Anda di halaman 1dari 5

ARUNIKA STORY

Aku melangkahkan kakiku menuju rumah yang sudah ku tempati selama 18 tahun, tidak
ada yang sepesial dari rumah ini aku tidak memiliki hal yang membahagiakan, kecuali
sebelum kejadian itu terjadi, kejadian dimana ibu mengetahui bahwa ayah mempunyai
wanita lain selain dirinya.

Flashback on
Ibu mengendarai mobil untuk menjemputku yang masih duduk di bangku sekolah
menengah pertama, saat di dalam mobil aku teringat bahwa besok diharuskan membawa
kanvas untuk kelas kesenian besok.
" Bu, besok Arunika disuruh membawa kanvas sama guru, nanti ikut Arunika beli ya" .
Ajakku kepada ibu.
" Iya nak sekarang aja, sekalian belanja bulanan ya" jawab ibu mengajakku pergi ke
supermarket.
" Iya Bu" jawabku.
Sesampainya di supermarket, aku pergi ke tempat peralatan sekolah dan mengambil
benda yang aku butuhkan lalu berjalan menuju ibu yang melihat-lihat bahan makanan.
Sepanjang perjalanan aku berbincang, bercanda, dan tertawa dengan ibu, sangat
menyenangkan.
Hingga aku terkejut melihat ayahku di seberang sana menggandeng seorang wanita
terlihat sangat mesra seperti sepasang suami istri, lalu aku menoleh ke arah ibu yang
melihat kearah mereka juga, senyuman diwajahnya menghilang tergantikan oleh wajah
kecewanya, ibu hanya diam, setelah itu ibu mengajakku pulang, di sepanjang perjalanan
pulang ibu pun terlihat lebih diam.

Mulai saat itu aku sangat sering mendengar orang tuaku bertengkar, aku lelah. J ika saja
dulu aku tidak mengajak ibu untuk membeli kanvas, ini tidak akan terjadi, atau kah lebih
baik begini sehingga keburukan ayah terbongkar?

Aku membuka pintu yang sengaja tidak dikunci itu, sesampainya diruang tamu aku
mendengar suara ibu yang berasal dari kamar orang tuaku." Sampai kapan kamu mau
seperti ini! ? Apa kamu tidak memikirkan Arunika? "
Benar, Arunika adalah namaku, yang memiliki arti cahaya matahari pagi sesudah terbit,
sangat indah bukan? Tapi kehidupanku tidak seindah namaku.

Lalu terdengar sahutan dari ayah " Kenapa sih ran? Aku capek." Rana adalah nama
ibuku beliau sangat sabar, meskipun sudah mengetahui sifat ayah ibu tetap
memaafkannya.

" Assalamualaikum! ! " Aku menyahut, menahan untuk tidak memikirkan apa yang orang
tuaku bicarakan.

" Waalaikumsalam, kok baru pulang run? " Ibu muncul dari balik pintu, melihat ke arah
jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 17.15.

" Iya Bu, tadi sekalian beli buku sama temen hehe." jawabku.

" Yasudah makan dulu sana terus istirahat, jangan lupa sholat ya." Ibu mengingatkan.

" Iya Bu" aku melirik ayahku yang kelihatannya akan keluar rumah.

Selesai makan dan menyelesaikan kewajibanku, kakiku melangkah menuju lantai atas
kamarku, disinilah aku bisa mengeluarkan semua isi hatiku, menangis. Aku ingin seperti
dulu yang hanya ada kebahagiaan dikeluargaku. Sedih ketika membayangkan kenangan
itu, dan aku pun tertidur berdoa supaya besok mataku tidak membengkak.

Keesokkan harinya

" Selamat pagi Bu" Aku menyapa ibu yang sedang mempersiapkan sarapan.

" Selamat pagi sayang, ayo sarapan dulu." Aku pun menghampiri ibu mencium pipinya dan
duduk bersiap untuk sarapan.

" Ayah kemana Bu? Kok gak kelihatan? ." Tanyaku

" Ayah tadi buru-buru berangkat kerja jadinya gak sarapan, tapi udah ibu siapin bekal
kok." J awab ibu, tapi matanya tidak melihat ke arahku.

Aku hanya menjawab oh sambil tersenyum mengetahui bahwa ayah tidak pulang ke
rumah kemarin malam.

Aku pun berangkat ke sekolah mengendarai honda sendiri, beruntung disekolah aku tidak
akan memikirkan masalah yang ada dirumah karena memiliki teman-teman yang
menyenangkan.
Kringg....

Bunyi bel pertanda akan berakhirnya waktu sekolah berbunyi, sekarang sudah pukul
16.00, waktunya untuk pulang. Aku berdoa semoga saat dirumah nanti keadaannya akan
baik-baik saja tidak seperti kemarin.

Dan sepertinya doaku dikabulkan oleh Allah, sesampainya di rumah aku melihat ayah
sedang membaca majalah diruang tamu dan ibu menyiapkan kopi hitam.

"Aku pulang." Kataku

"Ganti baju dulu run, terus makan." Jawab ibu

"Iya Bu." Aku pun naik keatas untuk mengganti seragamku dengan pakaian santai

Selesai makan aku terkejut ayah memanggilku "Sini run, ada yang mau ayah bicarakan sama
kamu." karena jarang sekali beliau mengajakku untuk berbicara terlebih dahulu.

"Ada apa yah?" Jawabku, menuju ke arah beliau lalu duduk di sampingnya.

"Sekarang sudah kelas berapa kamu?" Lihat bahkan ayah saja sudah lupa bahwa aku sudah akan
mau lulus.

"12 yah" jawabku sambil tersenyum.

Ibu datang sambil membawa buah melon kesukaanku dan berakhir duduk di sampingku jadi sekarang
aku berada ditengah-tengah ibu dan ayah.

"Maafkan ayah ya." Kalimat yang tidak aku sukai karena aku sudah tau akan kelanjutannya, kumohon
tuhan jangan sampai terjadi. Ayah melanjutkan perkataannya "Ayah dan ibumu sudah memutuskan
untuk berpisah secara baik-baik."

Deg, rasanya ingin menangis saat itu juga, aku tidak tahu harus menjawab apa, sedangkan ibu mengelus
punggungku mencoba untuk menenangkan ku. Dan kalimat pertama yang ku ucapkan adalah

"Kenapa?"

"Maaf, ada sesuatu yang membuat kita berdua memutuskan untuk berpisah."

"Sesuatu? Apa ayah sudah tidak mencintai ibu lagi?" Suaraku bergetar menahan untuk tidak menangis.

"Ayah memiliki wanita lain selain ibumu, semua salah ayah kamu boleh benci sama ayah"
Setelah kejadian tadi sore yang berakhir aku tidak menjawab perkataan ayah dan langsung berdiri
menuju ke lantai atas kamarku, aku tidak pernah keluar dari kamar lagi, dan mereka juga tidak
menghampiriku mungkin mereka memberikan waktu untuk aku menenangkan diri sendiri.

Dan berhasil, aku sudah cukup tenang setelah menangis cukup lama mencoba untuk menerima
semuanya meski sulit.

Aku melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 21.10. Perutku lapar padahal tadi sudah
makan, mungkin efek terlalu lama menangis sehingga menguras seluruh tenagaku, aku jadi memikirkan
melon yang sudah ibu siapkan tadi, sangat disayangkan aku bahkan tidak menyentuhnya.

Tok tok tok

"Ibu boleh masuk run?" Oh ternyata ibu.

"Boleh Bu." Jawabku, melihat kearah pintu memunculkan sosok wanita yang sudah merawat ku selama
18 tahun.

"Ibu bawakan melon kesukaanmu, dimakan ya" Ibu menaruh melon di atas meja pinggir kasur, setelah
itu duduk di sampingku.

"Terima kasih Bu." Aku tersenyum kepada ibu.

Ibu melihat kearah mataku yang membengkak akibat menangis terlalu lama.

"Jangan nangis lama lama, nanti mukanya jelek" kata ibu sambil tertawa, aku tidak membalas dan hanya
tersenyum.

"Ibu gak sedih ya?" Tanyaku.

"Sedih kok, ibu kecewa, cuma ibu gamau kamu tambah sedih kalo liat ibu nangis, lagipula mungkin ini
sudah jalannya, maaf ya run kalau ibu udah bikin kamu nangis." Kata ibu, wajahnya terlihat murung.

"Gapapa Bu, kalau emang bisa bikin ibu lega, Arunika terima."

"Makasih run, makasih, istirahat ya melonnya jangan lupa dimakan, selamat malam cantiknya ibu." ibu
mencium pipiku yang terdapat bekas air mata yang kering, lalu beranjak dari kasur berjalan menuju
pintu dan menutupnya.
Hari ini adalah hari kelulusan ku, sedih sih tidak hanya berpisah dengan teman aku juga akan berpisah
dengan kota ini, meninggalkan semua kenangannya, ibu dan ayah sudah berpisah 2 Minggu yang lalu
dan aku akan ikut ibu ke rumah nenek yang berada di kota bandung, memulai semuanya dari awal aku
akan melanjutkan pendidikan di salah satu universitas di sana.

"Udah siap run?" Ibu melihatku mengingat-ingat apakah ada barang yang belum aku bawa. Setelah
dirasa tidak ada barang yang dilupakan aku pun menghampiri ibu dan membawa bawaan ku.

"Sudah Bu."

"Yasudah ayo, pamitan dulu sama ayahmu."

Ibu dan aku turun ke bawah, disana sudah ada ayah dan Tante Eva, dia adalah wanita ayah yang baru,
orangnya baik kok, tapi aku tidak terlalu suka, memang siapa yang senang saat keluarga bahagianya
diganggu begitu saja? Aku masih tidak terima.

"Arunika pergi ya yah, terima kasih atas semua yang ayah berikan, sehat selalu buat ayah dan Tante
Eva." Pamitku ambil mencium tangannya.

Ibu menyuruhku masuk ke mobil terlebih dahulu, mungkin ada yang ingin dibicarakan.

Setelah menunggu selama 10 menit, aku melihat ibu keluar dari rumah, lalu duduk disampingku sambil
tersenyum kepadaku, dan mulai menjalankan mobilnya.

Dalam perjalanan aku berdoa semoga dikota yang baru, aku dan ibu akan menemukan kebahagiaan
yang baru pula. Dan aku berjanji akan membahagiakannya.

Anda mungkin juga menyukai