Sebagian orang masih memiliki stereotip buruk terhadap pendidikan seks, banyak
orang melihatnya sebagai sesuatu yang vulgar. Sampai saat ini, ketika berbicara tentang
seks, kebanyakan orang memikirkan seks.
Pada hakikatnya seks berarti jenis kelamin biologis yang memisahkan laki-laki
dan perempuan, dalam kaitannya dengan organ reproduksi, cara menjaga kebersihan
dan kesehatan; orientasi psikologis dan seksual dalam kaitannya dengan identitas peran
gender seseorang, perasaan terhadap seks dan cara seseorang melakukan fungsi seksual;
dimensi sosial, yang menyangkut bagaimana seksualitas muncul dalam hubungan
masyarakat dan bagaimana lingkungan mempengaruhi pembentukan sikap tentang
seksualitas dan pilihan perilaku seksual; dan dimensi budaya, menunjukkan bahwa
perilaku seksual merupakan bagian dari budaya yang ada di masyarakat.
Mungkin perlu kita sadari bersama, bahwa remaja dengan atau tanpa pendidikan
seks akan tumbuh dan berkembang dengan segala permasalahanya. Salah satu masalah
yang selalu menimbulkan keingintahuan mereka adalah berkaitan dengan seksualitas,
seperti timbulnya rasa tertarik dengan lawan jenis, penampilan fisik yang semakin
matang serta munculnya libido seksual yang timbul di luar kesadaran dan kemauan
mereka sendiri. Sebagaimana umumnya remaja, awalnya mereka akan bertanya serta
bertukar pikiran dan pengalaman dengan teman sebayanya.
Anehnya para orangtua pun ikut mengamati perkembangan yang terjadi pada anak
remajanya dengan perasaan gembira bercampur cemas, tetapi mereka pun tidak tahu
cara menanganinya. Walaupun tidak sedikit orangtua dan guru di sekolah yang memiliki
pengetahuan tentang reproduksi manusia, dan masalah yang berhubungan dengan
perilaku seksual, tetapi banyak dari mereka yang tidak mampu menjelaskan kepada
anaknya.
Melihat fenomena di atas, berarti telah terjadi konflik. Hal ini terjadi karena
adanya perbedaan mendasar yang berupa perbedaan kepentingan atau tujuan dari pihak-
pihak yang terlibat. Hal ini disebabkan oleh adanya konflik dalam diri orangtua atau
guru yang menganggap seks sesuatu yang tabu sehingga menyurutkan keberaniannya
untuk memberikan pendidikan seks. Padahal seks adalah kebutuhan yang tidak dapat
dihindarkan dari setiap manusia.
Pendidik serta orang tua harus aktif dalam pengawasan serta penyebaran
informasi mengenai pendidikan seks. Karena hal ini penting bagi kehidupan sosial para
remaja agar tidak terjerumus pada lubang yang salah.
Lebih dari itu, pendidikan seks yang komprehensif juga harus memuat pendidikan
etika yang mengatur hubungan antarsesama baik dalam keluarga maupun dalam
masyarakat. Penghargaan atas pilihan setiap orang untuk menentukan kehidupan
seksualitasnya, relasi, gender dan muatan muatan moralitas lainnya. Pendidikan seks
yang komprehensif juga harus mampu mempersiapkan remaja menentukan pilihanya
untuk melakukan perilaku seksual yang sehat dan bertanggung jawab.
Oleh karena itu, kita semua perlu memposisikan masalah pendidikan seks bagi
remaja secara cerdas dan jernih, tanpa harus dicampuri perasaan emosional. Untuk
melakukannya perlu keikhlasan dari semua pihak. Dengan cara ini pula diharapkan kita
dapat menghasilkan suatu metode pendidikan seks bagi remaja yang sesuai dengan
kultur, agama, dan dapat diterima oleh semua pihak