Anda di halaman 1dari 3

NAMA : WA ODE SURIDA

KELAS : XII IPA 3


TUGAS : BAHASA INDONESIA

AUTOBIOGRAFI

Nama saya Wa ode Surida. Saya lahir di desa Sampuabalo, 8 Agustus 1999. Saya
anak ke 5 dari 9 bersaudara. Ayah saya bernama La ode Muksin( almarhum) yang berasal
dari desa Sampuabalo, sulawesi tenggara. Ibu saya bernama Wa ode Aiya, yang berasal
dari desa Eli kecil yang terletak di maluku utara. Saya mempunyai 2 orang adik
perempuan dan 2 orang adik laki-laki. Adik perempuan saya bernama Wa ode Anida
yang sekarang bersekolah di SMAN 1 Baubau dan Wa ode Sitiani yang sekarang duduk
di bangku kelas 6 SD, adik laki-laki saya bernama La ode Rafdin yang sekarang duduk di
bangku kelas 6 SD yang sebentar lagi akan mengikuti ujian nasional dan La ode
Ridwan( almarhum).

Saya di besarkan dalam keluarga yang sederhana. Dahulu, ayah saya bekerja
sebagai seorang nelayan. Ibu saya hanya berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Akan
tetapi, ketika berumur 11 bulan, ayah saya jatuh sakit akibat terkena penyakit diabetes.
Semenjak saaat itu saya kehilangan sosok ayah yang saya sayangi. Saya di asuh ibu
seorang diri selama satu setengah tahun. Kemudian ibu saya menikah lagi dengan ayah
baru saya. Ayah baru saya bernama La ode Ismail, yang berasal dari Ambon. Mulai saat
ini, saya di asuh ibu kandung saya bersama ayah tiri saya yang berprofesi sebagai seorang
nelayan.

Hobi saya membaca. Terutama membaca Al-Qur’an dan membaca buku. Bagi
saya membaca Al-Qur’an merupakan kegiatan yang sangat menyenangkan dan membuat
hati menjadi tentram. Biasanya saya membaca Al-Qur’an selesai shalat.

Pada tahun 2004, tepatnya saya berumur 3 tahun, saya mulai karir pendidikan di
jenjang taman kanak-kanak, saya mulai belajar di sekolah TK Larangka, desa
Sampuabalo. Setiap hari, saya pergi dengan berjalan kaki karena rumah dan sekolahku
jaraknya tidak terlalu jauh. Masa-masa ini adalah masa yang sangat menyenangkan. Saya
bisa belajar sambil bermain. Saya menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak pada
tahun 2005/2006.

Saya melanjutkan sekolah di SD Negeri 1 Sampuabalo, kec. Siotapina. Setiap hari


saya pergi sekolah dengan berjalan kaki. Pada saat duduk di bangku SD saya sering
mendapatkan peringkat yang tidak pernah keluar dari 10 besar. Saya juga pernah
mengikuti lomba- lomba keagamaan yang di selenggarakan oleh remaja-remaja masjid
yang ada di kampungku seperti menghafal surah-surah pendek, mengaji dan lain-lain.
Dan alhamdulilah selalu mendapatkan juara 1.

Setelah 6 tahun, tepatnya pada tahun pelajaran 2011/2012. saya menyelesaikan


pendidikan di SD Negeri 1 Sampuabalo. Kemudian saya melanjutkan ke jenjang yang
lebih tinggi yaitu SMPN Satap Siotapin. Di sinilah saya menuntut ilmu yang lebih
mendalam selama 3 tahun. Dan pada waktu SMP saya adalah sosok yang tidak suka
bergaul dengan teman-teman. Jika teman-teman saya mengajak saya untuk pergi hunting,
saya selalu mempunyai segudang alasan untuk tidak mengikuti mereka karena saya
berfikir jika saya mengikuti mereka pasti pekerjaan rumah tidak akan terselesaikan
dengan baik termaksud tugas-tugas yang di berikan Bapak dan Ibu guru di sekolah. Pada
waktu SMP saya selalu menjadi yang terbaik untuk kedua orang tua saya karena selama 3
tahun saya selalu mendapatkan juara yang tidak pernah keluar dari 2 besar.

Pada tahun pelajaran 2015/2016, saya menyelesaikan pendidikan di SMP Negeri


Satap Siotapina. Kemudian saya melanjutkan ke jenjang SMA, yaitu di SMA Negeri 1
Baubau. Pada saat saya duduk di kelas x.1, ada hal yang tidak bisa saya lupakan, hari itu
adalah hari dimana saya dan teman-teman mengikuti ulangan pendidikan
kewarganegaraan( PKN). Sebelum mengerjakan soal-soal yang di berikan dari Ibu guru,
Ibu guru mengatakan kepada kami bahwa “ jika kalian melihat teman-teman kalian yang
nyontek, tulis di lebar jawaban kalian nama-nama yang nyontek. Dan pada saat itu, saya
dan teman saya yang bernama Srifilda nekat untuk menulis nama-nama yang nyontek dan
memberikan kepada Ibu guru. Beberapa menit kemudian, setelah ibu guru meninggalkan
kelas, ada salah satu teman saya yang selalu membuat onar di kelas melaporkan kepada
teman-temanya bahwa saya dan Srifilda telah melaporkan mereka kepada Ibu guru. Dan
pada saat itulah, saya dan Srifilda di bulih sama teman- teman yang selalu membuat kelas
menjadi gaduh.

Anda mungkin juga menyukai