Anda di halaman 1dari 9

Kebaikan Hati

Sinar fajar mulai masuk ke dalam celah-celah


ventilasi di rumahku, menyapa wajahku yang masih
terlelap akan mimpi tadi malam. Pagi ini, adalah hari yang
sangat menegangkan bagiku. Di umur ku yang menginjak
15 Tahun, akhirnya, aku akan bersekolah sihir di Sauvlied,
tempat dimana penyihir-penyihir hebat lahir, tempat
dimana kemampuan seorang penyihir akan di uji. Takut?
sudah pasti ku rasakan. Aku khawatir apakah aku bisa dan
pantas masuk ke dalam sekolah itu.
Waktu menunjukkan pukul 05.30, saatnya bagiku
untuk segera bersiap dan sarapan sebelum berangkat
untuk ke sekolah. Setelah bersiap dengan pakaian dan
peralatan sekolah, aku segera turun kebawah untuk
sarapan bersama keluarga ku. "Pagi ayah.. Pagi bu..Pagi
darrenn" sapaku kepada mereka saat sedang menuruni
tangga. Aku tinggal dengan Ayah, Ibu, dan 1 adik laki-laki
ku yang baru saja menginjak usia 12 Tahun, Darren Jergio
namanya. Tampan, pintar, dan baik hati yang sudah pasti,
walaupun terkadang dia suka menjahili ku, akan tetapi dia
tak pernah berbicara kasar ataupun marah-marah
kepadaku. Lalu untuk ayahku bernama Gerald Jergio atau
kerap disapa Monsieur Gerald, dan ibuku Miranda Clarissa
atau Madame Mira. Di Negara tempat tinggalku, Monsieur
digunakan untuk memanggil Tuan sedangkan Madame
digunakan untuk memanggil nyonya. "Pagi Kakk.. " "Pagi
juga Claudia.. " Jawab bersamaan ayah dan ibuku. Ya itulah
namaku, Claudia. Claudia Violette Jergio, Aku merupakan
anak pertama didalam keluarga ini.
Jam di dinding terus berjalan, aku semakin takut.
Ketika waktu menunjukkan pukul 06.30, bahkan yang tadi
paginya aku merasa gembira karena ini sekolah
pertamaku. Sekarang, air susu di meja makan bahkan tak
ku minum sangking gerogi nya diriku. "Nak.. ayo diminum
susunya, mengapa kau malah melamun, apa yang sedang
kau pikirkan sayang? " tanya ibuku ramah sambil
mengelus pundakku. "Aku takut.. ibu.. " "Aku takut..
bagaimana jika aku tidak lulus ke dalam sekolah itu,
bagaimana jika aku menjadi bualan orang-orang di sana
karena aku berbeda dengan mereka, aku takut... " Jawabku
sambil menatap ibuku dan mulai sedikit berkaca-kaca.
Mungkin diantara kalian bertanya-tanya apa yang
dimaksud dengan "berbeda" kataku tadi. Aku mempunyai
keunikan diantara anak-anak penyihir lainnya, jika mereka
memiliki kekuatan untuk terbang, bisa membuat ramuan,
dan melakukan perubahan wujud. Aku hanya bisa
mengeluarkan kekuatan api ditanganku, aku khawatir jika
sampai aku salah menggunakannya, maka akan fatal
akibatnya dan mengenai orang-orang yang tak bersalah.
"Claudia, kau tak perlu takut.. kau istimewa, kau bisa
menggunakan kekuatanmu tepat pada waktu-waktu
tertentu, untuk lulus atau tidaknya kau ke sekolah itu,
tidak usah terlalu dipikirkan kan, semua orang
mempunyai wawasannya masing-masing, bahkan yang
terlihat pintar belum tentu akan lulus, jadi tidak usah
takut ya sayang.. dan ingat pesan ibu, teruslah berbuat
baik kepada orang lain selagi kita bisa membantunya"
Jawab ibuku lembut.
"Baiklah ibu, kalau begitu aku akan segera
berangkat ke sekolah, terima kasih sudah
menyemangatiku" Kataku sambil tersenyum. Bergegas ku
ambil tas dan mantel berwarna merah untuk kubawa ke
sekolah, "Ayah.. Ibu.. aku pergi dulu yaa.."
“dan kau adik kecilku, ku tunggu kau 3 Tahun
kedepan disekolah..(sambil tertawa kecil)" "Hati-hati nak,
ingat selalu kata-kata ibu.. kau istimewa" sambil sedikit
berteriak. Aku pergi ke sekolah dengan berjalan kaki,
menulusuri hutan, jalan yang becek, dan jembatan
penghubung kotaku dan wilayah sekolah. Di perjalanan
aku melihat seorang nenek tua yang sedang menarik
gerobak nya dengan tertatih-tatih, gerobak itu penuh
dengan toples-toples kaca besar berisikan saos tomat.
Karena tak tega, aku segera bergegas untuk membantunya.
Lagi pula aku masih mempunyai waktu untuk pergi ke
sekolah, "Selamat Pagi nek.." sapaku. "Apakah kau
memerlukan bantuan?" Nenek tersebut menghentikan
langkahnya dan berkata "Apakah kau mau membantuku?
apakah kau nanti tidak terlambat untuk ke sekolah?"
"Tidak nek.. tenang saja, aku masih memiliki waktu untuk
membantumu, mari aku bantu ya" “Terima kasih ya nak,
kau sangat baik hati" Jawabnya sambil tersenyum
kepadaku. Di saat perjalanan, tiba-tiba langit berubah
menjadi abu-abu pekat, suara guntur pun mulai
berdatangan. Hujan akan segera datang, bagaimana ini?
Tanyaku dalam hati. tiba-tiba nenek itu berkata kepadaku
"Nak.. sudahlah, hujan akan segera turun, nanti bajumu
akan kotor dan kau bisa terlambat ke sekolah" Sungguh,
aku tak tega meninggalkan dia dalam keadaan seperti ini,
terlebih saat ini kami berada di tengah hutan, aku takut
terjadi apa-apa padanya, tetapi bagaimana dengan
sekolahku? aku juga tak ingin terlambat.
Aku terus-terusan berkelahi dengan pikiranku
sendiri, sampai akhirnya aku teringat ucapan ibu dirumah
tadi, Teruslah berbuat baik kepada orang lain. "Tidak nek..
aku tidak apa-apa,aku masih mempunyai waktu..ayo
segera lanjutkan perjalanan kita" ucapku semangat. Nenek
tersebut pun kembali tersenyum padaku dan kami terus
melanjutkan perjalanan
Hujan mulai turun sedikit demi sedikit, ku dorong
terus gerobak itu dari belakang, jalanan yang tadinya
kering mulai terasa becek dan licin. Hujan pun mulai
terasa deras, jalanan pun semakin licin dan susah untuk
dilewati. Tiba-tiba, aku terpeleset dijalanan yang
bergenang air kotor "EEHSTTSTTSTHZ" Byurrr. Baju
putihku pun kotor dan sedikit bau oleh terkena air
genangan tersebut, "Nak.. kau tidak apa-apa, mari ku
bantu.. " Nenek langsung menghampiri ku dan membantu
ku untuk berdiri. "Tak apa nek.. aku hanya terpeleset,
apakah rumah nenek masih jauh? " Tanyaku. "Tidak nak,
sebentar lagi kita akan sampai.. bagaimana dengan baju
sekolah mu? baju dan rok seragam mu kotor nak." Tanya
sang nenek gelisah.
"Tak apa nek, yang terpenting aku masih bisa ke
sekolah, ayo kita lanjutkan kembali" Jawabku sambil
tersenyum kepadanya agar ia tidak kepikiran. Hujan
deras, angin kencang, dan gemuruh bersuara, sangat susah
untuk melanjutkan perjalanan, terlebih jalanan licin yang
menghadang, tetapi jika aku ingin berhenti dan
beristirahat aku akan terlambat kesekolah, oleh karena itu
aku terus melanjutkan perjalanan bersama nenek.
Kini, hujan mulai reda, angin kencang dan
gemuruh pun larut hilang bersamaan dengan hujan
tersebut. Nampak sebuah rumah kecil, beratap dedaunan
dan bangunannya kayu tak begitu bagus serta jauh sekali
dengan perumahan warga lainnya, apakah itu rumah
nenek? tanyaku dalam hati. "Kita sudah sampai nak..
terima kasih telah membantu nenek ya"
"Lalu untuk saus-saus ini bagaimana nek? siapa
yang membantu nenek menurunkannya? " tanyaku
penasaran. “Nenek bisa melakukannya sendiri nak, kau
sudah terlambat untuk pergi kesekolah" "Tidak nek, tidak
apa-apa, aku bisa membantumu, lagi pula ini hanya
sebentar saja" "mulia sekali hatimu nak, sudah cantik baik
hati pula, pasti orang tuamu membesarkan kamu dengan
baik." "terima kasih nek" Aku dan nenek pun segera
bergantian menurukan saus-saus tomat itu dari gerobak
ke rumah nenek, saatnya nenek sedang mengangkat saus
itu, tiba-tiba nenek tersandung batu dan yang terjadi
adalah.. PYARRRR. Saus tomat tersebut pecah dan
sebagian saus nya mengenai seragamku, lengkap sudah.
Seragam putihku ini kotor, bau, dan berwarna merah dan
cokelat pekat. "Astaga ya tuhan.. maafkan nenek nak,
nenek tidak sengaja" aku menghampiri nenek dan
membantunnya berdiri "tidak apa-apa nek, bukan
kesalahan nenek, lagi pula baju bisa di cuci saat disekolah"
"aku tidak enak kepadamu nak, mari masuk ke dalam,
akan ku gantikan bajumu dengan yang baru" Yang baru?
apa yang dimaksud dari kata nenek tanyaku didalam
pikiran. Kami berdua pun masuk ke dalam rumah, lalu
nenek menyuruhku untuk duduk disebuah sofa "sebentar,
akan aku buatkan teh untuk mu" "ehh, tidak usah repot-
repot nek, kau pasti masih lelah" akan tetapi nenek tetap
pergi ke dapur untuk membuat teh dan menghiraukan
ucapanku. Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya
nenek kembali sambil membawa nampan yang berisi 2
gelas cangkir kecil berisikan teh. "Ini nak, silahkan
diminum" katanya sambil tersenyum ramah. "terima kasih
nek" jawabku sambil mengambil salah satu cangkir itu dan
segera menyeruput teh tersebut. "kau tak perlu takut, aku
bisa mengganti baju mu dengan yang baru Claudia"
Sontak. Aku tersedak saat sedang minum teh "Uhhukk..
uhuukk.. bagaimana nenek bisa tau namaku?"
Nenek tersebut hanya tersenyum dan berkata
"tutuplah matamu dan hitung sampai 3, maka kau akan
mendapatkan jawabannya" Aku merasa bingung, mengapa
aku disuruh menutup mata dan berhitung? apa kaitannya
dengan itu. Lalu, setelah cukup lama aku memikirkannya,
aku mulai menuruti perkataannya, ku tutup mataku dan
sambil berhitung "Satu.. dua... tiga.. " Mulai ku buka
mataku kembali, dan alangkah terkejutnya diriku. Sofa
yang sudah tua renta tadi berubah menjadi sofa cokelat
besar yang nyaman, rumah gubuk nenek berubah menjadi
ruangan luas yang berisikan berbagai macam piala,
mendali, tongkat sihir dan hal yang berkaitan dengan
sekolah ku, dan yang lebih mengejutkannya lagi, nenek
yang ada dihadapanku ini berubah menjadi wanita muda
cantik berambut pirang, berpakaian rapi dan berwibawa.
Aku masih mencerna apa yang sedang terjadi kepadaku,
dimana si nenek, rumah, dan gerobak itu?
"Tidak usah takut Claudia, Perkenalkan aku adalah
Profesor Lyodra, Kepala Sekolah dari Sekolah Penyihir La
Vurde, sekolah yang ingin kau tuju. " Jawabnya tenang dan
tersenyum kepadaku. "Kepala Sekolah?? lalu.. bagaimana
dengan nenek yang ku bantu tadi, apakah nenek tersebut
adalah kau profesor?? " Tanyaku penasaran dan bingung.
"Iya benar, aku menyamar sebagai nenek tua sebagai salah
satu ujian bagi para calon murid disini, tetapi setiap
murid-murid yang bertemu denganku hanya lewat dan
tidak peduli kepadaku, tetapi kau Claudia. Kau
menghampiri ku dan membantuku sampai ke rumah itu,
dan malangnya bajumu kotor dan kau tertinggal sekolah.
Maka dari itu aku akan menggantikan seragam mu dengan
yang baru dan kau juga telah dinyatakan lulus disekolah
ini." "Lulus? aak-ku lulus profesor?? aku tidak masih
tidak menyangka" "Ya. Kau lulus karena ujian yang telah
diberikan telah kau lewati dengan sebaik mungkin dan
tanpa keluhan" ucap sang profesor sambil tersenyum.
"Mari, akan ku gantikan baju mu dengan yang baru,
silahkan kau berdiri di sana" Aku pun mengikuti
perintahnya, aku berdiri disalah satu ruangan itu, dan
Profesor sedang membacakan mantra dan ajaibnya,
seketika seragam sekolahku berubah menjadi bersih dan
harum, serta badanku yang kotor pun menjadi bersih
kembali seperti saat dirumah pagi tadi. Aku sangat senang
dan gembira, bahwasanya aku dinyatakan lulus dan dapat
bersekolah di sekolah penyihir impianku. "Terima kasih
banyak profesor, kau telah meluluskan diriku di sekolah
ini, dan membantu mengganti seragamku dengan yang
nbaru" "Kau tak perlu berterima kasih Claudia, Karena
dirimu sendirilah yang membuatmu bisa lulus ke dalam
sekolah ini, dan ingat 1 hal. Kau tidak perlu takut akan
menjadi bualan karena kau hanya memiliki kekuatan api,
kau itu istimewa.. kekuatanmu dapat digunakan disaat
yang tepat. Lagi pula sekolah ini sangat senang menerima
murid yang memiliki kekuatan unik yang tidak dimiliki
murid-murid lain." Kata profesor Lyodra sambil
memegang bahuku. "Baik profesor, akan ku ingat selalu
kata-katamu, sekali lagi terima kasih banyak" Kataku
sambil tersenyum kepadanya. "Baiklah, untuk sekarang
silahkan kau mulai mencari kamar di asrama mu dan
menyiapkan pelajaran untuk esok hari." Setelah
berpamitan, aku bergegas untuk pergi ke asrama untuk
mencari kamar dan teman tidurku.
Kini, 3 tahun pun berlalu, banyak pelajaran yang
ku dapatkan di sekolah ini, banyak pengalaman, kisah
menarik, dan suka duka cita bersama teman-temanku,
akan tetapi itu belum selesai, masih sangat panjang
perjalananku untuk menempuh berbagai macam pelajaran
mengenai sihir. Akan tetapi, hari ini adalah hari yang
spesial karena hari ini adalah hari penerimaan calon
murid-murid baru Sekolah Penyihir La Vurde. Dan tentu
saja adikku Darren, akan mulai bersekolah disini dan
sekarang aku sedang menunggunya di depan gerbang
bersama murid-murid lainnya. Itulah secuil kisahku,
berakhirnya cerita ini bukan berarti juga berakhir nya
ceritaku, justru ceritaku akan dimulai sekarang. Aku akan
terjun lebih dalam ke pelajaran dunia sihir dan akan
banyak menemukan berbagai peristiwa kejadian yang
tidak pernah akan ku duga sebelumnya, dan yang
terpenting ialah. Teruslah berbuat baik kepada orang lain.
Karena apa yang kita lakukan niscaya akan kita tuai
sendirinya, seperti yang dikatakan ibuku dan Profesor
Lyodra, dan juga jangan mudah untuk menyerah karena
kekurangan yang kita miliki, tetapi teruslah maju agar
kekurangan yang kita miliki dapat berubah menjadi
kelebihan yang kita miliki.

Anda mungkin juga menyukai