Anda di halaman 1dari 2

Dibalik Kesuksesanku

Aku tinggal di Jakarta sejak 3 tahun lalu. Ibuku adalah orang Bali dan ayahku adalah orang Prancis . Ibuku
adalah seorang orangtua tunggal .Disaat umurku dua tahun ayahku kabur bawa uang ibu dan meninggalkan
hutang. Dan ditahun yg sama ibuku mengalami kebangkrutan karena waktu itu dollar sedang naik.
Situasi ini tentu tidak mudah bagi ibuku . Ditinggal suami, harus menghidupi dua anak yang masih kecil dan
satu anak masih dalam kandungan, bangkrut dan juga ditinggal hutang oleh ayahku .Ibu pernah hampir bunuh
diri waktu itu. Tapi dia berusaha kuat untuk anak-anaknya. Dua tahun depresi, akhirnya ibu coba bangkit dan
cari pekerjaan. Dia diterima menjadi manager di beberapa restaurant dan villa.
Disaat aku berumur 5 tahun adikku didiagnosa hiperactive bahkan hampir autis , 12 kali ganti babysitter tidak
ada yang kuat jaga dia. Ibuku pun meninggalkan semua pekerjaannya dan memutuskan untuk pulang ke
kampung dan hidup sederhana. Ibu bilang dia merelakan semuanya karena kita lebih butuh perhatian. Kita
tidak punya ayah, ibu sadar dia harus jadi ibu dan bapak sekaligus.
Aku TK di International school tapi karena ibu sudah tidak banyak pemasukan jadi tidak mampu kalau lanjut
SD disana jadi aku pindah ke SD Saraswati Tabanan. Ibu buka kantin di SDku, kantin Laura namanya. Kita
tinggal di dalam kantin supaya ibu lebih mudah menjaga kita sambil kerja. Banyak kejadian seram yang kita
alami. Ya tentunya , semua pasti tau sekolah bukan tempat yang cocok untuk tempat tinggal. Tapi jadi terbiasa.
Dari awal buka, kantinku sangat ramai sampai punya 8 karyawan . Karna sangat ramainya disaat aku kelas 5
SD ibu kepala sekolah ingin beli kantinku tapi ditolak ibu karna ibu sudah nyaman bisa kerja sambil mengurus
anak bukan hanya karena incomenya saja yang besar. Entah Ibu Kepsek jadi kesal atau bagaimana akhirnya
kantinku difitnah. Dia membuat pengumuman ke seluruh sekolah (SD, Smp, Sma, Kampus Saraswati) kalau
kantinku itu beracun jadi tidak ada yang boleh belanja di kantin Laura. Kalau belanja nilai dikurangi atau tidak
naik kelas. Padahal tidak ada korban dan bukti keracunannya. Seketika kantinku sepi dan kita bangkrut lagi.
Motor, mobil semua dijual sampai tidak punya kendaraan. Yes!! Ibu Kepsek berhasil.
Tapi ternyata dia belum puas , akhirnya dia bkin pengumuman lagi ke seluruh sekolah, tidak ada yang boleh
berteman dan dekat atau ngobrol dengan Laura karena Laura anak kantin beracun. Semenjak itu semua
menjauh kecuali Adwari (sahabat dan teman sebangkuku). Tapi tidak lama setelah itu Adwari dipanggil
keruang kepsek dan diancam tidak naik kelas kalau masih dekat dengan Laura.
Adwari mulai menjauh tapi aku tahu dia sebenarnya sangat sedih dan merasa bersalah melakukan itu. Aku
depresi bera tanganku berair terus, gemeteran dan aku sampai makan tanganku sendiri (tangan ya bukan kuku)
sampe berdarah luka-luka. Melihat aku separah itu ibuku mengajak aku ke psikolog. Aku tidak tahu apa
hasilnya karna dokter tidak memperbolehkan aku tau. Aku masih terlalu dini untuk mengalami hal semacam
itu.
Terimakasih Ibu Kepala sekolahku. Ibu memang wanita yang hebat. Ibu tidak bisa bayangkan kalau itu semua
terjadi sama anak Ibu. Tapi aku berdoa dari lubuk hatiku sampe detik ini semoga dia tidak akan pernah
merasakan apa yang aku rasakan. Lulus SD, kantinku tutup. Dan kita mulai tinggal seperti dulu di Kampung
halaman.
Disaat SMP aku menjalani hidupku dengan normal dan mulai mengikut lomba modeling, story telling, dll dan
juara sampai ke provinsi. Tapi ada satu pengalaman yang tidak bisa aku lupakan yaitu setiap hari aku ke
sekolah naik satu motor berlima dibonceng pamanku karena aku tidak punya kendaraan. Aku, adikku , dan
dua anak pamanku (Duta dan Anum). Naik motor berplat merah dan aku selalu kebagian duduk di besinya
karena itu kalau sampai di sekolah badanku sakit dan pegel. Kalau diingat-ingat lucu juga tapi mengharukan.
Saat itu , ibu kembali buka restaurant di pantai Kedungu dari situlah pendapatan kita.
Masuk SMA aku mulai berjualan nasi goreng di Kelas. Karena restaurant ibu di gusur adat. Jadi aku harus
berjualan untuk membantu keuangan keluarga. Tapi sembunyi-sembunyi karena takut dimarahi guru. Tiap hari
mengendong tas ransel yang sangat berat karena isinya nasi goreng semua 40-50 bungkus. Dan satu tas lagi
yang isinya buku. Aku , ibu dan Khan(adikku) bangun setiap hari jam tiga pagi karena harus menyiapkan nasi
goreng yang dibawa ke sekolah.
Aku tidak malu walaupun aku dipanggil bule penjual nasi goreng. Aku membalas dengan tawaan dan
senyuman. Masih banyak orang yg hidupnya jauh lebih buruk dari aku. Kelas dua SMA semuanya mulai
membaik. Kita punya kendaraan. Ibuku mengajar private bahasa inggris ke rumah-rumah. Dan aku menang
banyak lomba nasional seperti teruni bali , dll.
Karena itu aku mulai dilirik banyak management artis dan PH yang minta aku datang ke Jakarta . Aku sangat
suka acting dari kecil oleh karena itu aku berminat dan dan datang ke Jakarta . Dari situ aku mulai main FTV
sambil sekolah dan berlanjut sampai sekarang.
Tapi disaat aku mulai main ftv ada konflik lagi yang aku alami hingga aku menjadi bahan bully-an di sekolah.
Tapi intinya sekarang kehidupanku sudah sangat baik. Aku bersyukur apa yang Tuhan berikan kepada aku.
Sekarang aku sudah bisa membayar uang sekolah sendiri, membangun rumah dan membeli mobil sendiri.
Oleh : Fatiyah rizqiani (12)

Anda mungkin juga menyukai