinya dan kedua anaknya menjalin relasi,
namun seiring bertambahnya usia kedua anak dan

23
bagaimana sifat stasiun TV, kegiatan menonton bersama
ini berhenti semenjak di Jakarta.

V. KEISTIMEWAAN TOKOH
Ibu merupakan seorang yang sabar walaupun
masih harus berhadapan dengan berbagai masalah. Ia
memiliki sifat yang periang, ia selalu terlihat tersenyum
bahkan ketika ia sedang stress karena memikirkan
sesuatu. Ia tidak pernah mau untuk menunjukkan bahwa
ia memiliki masalah kepada orang lain karena tidak mau
merepotkan.
Selain itu, Ibu juga merupakan orang yang
sangat peduli kepada kedua anaknya. Ia selalu berusaha
untuk mengetahui bagaimana keadaan anaknya, namun
terkadang hal ini dirasa mengganggu oleh kedua anaknya
tersebut. Tetapi hal ini menunjukkan bagaimana ia peduli
kepada kedua anaknya.
Ia juga merupakan seorang yang cukup teliti
dalam mengamati sesuatu. Ia sangat cermat dalam

24
melihat apakah ada barang yang hilang atau dimana letak
barang yang menurut anaknya hilang.
Selain dari hal tersebut, ibu juga orang yang
sangat mudah bergaul dengan orang lain. Ia dengan cepat
akan mendapat kenalan baru ketika berkunjung ke suatu
tempat. Walaupun demikian, menurutku ini juga
termasuk hal yang agak membahayakan karena ini
menunjukkan bahwa ia sangat mudah percaya pada
orang lain. Terkadang saya takut kalau sampai Ibu ditipu
karena sifatnya ini.
Selain dari sifat-sifat tersebut, ibu juga cukup
terkenal dengan kerapihan dan suaranya. Ibu seringkali
dibilang sebagai anak yang paling rapih diantara seluruh
saudara/i-nya. Hal ini juga terlihat bagaimana ia
seringkali marah bila melihat kamar anaknya berantakan.
Ibu memiliki suara yang keras dan terkenal
merdu di lingkungannya. Hal ini menyebabkan ia sering
diajak untuk ikut koor lingkungan, walaupun ia baru ikut
sekarang. Ketika bernyanyi di dalam koor, terkadang
suaranya bisa langsung terdengar jelas meskipun ditutupi
oleh suara yang lain.

25
VI. PENDAPAT ORANG LAIN
Tidak ada hal yang dapat dibanggakan bila
orang tersebut hanya menilai dirinya sendiri, karena hal
tersebut hanya akan membuat dirinya semakin besar
ataupun penilaian itu tidak objektif. Oleh sebab itu, saya
mengumpulkan beberapa pendapat dari orang-orang
terdekat Ibu saya.
Ayah mengatakan bahwa Ibu adalah orang yang
perhatian, sabar, rapih, jujur, ramah, dan juga sederhana.
Ayah juga mengatakan bahwa bila tidak ada Ibu pasti
rumah akan berantakan dan hampir semuanya akan tidak
selesai dengan baik. Namun, dibalik dari sisi postif
tersebut tentunya ada pula sisi negatifnya. Ayah
mengatakan bahwa sisi negative ibu adalah kurang tahan
dengan tekanan, terlalu mudah cemas, dan juga tidak
percaya diri.
Menurut putrinya, ibu merupakan orang yang
baik dan perhatian, polos, teliti, dan jujur. Ia mengatakan
bahwa kejujuran Ibu terkadang terlalu berlebihan dan
kadang menyebabkan masalah. Selain itu, ia juga
mengatakan bahwa ibu kadang terlalu polos, agak bawel
dan suka mengulang-ulang, suka pesimis, serta sulit

26
untuk mendengar pendapat orang lain. Tetapi, hal itu
kadang terjadi karena Ibu sangat sayang dan perhatian
pada anak-anaknya.
Popo(Ibu dari ayah; mertua ibu) berpendapat
bahwa ibu adalah satu-satunya menantu perempuannya
yang benar-benar dapat diharapkan. Ia mengatakan
bahwa ibu adalah orang yang sangat peduli dan perhatian
padanya. Tetapi, ia juga mengatakan bahwa ibu terlalu
sering cemas dan terlalu memikirkan masalah yang kecil.
Adik perempuannya mengatakan bahwa ia
adalah orang yang perfeksionis dan kurang dewasa.
Menurut saya alasan mengapa ibu kurang dewasa adalah
karena ia kurangnya kesempatannya untuk menjadi
anak-anak pada masa mudanya, sehingga ia sedikit
bertingkah seperti anak-anak untuk dekat dengan kedua
anaknya dan untuk lepas dari stress. Dibalik dua
pendapat negative itu, adiknya juga mengatakan bahwa
ibu adalah orang yang ceria dan murah senyum.
Pendapat terakhir yang saya dapat adalah dari
Karla yang merupakan sahabat terdekat ibu. Ia
mengatakan bahwa ibu adalah orang yang terbuka dan
asli(bersikap seperti biasa, tidak dibuat-buat), seorang

27
yang sangat teliti, dan selalu berusaha lebih baik.
Namun, ibu juga merupakan orang yang mudah khawatir
dalam menghadapi permasalahan yang belum terjadi.
Disamping itu semua, seluruh anggota keluarga
inti memiliki pendapat yang sama terhadapnya. Anggota
keluarga inti beranggapan bahwa ia adalah orang yang
rajin berdoa, mau memperkenalkan Tuhan kepada anak-
anaknya, serta sangat peduli dengan kedua anaknya. Ia
mau untuk melakukan hal-hal kecil seperti
mempersiapkan air minum dan makanan kecil untuk
anak maupun suaminya hanya untuk memastikan mereka
minum dan tidak kekurangan gizi sama sekali.

28
VII. FOTO-FOTO

Foto wisuda Ibu saat bersama dengan Ayah

29
Saat Ibu diwisuda di STBA Prayoga Padang

Akta Lahir Ibu Surat Permandian Ibu

30
Surat Tamat Belajar

Surat Nikah di Gereja Katedral Padang

31
Surat-surat keterangan kerja
yang dimiliki oleh Ibu

32
Foto-Foto Pernikahan Ayah dan Ibu

33
TENTANG PENULIS
Guiedo Hendy Indra
adalah putra pertama dan anak
kedua dari pasangan Nuruanti
dan Benny Indra. Ia dilahirkan di
Bukittinggi pada tanggal 8 Juli
1998. Saat ini ia sedang
menempuh jenjang SMA di
Kolese Kanisius.
Hendy bukan anak yang dapat dikatakan
memiliki kemampuan berbahasa yang fasih. Namun, ia
memiliki impian untuk dapat menjadi pembicara dan
dapat menulis bukunya sendiri, hal ini ia awali dengan
menulis renungan.
Sebelum menulis buku biografi ini, ia pernah
menulis beberapa karya yaitu: Autisme pada Anak
bersama dengan Melvina C. Liongga, Pengaruh Nasi
Uduk pada Kesehatan Pencernaan bersama dengan
rekan-rekannya, Edufair Kanisius Menjawab
Kebutuhan Siswa, dan sebuah analisis biografi berjudul
Steve Jobs.

34

Anda mungkin juga menyukai