Anda di halaman 1dari 5

“Ayoo nak bangun sudah siang…” ucap seorang malaikat berhati lembut.

Ibu
membangunkanku untuk berangkat ke sekolah. Aku yang mendengar suara ibu segera
beranjak dari tempat tidur. Aku merapikan tempat tidurku lalu aku pergi membersihkan diri.
Beberapa menit kemudian aku sudah siap untuk berangkat ke sekolah. ”ayoo yaa cepett ntar
telatt!” teriak ayahku dari garasi depan rumah. Aku pun bergegas menuju garasi dan mulai
menutup pintu.
”KRINGGG...” bel masuk berbunyi. Aku dan teman teman Bersiap melakukan pembelajaran
seperti biasa. Di pagi hari aku mendapat mapel pertama yaitu BK. Jujur saja BK selalu
membuatku mengantuk saat pembelajaran, tetapi materi kali ini berbeda dari biasanya.
”Anak anak untuk materi kali ini bertema impian dan cita cita” ucap beliau guru bk.
Saat guruku menjelaskan apa yang dimaksud dari impian, aku malah melamun memikirkan
apa yang akan aku lakukan di masa depan. Tiba tiba ”Anin.. cita citamu apa?” ucap beliau.
Aku yang terkejut dan binggung ingin menjawab apa, tetapi terbenak sesuatu di piikiranku
suatu profesi yaitu Dokter akupun langsung menjawab pertanyaan beliau tanpa memikirkan
apa yang akan terjadi nanti.
Aku menulis di suatu kertas apa cita citaku dan impian ku di masa depan. Aku menulis
banyak hal untuk itu. Awalnya aku tidak yakin akankah aku bisa menjadi dokter, tetapi aku
teringat sesuatu jika takdir yang sudah ditentukan oleh tuhan YME tidak bisa dirubah tetapi
jika manusia berusaha maka bisa saja itu akan berubah. Maka dari itu aku mulai bertekad
untuk meraih cita citaku sebagai dokter.
Hari sudah menjelang petang, di rumah aku dan keluargaku sedang berkumpul untuk makan
malam bersama. Disaat keheningan hanya ada suara sendok dan garpu yang mengenai
piring, aku teringat akan kertas yang kutuliskan cita cita dan impian ku. Aku pun segera
mengambil kertas itu di tas sekolahku.
”Ibu.. Ayah.. aku ingin di masa depan nanti aku mau jadi dokterr!” ucap seorang anak yang
yakin bahwa ia bisa menjadi dokter di masa depan nanti.
Ayah dan ibu yang mendengar itu lalu saling menatap satu sama lain. ”iyaa nak, semangat ya
belajarnya nanti ayah sama ibu yang biayain fasilitas lia ya..” ucap ibu dengan nada
lembutnya. Setelah makan aku mulai berberes tempat makananku.
Jam sudah menunjukan pukul 09.00 dimana lia harus tidur karena besok ia harus sekolah
seperti biasanya.
”good night ibu ayah..” ucap lia.
“Good night juga sayang..” sahut ayah ibu kompak menjawab lia.
Lia sudah mulai berbaring di tempat tidur, tetapi saat ini ia sedang bergelut dengan
pikirannya sendiri. Maka dari itu ia tidak bisa tidur sedari tadi. Ia diam dan memikirkan masa
depannya dan memikirkan bagaimana jika ia gagal. Ia pun berkata ”pasti bisa, ngga ada yang
ngga bisa kalo kita usaha.”. Lia pun mulai bersiap siap tidur, tetapi ia tidak sengaja
mendengar percakapan ayah ibunya di ruang tengah. Lia pun beranjak dari tempat tidur dan
mulai mengintip di celah pintu kamarnya.
”Gimana ini yah, Lia mau jadi dokter? Biaya dokter sebenernya mahal yah” ucap sang ibu.
”hem, gak gimana gimana kita tinggal cari biayanya dan nyiapin fasilitasnya lia. Biayanya
mahal tidak apa apa yang penting ia bisa mewujudkan impiannya.”
“Ayah mau cerita dulu ayah sekolah ingin masuk ke polisi tetapi ayah tidak bisa, karena dulu
jika sekolah polis harus membayar beberapa juta sedangkan saat itu ekonomi sangat
menurun. Akhirnya ayah berusaha mencoba untuk mendaftar kerja di sebuah pabrik dan
hasilnya sekarang, alhamdullilah ayah bisa sampai di posisi seperti sekarang” jawab sang
ayah.
” Baiklah ayah, semoga impian Lia terwujud di masa depat nantinya. Ibu tidak salah memilih
pasangan hidup.” sahut ibu.
Lia yang diam diam mendengar percakapan ayah ibunya, hatinya mulai tersentuh akan cerita
sang ayah. ia pun bertekad agar bisa meraih cita citanya dengan kerja kerasnya sendiri. Lia
pun kembali ke tempat tidur mulai berbaring dan hnyut kedalam mimpi mimpi indahnya .
Keesokan harinya seperti biasa lia berangkat sekolah. saat di sekolah kini lia sering ke
perpustakaan untuk meminjam buku untuk dibaca. ia kini juga sering merangkum materi
materi yang disampaikan oleh gurunya. "Liaaa sinii!" ucap salah satu teman lia bernama iska.
ia menoleh ke sumber suara dan segera menuju tempat dimana iska berada. "hlo.." sapa lia.
beberapa teman lia yang duduk di meja kantin itu merasa terheran heran karena tidak
biasanya ia melihat lia membawa buku sebanyak itu.
"Liaa kamu ga biasanya bawa buku sebanyak itu?" tanya salah satu mereka yang berada
disitu.
"ahh engga ini aku mau belajar" jawab lia.
"yaallah li gausa terlalu fokus belajar, nikmati hidupmu sekarang ini.." ucap kembali teman
lia.
"hehehe.. yaudah aku kesana dulu yaa.." ucap lia lalu berjalan meninggalkan mereka semua.
Lia memikirkan apa yang dikatakan temannya tadi benar juga bahwa ia seharusnya
menikmati hidupnya. Tekad lia untuk mulai fokus belajar sedikit pupus. ia juga mulai satu
minggu tidak belajar sama sekali. Lia masih bersenang senang dan tidak memikirkan apapun
yang akan terjadi nanti.
Rapot mulai dibagikan, Lia mulai menyadari bahwa selama ini ia terlena akan perkataan
temannya bahwa ia harus menikmati hidup kini ia menyesali perbuatanya. saat bel pulang
sekolah berdering, lia takut untuk kembali ke rumah. ia takut jika orang tuanya akan marah
besar tetapi memang ini sudah resiko akan perbuatannya selama ini.
tok tok tok .. suara ketukan pintu terdengar. ibu yang awalnya duduk di sofa depan tv pun
mulai berjalan ke arah pintu dan membukanya.
"assalamualaikum ibu.." ucap Lia dengan nada sedih campur aduk.
"waalaikumalam, ayo sini nak duduk dulu. pasti capek ya hari ini?" jawab ibu.
"tidak bu" ucap lia.
sebenarnya Lia saat ini takut jika ia memberitahu ibunya. ia pun berpikir untuk
memberikannya nanti saja.
"mandi dulu gih, habis itu makan malam" ucap ibu
Setelah semuanya selesai, lia mencoba menghampiri sang ibu dengan membawa map berisi
laporan nilai sekolah lia. "ibu ini hasil rapor lia bu" ucap lia kepada ibu. ibu pun mengambil
pelan map dari tangan sang anak lalu perlahan membukanya.
"ibu maaf ibu nilaiku semester ini jelek" ucap lia sambil berlutut didepan ibu dan memohon.
"ada yang sulit materinya hm?" tanya ibu dengan lembut.
"tidak bu, hanya saja akhir akhir ini aku terlena akan perkataan temanku yagn seharusnya
anak seumuranku menikmati hidup sekarang." jawab lia dengan rasa menyesal.
"sudah sudah gapapa, lain kali jangan diulangi lagi yaa" ucap ibu.
ayah pun datang membuka pintu ruang tengah. "lagi pada kumpul bahas rapor ayah" ucap
ibu kepada ayah. ayah pun mengganguk pelan menandakan bahwa ia paham. ayah iku
melihat rapor lia, saat ayah melihatnya ayah sedikit terkejut. lalu ayah bertanya kepada lia.
"Kenapa lia? materinya susah ya?"tanya sang ayah.
"tidak yah, hanya saja aku sedikit terlena." jawab lia.
Awalnya sang ayah ingin meneruskan bertanya tetapi ia sadar bahwa ibu tidak mau lia
terlalu khawatir akan hal ini. ayah pun mengangguk paham dan mulai memberi nasihat
kepada lia. malam ini ia menanamkan nasihat ayahnya bahwa jangan bergantung pada orang
lain, kesuksesan ditentukan dari dirimu sendiri.
Hari telah berlalu, kini lia memulai pagi lebih berbeda dari sebelumnya. Ia sekarang selalu
membuat planning untuk kegiatan yang akan ia lakukan seharian full ini. Lia membuat
planning itu guma agar tidak terlena dan waktu yang ia dapat tidak sia sia.
waktu ujian telah tiba, lia berdoa agar ujiannya lancar. ditengah tengah keheningan "lohh
soalnya susah bangett" ucap salah satu teman lia. Lia yang mendengar itu langsung
membatin "Alhamdulillah aku bisa mengerjakan soal ini, jika saja aku hari itu masih terlena
apa yang akan terjadi.".
aku takut akan rapor ku yang akan keluar hari ini. "halo anak anak.." ucap guru walikelasku.
"haloo juga bu" sorak murid murid menyapa gurunya. guruku berjalan ke tempat pengajar
lalu mulai berkata "anak anak hari ini ada pembagian rapor yaa". aku berdoa agar hasil yang
keluar lebih baik dari sebelumnya. Dan Alhamdulillah rapor yang kuterima mendapat angka
9 tidak ada yang dibawah 9. Aku sangat gembira, aku juga tidak sabar ingin memberitahu
kabar baik ini kepada ayah ibuku.
dirumah, kini aku sedang bercerita cerita dengan keluargaku di ruang tengah. ayah ibuku
senang mendengar kabar baik ini. mereka pun memberikan ku reward dengan
membelikanku makanan diluar mungkin memang tidak seberapa tapi lihatlah kerja keras
ayah ibuku sebelumnya.
"terimakasih banyak ayah ibuu, aku sayang kalian.." ucap lia.
" sama sama sayang, ditingkatkan terus yaa nak" jawab ibu.
"sama sama, tetep semangat ya" sahut ayahku.
Saat ini Lia sudah mulai mencari informasi terkait kuliah kedokteran. Saat ia melihat lihat
web yang berisi informasi informasi, Lia kaget karena ia melihat biaya yang dipakai cukup
besar. Lia sedikit mengurungkan niatnya untuk menjadi seorang dokter.
" biayanya sangat mahal sekali.. bagaimana aku mendapatkan 109 juta dalam waktu 3 bulan
ini?" ucap lia bertanya tanya dengan dirinya.
Kini memang hanya tinggal 3 bulan lagi Lia sudah lulus SMA sekarang hanya tinggal
menunggu kelulusannya. Tiba tiba terbenak sesuatu dipikirannya bahwa ia akan bekerja
paruh waktu.
Sepulang sekolah, Lia mencoba mendaftar kerja disebuah cafe kecil yang berada di pinggiran
kota. Ia membawa berkas berkas yang dibutuhkan untuk melamar kerja. Saat ia sudah
sampai di cafe itu. ia memberikan berkas itu kepada manajer cafe itu. "nanti saya panggil ya
jika memang sudah diterima kerja disini ya kak." ucap manajer cafe itu.
Beberapa hari sudah berlalu, Lia belum mendapat kabar baik dari cafe tersebut. Ia pun tidak
menyerah sampai disini saja. Lia mencari cafe lain yang membuka lowongan kerja. Ia
menemukan satu toko swalayan yang memang sedang membuka lowongan kerja. Ia pun
segera masuk ke swalayan itu dan segera menemui manajer swalayan itu. Lia sudah
memberikan berkas berkasnya, sekarang Lia tinggal menunggu panggilan lagi.
Keesokan harinya, mendapat kabar baik bahwa ia diterima untuk kerja di swalayan itu. Lia
sebenarnya sangat ingin mengatakan ini kepada ibu ayahnya tetapi ia takut jika tidak
diperbolehkan. Lia pun memendam ini sendiri. besoknya ia sekolah seperti biasa tetapi ia
meminta izin kepada ibu dan ayahnya untuk pulang lebih lambat karena ekskul.
Sore harinya. Saat ayah Lia pulang kerja, beliau melihat lia yang berjalan keluar dari pintu
sebuah swalayan dengan memakai seragam kerja. Ayah Lia binggung bertanya tanya, apakah
itu Lia. Beliau mulai menghiraukan itu tetapi hari berikutnya ayah melihat lagi Lia keluar dari
pintu swalayan dengan memakai seragam kerja. Ayah pun yakin bahwa Lia sekarang kerja
paruh waktu.
Malam hari. dirumahku sedang makan malam bersama. Di saat keheningan tiba tiba ayah
bertanya kepadaku.
"Nak jawab jujur ya, kamu kerja part time di swalayan dekat lampu merah itu ya?" tanya
sang ayah.
"maaf ayah ibu, aku tidak memberitahu kalian akan hal ini. aku memang kerja part time yah.
aku tidak ingin merepoti ayah dan ibu, aku ingin berusaha bekerja keras sendiri" ucap Lia.
"Sebenarya kamu tidak perlu seperti itu nak.. ayah dan ibu masih bisa membiayai
kebutuhanmu. tetapi jika memang itu pilihan mu tidak apa apa ibu izinkan yang penting
tetap hati hati yaa." kata ayah dengan nada penuh kasih sayang.
"betul nak, apa yang dikatakan oleh ayahmu. Yang penting tetep hati hati yaa" sahut sang
ibu.
~ 2 bulan telah berlalu~
Langit sudah mulai mengelap menandakan sudah mulai malam. Lia sudah berada di
kamarnya. ia masih memikirkan impiannya. "ini sudah 2 bulan aku bekerja, tetapi aku belum
mendapatkan uang sebanyak itu." batin Lia. ia pun sedikit putus asa, tetapi ia tidak boleh
menyerah akhirnya Lia memikirikan jika tidak jadi dokter ia harus bisa jadi orang yang
berguna.
"Kukuruyukk" suara ayam berkokok menusuk telinga yang membuatku bangun beranjak dari
tempat tidurku.
Aku memulai hari ku seperti biasa, di perpustakaan sekolah aku sedang membaca buku
bagaimana menjadi seorang billioner. Ya memang mungkin isi pikiranku selalu uang, tetapi
dengan uang aku bisa membiayai orang tua dan keluargaku dimasa depan nantinya.
Ditengah tengah membaca buku tiba tiba terbenak suatu pikiran di benakku. bahwa jika
memang tidak ada harapan, majulah mencari jalan lain. Aku sempat terpikir untuk menjadi
seorang desainer tetapi menurutku itu hal yang tidak mungkin terjadi, karena aku sama
sekali tidak memiliki bakat mengambar dan mendesain sebuah pakaian.
Lia terduduk di gazebo tunggu sekolah, tiba tiba "dorrr..." ucap fais. "apa apaan sih kamu."
ucap lia yang kaget akan kedatangan fais. wajah fais kebinggunan karena tidak biasanya Lia
sewot. "kamu kenapa? ada masalah ta?" ucap fais. Lia pun menggeleng yang mengisyaratkan
bahwa ia tidak ada masalah, padahal hatinya berkata lain. Lia sebenernya sedang
memikirkan masa depannya nanti. Fais menawarkan Lia jika ada masalah cerita saja.
kemudian Fais punya ide agar mood Lia kembali, ia mengajak lia untuk mengikuti workshop
mendesain baju. Lia ingat akan mimpinya yang bisa dibilang mustahil, tapi apa salahnya jika
dia mencoba.

beasiswa yang dibiayain penuh dengan pemilik acara. ia menemukan beasiswa untuk
sekolah kedokteran di Amerika. la melihat persyaratan nya yang berisi nilai rapot kelas 10,
11, 12 harus diatas 8. Lia pun segera mengecek rapornya, Alhamdulillah nya semua diatas 8.
ia yakin untuk ikut beasiswa itu tetapi ia juga takut.
Lia mulai mendaftar beasiswa itu dan men

Anda mungkin juga menyukai