Anda di halaman 1dari 2

Ibuku bernama Susanti, ia lahir di Kediri pada tanggal 06 Maret 1982 dari seorang

ayah yang bernama Subinanto Joyoningrat yang lahir pada tanggal 10 November
1947 di Kediri. Dan seorang ibu yang bernama Suhenik, lahir di Kediri tanggal 08
Juli 1950. Ibuku menikah dengan seorang laki-laki yang bernama Agus Budi
Santoso. Pada masa kanak-kanak ibu saya tinggal di Desa Kunjang, Kecamatan
Ngancar, Kabupaten Kediri. Ibuku adalah seorang putri pertama dari 3 bersaudara.
Beliau adalah seseorang yang sangat disiplin mengenai kebersihan, dia
mengajarkan kepada anak-anaknya sedari kecil betapa pentingnya menjaga
kebersihan dilingkungan rumah ataupun saat diluar rumah sebab kebersihan
merupakan sebagian dari iman.

Ibuku pertama kali sekolah di Taman Kanak-Kanak Dharma Wanita Kunjang.


Setelah 2 tahun disana, dan meneruskannya ke Sekolah Dasar Kunjang 1. Sewaktu
SD Ibuku selalu megendarai sepeda dengan teman lainnya, dan jalannya pun
belum diaspal jadi jikalau hujan sepatunya dibawa dengan tangan. Jarak rumah ke
SD sekitar 2 km. Setelah lulus di SD selama 6 tahun Ibuku meneruskan ke Sekolah
Menengah Pertama 2 Wates. Berjarak 5 km dari rumah dia mengendarai sepeda
bersama teman-temannya, dan masuk di kelas 1B. Dari dulu hingga sekarang
Ibuku sangat suka memasak terutama untuk membuat kue dan camilan. Aku dan
beliau sering kali mencoba resep-resep baru dari internet atau dari siaran televisi.
Kami mempunyai banyak kesamaan selera terutama dalam jenis makanan ataupun
rasa makanan.

Lalu Ibuku melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas 1 Wates. Di SMA Ibuku


terpilih menjadi anggota paskibraka dan aktif dengan grub paduan suara. Ibuku
mengambil jurusan IPA karena nilai Matematika dan IPA nya begitu memuaskan.
Ibuku melanjutkan kuliah ke Universitas IIK Bhakti Wiyata Kediri mengambil
jurusan Keperawatan. Setelah lulus kuliah Ibuku langsung dilamar dan menikah
dengan ayahku, akhirnya berhenti karena kesibukan rumah tangga.
Ibuku berkata bahwa belajar itu tidak boleh menyerah dengan keadaan seperti
apapun misalnya, lelahnya mengendarai sepeda, kesetiakawanan dengan teman,
solidaritas teman, dan belajar dengan giat. Zaman saat ibuku dulu berbeda dengan
sekarang yang sudah serba modern. Saya menyadari bahwa perjuangan yang tidak
kenal lelah patut untuk menjadi contoh.
Ayahku bernama Agus Budi Santoso, ia lahir di Kediri pada tanggal 15 Agustus
1981 dari seorang ayah yang bernama Hamdan Basuri yang lahir pada tanggal 27
Desember 1945 di Tulungagung. Dan seorang ibu yang bernama Sunarmi, lahir di
Kediri tanggal 17 Oktober 1947. Ayahku menikah dengan seorang perempuan
yang bernama Susanti. Pada masa kanak-kanak ayah saya tinggal di Desa
Pandantoyo, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri. Ayahku adalah anak kedua
dari dua bersaudara sedangkan kakaknya adalah perempuan.

Ayahku pertama kali sekolah di Taman Kanak-Kanak Dharma Wanita Ngancar.


Setelah 2 tahun disana, dan meneruskannya ke Sekolah Dasar Pandantoyo 1.
Sewaktu SD Ayahku selalu megendarai sepeda dengan teman-temannya, disaat
perjalanan pulang sekolah biasanya beliau akan mandi di sungai dekat sekolah
bersama teman-temannya. Jarak rumah ke SD sekitar 1 km. Setelah lulus di SD
selama 6 tahun Ayahku meneruskan ke Sekolah Menengah Pertama 2 Wates.
Berjarak 10 km dari rumah dia mengendarai motor bersama teman-temannya, dan
masuk di kelas 1C. Dari dulu sampai sekarang Ayahku memiliki hobi bersepeda
dan bermain voli. Ketika menjelang sore beliau pasti mengajak ku untuk
bergabung bersamanya, entah itu bersepeda ataupun bermain voli dihalaman
rumah.

Lalu, Ayahku melanjutkan di Sekolah Menengah Kejuruan 1 Kediri. Di SMK


Ayahku mengikuti kegiatan extrakurikuler pencak silat dan aktif mengikuti
kegiatan futsal. Ayahku mengambil jurusan Teknik Kendaraan Ringan karena
beliau sangan suka memodivikasi berbagai macam bentuk motor dan begitu
tertarik dengan seluk beluk suku cadang motor. Setelah lulus sekolah ayah
langsung bekerja tanpa kuliah dan melamar Ibuku. Dimulai dari usaha kecil yang
beliau dirikan, sekarang usaha tersebut telah berkembang dengan cepat berkat
usaha, ketekunan serta doa beliau dan keluarga. Ayah selalu berkata jadilah anak
yang disiplin dan hemat, kedua sifat itu yang akan mengajarkanmu akan betapa
kerasnya kehidupan dan secara perlahan akan menuntunmu menuju kesuksesan.

Anda mungkin juga menyukai