Anda di halaman 1dari 5

“KESEHARIANKU DI RUMAHKU”

Suasana malam yang hening, dimana orang-orang tengah sibuk dengan buah mimpi yang tak
kunjung berakhir dan sebagian insan dunia yang terbangun untuk bermunajat kepada sang pencipta.
Hanya ada gemericik hujan dan ratusan kodok yang bersuara seolah memohon kepada sang
pencipta agar hujan ini tak kunjung berakhir. Dentingan jam dan desisan ban kendaraan bermobil
besar berpadu menjadi satu.

Sayu-sayu mataku mulai terbuka, menetralkan cahaya kamar yang berusaha menelesik
masuk kedalam netra mata. Aku berusaha menepis rasa kantukku dengan mengubah posisi tidurku
menjadi duduk, kuraba sekitar kasur guna mencari benda pipih yang sedari tadi trus saja berbunyi.
Mataku cukup dibuat silau dengan pancaran radiasi dari handphone, jariku bergerak menggeser
panel yang berbentuk silang untuk mematikan alaram yang trus berdering. Sekilas mataku melirik
jam yang menunjukkan pukul 03:35, kuletakkan kembali handphone tersebut pada tempatnya
semula.

Dengan langkah gontai aku pergi menuju kamar mandi untuk membasuh wajah dan
menyikat gigi setelahnya aku pergi ke perwudhuan, sudah sampai di pertengahan jalan tapi mataku
masih terasa sangat berat. Aku memutuskan untuk mampir ke dapur untuk meminum segelas air
hangat guna menghilangkan dahaga dan menepis sedikit rasa kantuk yang trus saja menjalar. Saat
kurasa cukup aku langsung berwudhu dan kembali ke kamar untuk mempersiapkkan diri untuk
melaksanakan qiyamullail setelahnya membaca al-qur’an sambil menunggu adzan subuh
berkumandang. Ku tutup mushaf yang berada di tanganku setelah adzan subuh berkumandang,
sehabis melaksanakan sholat shubuh aku lanjutkan dengan amaliyah pagi dengan menambah
membaca surah al-kahfi karena hari ini adalah hari jumat.

Cuaca pagi ini cukup cerah, dengan mentari yang selalu setia menyambut setiap insan di
dunia menyampaikan salam sang penguasa semesta (Allah swt ) agar trus mengingatnya. Lantunan
murottal mulai terdengar mengalun di telinga, membuat hati merasa tenang. Aku telah selesai
dengan rutinitas pagiku, sekarang aku tinggal membereskan kamar dan menyapu-nyapu rumah.

Saat melihat jam dinding yang terletak di ruang keluarga yang telah menunjukkan pukul
06:20, “Udah selesai beres-beres sekarang tinggal masak”. Mataku tanpa sengaja melihat adikku
yang keluar dari kamarnya dengan seragam lengkap, seketika aku mengingat kalau adikku masih
sekolah.

Aku memutuskan untuk segera pergi ke dapur untuk memasak, aku benar-benar lupa kalau
hari jum’at adekku masih sekolah “Ya Allah gini nih kebiasaan liburnya hari jum’at” gumamku dalam
hati ambil geleng-geleng sendiri merutuki kecerobohan diri. Cukup lama aku berperang dengan
pikiran sendiri memikirkan akan memasak apa hari ini, sampai akhirnya aku memutuskan untuk
masak nasi goreng saja selain simpel dan cukup hemat waktu.

“Mau masak apa?” pertanyaan kakakku cukup membuatku terkejut, untung keterkejutan itu
tidak terlalu kontras jadi kakakku tidak menyadarinya.
“Masak nasi goreng aja ya, cepet” jawabku sambil melirik sekilas ke arahnya. Kakakku
menganggukkan kepala setelahnya ia kembali masuk kedalam kamarnya untuk menyelesaikan
pekerjaan yang tadi sempat tertunda.

Aku berusaha segesit mungkin karena mengejar waktu yang kelihatannya tak akan pernah
berhenti. Sampai akhirnya tepat pada pukul 06: 50 semuanya telah selesai disiapkan, dan segera ku
panggil kedua saudaraku untuk makan. Adekku datang dan makan dengan lahap sampai akhirnya
tepat pada pukul 07:05 ia sudah siap di antar.

Selang beberapa menit bapakku turun siap untuk berangkat kerja, kusiapkan sepatu dan
kaus kaki tepat di dekat kursi sehingga bapakku tidak perlu kesusahan untuk mencari kesan kemari.
Saat bapakku telah siap kami (aku & kaka) langsung salim sedangkan adikku sudah duduk anteng di
dalam mobil. Saat keberangkatan bapakku pun aku tak langsung masuk kedalam rumah, tetapi diam
di teras menunggu sampai mobil itu tak tertangkap lagi oleh netra mataku barulah aku masuk
kedalam rumah. Entahlah tapi sejak kecil aku suka melakukannya sampai kini menjadi seperti
rutinitas.

Hari mulai menjelang sing, posisi matahari hampir pas pada porosnya. Mataku masih asik
membaca buku bacaan, karena kebetulan bukunya membahas tentang penanganan anak-anak yang
mengalami Autism spectrum disorder (ASD) atau yang sering kita sebut sebagai autisme atau
gangguan pada saraf. Lama-kelamaan mataku mulai terasa berat akhirnya aku menyudahi bacaanku,
dan menaruh buku tersebut di atas meja dan memutuskan untuk tidur siang.

Burung-burung ramai berterbangan di angkasa, mengepakkan sayap bak penari yang menari
dengan mengikuti alunan musik. Ramai suara kendaraan lalu lalang yang saling bersahutan baik
kendaraan roda dua hingga kendaraan roda empat sekalipun, bising-bising suara anak sekolahan
juga mulai terdengar ramai memenuhi ruang pendengaran. Wajar saja karena hari ini merupakan
hari jum’at dimana waktu perpulangan jauh lebih awal daripada biasanya, karena orang-orang
bergegas untuk mempersiapkan diri melaksanakan sholat jum’at.

Perlahan akupun mulai terbangun dari tidurku karena merasa cukup terusik dengan suara
bising yang terjadi, mataku beralih melihat jam yang menunjukkan pukul 11:15. Akupun bangkit dari
tidurku berniat mengambil air wudhu biar sedikit fress dan lanjut menggosok koko serta sarung yang
akan di kenakan kaka, adek dan bapakku hari ini.

“Sa! Kaka jemput adek dulu, baju bapak udah di gosokin?” aku melirik ke arah kakakku dan
menganggukkan kepala, ia pun bergegas menuju sekolahan tempat dimana adekku menuntut ilmu
saat ini. Kemudian kembali dengan cepat.

Semua pakaiaan sudah selesai aku gosok sekarang aku beralih ke dapur untuk memanaskan
nasi dan memasak makanan untuk makan siang. Saat ingin memasak ternyata gasnya habis terpaksa
aku berjalan ke tempat dimana gas cadangan disimpan dan ternyata gasnya habis, akhirnya dengan
sedikit rasa gengsi aku mendatangi kamar kakakku untuk minta tolong di belikan gas.

“Ka gasnya habis”

“Yang dibelakang, habis juga?” aku menganggukkan kepala sebagai jawaban, “yaudah bentar
ya”
Aku dibuat terkejut dengan pertanyaan yang mamaku lontarkan secara tiba-tiba, sebenarnya
bukan karena pertanyaannya tapi karena mamaku yang tiba-tiba ada di dapur karena saat terakhir
kali ku tinggalkan tak ada siapa-siapa. Mamaku hanya bertanya kenapa aku mendatangi kakakku ,
kemudian kujelaskan kalau tadi aku ingin meminta tolong di carikan gas setelahnya mamaku
menyuruh adekku mengambil gas di lantai dua tepat didalam lemari di samping tempat perwudhuan
di atas. Adekku dengan cepat melaksanakan apa yang mamaku perintahkan tapi sesaat kemudian
terdengar suara benda keras jatuh menggelinding dari atas dan trus menuruni tangga. Suara adekku
terdengar lantang seperti orang kaget.

“Aduh es batunya jatuh!” aku dan mamaku mengerutkan dahi kebingungan, dan adekku
sudah turun dari tangga dengan membawa sebuah es batu di tangannya. Mamaku pun semakin
heran karena pasalnya tadi mamaku menyuruhnya untuk mengambil gas tapi adekku malah
membawa sebuah es batu.

“Kok bawa es batu kan tadi mama minta tolong ambilkan gas” tanya mamaku bingung,
adekku yang mendengarkan pernyataan mamaku hanya cengengesan setelahnya ia menaruh es batu
itu di atas meja makan kemudian kembali ke atas untuk mengambil gas dan kembali dengan cepat.

Dia turun masih dengan wajah tersenyum dan sedikit menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama
sekali “maaf tadi kayaknya Nadhir salah denger apa kata mama, maaf ya” ungkapnya dengan sesal
setelahnya ia segera siap-siap berangkat sholat jum’at.

Kakakku baru saja keluar dari kamar lengkap dengan baju kokonya, dan melihat ke arah gas
yang sudah ada. Ia berbicara denganku tanpa mengeluarkan suara tapi aku memahaminya, ia hanya
bertanya apakah gasnya ada isinya dan aku menganggukkan kepala. Setelahnya ia pamit berangkat
ke masjid untuk sholat jum’at karena adekku juga sudah siap.

Setelah selesai memasak kemudian aku menyiapkan semua makanan di atas meja biar saat
yang lain selesai sholat jum’at bisa langsung makan tanpa menunggu lama. Semua makanan sudah
selesai di siapkan sisanya aku mengembalikan semua bumbu dapur pada tempatnya dan lanjut
membasuh piring sisa aku memasak . Setelah memastikan dapur telah dalam keadaan bersih barulah
aku bersiap melaksanakan sholat dzuhur.

Setelah selesai sholat dzuhur aku melanjutkan membaca wirid, bacaan yang selalu
diingatkan guru kami untuk tetap mengistiqomahkannya dimanapun kita berada. Melaksanakannya
bukan karena takut pada guru tapi karena semata-mata untuk mencari ridho Allah dan rasulnya, itu
pesan yang selalu di sampaikan guru kami dan pesan yang orang tuaku sampaikan.

Aku pergi keluar kamar setelah selesai melaksanakan kewajibanku, mendatangi mamaku
yang tengan duduk di sofa dan ikut nyempil di samping kanan mamaku. Sambil menunggu yang lain
datang aku dan mamaku ngobrol-ngobrol ringan sampai akhirnya mulai terdengar suara motor mulai
mendekat.

“Assalamu’alaikum!” terdengar salam bersamaan dengan pintu yang di buka, aku tahu jelas
siapa yang datang. Aku menjawab salam dengan masih fokus pada gambar yang baru saja mamaku
tunjukkan, kemudian terdengar salam lagi dan kali ini bapakku yang datang. Aku langsung bangkit
dari dudukku dan menyalami tangan bapak.
Secara perlahan detik menjadi menit, menit berangsung menjadi jam dan seterusnya
berputar pada lingkaran waktu. Terlihat matahari terletak tidak jauh dari ufuk, dengan cahayanya
yang harus menembus lapisan atmosfer yang lebih tebal dan menyampaikan cahaya pada mata kita
dengan gelombang yang panjang dengan pancaran cahaya kuning keoren-orenan dan paduan warna
merah yang mendominasi. Sehingga menyuguhkan pemandangan langit yang dapat memanjakan
mata siapapun yang memandangnya, terlebih mereka yang sangat mengagumi keindahan alam.
Semua keindahan yang terjadi di muka bumi ini dan seluruh alam semesta memang merupakan
kekuasaan Allah, oleh karena itu menjadikan semua apa yang kita pandang sebagai tempat
bertafakur kepada Allah.

Aku sudah selesai membereskan rumah dan menyirami tanaman-tanaman kesayangan


mama, entah sejak kapan tapi yang jelas kini mama telihat sangat tertarik dengan tanaman dan
merawatnya dengan sangat baik. Kemudian memberikan makan pada kucing-kucing yang
kelihatannya sudah tidak sabar untuk makan buktinya para kucing-kucing ini trus menempel dan
berputar-putar di sekitarku. Saat semua tugasku telah selesai giliran kini aku membersihkan diri
mempersiapkan diri untuk melaksanakan sholat magrib.

Setelah selesai membersihkan diri aku menyempatkan membaca al-waqiah dan tepat saat
aku selesai membaca do’a setelah membaca surah al-waqiah adzan magrib berkumandang . Akupun
mengambil air wudhu kembali setelahnya bersiap melaksanakan sholat magrib berjamaah bersama
mama, kemudian aku melanjutkan membaca wirid setelah selesai sholat magrib.

Kini aku sibuk berkutat di dapur, mempersiapkan makan malam sebelum para laki-laki
pulang dari masjid. Setelah selesai mempersiapkan makan malam aku dan mama langsung
melaksanakan sholat isya berjamaah karena telah masuk waktu isya dan adzan sudah
berkumandang.

Tepat saat aku dan mama selesai melaksanakan sholat isya, suara salam terdengar dari adek
dan kakakku yang mengucapkannya secara bersamaan akupun menyalimi tangan mamaku dan
tangan bapakku yang baru saja datang. Aku menyempatkan untuk membaca surah al-mulk
setelahnya aku menyusul mama kedapur dan mempersiapkan makan malam bersama.

Saat ini aku tengah membasuh piring karena makan malam telah berakhir sedari tadi, bapak
dan mama tengah duduk di ruang keluarga disusul dengan kakakku dan adekku yang ikut mengobrol
bersama. Setelah selesai dengan urusanku di dapur, kemudian aku membuatkan es jeruk yang
biasanya aku buat untuk bapak dan menyusul keluargaku di ruang tengah, ikut mengobrol-ngobrol
ringan dan sedikit candaan dan menceritakan drama yang terjadi saat siang hari. Obrolan berakhir
saat jam sudah menunjukkan pukul 10 malam semuanya kembali ke kamar masing-masing tak
terkecuali aku, terdengar suara mama dan bapakku yang mengingatkan untuk berwudhu terlebih
dahulu sebelum tidur. Dan benar kami langsung berwudhu secara bergantian di tempat perwudhuan
setelahnya kembali ke kamar masing-masing.

Hari semakin malam, jalan rayapun mulai terdengar sunyi, hanya terdengar suara jangkrik
yang memecahkan kesunyian malam. Saat ingin merapatkan gorden di kamarku tanpa sengaja
mataku melihat bulan yang bersinar terang dengan banyaknya bintang yang menemani, sudut
bibirku ikut terangkat karena melihatnya. Setelah merasa puas dengan apa yang aku lihat, aku
kembali merapatkan gorden kamar, mematikan lampu dan berdoa kemudian membiarkan diri mulai
hanyut pada buah mimpi. “Ya rabb terimakasih atas segala nikmat dan kemudahan yang telah
engkau berikan, buatlah hati kami agar terus mengingatmu dan tak pernah lepas untuk bersholawat
pada rasulmu”

Anda mungkin juga menyukai