Anda di halaman 1dari 2

Cerita Fantasi Kezia 7A

"Perempuan Dari Kabut"


Hari itu merupakan pagi yang cerah, aku segera bergegas dari kamar mandi untuk bersiap-siap berangkat ke
sekolah. Setelah memakai seragamku, ibuku menyuruhku turun dan memakan sarapan. "Sebentar, ibu!"
Sahutku, menjawab panggilan dari ibuku. Setelah menyiapkan segala keperluanku untuk di sekolah, aku keluar
kamar dan menuruni tangga menuju ruang makan, di mana ibuku telah menyiapkan nasi goreng untuk
saranpanku di meja. "Wah, terima kasih, ibu!" Aku mengucapkan terima kasih pada ibuku yang telah membuat
sarapanku agar aku dapat tetap bersemangat di sekolah. "Sama sama nak." Jawab ibuku dengan suara dan
senyuman yang lembut sambil merapihkan alat-alat dapurnya. Akupun dengan lahap menghabiskan nasi
goreng bikinan ibuku, rasa yang sangat menghangatkan untuk memakan masakan ibu. "Jangan lupa bekalmu
ya nak, ayahmu pasti akan sibuk jika perlu mengantarkannya lagi." Ibuku mengingatkanku sembari menaruh
tas bekalku di atas meja. Akupun tertawa kecil saat mengingat-ingat hari di mana aku meninggalkan tas
bekalku, aku merasa sangat lapar pada hari itu. Untungnya, ayahku bisa mengantarkan tas bekalku dari
rumah.

Setelah sarapan, aku mengambil sepatuku dari rak sepatu dan duduk di bangku untuk memakainya, tak lupa
memakai kaos kaki terlebih dahulu. Selesai memakai sepatuku, aku mengambil tas bekalku dan bergegas
keluar, tak lupa mengucapkan salam kepada ibuku yang sedang berada di dapur. Saat di luar, aku disambut
oleh ayahku yang sedang menunggu di motornya untuk mengantarku.

Setibanya di sekolah, aku menyapa guru dan teman-temanku dengan senyuman ramah, bersemangat untuk
menjalani hari sekolah walaupun diberikan banyak tugas. Bel pun berbunyi, semua murid masuk ke kelasnya
dan memulai pelajarannya dengan guru mata pelajaran. Setelah beberapa jam belajar di sekolah dengan dua
kali istirahat di tengah-tengah semua pelajaran tersebut akupun memesan ojek online untuk pulang. Sebuah
motor dengan orang berjaket hijau pun berhenti di sebelahku, aku berfikir "oh, itu pasti ojek pesananku".
Setelah mengkonfirmasikan dengan ojek tersebut, ia mengantarkanku pulang. "Ibu, aku pulang!" Sahutku
menyampaikan salam bahwa aku sudah selesai bersekolah dan tiba dengan selamat di rumah. "Selamat
datang nak, ibu sudah memasakkan telor balado favoritmu lho, cepatlah mandi dulu sebelum makan."
Mataku berbinar-binar mendengar bahwa ibu telah memasakkan makanan favoritku, telor balado! Tanpa
basa basi, aku bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diriku. Selesainya mandiku, aku turun dan
duduk di kursi meja makan dan melahap habis makanan yang sudah kuambil. "Terima kasih untuk
makanannya, bu!" Aku berterima kasih pada ibuku, merasa puas dan kenyang dengan makanan yang telah
aku lahap.
Dengan kenyang dan puas, aku naik ke atas menuju kamarku. Saat memasuki kamarku, aku menyadari bahwa
ada suatu benda di atas mejaku yang bersinar biru, semacam... kalung? Setelah melihat kalung tersebut
dengan lebih dekat, segalanya teringat lagi. Malam itu, aku dan keluargaku sedang berada di gunung untuk
berseru-seru bersama, awalnya. Saat malam tiba, aku tetiba ingin pergi ke kamar mandi, kamar mandi
tersebut tidak jauh dari tempat kita berada jadi aku berpikir bahwa aku bisa ke sana sendiri, naifnya diriku saat
kecil. Aku pun berjalan ke arah kamar mandi, setelah selesai, aku melihat keluar dan melihat pemandangan
gunung yang gelap gulita dipenuhi kabut yang membuat bulu kudukku berdiri. Sayangnya, senter yang
kubawa hampir habis dayanya, aku tidak tahu apa aku akan bisa balik ke arah tenda atau tidak. Aku menelan
ludah dan memberanikan diriku untuk keluar dan mencari jalan menuju tenda orangtuaku. Setelah beberapa
waktu, angin malam mulai terasa lebih dingin dan daya senterku yang sudah mau habis tidak membantu
sama sekali. Aku merinding saat tetiba ada kabut yang mengelilingiku "A-apa ini?!" Teriakku kaget dengan kabut
yang tetiba mengelilingiku. Dari dalam kabut yang berputar-putar itu muncullah sebuah perempuan. Kulitnya
putih bersinar, sama dengan rambutnya yang juga berwarna putih. Ia menatapku dan berjalan mendekatiku
sambil berkata "Apakah engkau tersesat, anak kecil?" Aku hanya dapat menganggukkan kepalaku. Kemudian,
ia memberikanku sebuah kalung dengan liontin safir biru, indahnya sinar dari safir tersebut.

"Pakailah ini dan genggamlah erat-erat, jika engkau tersesat lagi atau merasa dalam bahaya, peganglah ini dan
katakanlah: Roh dari kabut dan sinar rembulan, bawalah aku pulang. Maka aku akan membantumu."

Dengan itu, ia mengeluarkan cahaya dari tangannya sambil mengulurkan tangannya "Aku akan membawamu
pulang." Aku pun terbangun, langit sudah cerah "apakah itu mimpi?" Aku bertanya pada diriku namun tak
terlalu menghiraukannya. Tetapi setelah kuraba, ternyata kalung dari malam itu tergantung di leherku. Setelah
itu, aku tidak terlalu mengingat apa-apa, aku dan keluargaku pulang dengan aman, mereka pun tidak
mengetahui bahwa aku keluar pada larut malam, semuanya berjalan lancar. Mengingat hal tersebut, aku
mengambil kalung tersebut dan mengalungkannya di leherku, "indahnya." Pikirku.

Anda mungkin juga menyukai