Anda di halaman 1dari 14

JUDUL : KEBAHAGIAAN BERAWAL DARI KESEDIHAN

- Masa kecil

Pada saat itu aku masih berumur 3 tahun disaat itulah aku harus berpisah dengan kedua orang
tuaku karena mungkin mereka tidak cocok lagi. Disaat itulah aku menjadi pendiam dan tidak
suka berinteraksi sama kawan ataupun keluargaku sekalipun.

Aku tinggal dengan mamaku pada saat itu, entah kenapa sebab dan akibatnya aku tidak boleh
berjumpa dengan ayahku sndiri sampai-sampai aku jumpa ayahku pun dengan cara diam-
diam tanpa sepengetahuan mama, sulit bukan?

“ Ma? kenapa mama gak boleh izinkan kakak jumpa sama ayah?” Tanyaku.

“Bukan gak boleh ka , tapi sebaiknya tidak usah mama gak suka,” jawab mamaku.

Disaat itu, mama sayang sekali samaku sampai aku ngaji diantar, hujan-hujanan pun diantar.

Disaat sekolah tiba

Waktu masuk pertama kali sekolah semua teman — teman diantar dengan orang tuanya tetapi
hanya akulah yang tidak pernah diantar ataupun ditunggui dengan orang tuaku kupikir tidak
apalah aku kan anak yg kuat dan hebat jadi tidak perlu ditemani lagian juga sekolah SD ku
dekat dengan rumahku sendiri. Akupun ikut dengan guru, aku mengikutin dia belakang nama
guru itu Bu Haji entah kenapa dipanggil Bu Haji akupun tidak tahu yg jelas semua guru dan
murid lainnya manggil dia Bu Haji, sesampai di depan kelas aku dipersilahkan untuk
mengenalkan diri terlebih dahulu.

“ Baik, sekarang kita punya teman baru, silahkan kenalkan nama kamu,.”Bu Haji berkata

“Nama saya Halimah Tusa’diah, “ ucapku

Dan Buk Haji mempersilahkan duduk untukku

“Halimah duduk di dekat Anisa ya?”ucapnya

“Iya Bu”jawabku

Akhirnya dudu lah aku dengan si Anisa tersebut.

“Hai”ucapnya.

“Hmm,hai “ jawabku seadanya.

Kami tidak banyak omong karena aku tidak suka basa basi apalagi semenjak ayah sama
mama pisah aku jdi malas untuk berbicara.

Eits tetapi tidak disitu saja, aku disekolah itu bersama adikku yang umurnya beda satu tahun
denganku, aku juga bingung kenapa dia bisa masuk SD padahal umurnya masih 6 tahun
sementara anak SD masuk umurnya 7 tahun mungkin , karena dia tinggi dan tidak kelihatan
bahwa dia berumur 6 tahun dan alasan lainnya sih katanya dia biar bisa menjagaku di sekolah
nanti.

Pada saat itu aku merasa hidupku sedikit mulai sedikit kembali berwarna tapi aku merasa
kehilangan keluarga yang utuh. Aku iri dengan temanku yg selalu bersama keluarganya tetapi
aku ingat apa yang ayah pernah ucapkan kepadaku

“Jangan iri karena jika kita iri tandanya kita tidak mampu dengan apa yg mereka punya.”

Dan aku mulai senyum mengingat ucapan ayahku

Sungguh rindunya aku dengan sosok seorang ayah yang selalu aku peluk jika aku tidur

“Mungkin ini takdir yg dibeli Allah untukku, Allah sedang mengujiku.” Ucap bathinku.

Pulang skolah aku cerita smua apa yang aku alami saat masuk ke sekolah SD pertamaku
kepada mama

Dan saat itu tiba-tiba temanku memanggilku Lala namanya dia memang sahabatku dari kecil
mungkin dari kami belum lahir hhhhehhe.

“Dheaaaaa,” panggilnya.

“Saya kenapa La?” Jawabku

“Maen yok tempat Hilda,” ucapnya.

Dan yah Hilda itu adalah sahabat kami juga tetapi kami dengan Hilda beda sekolah.

Dan dia juga sahabat dari kami belum lahir kami memang selalu bertiga adapun yang masuk
dalam persahabatan kami, itu pasti tidak akan lama karena ya memang ginilah kami ceplas
ceplos yang suka buat orang sakit hati hahahaha.

Dan sebelum aku menjawab pertanyaan dri Lala mama datang dan berkata” Gak bisa La,
Dhea mau tidur siang dulu nanti sore aja ya mainnya.”

Disitulah aku merasa bersalah sama Lala.

“La maaf ya gak papakan” ucapku.

“Iya gak papa De kita maen sore aja,” ucapnya

Disitulah senyumku merekah. Pada saat itu aku merasa hidupku sedikit mulai sedikit kembali
berwarna tapi aku merasa kehilangan keluarga yang utuh. Aku iri dengan temanku yg selalu
bersama keluarganya tetapi aku ingat apa yang ayah pernah ucapkan kepadaku, “Jangan iri
karena jika kita iri tandanya kita tidak mampu dengan apa yg mereka punya.”

Dan aku mulai senyum mengingat ucapan ayahku. Sungguh rindunya aku dengan sosok
seorang ayah yang selalu aku peluk jika aku tidur. Dan akhirnya mereka marah sama aku dan
aku hanya bisa nangis dan terus menangis aku mau sama ayah, dan Alhamdulillah rumah
ayah dengan rumah mama dekat-dekatan karena mereka memang satu kampung

Disaat aku beranjak untuk pergi ke rumah ayahku disitulah mereka membukakan pintu
untukku dan mereka berkata, “Makanya makan itu apa adanya jngan banyak tingkah,” ucap
nenek.

Aku hanya bisa diam dan menunduk. Mau tidak mau aku memakan apa yg mereka beli
tadiawal dari pertengkaran.

Disaat aku beranjak kelas 4 SD aku sudah mulai diperbolehkan untuk selalu ketemu ayahku
sendiri, entah kenpa mamaku tiba-tiba berubah pikiran akupun tidak tahu yang jelas mama
selalu tidak di rumah jadi aku minta izin sama nenek untuk bertemu sama mama dan akhirnya
dikasi tetapi pulangnya harus sebelum mama pulang. Disaat itu aku senang bisa selalu jumpa
dengan ayahku.Tapi kalian kan tahu sepandai-pandainya pun kita menyembunyikan sesuatu
pasti akan tercium juga bangkainya. Akhirnya aku ketahuan sama mama kalau aku selalu
jumpa dengan ayah tanpa sepengetahuan mama dan disitu aku dimarahi.

“ Dah kubilang gak usah jumpa sama ayahmu itu” ucapnya sampai matanya tajam
menatapku.

Aku tidak berani menjawab aku hanya diam dan tunduk karena aku takut kalau mama sedang
marah. Dan akhirnya marahnya pun reda karena telah dinasehati oleh nenek. Dan akhirnya
mamapun selalu mengijinin aku jumpa dengan ayahku.

Tapi aku sedih disaat itu ayah pergi merantau kerja ke luar kota dan aku disitu hanya bisa
bermain dengan bapakku yaitu adik ayahku. Aku sangat menyayanginya dan diapun juga
begitu

“Pak jalan-jalan, yok,” ucapku.

“Ya udah ayok Kak” ucapnya sambil menggendongku.

“Naek sepeda aja ya, Pak.Kakak duduk disetang sepeda ok?” ucapku sambil senyum.

“ Ya udah ok kalau gitu” jawabnya.

Dan akhirnya kami jalan-jalan hanya mengelilingi rumah kami saja tapi rasanya sangatlah
bahagia dan bebanku pun merasa berkurang. Malamnya aku tertidur sambil dipeluk Bapak.

Haripun mulai larut malam dan saat malam itupun hujan mama menjemputku untuk
membawaku pulang dan nenek berkata” Biarlah Dhea tidur sini satu hari ini “ ucapnya
kepada mama.

“ Enggk bisa Mak, Dhea harus pulang,” jawab mama kepada nenek.

“ Ya udah nenek diantar sama Anshor “ jawab nenek kepada mama sambil tersenyum
terpaksa.
Dan malam itu juga disaat hujan hujanan aku digendong oleh Bapak Anshor hanya untuk
mengantarkan ku pulang.

Disaat hari raya tiba aku meminta maaf kepada semua keluarga mama dan keluarga ayah.
Keesokan harinya keluarga dari ayah rencana untuk pergi ke Aceh seminggu lagi.

“ Ayah, kakak ikut ya, ke Aceh “ ucapku kepada ayah.

“ Iya, Kakak ikut, “ jawab ayah kepadaku sambil mencium keningku.

“ Tapi Kakak minta izin dulu sama mama ya Yah, nanti mama marah,” ucapku dengan
menundukkan kepalaku.

“ Ya udah nanti kalau dikasi bilang kalau gak dikasi bilang ya, Kak,” ucap ayah.

“Iya, Yah nanti Kakak bilang sama Ayah “ ucapku kepada ayah.

Pulanglah aku ke rumah untuk bercerita sama mama kalau aku mau pergi ke Aceh bersama
keluarga ayah

“Mak, Mamak “ teriakku dalam rumah yg ramai

“ Kenapa Dey, “ jawab mama kepadaku.

“ Mak, Kakak boleh ikut ke Aceh,” belum sempat aku selesai ngomong, mama udah duluan
memotong omonganku,”Enggk boleh ngapain ikut mereka kesana udah bagus disini aja”
ucap mama kepadaku

Aku tidak menjawab pertanyaan mama karena aku takut dengan mama.

“Kalau Mama bilang enggk ya, enggk ya Dhea,” sambung mama lagi.

“Iya, Mak,” jawabku dengan menundukkan kepala.

Perkataan mama yg selalu terngiang di pikiranku, “Kenapa aku gak boleh ikut?? Batinku

Besoknya,aku jumpa lagi dengan ayah dan kuberi tahu bahwa aku tidak dikasi ikut dengan
mama dan ikut bersama keluarga ayah ke Aceh.

“Ayah, Kakak gak dikasih ikut sama Mama “dengan muka yang sudah melemas dan mata
yang sembab karena menangis semalam.

“Enggak, Kakak boleh ikut kok udah Kakak ikut aja kalau masalah mama ayah yang urus,”
ucap ayah sambil menenangkanku.

“ Tapi Yah, Mama nanti marah sama Kakak” ucapku kembali kepada ayah.

“Enggak Lo Kak, Mama gak marah sama Kakak udah Kakak pergi aja nanti ya, ikut sama
nenek” ucap ayah kembali.
“Ya udah yah,” ucapku sambil memeluk ayah.

Sudah 3 orang yg meminta izin kepada mama supaya aku diperbolehkan ikut ke Aceh bareng
keluarga tetapi jawaban tetap sama yaitu tidak diizinkan.

Ya udahlah Nek, gak papa kakak gak ikut” ucapku kepada nenek.

“ Mamamu lucu masak ikut sama nenek aja gak boleh” ucap nenek sambil marah tetapi tidak
marah kepadaku melainkan marah kepada mama.

“Ya udah gak papa Nek,” ucapku untuk meyakinkan nenek bahwa aku its ok.

Tiba saat keberangkatan keluarga ayah ke Aceh, aku tidak boleh dikasi keluar oleh mama
tetapi aku harus keluar karena aku bakal ikut pergi.

Akhirnya idepun keluar dari otakkuN

“Mak ,Nek, Dhea ngambil tas dulu ya ke rumah ayah” ucapku meyakinkan mereka kalau aku
tidak bohong.

“Tapi balek lagi ya jngan nyangkut nanti kita mau pergi arisan,” ucap nenek kepadaku.

Aku hanya menjawab anggukan dari kepalaku. Akhirnya keluar juga batinku

Sesampai dirumah ayah aku melihat semuanya sudah pada siap dan akan berangkat sebentar
lagi

Aku menceritakan semua sama ayah alasanku tadi kenapa aku bisa keluar rumah dan ayah
berkata “ udah Kakak ikut aja sana cepat ganti baju kalau masalah mama biar ayah yang
urus.”

“ Ayah yang bener nanti mama marah sama Kakak,” ucapku.

“ Iya, udah cepat sana selak mama datang” ucap ayah kepadaku dan kira-kira aku semacam
diculik gitu yakan hahahahah.

- Pertengkaran

Akhirnya akupun pergi, enggak lama sampai sana ibu (adik ayah) menetelepon ayah untuk
memberitahu bahwa mamaku ngamuk karena aku pergi ke Aceh. Dan aku cemas aku takut
disaat itu aku rasanya ingin sekali pulang ke Medan tetapi ayah bilang bahwa besok kami
akan kembali ke Medan. Keesokan harinya akhirnya aku pulang ke Medan bersama keluarga
ayahku.

“Buk, kek mana ini Mamak marah,” ucapku sedih kepada ibuku (adik ayahku).

“Enggak mama gak akan marah sama Kakak kan ada Ibu” ucapnya menenangkanku.

Disitulah aku tertidur dipangkuannya walaupun ibuku mempunyai anak tetapi akulah yag
dipentingkan dia dulu, begitu bahagianya aku. Tiba sampainya di Medan agak malam aku
pulang ke rumah mama dan hasilnya sama yang aku bayangkan yaitu bajuku sudah di depan
pintu dan alhasil aku diusir dari rumah.

“Mamakkk assalamualaikum,” teriakku memanggil mamak agar pintu rumah dibukakannya.

“Iya, oooo bagus ya sudah kubilang jangan ikut orang itu masih aja kau ikut sama mereka
gak pernah mau dengerin apa yg aku bilang,” ucap mama meninggikan suaranya.

Akupun gak berani karena semua orang di rumah itu memarahiku.

“Ya udah kau susun semua baju kau ini jangan pernah kau anggap nenek sini nenek kau lagi
jangan pernah kau anggap ibumu atokmu atau siapapun yg ada di rumah ini keluarga kau
lagi, keluarga kau hanya keluarga dari ayahmu dan jangan bawa barang yang udah pernah
mama kau belikan, “ ucap nenek memarahiku. Aku membawa semua barangku dan aku
meninggalkan semua barang yang dibeli oleh mamaku termasuk baju sekolah, tas semua dan
semua peralatan sekolah. Akupun menangis begitu teganya mereka membuang aku gitu saja.
Aku memang salah tetapi apakah pantas aku diperbuat seperti ini? Akupun membawa semua
barangku yg sudah dibeli dari ayah.

Di rumah ayah

“ Ayahhhhh “ panggilku sambil menangis sejadinya dan langsung memeluk ayah.

“Kenapa Kak kok semua barang dibawa “ ucap ayah cemas kepadaku.

“Ayah, Kakak diusir sama mama karena ikut ke Aceh” ucapku kepada ayah sambil
menunduk.

“ Ya udah Kakak tinggal sama ayah aja nanti semua ayah belikan untuk Kakak ya,” ucap
ayah kepadaku.

“Tapi Yah semua baju sekolah gak boleh dibawa sama mama karena mama yang belikan”
ucapku kepada ayah.

“Loh kok gitu Kak, kok tega kali mama sama Kakak” ucap ayah dengan muka yang sudah
merah karena menahan emosinya.

“ Iya Yah, Nenek sana bilang jangan anggap mereka keluarga lagi dan semua barang yang
dibeliin mama gak boleh dibawa” ucapku sedih kepada ayah.

“ Ya udah-ya udah gak papa nanti kita beli lagi ya,” ucap ayah menenangkanku.

“Iya, Yah “ sambil memeluk ayah.

Disaat itulah aku tinggal sama ayah dan nenek dari ayah pontang panting mencarikan baju
untukku dan alhamdulillah ada yang memberikan aku baju sekolah walaupun itu tidak baru.
Karena baju sekolahnya kebesaran dibadanku akhirnya nenek mengecilkannya hanya
untukku. Betapa berkorbannya keluarga ayah agar aku bisa sekolah.Dan semenjak kejadian
pertengkaran itu aku tidak sekolah untuk beberapa hari karena tidak memiliki baju sekolah.
Dan keluarga mama tidak ada pedulinya sama sekali. Mungkin mereka memang sudah tidak
menganggap ku anak lagi.Akupun sudah tidak perduli lagi terhadap mereka.Dan ya guru tahu
masalah aku makanya aku diperbolehkan untuk tidak bersekolah beberapa hari karena rumah
guruku dan rumahku saling berdekatan.

Masa remaja

Dan saat kejadian itu aku tinggal bersama ibuku (adik ayahku). Tadinya hidupku merasa
berwarna kembali dan akhirnya tidak berwarna lagi tetapi skarang saat aku bersama
ibuku ,hidupku merasa berwarna kembali dan aku tidak memikirkan beda yg ada dihidupku.

Aku merasa aku anak ibuku akulah anak mereka sampai aku sudah lupa siapa orang tuaku
sebenarnya karena ibuku sudah menjadi ibu yang terbaik untukku.

“Bu besok jalan jalan kita ya” ucapku kepada ibuku.

“Iya besok kita jalan-jalan ok,” ucapnya kepadaku.

Keesokan nya aku pergi jalan-jalan bersama ibuku dan anak anaknya aku merasa memiliki
keluarga yang utuh walaupun bukan keluarga sebenarku.

Aku yakin Allah maha adil mungkin saat ini aku hanya diurus oleh ibuku tapi suatu saat nnti
pasti aku akan diurus oleh orang tuaku walaupun itu utuh lagi.

Masa SMP

Setelah aku lulus SD dari saat itu aku selalu bersama ibuku yang aku gak tau mamaku dimana
dan ayahku dimana karena aku sudah merasa nyaman sama ibuku. Jadi untuk mencari
keberadaan mamaku pun aku sudah malas karena ya mereka kan tidak menganggap ku lagi
sebagai keluarga jadi untuk apa aku memikirkan mereka. Memang kejam sih tapi semua
perbuatan mereka yang telah mereka lakukan pasti akan selalu aku ingat. Tapi maaf aku aku
tidak dendam hanya saja aku ingat apa yg telah mereka lakukan kepadaku.

Saat aku mau daftar SMP aku selalu ditemani ibuku ,memanglah ibuku ini berjasa kepadaku

“Bu, Kakak masuk mana ya,” aku bertanya kepada ibuku.

“Kakak masuk negeri saja nanti kita tes di negeri 24” ucap ibuku.

“Ya udah Bu tapi kalau gak lulus cemana Bu,” ucapku kepada ibu.

“ Lulus itu gak boleh bilang gitu,omongan itu doa ingat itu” ucapnya meyakinkan aku.

“Ya udah bsok kita ke sana ya,” sambungnya lagi kepadaku.

Dan aku hanya menjawab dengan anggukan saja.

Malam harinya, “Bu apa aja ini yang mau dibawa Bu, Kakak gak tahu” teriakku memanggil
ibu di dapur
“Udah nanti ibu susun semua, mapnya letak saja disitu Kakak makan dulu panggil semua
Adek” “ ucap ibu dari arah dapur.

Akupun pergi keluar untuk memanggil adikku agar makan malam. Di meja makan kami
hanya diam dan hanya mendengan suara sendok yg berlaga dengan garpu, macam macam
orang luar negeri gitu ya kan hahahaha.

Ya namanya baru belajar biasanya kan pakai tangan maklum aja, ya kan.

Besok harinya,”Bu ayoklah Kakak dah siap” ucapku kepada ibu.

“Ya udah ayok bawa semua persyaratannya biar nanti kita gak balek” lagi “ ucap ibu
kepadaku

“Dimana Buk kertas”nya “ teriakku dari dalam rumah.

“Itu di meja kamar, “ teriak ibu dari luar rumah kepadaku.

Saat itu dapat kertas yang mau aku bawa akhirnya pun aku pergi dengan ibu ke SMP negeri
24 Medan yang terletak di jalan Metal. Iya metal sih karena orang — orang banyak bilang
jalan Metal. Sesampainya tiba di SMP negeri 24 aku dan ibu mendaftar untuk aku sekolah
dan akhirnya alhamdulillah nilai akhir ujian aku pas dengan persyaratannya. Akhirnya
enggak lama pengumuman akupun lulus masuk SMP negeri 24 Medan. Semuanya yang
ngurus ibuku, dialah yang sudah menemaniku mulai dari aku pendaftaran sampai aku lulus.

Waktu pun terus berjalan dan akhirnya pembagian rapot semester ganjil pun telah berlangsun.
Semua murid membawa mama mereka masing masing sementara aku membawa ibuku
karena dialah orang tuaku sekarang ini. Akhirnya guruku pun mengumumkan siapa juara 1–3.

“ Baik, ibu akan mengumumkan siapa juara 3 terlebih dahulu, “ guruku berkata.

Aku deg-degan yang ada dipikiran ku adalah akulah yg rangking 3

Dannn akhirnyaaa

“ Juara 3 adalahhhhh ibu berikan atas namaaa”

Akupun mulai deg-degan apakah yg dibilang guruku itu bener apa tidak namaku akan
dipanggil?

“ Halimah tusa’diah “ ucap guruku.

Dan yahhh aku yang dipanggil oleh guruku dan ibuku maju ke depan untuk menggambil
rapot dan piala serta akupun mendampingi ibuku. Betapa bahagia nya aku mendapatkan juara
3 aku tidak menyangka akan semua ini. Terimakasih ya Allah…

Di dalam pikiranku seandainya mama tahu akan semua ini pasti dia sangat bahagia tetapi apa
boleh buat mereka sudah tidak menganggap ku lagi miris sekali hidupku.

- Kembalinya aku kepada mereka


Hari demi hari pun terlewati ,akhirnya aku naik kelas 2 SMP. Dan enggak lama aku beranjak
kls 2 SMP aku disapa kembali oleh keluarga dari mama, akupun tidak tahu kenapa tiba-tiba
mereka menyapaku padahal dulunya mereka bilang aku jangan menganggap mereka
keluargaku lagi.

Dengan mereka menyapaku aku hanya balas dengan senyuman yang terpaksa karena apa
yang mereka lakukan masih teringat di dalam memori otakku hahaha Akupun cerita kepada
ibuku mereka kenapa tiba tiba senyum kepadaku hahahah lucu kalau diingat ingat mah.Dan
saat itulah aku mulai kembali akrab dengan keluarga mama kembali.

Jangan salah dulu, walaupun aku akrab dengan mereka bukan berarti aku melupakan semua
yang telah mereka perbuat kepadaku.

. Awal mula kembalinya

Aku diajak sama mamaku untuk jalan-jalan akupun tidak tahu apa sebabnya mereka
mengajakku jalan dengan mereka. Awalnya aku tidak mau tetapi akhirnya aku dipaksa nenek
dari ayah untuk ikut katanya.

“ Udah sana kakak ikut saja mana tahu mama ada hal penting yg mau diomongkan, “ ucap
nenek kepadaku.

“ Tapi Kakak gak mau, Nek “ ucapku kepada nenek.

“ Udah, Kakak gak boleh gitu itu kan mama Kakak, katanya Kakak pingin merasakan kasih
sayang dari seorang mama,” ucap nenek.

Dan ya benar aku dari dulu pingin sekali merasakan kasih sayang seorang mama tetapi
sampai saat itu aku belum dapat. Hasilnya aku ikut mereka jalan-jalan yang entah kenapa aku
disitu merasa menjadi orang asing dengan mereka karena aku hanya diam dan gak mau
ngomong sedikitpun akhirnya mama yang membuka pembicaraan duluan denganku.

“ Dhea, Mama mau ngomong, “ ucap mama kepadaku.

“Ya udah ngomong aja, “ ucapku seadanya.

“ Mama mau kau tinggal sama Mama lagi, “ ucapnya yang membuat aku kaget karena aku
tidak mau jauh dari ayahku. Aku takut kejadian dulu terjadi lagi saat aku tidak boleh
berjumpa dengan ayahku sendiri. Disaat itu aku menolak dengan ajakannya. Tapi mama
nangis dan membilang semuanya yang membuatku sedih. Hasilnya aku diajak tidur di rumah
mereka satu hari tadinya aku menolak namun mama bilang gapapa coba dulu. Dan ya aku
mencobanya dulu.

Tidak lama aku tidur disana beberapa hari aku merasa nyaman dan akhirnya aku tinggal
dengan mereka

Awalnya aku merasa disayangi tapi akhirnya aku merasa menjadi babu yaps bukan babu tapi
membantu orang tua apa salahnya ya kan, tapi mereka tidak memikirkan apa yang aku
rasakan capeknya saat pulang sekolah disuru-suru.
Wahhh mungkin kalau kalian menjadi aku mungkin tidak akan sanggup tapi aku menjalani
semuanya dengan ikhlas insya Allah. Dan sampai saat ini aku tinggal sama keluarga mama
dan ya ibuku adik mama dialah yang menggantikan ibu Rifa adik ayah selama ibu Rifa ikut
suaminya kembali ke Siantar.

Dan hidupku Sekarang masih ada masalah, kadang sedih kadang senang, ya begitulah hidup.

JUDUL:

ANAK DESA YANG INGIN SUKSES

Oleh : Muhammad Rois Rambe

Namaku Muhammad Rois Rambe, seorang anak desa. Masa kecilku sangat bahagia dan
menyenangkan. Aku tinggal di sebuah desa kecil yang terletak di pedalaman Kota Rantau
Prapat, kira kira satu jam dari Kota Rantau Prapat. Nama desa nya adalah Desa Padang
Malakka, desa yang mempunyai banyak kenangan dan cerita sejarah pribadiku. Masa kecilku
banyak menghabiskan waktu untuk bermain, saat itu kami belum mengenal Gadget dan
Game Online, permainan kami hanyalah permainan tradisional walaupun sederhana namun
sangat menyenangkan dan berkesan kebersaman. Selain bermain aku dan teman-teman juga
menghabiskan waktu dengan berendam di sungai selepas pulang sekolah, ini adalah hal yang
paling aku ingat karena saat kami berendam di sungai pasti selalu ada yang dimarahi orang
tua, tapi kami percaya itu merupakan bentuk kasih sayang ibu kepada anaknya.

Biasanya kami sering membawa bekal makan siang jika ingin berendam di sungai, saling
berbagi bekal dan menyantapnya bersama. Kami sering lupa waktu jika sudah berendam di
sungai hingga lupa hari sudah menjelang sore Ketika kami ingin pulang ke rumah, kami tidak
langsung pulang tapi kami pergi ke lapangan untuk bermain bola. Hal yang paling aku ingat
ketika bermain bola adalah saat kumandang adzan lah yang menandai bahwa permainan bola
kami selesai. Kemudian kami pun pulang ke rumah masing-masing, biasanya teman-temanku
pergi mengaji bersama-bersama ke rumah guru ngaji, aku tidak ikut bersama mereka karena
aku selalu mengaji di rumah yang kebetulan ibuku bisa menjadi guru ngaji. Setelah mengaji
biasanya aku lanjut belajar, namun ada cerita unik ketika aku belajar, biasanya aku membaca
buku buku sekolah tetapi aku hanya melihat melihat gambar-gambar yang ada di dalam buku
supaya terlihat seperti sedang belajar karena takut dimarahi ayah jika tidak belajar. Tetapi
sialnya pernah satu saat setelah belajar ayahku datang menghampiriku kemudian
memberikanku beberapa pertanyaan, tentu aku tidak bisa menjawab pertanyaan itu karena
aku hanya melihat melihat gambar yang ada di buku bukan membacaya. Melihat itu ayahku
pun memarahiku sembari menasehati bahwa itu bukan tindakan yang benar.

Itu merupakan pembelajaran yang berharga untukku karena aku tahu bahwa ayahku
melakukan itu karena dia peduli dan sayang padaku, ayah tidak mau aku menjadi anak yang
bodoh dan malas belajar. Ketika aku belajar di malam hari aku selalu merasa sedikit sedih
karena aku melihat dan mendengar teman-temanku sedang bermain sementara aku harus
belajar. Malam minggu adalah malam yang paling aku tunggu-tunggu karena merupakan
malam libur belajar di rumah, dan waktunya untuk bermain bersama teman-teman. Aku tidak
pernah menyesali bahwa aku harus belajar setiap malam di rumah karena aku tahu itu
merupakan hal yang terbaik untukku dan saat di sekolah pun aku pasti sudah lebih tahu dari
teman-temanku tentang pelajaran yang di bahas.Dari aku kecil aku selalu disayang dan
dimanja oleh kedua orangtuaku, contoh apapun mainan yang aku inginkan pasti di belikan
oleh orangtuaku walaupun terkadang harus sedikit menangis tapi pasti selalu dibelikan.
Ketika aku bermain sepeda aku dibelikan sepeda yang bagus yang belum pernah dimiliki oleh
teman-teman, aku sangat senang dan bahagia. Begitu juga dengan playstation (PS) aku sudah
dibelikan oleh orangtuaku walaupun bermainnya dibatasi tetapi aku sangat senang karena
dapat bermain di rumah dengan santai tanpa harus pergi rental PS.

Namun terkadang aku selalu lupa waktu jika sudah bermain playstation apalagi jika sudah
bermain dengan sepupu yang membuat ayahku selalu marah, selain lupa waktu aku dan
ayahku selalu bermain badminton setiap sore sehingga dia marah jika aku terus bermain
playstation. Saat bermain badminton sepupu-sepupuku juga selalu ikut bermain, sehingga
suasananya pun semakin asyik. Saat di sekolah SD pada saat istirahat kami selalu bermain
bola di lapangan sekolah, terkadang kami bermain bola antar desa, karena di sekolah SD ku
ada tiga desa maka kami selalu bermain antar sampai-sampai ada yang berantam, wajar saja
istilahnya juga masih anak anak berantamnya juga tidak seperti apa yang dibayangakan
orang-orang di luar sana. Namun setiap tahun di daerah kami selalu mengadakan PORSENI
(Pekan Olahraga dan Seni) antar sekolah dasar. Ini adalah momen yang paling kami tunggu-
tunggu karena semua siswa-siswi akan diseleksi untuk mrngikuti perlombaan-perlombaan
tertentu. Untuk cabang sepak bola tentu ini adalah hal yang paling menegangkan karena dari
tiga desa hanya 24 orang yang akan dipilih untuk mengikuti perlombaan. Dan akupun terpilih
untuk mengikuti PORSENI dari beberapa cabang olahraga dan seni aku sangat senang dan
bahagia. Aku selalu mengingat momen ini karena merupakan pengalaman yang berharga saat
duduk di bangku sekolah dasar.

Namun ketika menginjak bangku kelas VI SD wakttu bermain kami pun mulai tersita karena
harus les pada saat pulang sekolah untuk mempersiapkan ujian-ujian sekolah. Ini merupakan
saat-saat yang paling menyedihkan di bangku Sekolah Dasar karena kami akan berpisah dan
tidak tahu akan melanjutkan pendidikan selanjutnya, apakah melanjutkan ke kota atau di
desa, atau bahkan ada yang tidak melanjutkan pendidikan lagi karena beberapa faktor.

Tidak terasa kami pun sudah saat nya melakukan ujian nasional (UN) di sekolah. Setelah
selesai UN di sekolah SD ku selalu mengadakan acara perpisahan yang dinamakan “Makan
Bersama” antara siswa-siswi dan para guru. Dan akhirnya akupun tamat bersama teman-
temanku dengan nilai yang cukup memuaskan. Teman- temanku pun ada yang melanjutkan
pendidikan di kota, tetap di desa da nada yang tidak melanjutkan pendidikan lagi karena
beberapa faktor tertentu. Setelah tamat sekolah dasar aku dan teman-temanku tidak pernah
lagi berkumpul bersama. Tapi aku yakin teman-temanku pasti akan menjadi orang-orang
yang sukses dan suatu saat nnti pasti kami akan berkumpul lagi dengan kesuksesan nya
masing-masing. Walaupun teman-temanku ada yang putus sekolah tapi aku yakin pasti
mereka akan menemukan jalan kesuksesannya sendiri. Itulah masa-masa di bangku sekolah
dasarku yang penuh dengan cerita dan memiliki banyak kenangan.

Setelah tamat Sekolah Dasar (SD) aku melanjutkan sekolah menengah pertama (SMP) di
sebuah madrasah yang ada di kota Rantau Prapat. Tentu, aku harus pergi dari desa dan
berpisah dengan orangtuaku. Aku dan orangtuaku memilih melanjutkan sekolah di kota
karena kami tahu bahwa sekolah yang ada di desa memiliki banyak kekurangan mulai dari
fasilitas dan pengajar. Aku tinggal di Rantau Prapat bersama Tulangku (paman) yang
kebetulan tinggal di Rantau Prapat. Semenjak aku sekolah di kota aku mulai jarang bertemu
dengan keluarga dan orang tuaku karena jarak antara kota Rantau Prapat dan desaku tidak
dekat atau cukup jauh. Orang tuaku hanya datang jika ingin memberikan uang sekolah dan
uang jajan (saku). Hari-hari pertama sekolahku terasa biasa saja, namun lama-kelamaan aku
mulai resah dan tidak enak karena belum terbiasa jauh dari orangtua. Aku selalu diselimuti
rasa rindu, terkadang aku menangis pada saat menelepon orang tuaku. Tulangku selalu
menasihati dan memberikan arahan bahwa ini adalah tindakan yang benar jika ingin menjadi
orang sukses.

Akupun mulai beradaptasi dan berpikir bahwa ini merupakan jalan terbaikku, karena jika aku
tetap di desa aku tidak akan mendapatkan apapun. Aku mulai fokus dengan sekolahku dan
membuang jauh-jauh pikiran yang dapat menggangguku. Selepas sekolah aku melanjutkan
kegiatan dengan les bahasa inggris untuk memanfaatkan waktu yang kosong. Satu semester
tidak terasa saatnya pembagian hasil belajar (Raport), aku sangat takut karena jika nilaiku
rendah maka akan mengecewakan orang tuaku yang ada di desa. Tapi Alhamdulillah aku
mendapatkan nilai yang bagus dan memuaskan, akupun langsung menelepon orangtuaku,
Mendengar hal itu orangtuaku pun bangga dan bahagia. Setelah pembagian raport maka saat
yang aku nanti-nanti pun datang, yaitu libur semester. Akupun bergegas dan menyiapkan
barang-barang untuk pulang ke desa dan menemui orangtuaku, aku sudah tidak bersabar
untuk bermain bola, badminton, berendam di sungai.

Namun, teman-temanku mulai berubah dan keakraban kami tidak seperti dulu lagi, semuanya
sibuk dengan urusannya masing-masing, Mungkin karena sudah jarang bertemu dan tidak
satu sekolah lagi adalah penyeabnya. Aku lebih banyak menghabiskan waktu di rumah
bersama keluarga selama libur semester. Tidak terasa akupun harus kembali ke kota karena
masa libur telah usai, berat hati untuk berpisah dengan orang tua tapi harus tetap dijalani agar
menjadi orang yang sukses dan dapat membahagiakan orangtua. Hari sekolahpun tiba, aku
mulai menemukan teman-teman dekat. Saat SMP aku memiliki 5 teman dekat atau sahabat.
Kami selalu bersama-sama dan selalu berkumpul disalah satu kamar sahabatku, sakin
seringnya kami mengatatakan bahwa kamar sahabatku itu adalah “basecamp” kami. Setiap
malam minggu kami selalu tidur di basecamp, kegiatan-kegiatan yang kami lakukan cukup
banyak mulai dari menonton bola, bermain kartu, dan banyak lagi. Ketika tidur di basecamp,
kami selalu begadang dan terkadang kami keluar di larut malam untuk membeli makanan dan
mencari-cari angin malam. Ketika kami kembali barulah kami tidur.

Dihari minggu biasanya kami selalu bepergian ke tempat-tempat wisata yang ada di Rantau
Prapat, hingga aku pernah membawa sahabat-sahabatku ke desa untuk mampir di rumahku.
Ibuku sempat kaget, kemudian ibuku memasak masakan yang enak untuk kami makan.
Setelah lama berbincang-bincang di rumahku tak terasa hari sudah menjelang sore, kamipun
harus kembali ke kota karena besok adalah hari sekolah. Tidak terasa, kamipun sudah kelas 3
dan sebentar lagi akan tamat, masa-masa SMP ku diwarnai oleh sahabat-sahabatku, kami
selalu membuat janji jika nanti sudah sukses tidak boleh melupakan persahabatan dan
basecamp ini. Namun, ada salah seorang sahabatku yang mulai menjauh bahkan sebelum
tamat SMP, tapi kami yakin dia tidak akan melupakan persahabatan ini. Saat menghadapi
ujian nasional pun tiba kami sangat sedih karena akan berpisah ke sekolah-sekolah yang
dituju.

Akhirnya kami pun tamat, aku dan dua orang sahabatku bersekolah di SMA yang sama di
Rantau Prapat dan dua orang sahabatku lagi bersekolah di sekolah yang berbeda.
Persahabatan kami mulai renggang dan jarang berkomunikasi, basecamp pun hanya di isi
oleh kami bertiga. Rasanya persahabatan kami telah retak dan terlupakan, satu tahun
bersekolah di SMA Rantau Prapat aku terpikir untuk pergi dari Rantau Prapat dan
melanjutkan ke sekolah dan kota yang lebih besar. Mengetahui hal ini sahabat-sahabatku
yang tersisa pun sedih dan kecewa, mereka memintaku untuk tidak pergi dari Rantau Prapat
dan melanjutkan pendidikan di kota yang lebih besar. Aku berpikir jika aku tetap di Rantau
Prapat maka aku tidak akan berkembang dan banyak menghabiskan waktu bermain-main
sementara aku memiliki impian dan tujuan yang besar. Hal pertama yang aku lakukan adalah
membicarakannya dengan orang tuaku, awalnya mereka ragu dan belum dapat
memutuskannya. Aku meminta kakakku yang ada di Medan untuk berbicara dengan orang
tuaku. Akhirnya mereka pun megijinkanku untuk melanjutkan pendidikanku di Medan.
Kakakku menyarankan sebuah sebuah sekolah di Medan kemudian aku dan orang tuaku
melihat sekolahnya ke Medan dan orang tuaku pun meneyetujuinya.

Waktu pembagian raportpun tiba, kemudian aku dan orang tuaku pergi ke Medan dan
mendaftar untuk jadi murid pindahan. Setelah semuanya selesai kami pun kembali ke Rantau
Prapat karena ajaran baru dimulai setelah lebaran atau hari raya Idul Fitri. Aku sudah tidak
sabar untuk merasakan sekolah di kota yang besar dan memiliki pengajaran atau sistem
pendidikan yang baik. Hari raya Idul Fitri pun telah usai dan saatnya untuk bersekolah di
sekolah dan suasana yang baru. Aku diantar oleh orangtuaku ke Medan sekalian membawa
barang-barang yang aku bawa dari rumah. Seluruh keluarga di desa berpesan agar saat di
sekolah belajar yang benar dan jangan sampai terjerumus ke hal-hal yang tidak baik. Saat di
Medan aku melanjutkan pendidikan di bangku jelas 2 SMA, aku tinggal di sebuah kos
bertingkat seperti rumah susun bersama kakakku. Hari pertama sekolah di Medan aku sudah
di sambut dengan baik oleh teman-teman baruku. Mereka mengajakku berkenalan da bermain
bersama, aku sempat khawatir karena anak-anak di Medan susah untuk diajak berteman,
ternyata tidak justru merekalah yang lebih ramah.

Hari-hariku terasa berbeda karena semua yang aku lakukan sekarang harus dikerjakan sendiri
tidak dibantu orangtua. Tapi aku memiliki kebiasaan susah bangun pagi, sementara aku harus
berangakat sekolah pagi-pagi karena jarak antara kos dan sekolahku tidak dekat. Ibuku selalu
membangunkanku dengan cara menelepon. Dan akhirnya ketika ibuku yang menelepon maka
aku langsung bangkit dari tempat tidur dan bersiap-siap. Banyak sekali perbedaan yang aku
alami di Medan, contohnya saat di Rantau Prapat kemana-mana aku selalu ditemani oleh
sahabat-sahabatku tapi sekarang mereka sudah jauh dan kami tidak bersama lagi. Hal yang
paling aku sedihkan lagi adalah ketika aku melihat teman-temanku yang ada di Medan
bersama orangtua mereka aku selalu teringat dan rindu kepada orangtuaku dan ingin rasanya
sepeti mereka. Aku rindu ibuku, yang selalu menyiapkan segalanya ketika aku ingin
berangkat sekolah. Aku rindu ayahku, yang mengantarkan aku ke sekolah mengendarai
motor. Tapi aku yakin ini adalah jalan dan pilihanku untuk meraih impian dan tujuanku yang
besar.

Tidak terasa sudah setahun aku sekolah di Medan dan sekarang adalah tahun terakhirku
sekolah. Aku ingin masuk di Akademi Kepolisian Republik Indonesia setelah tamat sekolah
agar dapat membanggakan kedua orangtuaku. Aku tidak ingin mengecewakan kercayaan dan
harapan mereka padaku. Aku akan fokus dan optimis untuk mencapai tujuan dan impianku
sejak kecil. Aku ingin menjadi orang yang sukses dan membuktikan kepada orang yang
sudah percaya padaku bahwa aku bisa mencapainya. Sahabat-sahabatku yang dulu akan tetap
menjadi sahabatku, aku yakin mereka akan menjadi orang sukses. Walaupun aku terlahir dan
dilahirkan di sebuah desa aku akan membuktikan bahwa anak desa juga bisa sukses. Semua
itu ditentukan oleh usaha dan dibarengi dengan doa. Aku ingin menjadi orang yang sukses
dan menceritakan cerita-cerita ini kepada anak-anakku. Bahwa di balik kesuksesan itu ada
perjuangan yang besar dan penuh kesungguhan untuk mencapainya.
Sekarang aku hanya fokus pada masa depanku yang sedang menanti di depan mata, dan aku
percaya dan yakin bahwa aku dapat meraihnya dan membuat orangtuaku, keluargaku,
sahabat-sahabatku dan semua orang yang percaya padaku bangga. Dan aku juga yakin
mereka akan menjadi orang-orang yang sukses.

Anda mungkin juga menyukai