Anda di halaman 1dari 7

Biarlah Waktu yang Menjawab

Oleh: Salwa Afifah Nuraini

Masa SMP adalah masa yang indah, putih biru merupakan lambang segala
rasa bersama selama 3 tahun. Di masa ini sungguh banyak cerita dan kisah yang
menarik. Orang bilang masa SMP adalah masa-masa yang paling indah dibanding
dengan masa sekolah lainnya, karena disini mulai tumbuh benih-benih cinta dan
emosi yang tidak stabil. Disinilah ceritaku dimulai.

Namaku Ifa, aku bersekolah di salah satu SMP yang merupakan sekolah
unggulan di kota Jogja. Sekarang aku duduk di kelas 2 SMP. Di kelasku ada
sebuah geng laki-laki dengan julukan ‘3 serangkai’ yang menjadi penguasa kelas
dan membuat teman-temanku harus menuruti perkataan mereka. Geng ini
memiliki ketua yang pintar, ganteng, tetapi dia sangat cuek, ia bernama Nafi.
Anggota yang ke 2 ini adalah anak keturunan arab, ganteng, tetapi sifatnya yang
sombong dan galak membuat ia tidak disukai oleh teman perempuan. Ia bernama
Akmal. Dan anggota yang ke 3 ini orangnya gendut, kelihatan galak, namun ia
memiliki selera humor yang rendah, namanya Wahyu.

“Tul kintul, beliin aku jajan di kantin, nih uangnya,” ujar Nafi sambil
melempar uang.

“Iyaa,” jawab Riko pasrah.

Namanya Riko, ‘kintul’ adalah julukannya. Dia adalah anak kaya keturunan arab
yang masih ada hubungan saudara dengan Akmal. Dia diganggu geng 3 serangkai
karena gendut dan kurang pintar.

Tak terasa satu tahun berlalu, kini aku duduk di kelas 3 SMP. Di tahun ini
banyak sekali yang berubah. Misalnya, Sifat 3 serangkai yang jadi lebih ramah
dan asik. Mereka sudah jarang mengganggu teman-teman.

Hari Jum’at adalah jadwal piketku, tugasku adalah mengambil makan


siang di dapur sekolah. Setelah aku mengambil makanan,
“Haloo,” sapa Riko yang berdiri di sebelah meja tempat mengambil makan.
“Haloo,” balasku sambil berjalan ke arah kelas.

Aku sangat terkejut ketika Riko menyapaku, karena baru kali ini ia mengajakku
bicara. Disitu aku baru sadar, ternyata dia juga berubah. Kini ia semakin tinggi,
ganteng, dan keren.

Keesokan harinya si Riko menyapaku lagi, dan hal itu membuat 3


serangkai curiga. Saat menuju kelas, tiba-tiba kaki Akmal menghalangi jalanku
dan mencegahku masuk.

“Minggir Mal, aku mau lewat!” pintaku dengan kesal.

“Kamu baru boleh lewat setelah menjawab pertanyaan kita,” sahut Wahyu.

“Mau tanya apa?” jawabku.

“Kamu ada hubungan apa sama Riko?” tanya Nafi.

“Hubungan kayak gimana?” tanyaku kebingungan.

“Kamu pacaran sama Riko kan?” tanya Akmal

“Nggak, aku nggak pacaran sama dia,” jawabku

“Alah, gak usah malu-malu,” sahut Nafi

“Kalian ini kenapa sih?, gak jelas banget. Minggir mal!” jawabku kesal sambil
menendang kaki Akmal.

Setelah pulang sekolah, aku membuat status foto di WhatsApp. Beberapa


menit kemudian, hp ku bergetar, ternyata ada pesan dari Riko. Dia mengomentari
fotoku dan itu pertama kalinya aku chat sama Riko. Keesokan harinya, sebelum
jam pertama dimulai.
“Teman-teman, saya punya berita besar,” teriak Akmal sambil ketawa.

“Apa,apa?” sahut yang lain bergantian.

“Sekarang kintul chat an sama Ifa” teriak Akmal yang membuat satu kelas
tertawa.

Saat jam istirahat, ada 3 serangkai di tempat andalannya, yaitu di depan pintu.
Saat aku ingin membeli minum, tiba-tiba tangan Nafi mencegahku keluar kelas.
“Sekarang mau apalagi?” tanyaku kesal

“Kintul suka kamu kan?” tanya Nafi

“Ya gatau lah, tanya sendiri sana! Ngapain tanya aku,” jawabku sambil
menerobos tangan Nafi.

Akhir-akhir ini aku sering chat sama Riko, karena setiap aku bikin status
di whatsapp selalu di komentari. Ternyata dia orang yang ramah dan asik. Suatu
hari, dia mengajakku main ke Malioboro pada hari Sabtu. Akhirnya kita sepakat
bertemu di 0 KM jam 5 sore dengan syarat Riko tidak boleh memberi tau ke
siapapun tentang ini.

Sabtu, 16.30

Aku sudah rapi dan bergegas berangkat. Entah kenapa hari ini aku sangat senang
dan gugup, karena ini kali pertama aku main ke Malioboro berdua dengan lawan
jenis. Aku sampai 15 menit lebih awal. Aku duduk melamun di bangku sambil
menatap indahnya senja di Jogja. Lamunanku buyar saat seseorang memanggilku.

“Ifaaa,” sapa Riko yang langsung duduk di sebelahku.

“Haiii,” sapaku balik

“Udah lama ya nunggu?” tanya dia.

“Nggak kok” balasku.

“Maaf ya, soalnya di jalan tadi agak macet”

“Gapapa santai aja,” jawabku.

Setelah itu kita mengobrol lumayan lama sambil ditemani indahnya langit jogja,

“Fa, sebenernya aku suka kamu. Aku nggak tau mulai kapan rasa ini muncul.
setiap aku lihat kamu, hatiku selalu deg-deg an. Akhirnya aku nyoba ngebraniin
diri buat nyapa kamu untuk pertama kalinya. Setiap kali aku komen statusmu aku
selalu khawatir kamu gak mau balas chatku, karena aku mikir kalau aku nggak
sebanding buat kamu. Tapi aku berusaha buat jadi yang lebih baik lagi. Kamu
mau nggak jadi pacarku?” tanyanya yang sambil menatapku.
“Maaf ya Riko, aku gak mau pacaran. Jujur, dari lubuk hatiku yang paling dalam
aku juga suka kamu. Tapi aku dilarang keras orang tuaku pacaran dan aku juga
gak mau ngelakuin karena itu dosa,” jawabku sambil menatap langit yang
kemerahan.

“Ohhh gituu.., aku juga setuju sama prinsipmu. Aku bakal nunggu buat ngelamar
kamu,” jawabnya sambil senyum manis.

“Tapi kan masih lama, kita masih SMP. Lagian aku juga masih mau lanjut
kuliah,” jawabku.

“Gapapa, aku bakal nunggu kamu sampai siap,” jawabnya.

“Emang kamu nggak bakal suka sama perempuan lain?” tanyaku sambil ketawa.

“Nggak, aku bakal jaga hati buat kamu,” jawabnya.

“Jangan kaya gitu Rik, kalo kamu mau suka sama yang lain juga terserah. Aku
nggak maksa kamu buat nunggu aku,” jawabku.

“Nggak kok, kamu nggak maksa aku. itu keinginanku sendiri buat nunggu kamu,”
jawabnya sambil melihatku.

Jatungku berdegup kencang sampai tidak mampu untuk menjawab. Aku tidak
menyangka kalau Riko bisa seserius ini. Setelah itu kita pulang, karena matahari
sudah tenggelam. Hubunganku dengan Riko masih sama seperti sebelumnya,
hanya sebatas teman.

Semenjak kejadian di Malioboro, Riko sering bercanda. Di chat dia


memanggiku ‘sayang’. Selain itu dia lebih perhatian. Aku tidak terlalu
mempermasalahkannya karena kita hanya sebatas teman.

Hari Senin, sebelum pelajaran dimulai, aku tidak sengaja melihat Riko
yang ternyata sedang memperhatikanku. Saat mata kita saling bertatapan dari
jauh, tiba-tiba Riko mengedipkan matanya. Aku segera memalingkan wajah ke
arah lain karena takut ada teman kelas yang melihat. Sayangnya 3 serangkai
melihat hal itu. Mereka saling menatap satu sama lain dan memberi kode untuk
mengawasi Riko.

Waktu istirahat pun tiba, aku Bersama teman-teman pergi membeli


makanan di kantin. Saat jalan menuju kelas terlihat dari jauh 3 serangkai dan
beberapa teman laki-laki. Saat teman-temanku masuk mereka memberi jalan, saat
giliranku masuk kelas, lagi-lagi mereka mencegahku masuk.

“Mau tanya apalagi sekarang?” tanyaku kesal.

“Kamu ada hubungan apa sama kintul?” tanya Wahyu.

“Ada apa sih kok dari kemarin tanya ini terus?” tanyaku

“Jawab aja lah, apa perlu diumumin kejadian yang barusan? Aku lihat looo,”
jawab Akmal sambil tertawa.

“Emang ada kejadian apa mal?” tanya Roni yang penasaran.

“Rahasia dong,” jawab Wahyu.

“kalo nggak mau beritanya nyebar, kasih tau ke kita kamu ada hubungan apa sama
Riko!” ancam Niko.

“Tanya Riko sendiri aja sana, ngapain tanya aku terus,” jawabku cuek dan
menerobos kaki Wahyu yang menghalangiku.

Semenjak hari itu, 3 serangkai sering ngawasi Riko. Hal itu membuatku dan Riko
hampir tidak pernah berbicara sehingga tidak membuat mereka curiga.
Sebenarnya aku tidak tahu apa alasan mereka yang sangat penasaran tentang
hubungan kami.

Lama kelamaan, kelakuan mereka semakin membuatku geram. Aku


mendapat informasi dari Roni kalau Nafi berhasil meretas tab milik Riko dan
melihat isi chatku. Setelah aku mendengar kabar tersebut, aku segera
menghampiri tempat duduk Nafi.

“Ngapain ngeretas tabnya Riko?” tanyaku geram.

“Pengen aja,” jawab Nafi sambil ketawa.


“Saking penasarannya harus diretas ya?” tanyaku.

“Ya harus dong,” sahut Akmal sambil berjalan ke arah Nafi.

“Kenapa kudu repot-repot ngeretas?” tanyaku ke Nafi.

“Salahmu sendiri, kamu nggak pernah mau ngejelasin hubunganmu sama Riko,”
jawab Nafi yang malah menyalahkanku.

“Dari awal aku udah bilang, kalau aku sama Riko nggak ada hubungan apa-apa
dan kita hanya sebatas teman. Kalian aja yang nggak pernah percaya!” jawabku
kesal.

“Kalo nggak ada hubungan apa-apa, ngapain Riko perhatian banget di chat?”
jawab Akmal.

“Dia itu bercanda. Kalian ngeretasnya cuma bisa bagian yang atas aja kan?, kalo
kalian nggak tau sampai akhir nggak usah nyebar rumor yang nggak bener dong!”
jawabku kesal.

“Ya udah, aku minta maaf karena uda ngeretas tabnya Riko dan nyebarin rumor
kalau kalian pacarana,” jawab Nafi menyesal.

Sejak saat itu, kita berdamai.

Akhir-akhir ini, aku sering melihat Riko berbicara dengan teman


perempuanku. Ia bernama Dian, dia adalah anak keturunan arab sekaligus anak
tercantik di kelasku. Saat kelas 7, Riko sempat suka sama Dian. Tapi cintanya
bertepuk sebelah tangan karena Dian menyukai Akmal.

Saat istirahat, aku melihat mereka berdua sedang asyik bicara. Entah
kenapa disitu aku cemburu dan langsung pergi meninggalkan kelas. Aku
menenangkan diri di bangku taman sambil memandangi langit yang cerah.

“Ngapain sendirian di taman?” tanya Riko yang membuyarkan lamunanku

“Pengen aja,” balasku singkat.

“Lagi cemburu ya??” tanyanya sambil tersenyum lebar.

“Apaan sih, siapa yang cemburu?” balasku singkat.


“Trus tadi ngapain langsung pergi?” tanyanya sambil tertawa.

“Terserahku lah. Ngapain kamu kesini?, kasian Diannya ditinggal


sendirian,”balasku ketus.

“Nemenin kamu lah, biar nggak cemburu lagi,” jawabnya sambil duduk di
depanku.

“Kamu suka Dian lagi kan?” tanyaku curiga.

“Nggak Ifaaa, masa lalu ya masa lalu. Sekarang aku sukanya sama kamu dan
bakal terus kayak gitu,” jawabnya dengan tersenyum manis.

“Halah gombal,” jawabku sambil tertawa.

“Nggak lah, aku kan serius sama kamu dan bakal berusaha jaga hati,” jawabnya
sambil meyakinkanku.

“Semoga bisa ya,” jawabku tertawa.

Hari-hari berlalu sangat cepat, kini aku sudah SMA. Hubunganku dengan
3 serangkai semakin baik karena kebetulan kita satu sekolah lagi. Aku berbeda
sekolah dengan Riko. Kini kami memiliki kesibukan masing-masing. Kami juga
jarang chat karena bingung mencari topik. Tentang hubunganku dengan Riko?
kami sepakat berkomitmen untuk menjaga hati satu sama lain. Untuk takdir
kedepannya, biarlah waktu yang menjawab.

Anda mungkin juga menyukai