Anda di halaman 1dari 21

CERITA MASA SMA

● CHAPTER 1

Namaku salsabila anastasia atau panggil saja aku caca. Jam menunjukan pukul 06.00 , aku
masih tidur dengan berbalut selimut yang tebal , alarm sudah berbunyi dari pukul 05.00 tapi
tidak dihiraukan olehku. Terdengar suara ketukan pintu , aku terbangun dan langsung
membuka pintu , ternyata ibu yang tadi mengetuk pintu karena aku tak kunjung bangun , dan
ibu geleng geleng kepala sambil berkata

" kamu ini anak perempuan , ini sudah siang tapi kamu belum bangun juga " aku segera
berlari ke kamar mandi untuk mandi saat itu juga. Namun ternyata kamar mandi itu tertutup
dan sudah pasti kutebak itu pasti kak Radit

" Kak radit buruan dong , aku mau mandi mau berangakat sekolah , nanti kesiangan "
ucapku. Namun sudah tidak aneh lagi , kak radit bukannya cepet cepet , jadi memperlambat
mandinya. Aku kesal kepada kak radit , aku terus mengetuk pintu kamar mandi supaya kak
radit cepet keluar. Setalah itu kak radit keluar dari kamar mandi , Kak radit ngomel dan
ngomong " Makanya bangun tuh pagi , udah tau mau sekolah , bangunnya kesiangan mulu "

" bersik kak , cepetan aku mau mandi dulu "


" sabar kali "

Setelah mandi , aku langsung memakai baju seragam sekolah lalu turun ke bawah untuk
menyempatkan sarapan sedikit. Usai sarapan aku berangkat sekolah diantar oleh kak radit
.
Aku berpamitan dulu kepada kedua orangtuaku

" Mah Pah , caca berangkat sekolah dulu "


" Hati hati Nak , belajar yang bener " Lalu setalah itu aku pergi bersama kak
radit menggunakan motor , Aku di antar sampai gerbang sekolah , Setalah itu kak
radit melanjutkan perjalanan lagi untuk berangkat Kerja.

Setelah sampi di koridor , Caca berjalan menuju kelasnya Yaitu kelas XI IPS 5 , dengan
tangan yang memegang dua ujung kantongnya , sambil menunjukan senyum manisnya.
Tiba tiba ada seorang perempuan yang menabrak caca dan akhirnya caca terjatuh
" ups , maap ya ga sengaja " Teriak cewe berkacamata itu.
" Eh dasar cewek ga jelas , udah salah ga minta maap lagi sombong amat kaya jalan punya
nenek moyang lo aja ". Ucap caca

Dengan perasaan dongkol caca melanjutkan jalan untuk segera menuju ke kelas. Setelah
sampai di kelas Caca duduk bersama dengan Renata. Renata adalah teman sebangkunya Caca
dari kelas 10.

" Eh lo tau ga ren , tadi gue di tabrak sama kakel gajelas , mana ga minta maap lagi " Ucap
caca pada renata.
" Loh kapan ca ? , emg tadinya lo galiat jalan ? " Kata Renata kepada caca. " Gue liat jalan
ren , cuma emg di sengaja kali sama tuh kakel ". " Yaudah sabar ya Ca , tar juga pasti ada
karmanya ". Ucap renata.

Setalah perbincangan Caca kedapa renata yang di tabrak sama kakel gajelas itu , Bel sudah
berbunyi , Itu pertanda waktu belajar akan dimulai.

Bu hani masuk ke dalam kelas , Bu hani adalah wali kelas XI IPS 5. " Oke anak anak. Hari
ini belum ada mata pelajaran , tapi hari ini ibu akan menentukan pengurus kelas dan anggota
piket di kelas hari ini. Pertama tama ibu minta kalian menentukan teman kalian yang layak
jadi ketua kelas. 3 Orang saja , nanti kita akan mengadakan voting untuk menentukan siapa
yang akan jadi ketua kelas , Mengerti ? "

" Mengerti bu "


" Oke. Sebutkan tiga temen kalian Yang layak menjadi ketua kelas."

Teman teman yang lain segera menyebutkan kandidat ketua kelas menurut mereka. Ada tiga
nama yaitu , Caca , Devan , dan Bagas.

" Oke, ada Caca , Devan , dan Bagas. Kita adakan pemilihan. Silakan ketika ibu
menyebutkan nama calon ketua kelas yang kalian anggap layak , kalian angkat tangan.
Yang terbanyak berarti dia terpilih sebagai ketua , dan yang tidak terpilih menjadi wakil
ketua kelas."

Pemilihan dimulai. Dari 36 siswa , 20 memilih Bagas , 10 memilih caca Dan 6 memilih
Devan.
" Oke. Jadi ketua kelas yang terpilih adalah Bagas. Caca dan Devan menjadi wakil ketua
kelas. Sisanya untuk Sekertaris , bendahara , dan piket bisa di diskusikan sekarang.
Kalau
sudah , tulis di kertas lalu berikan ke saya. Jangan lupa simpen salinannya untuk di tempel di
papan pengumuman kelas. Oke sekian dari saya. Selamat pagi. Jangan berisik ya."

Bel istirahat pun berbunyi. Sebagian siswa keluar kelas. Aku pergi ke kantin dan
bertemu Rara.

" Lo sekelas sama Devan ca ?"


" Pelan pelan aja kali ngomongnya. Sekalian aja tuh pake toa. Iya. Gue sekelas sama devan ,
kenapa lo suka ya ?
" Enak aja lo. Lebih cocok sama lo di banding sama gue. " Ucap rara
" Apa? cocok sama gue ? idih amit amit deh. "
" Hati hati dah sama amit amit , banyak kejadian. "
" Kejadian apa?"
" Awalnya amit amit , ujung nya sayang.
" " Ihh rese dah lo."

Bel sudah berbunyi. Aku dan teman yang lain segera masuk ke kelas. Dengan tatapan aneh
ku pandangi devan yang sedang membaca buku. Entah apa buku yang sedang dia baca.

" Ngeliatin mulu lo , suka lo sama gue?" Ucap devan kepada Caca.
" Pede banget lo , siapa jga yang ngeliatin lo , kaya ga ada yang lebih menarik dari lo aja".
" Ngeles ajaa teruss."

Tiba tiba Pak Dimas masuk ke kelas. Pak Dimas adalah guru matematika. Aku
mengatur posisi duduk ku dan mengambil buku matematika dari dalam tas.

" Selamat pagi anak anak."


" Pagi Pak "

" Hari ini bapak akan menjelaskan materi inti yang akan kalian pelajari selama satu tahun
ini."
Pak dimas menjelaskan materi , lalu memintaku untuk menulis di papan tulis. Dan teman
teman yang lain menulis di buku catatan masing masing. Tak lama kemudia bel istirahat
berbunyi.

" Oke anak anak , sekian pelajaran yang telah saya sampaikan , bila ada yang kurang
mengerti silahkan tanyakan langsung pada bapa. Dan jangan lupa soal yang tadi bapa kasih
di kerjakan ya , lusa di kumpulkan."

● CHAPTER II

Tak terasa pelajaran hari itu telah usai. Bel pulang pun berbunyi. Kami membereskan buku
buku dan memasukan nya ke dalam tas. Aku segera pulang ke rumah , karena hari ini sudah
cukup lelah.

Aku sudah berbaring di kamar. Tiba tiba kak radit masuk ke kamarku.

" Lagi apa dek ?"


" Gak ngapa ngapain kak , ada apa ?"
" ayo temenin kakak belanja. Banyak bahan yang harus di beli."
" Emangnya mama kemana kak ?"
" Mama lagi arisan diluar kota , jadi masakan malam ini kakak aja yang masak".
" Oh. Tunggu aku siap siap dan ganti baju dulu."
"Oke. Kakak tunggu di bawah , jangan lama."

Aku lantas mengambil baju , dan menggantinya dengan baju yang sopan dan bagus. Dan
memasukan dompet juga hape ke dalam tas kecil. Lalu aku turun ke bawah.

" Ayo kak gue udah


siap." " Goww ,
berangkat."

Setalah tiba di supermarket , Kak radit membeli banyak bahan makanan. Kak radit sedang
memilih milih untuk keperluan di rumah , sedangkan aku membeli banyak minuman
favoritku.

" Ayo dek , ini kakak udah belanjany."


" Oke. Ini adek nitip minuman ini kak , nanti adek ganti uang nya."
Setelah belanja di supermarket tadi , aku dan kakak ku segera pulang ke rumah. Aku ke
kamarku , dan Kakak memasak di dapur , setelah masakannya jadi , Kakak memanggil ku.

" Adek ayo makan malam dulu , itu makanan nya sudah jadi."
" Iya kak sebentar , nanti adek turun."

Akupum segera turun ke bawah untuk makan malam bersama kakak ku.

" Aduh kak , ko banyak banget makanan nya."


" Iya dek , terus gimana ini?"
" Gini deh , kalo sebagian makanan nya di kasihin ke Om ruby dan devan gimana kak?"
" Ide bagus tuh dek , kamu yang anter makanan nya ya."
" Lah ko aku kak? Males kak , nanti aku pasti ribut sama devan lagi."
" Makannya sama tetangga tuh yang akur dek , kan kalo kita susah juga minta tolong nya ke
tetangga dek."

Setelah kak bagas menata makanan dalam rantang , lantas aku ke rumah devan dan mengetuk
pintu.

" Assalamualaikum."
" Waalaikumsalam. Eh ada cewek cupu , ngapain lo
kesini?" " Eh ada caca , ayo masuk ca "
" Gausah om , saya kesini disuruh ka radit , ini untuk makan malam om saka devan ,
kebetulan tadi kak radit masak banyak , kalo di buang mubazir."
" Ya ampun ca , ngerepotin."
" Engga ko om , yasudah kalo gitu caca pamit pulang dulu ya om."

Devan menaruh rantang di meja makan. Lalu dia melangkah ke

kamar. " Devan kamu gak makan?"


" Tidak. Saya tidak lapar."

Ke esokan harinya Kak radit sudah siap memakai kameja dan dasi yang sudah rapih , lalu dia
berjalan ke meja makan. Mama desi keluar dari kamar dengan pakaian rapih ala wanita karir.
" Loh ma ? mama mau kemana ? Rapih
banget." " Iya. Mama mau ke jakarta ada
proyek disana." " Oh , aku anterin ya mah?"
" Gausah nak , mamah sudah pesen taksi. Lagian kan kamu harus berangkat dan
nganterin caca ke sekolah. Ohiya mana caca ?."
" Kayanya belum bangun deh mah. Radit bangunin dulu caca mah."

Kak radit buru buru pergi ke kamar aku. Dan dia mengetuk beberapa kali pintu agar aku
segera terbangun.

" Ca bangun udah siang. Nanti kamu telat ke sekolah."


" Aduh kak. Aku masih ngantuk , bentaran lagi aja kak."
" Tapi ini udah jam enam lewat seperempat dek."
" Apa? enam seperempat? Aduhh telatt dong gue."

Aku lantas buru buru mengambil handuk dan berlari ke kamar mandi sampai menabrak kak
radit saking terburu buru.

" Maaf kak maaf."

Setelah selesai mandi, lantas aku segera memakai seragam sekolah dan memasukan buku
buku ke dalam tas sekolah dan kemudian turun.

" Mama , Kak radit. Aku berangkat dulu."


" Loh kamu ga bareng sama kaka aja
dek?"
" Engga mah , Kakak masih lama berangkatnya."

Sesampainya aku di teras , aku lihat jam tangan ku sudah menunjukan pukul 06.30. Aku
lantas buru buru mengayuh sepedaku. Dari belakang Devan memperlambat laju
motornya.

" Eh cewek cupu. Kenapa buru buru , telat ya?"


" Berisik lo."
" Galak amat non. Gue kan cuma
nnya." " Haha gak lucu. Udah sana
duluan."
" Yakin? gue punya tawaran
ni" " Nggak denger wekk "
" Serius gue. Mau di bantuin gak?
" Apaan?"
" Bareng sama gue berangkatnya. Biar ga telat "
" Lah? Helm lu kan cuma satu , terus nanti sepeda gue harus di taruh dimana nantinya."
" Udah gampang itumah. Ayo buruan naik , nanti keburu masuk."

Akhirnya aku berboncengan bersama devan , untuk pertama kalinya. Sesekali aku curi curi
pandang lewat spion kaca , begitupun sebaliknya. Sesampainya di sekolah gerbang sudah di
tutup.

" Yah udah di tutup. Pak bukain dong gerbangnya."


" Iya pak. Lagian kita baru telat beberapa menit
pak" " Tidak bisa. Sekali telat kalian tidak boleh
masuk"
" Ayo pak. Kita sekolah buat belajar nih pak."
" Tidak bisa , sekalinya tidak bisa tetap tidak
bisa." " Nah kan. Ini semua itu gara gara lo dev."
" Lo ko nyalahin gue sih ca , kan lo yang lambat banget , beruntung harusnya gue ajak naik
motor biar cepet walopun masi tetep telat hehe."
" Kalian ini ribut terus. Pusing saya dengernya."

Pak adi membawa kami ke perpustakaan. Kami sudah menduga hukuman apa yang akan di
berikan oleh pak adi.

● CHAPTER 3

" Selamat pagi bu cinta."


" Selamat pagi pak adi , ada apa ?"
" Ini devan dan caca telat masuk sekolah bu. Tadi gerbang nya sudah saya tutup , jadi
saya membawa mereka kesini untuk di hukum bu." Ucap pak adi
" Oh begitu , baik terimakasih pak."
" Kalo begitu , saya permisi dulu , nak devan , caca , mari bu."
" Iya pak "

Setelah pak adi keluar , Aku dan devan di panggil oleh bu cinta untuk membersihkan
perpustakaan.
" Oke. tugas kamu caca silahkan bersihkan buku yang banyak debu oleh kemoceng.
Dan kamu devan tolong bersihkan ruangan ini memakai sapu."
" Baik bu."

Devan dan caca segera menyelesaikan hukuman mereka. Namun banyak perdebatan
yang mereka debatkan. Dari mulai menyalahkan perihal telat masuk sekolah. Perihal
caca yang menggunakan sepeda , dan lain lain. Hingga akhirnya aku bersebelahan
dengan devan.

" Dev … "


" Hmm ..
"
" Gue mau bilang makasih ke lo. Walopun nganterin nya telat , tapi makasih udah mau
kasih tebengan buat gue."
" Bisa juga lo bilang makasih. Gitu kek dari tadi ngucap lembut , jangan marah marah mulu
kaya singa."
" Gak usah mulai deh."

Bel istirahat berbunyi. Artinya hukuman kami telah selesai.

" Sudah bel , Kalian boleh keluar dan istirahat" Ucap bu cinta.
" Terimakasih bu."

Saat perjalanan mau ke kelas , aku mau ke kantin dan membeli makanan. Lalu aku lihat cowo
kelas 12 yang sedang bermain basket. Dan disitu ada Fio. Fio adalah cowo yang aku taksir
sejak kelas 10. Devan yang tadinya berjalan di depan ku tiba tiba berhenti , melihatku
menatap ke arah lapangan.

" Woi , ngelamun mulu lo , ayo balik ke kelas."


" Lo duluan aja , nanti gue sendiri ke
kelasnya."

Devan lantas pergi ke kelas. Namun matanya masih melihat caca yang sedang melamun
melihat ke lapangan.

" Eh lo tau ga ca , kalo gue cemburu ngeliat lo masih suka sama fio." Ucap devan dalam hati.

● CHAPTER 4
Setalah bel pulang sekolah caca bergegas untuk segara pulang ke
rumah. " Assalamualaikum , Aku pulang".
" Waalaikumsalam , pas banget kamu pulang. Kakak ada kelas siang , kamu tolong
jaga rumah ya. Kakak udah siapin makanan buat kamu di meja." Ucap radit kepada
caca

" Iya kak. Ohiya , Mama gimana kak? Besok mama pulangkan ?"
" Kakak gatau dek , coba kamu tanya sendiri ke mama kapan pulangnya , Kakak
berangkat dulu ya."
" Hati hati kak."
" Assalamualaikum "
" Waalaikumsalam "

Yah sendirian dong gue , Mana sepi banget lagi ni rumah. Mending gue makan terus
ngerjain pr deh.
- Ke esokan harinya -

Aku melangkah ke kelas dan sepanjang jalan aku merasa kesal karena ujung ujung nya
ketemu dengan devan lagi. Sudah tetanggan , satu sekolahan , satu kelas , satu bangku lagi.
Aku masuk ke kelas dan menatap kesal wajah devan. Akhirnya devan pun ikut kesal.

" Caa asal lo tau ya , gue males liat muka lo yang begitu begitu aja." Ucap devan kepada caca

Lo kira cuma lo. Gue juga enek liat muka lo. Udah tetanggaan, satu sekolah. Sekarang satu
kelas plus sebangku lagi sama lo.'

'Oh gitu? Kenapa lo gak pindah aja? Pindah kelas ato pindah tempat duduk.'

'Kalo bisa, gue mau gitu dari kemaren-kemaren.'

'Terus? Ahh gue tau. Lo betah kan duduk sama gue? Sok-sokan bilang eneg padahal
demen kan lo?'

'Kamsud lo apaan? Lo kira gue demen apa? Denger ya ini karena hukuman tau. Kalo gak
karena hukuman, gak sudi gue duduk sebangku sama elo.'

'Alah ngeles aja lo.'


'Apaan sih lo? Eh colay jadi orang tu pedenya jangan ketinggian. Kalo jatuh bisa sakit.'

'Apa?'
'Apa?'
'Apa'

Ehem' Pak Adi tiba-tiba muncul di tengah kami.

Aku menengok ke kanan kiri. Pantas teman-teman seketika diam tanpa kami sadari. Kami
diberi hukuman hormat bendera karena kami bertengkar.

'Sudah saya bilang. Kalo kalian bertengkar lagi, saya hukum kalian untuk hormat bendera.
Kalian terus begini sampai bel istirahat'

"Tapi pak?'

'Apa? Mau tambahan hukuman lagi?'

'Enggak pak. Cukup.'

Pak Adi melangkah pergi.

'Ini semua tu ya gara-gara

lo.'

'Ih nyalahin. Yang mancing berantem siapa? Elo

tu.' 'Mancing? Dikata ikan. Dipancing.'

'Iya. Elo ikannya.'

'Terus lo apaan? Umpannya?'

'Sembarangan. Gue yang

mancing.'
'Berarti elo ngakuin dong kalo lo yang mancing. Haha'
'Sial. Kejebak gue' batin Devan.

15 menit sudah kami hormat bendera. Kami banjir keringat yang membuat kita malas ribut.
Namun kepalaku mulai pusing.

"Tumben lo diem? Lo baik-baik aja

kan?' 'Gue. '

Belum selesai aku bicara, aku jatuh pingsan. Devan dengan sigap menangkapku. Aku
merasakannya karena aku belum sepenuhnya pingsan dan aku mendengar suara kecemasan
Devan. Akhirnya perlahan kesadaranku hilang.

'Cha? Bangun cha.'

Aku membuka mata dan aku tengah berbaring di ranjang UKS. Disebelahku ada Devan.

'Akhirnya lo sadar juga.'

'Gue dimana?'

'Lo di UKS. Tadi lo pingsan. Ini minum dulu teh angetnya biar sadar lo

full.' 'Makasih.'

● CHAPTER 5

Tiba-tiba bu Tina, guru piket UKS

masuk. 'Chacha, bagaimana kondisi

kamu?'

'Masih agak pusing sih bu. Tapi udah gak papa bu.'

'Deva, kamu kembali saja ke kelas. Biar ibu yang jaga.'

'Iya bu. Cepet sembuh ya.'


'Makasih Dev."

Kabar pingsannya aku kesebar di seluruh sekolah. Apalagi yang bawa aku ke UKS itu
seorang Deva yang jadi idola di sekolah yang notabenenya musuh bebuyutanku. Kabar itu
terdengar juga oleh Candra.

'Kok gue lihat belakangan ini Deva sama Chacha makin deket. Dulu perasaan mereka
berantem non stop tapi gak pernah deket. Apa karena mereka satu kelas?' Batin
Candra.

Begitu bel istirahat, Candra menuju UKS dan disaat yang bersamaan, Deva yang khawatir
akan kondisi Chacha pergi ke UKS. Namun Candra yang tiba duluan.

'Cha?'

'Eh lo Can. Kok lo tau gue disini?'

Kabar lo pingsan udah nyebar kemana-mana jadi gue tau. Cha, kok gue ngerasa lo makin
deket aja ma Deva.'

'Maksud lo?'

Saat itu, Deva mau masuk tapi melihat Candra ada di dalam jadi dia nunggu di depan pintu.
Dan dia mendengar percakapanku dengan Candra.

'Ya perasaan lo kalo berantem sama Deva gak ada akurnya sama sekali. Kenapa waktu
lo pingsan, dia panik banget? Apa kalian ada rasa?'

'Apaan sih lo. Ada rasa? Gue yakin Deva tu begitu atas dasar kemanusiaan. Gue tau dia
orangnya baik walaupun nyolot-nyolotan ke gue. Jadi gue gak mikir apa-apa. Kan lo tau gue
sukanya sama siapa.'

Seketika perasaan Deva tak menentu. Dia tidak menyangka Chacha bicara seperti itu.
Akhirnya dia pergi begitu saja. Chacha yang kondisinya membaik ingin kembali ke
kelas. Dan Candra mengantarnya. Di tengah jalan, dia bertemu Rio. Candra pun sedikit
mundur.
'Cha? Katanya tadi kamu pingsan. Kok sekarang udah jalan-jalan aja.'

'Iya kak. Aku udah gak papa kok. Ini aku mau balik ke kelas.'

'Oh gitu. Oh iya tadinya aku mau tanya bisa ngelesin aku matematika atau gak. Tapi
kayaknya kamu lagi kurang sehat, jadi...'

'Gak papa kak. Aku bisanya besok sore. Gimana kak?'

'Oke. Gue kabarin kita les dimana.'

'Oke. Oh iya jangan lupa dateng ya kak di acara ultah ku nanti sore. Maaf ya kak dadakan.
Sebenernya kemarin mau aku kasih undangan.'

'Oh jadi hari ini ulang tahun kamu? Happy birthday ya.'

'Makasih ya kak. Nanti aku screenshot undangannya terus kirim ke WA

kakak.' 'Oke. Dada. Semoga segera sembuh.'

'Iya kak. Terima kasih.'

'Cie cie makin deket aja. Kayaknya bau bau PJ kecium ni.' Ejek Candra saat Rio sudah pergi.

'PJ? PJ apaan?'

'Pajak jadian.'

'Apaan sih lo. Pajak jadian apanya. Kak Rio itu minta diajari matematika. Nilai dia jelek
padahal dia mau ujian.

Iya itu modusnya dia deketin lo.'

'Hah?'

'Udah ah gak peka lo.'


Bel masuk berbunyi.

'Ya udah masuk gih. Aku juga mau ke kelas.'

Aku melangkah ke bangkuku dan aku melihat Deva membaca buku yang sama seperti
kemarin. Sayangnya dia menutupi judul bukunya dengan sampul. Jadi aku tidak tahu buku
apa yang dia baca.

'Kenapa lo liat-liat?'

'Pede banget sih lo. Siapa juga yang ngeliatin lo.'

'Eh lo gimana? udah baikan?'

'Udah. Lagian lo baca buku itu terus gak bosen apa?'

Ya gak lah. Gue bosennya itu ketemu lo terus dimana-

mana.' 'Nyebelin banget sih lo!'

'Apa?'

Bu Dina, guru Fisika memasuki kelas. Deva memasukkan bukunya ke dalam tas dan
mengatur posisi duduknya. Aku mengeluarkan buku tulis Fisika. Setelah mengucap salam
perkenalan, bu Dina meminta aku dan Deva mengambil buku paket fisika di perpustakaan.
Sesampainya di perpustakaan, aku dan Deva membagi buku jadi dua bagian karena satu
tumpuk buku ada 21 buku. Aku bawa 10 buku sedangkan Deva 11 buku. Lalu kami
kembali ke kelas. Sesampainya di kelas, kami membagikan buku itu di setiap meja.

'Oke anak-anak. Buku paket itu satu untuk berdua. Jadi buku itu jadi tanggung jawab kalian.
Setiap pelajaran saya, wajib dibawa. Dan kalau sampai tidak bawa buku paket itu saat
pelajaran saya, saya akan beri hukuman.'

'Baik bu.'
Disaat aku fokus memperhatikan pelajaran, rupanya sesekali Deva diam-diam menatapku.
Dalam hati dia berkata..

'Andai kamu tahu. Aku tak pernah bosan menatap wajahmu. Karena berdebat denganmu
lebih membahagiakan daripada hanya diam mencintaimu. Dan mendengarmu mencintai
yang lain, aku merasa cemburu.'

Aku tak sengaja menoleh ke Deva saat Deva menatapku. Dan kami sempat bertatapan sampai
akhirnya bel pulang berbunyi membuat tatapan kami terputus.

'Oke anak-anak. Sekian dari saya. Selamat siang.'

Aku dan teman-teman berhamburan keluar kelas. Aku buru-buru pulang karena malam nanti
adalah pesta ulang tahunku. Jadi aku ikut membantu persiapan pesta. Deva juga terlihat
buru-buru karena dia harus membeli kado untukku dan membantu juga untuk persiapan pesta
ultahku.

● CHAPTER 6

Aku dan teman-teman berhamburan keluar kelas. Aku buru-buru pulang karena malam nanti
adalah pesta ulang tahunku. Jadi aku ikut membantu persiapan pesta. Deva juga terlihat
buru-buru karena dia harus membeli kado untukku dan membantu juga untuk persiapan pesta
ultahku. Candra memberiku kabar kalau dia tidak bisa datang karena harus pergi makan
malam dengan Endah. Tapi dia sudah menitipkan kado ke kak Bagas.

Malam harinya, Deva naik ke atas panggung selaku MC membuka acara dan aku diminta
naik di atas panggung.

'Selamat sore semuanya. Selamat datang di pesta ulang tahun Chacha ke 17. Kita
doakan semoga Chacha jadi anak yang sholehah, berbakti pada orang tua dan segala
cita-citanya tercapai dan selamat menikmati pestanya teman-teman.' Kata Deva selaku
MC.

'Terimakasih ya teman-teman sudah bersedia datang di pesta ulang tahun aku dan
terimakasih atas segala doa dan kado yang kalian berikan. Semoga kalian bisa menikmati
hiburan serta hidangan yang sudah di siapkan oleh panitia.' Kataku.
Aku turun dari panggung dan mengambil minum. Aku menoleh kanan kiri mencari Rio.
Awalnya aku senang melihat dia tapi langsung terdiam.
Kenapa mbak? Cemburu?' tanya Deva mengagetkanku.

'Apaan sih lo. Siapa yang cemburu sih.'

'Mata tu gak bisa boong.'

Tiba-tiba saja aku menendang kaki Deva.

'Aduh kok lo nendang kaki gue sih?'

'Sukurin. Sotoy sih lo.' Kataku sambil

pergi.

Saat aku berjalan, aku papasan sama Rio. Ternyata dia mau mengambil

minuman. 'Hai Cha. Happy birthday ya. Makasih lo udah ngundang aku.'

'Iya kak sama-sama. Kakak sama siapa datang ke sini?' Tanyaku seolah-olah tidak

tahu. 'Oh gue sama April. Ya udah ya. Aku balik ke April. Sekali lagi happy birthday

ya.' 'Iya kak.'

Hatiku seketika hancur. Aku lantas pergi mencari tempat menepi. Deva yang melihatku
bersedih, dia menyusulku. Aku menangis di kursi dekat taman depan rumah. Deva merasa
kesal karena baru sekali dia melihat aku menangis lagi setelah sekian lama. Deva tiba-tiba
datang dan memberikan tisu.

Ini tu pesta ulang tahun lo. Harusnya lo seneng bukan malah nangis. Tu lihat tamu-tamu tu
lo tinggalin cuma karena lo nangisi cowok gaje kayak Rio.'

'Ihh apaan sih lo! Lo tu gak peka ya sama perasaan cewek.'

'Oh lo cewek? Cewek apa? Cewek jadi-jadian?'


'Ihh apaan sih lo!' Kataku sambil menendang kakinya.

'Aww lo kebiasaan nendang kaki gue. Suka lo sama kaki

gue?' 'Iya gue suka.'

'Suka sama gue?'

'Iya. Suka. Suka aja nendang kaki lo' kataku sambil menendang kakinya lalu

pergi. 'Aw! Dasar cepu! Tapi syukurlah lo udah gak nangis lagi.'

Aku memutuskan kembali ke pesta. Kak Adit, kak Bagas dan Mama ternyata menungguku.
Kue ulang tahunku sudah siap. Deva muncul dengan agak pincang karena aku tendang
kakinya. Aku sedikit merasa bersalah.

● CHAPTER 7

Oke hadirin semua. Ini acara yang kita tunggu-tunggu yaitu acara potong kue. Chacha akan
meniup lilin yang dinyalakan oleh kak Adit dan kak Bagas. Tapi sebelumnya, kita
nyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk Chacha.'

Kak Adit menyalakan lilin saat teman-teman mulai menyanyikan lagu. Aku berdoa sejenak
sebelum meniup lilin. Deva terlihat begitu bahagia.

"Terimakasih semua.'

'Nah sekarang saatnya Chacha memotong kue dan akan dibagikan ke orang-orang yang
berarti bagi seorang Chacha Anastasia Putri.'

'Oke. Ini potongan pertama aku kasih ke Mama.' Kataku sambil memyodorkan potongan kue
ke mama.

Mama hanya diam menerima kue itu dan memberikan pelukan dingin padaku. Aku merasa
sedikit sedih tapi aku tak mau memperlihatkan pada orang lain. Selanjutnya potongan kue
berikutnya untuk kak Adit dan kak Bagas. Aku menyuapinya bergantian. Sampailah
di potongan kue ke empat.

'Oke. Potongan selanjutnya. Untuk siapa Cha?' Tanya Deva.

Kakiku melangkah ke depan. Deva berfikir bahwa kue itu untuk Rio karena Rio berdiri di
tengah kerumunan. Ternyata Deva salah. Chacha malah menyodorkan kuenya padaku.

'Kue ini buat Deva karena bentuk terimakasih aku karena dia mau membantu persiapan pesta
ultahku sampai seperti ini.' Kataku sambil mau menyuapi Deva.

Deva yang kaget tersadar saat tangan Chacha menyuapiku kue. Deva menerima suapan kue
ultah Chacha.

'Makasih'.

'Oke hadirin semua itulah puncak dari pesta ulang tahun Chacha. Mohon maaf jika ada yang
tidak berkenan selama pesta berlangsung. Terimakasih atas kehadirannya. Semoga kalian
semua pulang ke rumah masing-masing dengan selamat. Selamat malam.' Kata Deva.

Selesai pesta, aku melihat Deva masih sibuk membereskan properti pesta. Aku

menemuinya. 'Dev. Makasih ya kamu udah bantu-bantu selama pesta ini.'

'Sama-sama.'

Lo pulang aja gak papa. Nanti ada yang urus kok.'

'Oh ya udah. O iya ini.' Kata Deva sambil menyodorkan bingkisan.

'Apa ini?'

'Itu kado buat lo dari gue.'

'Gak usah Dev. Lo udah buat banyak buat pesta gue. Udah cukup gak usah pake kado.'
'Gak papa Cha. Gue udah siapin kado ini sejak sebulan lalu. Plis terima ya.'

'Oke. Gue terima tapi jangan lo ungkit-ungkit nantinya ya?"

'Ungkit-ungkit apaan sih haha udah bye, cepu.'

Aku masuk ke rumah dengan senyum-senyum. Kak Bagas lantas menggodaku.

'Cieee senyam senyum. Kenapa?'

'Gak papa kak.'

'Gak papa kok senyam-senyum sendiri. Oh iya, semua kado kamu kakak taruh kamar dan ini
kado dari mama, kak Adit dan kakak.'

Mama ngasih aku kado?'

'Ya iyalah. Anaknya ulang tahun masak mama gak kasih kado. Udah ya kakak capek.
Besok ada kuliah pagi. Malam dek.'

'Malam kak. Makasih kak'

Aku pergi ke kamar lalu aku tutup pintu kamar. Aku melihat kado kado yang ada. Aku
rapikan kado kado itu dan aku berencana membukanya besok. Tapi aku membuka kado dari
mama dan yang lain dulu. Pertama kado dari mama. Ternyata isinya cincin. Aku langsung
memakainya.

'Cantik sekali cincin ini. Makasih ya mama. Aku bakal pakai cincin pemberian mama.'
Gumamku

Kado kedua dari kak Adit. Isinya buku agenda. Kakakku tahu kalau aku suka menulis. Kado
ketiga dari kak Bagas dan isinya boneka. Aku lantas memeluk boneka itu. Kado keempat dari
Candra. Candra kasih kado isinya buku komik. Candra tahu betul aku menyukai buku komik.
Yang terakhir kado dari Deva. Baru kali ini dia kasih aku kado. Biasanya dia jahil bikin aku
kesal di ulang tahun aku. Akhirnya aku buka dan isinya MP3 Player. Aku pasang headset.
Ternyata MP3 Player itu menyala dengan volume full. Seketika aku lepas headset
dari telingaku.

Apa apaan ni colay. Tu anak sengaja banget ya ngasihnya pas volume full. Awww kuping
gue bisa budeg.' Omelku.

Setelah aku mengomel, handphoneku berbunyi. Ternyata Deva menelpon.

'Eh colay. Lo sengaja ya kerjain gue. Ngasih MP3 pake volume full. Untung kuping gue gak
budeg.'

'Hahaha lagian lo gak cek dulu. Emang gue sengaja. Mau apa lo? haha'.

'Lo tu ya rese banget sih. Awas ya!'

'Ih takut. Dadah.' Deva menutup telponnya.

'Eh...!!!'

Tiba tiba ada WA masuk dari Deva.

'Kado lo tu di lagu kedua sampai selanjutnya. Yang pertama buat tes kuping lo haha.
Malam Cepu :)'

Setelah aku kurangi volumenya, aku lantas memutar lagu selanjutnya. Dan ternyata Deva
memasukkan lagu-lagu favoritku di dalamnya. Aku sempat heran. Bagaimana dia bisa tahu
lagu favoritku. Tanpa sadar, aku tertidur dengan headset masih terpasang di telingaku.

Anda mungkin juga menyukai