Anda di halaman 1dari 3

PENDIDIKAN SEKS PENTING, TAPI PERLUKAH?

Oleh : Sarah Agnesya Putri Siahaan / 12 IPS 1

Pendidikan seks pada dasarnya adalah upaya untuk memberikan pengetahuan


tentang fungsi organ reproduksi dengan menanamkan moral, etika dan komitmen agama
untuk tidak menyalahgunakan organ reproduksi. Dengan demikian, pendidikan seks
dapat juga disebut pendidikan kehidupan keluarga.

Sedangkan menurut Sarlito dalam Teen Psychology (1994), secara umum


pendidikan seks adalah informasi yang jelas dan benar tentang seksualitas manusia,
termasuk konsepsi, dari kehamilan sampai kelahiran, perilaku seksual, hubungan
seksual dan aspek seks. kesehatan, psikologi dan masyarakat.

"Apakah anak di bawah umur membutuhkan pendidikan seks" telah menjadi


bahan perdebatan di berbagai kalangan. Pihak yang tidak menyetujui berpendapat
bahwa jika pendidikan seks bagi kaum muda akan mendorong mereka untuk
berhubungan seks, dan dikhawatirkan akan semakin merusak moral remaja.

Argumen tidak diperbolehkannya pendidikan seks bagi remaja muncul karena


mereka tidak menganggap seks sebagai bagian dari kehidupan manusia dengan nilai-
nilai moral dan etika luhur pencipta tetapi sebagai sesuatu yang lain, itu kotor,
menjijikkan, dan penuh nafsu. Sedangkan pendidikan seks dengan syarat etika dan
moralnya telah dilakukan oleh orang-orang terdahulu dengan berbagai cara.

Sebagian orang masih memiliki stereotip buruk terhadap pendidikan seks, banyak
orang melihatnya sebagai sesuatu yang vulgar. Sampai saat ini, ketika berbicara tentang
seks, kebanyakan orang memikirkan seks.

Pada hakikatnya seks berarti jenis kelamin biologis yang memisahkan laki-laki
dan perempuan, dalam kaitannya dengan organ reproduksi, cara menjaga kebersihan
dan kesehatan; orientasi psikologis dan seksual dalam kaitannya dengan identitas peran
gender seseorang, perasaan terhadap seks dan cara seseorang melakukan fungsi seksual;
dimensi sosial, yang menyangkut bagaimana seksualitas muncul dalam hubungan
masyarakat dan bagaimana lingkungan mempengaruhi pembentukan sikap tentang
seksualitas dan pilihan perilaku seksual; dan dimensi budaya, menunjukkan bahwa
perilaku seksual merupakan bagian dari budaya yang ada di masyarakat.

Mengapa kini justru terjadi kemunduran di bidang pendidikan seks? Banyak


kalangan yang mendiskreditkan pendidikan seks bagi kalangan remaja yang seharusnya
bisa dibahas dan disajikan secara bertanggung jawab oleh anggota masyarakat yang
kompeten dan ahli. Mendiskreditkan pendidikan seks kepada remaja justru akan
menyebabkan informasi yang salah tentang masalah yang sangat penting ini.

Kondisi ini kemudian dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung


jawab untuk menyebarluaskan informasi tentang seks yang isinya jauh menyimpang
dari nilai-nilai etika dan moral sehingga pada akhirnya remaja justru membuat remaja
menjadi terjerumus ke persoalan seksual yang menyimpang dari sebenarnya. Setiap hari
muncul ratusan bahkan mungkin ribuan bacaan porno yang menarik dengan berbagai
bentuk, namun isinya tidak dapat dipertangungjawabkan.

Mungkin perlu kita sadari bersama, bahwa remaja dengan atau tanpa pendidikan
seks akan tumbuh dan berkembang dengan segala permasalahanya. Salah satu masalah
yang selalu menimbulkan keingintahuan mereka adalah berkaitan dengan seksualitas,
seperti timbulnya rasa tertarik dengan lawan jenis, penampilan fisik yang semakin
matang serta munculnya libido seksual yang timbul di luar kesadaran dan kemauan
mereka sendiri. Sebagaimana umumnya remaja, awalnya mereka akan bertanya serta
bertukar pikiran dan pengalaman dengan teman sebayanya.

Anehnya para orangtua pun ikut mengamati perkembangan yang terjadi pada anak
remajanya dengan perasaan gembira bercampur cemas, tetapi mereka pun tidak tahu
cara menanganinya. Walaupun tidak sedikit orangtua dan guru di sekolah yang memiliki
pengetahuan tentang reproduksi manusia, dan masalah yang berhubungan dengan
perilaku seksual, tetapi banyak dari mereka yang tidak mampu menjelaskan kepada
anaknya.

Melihat fenomena di atas, berarti telah terjadi konflik. Hal ini terjadi karena
adanya perbedaan mendasar yang berupa perbedaan kepentingan atau tujuan dari pihak-
pihak yang terlibat. Hal ini disebabkan oleh adanya konflik dalam diri orangtua atau
guru yang menganggap seks sesuatu yang tabu sehingga menyurutkan keberaniannya
untuk memberikan pendidikan seks. Padahal seks adalah kebutuhan yang tidak dapat
dihindarkan dari setiap manusia.

Pendidik serta orang tua harus aktif dalam pengawasan serta penyebaran
informasi mengenai pendidikan seks. Karena hal ini penting bagi kehidupan sosial para
remaja agar tidak terjerumus pada lubang yang salah.

Lebih dari itu, pendidikan seks yang komprehensif juga harus memuat pendidikan
etika yang mengatur hubungan antarsesama baik dalam keluarga maupun dalam
masyarakat. Penghargaan atas pilihan setiap orang untuk menentukan kehidupan
seksualitasnya, relasi, gender dan muatan muatan moralitas lainnya. Pendidikan seks
yang komprehensif juga harus mampu mempersiapkan remaja menentukan pilihanya
untuk melakukan perilaku seksual yang sehat dan bertanggung jawab.

Oleh karena itu, kita semua perlu memposisikan masalah pendidikan seks bagi
remaja secara cerdas dan jernih, tanpa harus dicampuri perasaan emosional. Untuk
melakukannya perlu keikhlasan dari semua pihak. Dengan cara ini pula diharapkan kita
dapat menghasilkan suatu metode pendidikan seks bagi remaja yang sesuai dengan
kultur, agama, dan dapat diterima oleh semua pihak

Anda mungkin juga menyukai