Anda di halaman 1dari 5

TAK TERJELASKAN

Enambelas tahun silam aku lahir, yang sangat dinanti selama Sembilan bulan
lamanya. Aku lahir dengan normal, perjuangan antara hidup dan mati untuk
melahirkanku, tapi mamaku tetap berusaha agar aku terlahir didunia dan menikmati
bagaimana dunia ini. Ayahku tersenyum dan mengazankan ku saat aku lahir didunia.
Bersenandung azan merdu dari papa yang membuat aku berhenti menangis. Aku
tersenyum kepada mama dan papaku, aku seperti mengatakan bahwa aku sangat
berterimkasih karena sudah dilahirkan kedunia.
Pada 7 hari lahiranku, aku di aqiqahkan oleh kedua orangtuaku, aku diberi
nama yang sangat indah dan penuh arti oleh kedua orang tuaku. Aku sangat putih dan
sangat gendut, sampai sampai orang sering mencubitnya dan aku juga sangat
menggemaskan. Kedua orangtuaku sangat mencintaiku. Di umur ke 21 hari aku
dibawa oleh kedua orangtuaku ke daerah tempat kedua orang tuaku bekerja. Aku
sangat senang dan menikmati dunia seperti anak anak pada umumnya, orangtua yang
selalu memberikan kasih sayang berlimpah dan juga cinta yang tiada habisnya. Aku
sangat bersyukur dilahirkan di keluaraga yang sangat menyayangiku, andai sedari kecil
aku bisa berbicara pasti aku akan selalu mengucapkan terima kasih kepada papa dan
mamaku.
Setiap hari kedua orang tuaku selalu mengawasi pertumbuhaku, saat
menganjak umur 3 bulan aku sudah pandai untuk tengkurap, betapa bahagianya
mereka melihat pertumbuhanku. Saat umur segitu aku sudah mulai lasak dan kedua
orangtuaku mulai ekstra dalam menjagaku. Pagi siang malam mereka bekerja untuk
menghidupi aku, tanpa lelah mereka berjuang demi mendapat pundi pundi rupiah.
bertambah usia hingga usia 6 bulan aku bisa merangkak dan mulai memanjat manjat,
hingga membuat kedua orangtuaku kewalahan dalam menjaga, tapi rasa sayang
mereka tak pernah pudar terhadap anaknya. Mereka sangat terharu terhadap
pertumbuhan anaknya. Hingga menganjak usia 11 bulan kini aku itu diajari oleh
papaku untuk berjalan dan mulai di papah papah, dan tak lama aku itu bisa berjalan
dan tak di papah lagi. Pada umur 1 tahun aku itu mulai berbicara dan kata pertama
yang diucapnya adalah “ma… ma…ma…ma” mamaku yang mendengar itu menangis
terharu karena anaknya sudah pandai menyubutnya mama. Ia langsung memeluk
putrinya dan mencium putrinya dengan kasih sayang yang ia salurkan pada putrinya.
Tak berapa lama selang waktu aku menambah kosakata baru dalam bicaraku, aku
memanggil “pa… papa.. papa…ma..mama papa” panjang kata yang diucapkan aku
itu. Papaku terharu melihat putrinya yang sudah tumbuh cantik dan sangat pintar.
Usia 2 tahun aku sudah tidak betah dirumah dan kedua orangtuaku memutuskan
untuk menyekolahkanku di PAUD. Seperti yang mereka bayangkan aku senang
dengan suasana baru. Mereka menikmati canda tawaku, renyahnya suaraku
membuat mereka berfikir, bahwa aku sudah mulai tumbuh bagai gadis kecil yang
sangat lucu.
Diusia usiaku yang mulai menginjak umur 4 tahun gadis kecil itu mendapat kabar
gembira dari orang tuanya, “nak, putriku, kamu akan segera memiliki adik, seperti
teman teman mu yang lain, kini kamu akan merasakan bagaimana punya seorang
adik” ucap orangtuaku haru, melihat orangtuaku tersenyum aku itu mengatakan
“mama, ini benelan ma, aku mau punya adik ma? Yeyeyye aku senang sekalli ma,
sebental lagi aku akan menjadi kakak, yeyyeye” ucapnya girang dengan melompat
lompat. “ iya nak, kau akan segera memliki adik, adik mu sudah ada didalam sini nak
( ucap mamaku sambil meletakkan tangan aku itu ke perutnya )”. Aku benar benar
senang hari ini.
Selama 9 bulan mamaku hamil, aku itu sangat suka menolong mamaku, aku
sering membersihkan muntah mamaku yang sedang hamil itu, aku bahkan tau cara
merawat mamaku dengan baik, mamaku merasa bersalah karena membiarkan putri
nya yang mengurusnya. Mamaku berbincang tentang hal ini kepada suaminya, ia
mengatakan tidak suka jika anak mereka di repotkan olehnya, dia akan menitipkan
aku dirumah nenekku dikampung, sang suami pun tak bisa mengelak karena
keputusan tersebut sudah mutlak. Menurutnya ini adalah keputusan terbaik
sementara waktu berjalan. Esok harinya mereka membawa aku mereka ke kampung,
dan sang mama menitipkan anaknya sementara waktu. Aku menangis karena
ditinggal oleh orangtuaku, aku merasa orangtuaku tidak sayang lagi padaku, tapi
nenek mengatakan “ cu, kamu itu kan sudah besar ga boleh nangis nangis, nantik
mama kamu nangis juga lihat kamu nangis, ayok sini makan sama nenek” ucap nenek
menenangkan cucunya. Sebagai anak kecil yang tidak mengerti apa apa aku hanya
bisa marah pada kedua orangtuaku dan juga terus menangis. Aku sayang pada kedua
orangtuaku, tapi mereka membuatku marah.
Pernah suatu hari aku menangis tapi tidak diketahui oleh neneku, aku
menangis sampai tengah malam membuat aku radang telinga, sangat sakit sekali
rasanya. Aku hanya sendiri waktu itu tidak ada kedua orangtuaku, aku tak tau
mengadu ke siapa, aku hanya bedoa agar ada yang mendengar aku meringis
kesakitan. Tak selang waktu lama nenekku datang untuk melihat aku sudah tidur atau
belum tapi yang didapat oleh nenekku aku sedang meringis, nenekku terkejut melihat
aku meringis kesakitan, nenekku juga panik dan segera memanggil tanteku, aku diberi
pengobatan sementara tapi tak kunjung sembuh, malam itu rasanya benar benar sakit
dan kalau diingat kenapa aku masih bis bertahan padahal saat itu aku hamper saja
kehilangan nyawaku. Paginya aku dibawak ke rumah sakit dan dicek keadaan
telingaku, kata dokter aku hanya perlu istirahat yang cukup dan kurangi menangis
lama lama. Aku mengangguk mengerti apa yang disampaikan dokter, aku harus
berusaha tidak menangis lagi, karena kalau aku nangis nantik mama juga nangis lihat
aku sedih, aku bangkit dari kejadian itu dan mengurangi aktivitasku mengeluarkan air
mata. Saat proses belajar di TK ku sudah dimulai, akupun terus bersemangat setiap
hari untuk bersekolah, pagi pagi aku bangun jam 6 dan sholat lalu sarapan dan pergi
sekolah diantar oleh kakekku, kakek sering membawaku belanja dulu sebelum
berangkat sekolah, dan menikmati angin pagi di kota hujan ini. Kakek dan nenek
benar benar menyayangiku, mereka yang sangat mendukung prosesku selama di
kampung ini.
Hari hari terus berlalu tak terasa kini adalah hari kelahiran adikku. Adikku
berjenis kelamin laki laki. Ia sangat tampan dan menawan, dia juga lucu. Aku itu
sangat menyayangi adikku, aku cium cium adikku sampai membuat kedua orang
tuaku tersenyum karena kegemasan aku dan adikku. Aku memohon kepada kedua
orangtuau agar aku sekolah SD di tempat asalku saja, karena aku ingin dekat dengan
adikku, kembali menangis agar keinginanaku ditururti, tapi kedua orangtuaku hanya
bisa bilang “kita lihat saja besok ya nak, sekarang mama harus sembuh dulu baru kita
bahas soal kamu pindah atau tetap disini ya nak, intinya kamu harus menyayangi
adikmu dimanapun kamu berada nak” ucap kedua orangtuaku sambil mencium
keningku. Hari hari terus berlalu hingga kini aku kembali tinggal bersama orangtuaku,
kini keluargaku tampak pas dan serasi, saling melangkapi dan juga saling menghargai.
Hidup rukun dijalani oleh setiap anggota keluarga. Aku kini sudah berada di bangku
SD, kedua orangtuaku mentap penuh bahagia anak anak mereka, kedua orangtuaku
sangat bahagia sudah diberikan anak anak patuh dan juga pintar.
Aku selama di sekolah dasar selalu menjadi bintang dikelas dan disekolahku,
aku disenangi oleh guru juga teman temanku, tak banyak berubah dari penampilanku,
hanya kulit yang sudah mengelam karena sering pergi berenang ke tepi laut.
Perjalanan SD ku seperti pada biasanya. Kelas 1 SD aku mendapat juara 1 dikelasku,
aku terkejut karena aku bisa menjadi juara, mulailah aku mempunyai banyak teman
karena mereka ingin belajar bersamaku, aku sangat senang karena punya banyak
teman. Ujian semester 1 akan segera dimulai mamaku yang menjadi guruku di rumah,
sebelum ujian mamaku sudah membuat soal soal yang harus aku jawab sebelum aku
ujian agar saat ujian ingat materi yang dipelajari, dan ada contoh contoh soal yag kita
pelajari. Tapi saat nilai ujian semester dibagika nilai yang kudapat mmbuat aku
kecewa dengan diriku sendiri, padahal aku sudah belajar maksimaal tetapi nilaiku
tidak memuaskan, aku takut nilaiku yang ini tidak bisa membuatku juara nantinya, aku
menangis kepada mama ku, lalu mama menenangkan ku dan mengatakan “tidak apa
apa nak, yang penting tu kamu memahami pelajarannya dan mendapatkan ilmu dari
itu nak, ingat juga nak usaha kamu dari awal semester tidak akan mengkhianati hasil
nak”. Benar kata mamaku, aku masih menempati juara 1 di akhir semester ini, aku
tida puas dengan hasilnya, tapi mama selalu menyuruhku untuk bersyukur. Selama 4
tahun aku selalau diajarkan mamaku dirumah dan selalu menggunakan metode yang
sama, mama juga sepertinya bersyukur memliki anak sepertiku yang tidak banyak
omong, dan penurut, tapi aku lebih bersyukur punya mama sama papa yang benar
benar paham dengan diriku sebenarnya, bahkan ketika aku berbohong pun kedua
orangtuaku mengetahuinya, selama 4 tahun itu selalu aku menjadi pemuncak di keas,
hingga banyak juga yang iri padaku, tapi mama berpesan agar tidak membenci orang
juga, mamaku selalu bilang “ingat orang iri sama kamu karena dia mau seperti kamu,
jadi kamu harus bisa bertahan ya nak”
Aku merantau kelas 5 SD ke kampung halaman mamaku, aku kini tinggal
dirumah nenek ku, yang dulunya menangis karena ditinggal kini aku yang memintak
pada kedua orangtuaku agar sekolah di keampung halamanku. Salah satunya karena
aku ingin mempunyai hafalah quran dan amamku sangat bangga jika aku bisa
mengahafal quran, didaerahku taka da les tahfidzh yang hanya ada TPQ, dan selama
di TPQ aku taka da menghafal quran aku hanay disuruh untuk belajar mengaji.
Aku mulai menghafal Al Quran saat diriku menganjak umur 12 tahun, aku
ingin menjadi penghafal quran adalah salah satu aku bertahan di keampung ini. Aku
diajari oleh seorang guru yang sangat sabar mengajari dan menerima setiap
kekurangan yangku punya. Kelas 5 SD itu aku bersemangat menghafal agar aku bisa
seperti sepupuku, aku tak suka di banding bandingkan dengan orang lain, aku juga
ingin dihargai dalam setiap langkahku. Omongan orang oranglah yang mebuat aku
bertahan di keampung ini. Keampung ini sangatlah membuatku nyaman, walaupun
tidak dengan perkataan orang orangnya. Tahun pertama aku dikampung ini aku hanya
mampu menghafal 1 juz al quran, aku takut mebuat mamaku kecewa dengan
hafalanku, tapi kata guru ngaji ku “kalau mau membuat kedua orangtua kamu senang
dan bangga punya kamu, coba saja ikuti lomba lomba yang ada cabang tahfidzh nya”
aku berfikir benar juga. Guruku sangat hebat dalam mencari cari lomba yang sedang
diadakan, aku mencoba pertama kali lomba tahfidz itu dan ternyata itu sangat sulit,
aku gagal dalam percobaan pertamaku, aku terus disemangati oleh guruku, kedua
orangtuaku, dan tak lupa nenek juga kakekku. Aku mencoba lagi belajar dan terus
menghafal quran, aku mengikuti khatam al quran di MDA tempat aku ngaji,
Alhamdulillah aku dapat juara 1 dan 3 dalam cabang lomba tahfidzh dan tilawah. Aku
dapat merasakan mama dan papaku bangga karena aku, rasanya sangat senang sekali
dan sangat terharu, aku bertekad akan selalu mebuat kedua orangtuaku bangga lewat
AL QURAN ku.
Kini aku sudah berada dikelas 6 SD, aku dimintak focus belajar sementara oleh
kedua orangtuaku. Aku menuruti permintaan kedua orangtuaku, aku benar benar
focus belajar mulai dari membahas materi UN sampai membuat dan membahas soal
soal perispan UN. Aku ingin membanggakan kedua oratuaku dan aku juga ingin lulus
di sekolah favorit di daerah tempat aku tinggal ini. Tanpa kenal letih aku terus
berjuang agar bisa mendapat yang aku inginkan. Selagi lagi terbukti bahwa usaha
tidak akan menghianati hasil, aku lulus dari SD dengan nilai yang memuaskan dan
berhasil lulus di sekolah favorit di daerah ini, Alhamulillah semua berkat usaha dan
doa orangtuaku yang tak peranh pudar.
Aku masuk ke sekolah menengah pertama dengan bantuan hafalan quran
yang sudah kumiliki, rasanya sangat bersyukur bisa disini, ini semua berkat doa kedua
orangtuaku terutama ibuku. Aku duduk dikelas 7A lokal unggul disekolah ku sekarang,
aku sangat bangga dengan diriku sekarang, aku percaya diri bisa menjadi yag
terdepan, tapi ortu selalu mengajarkan ku untuk tidak sombong, dan menerima
kenyataan walaupun kenyataan itu pahit dan tidak dapat diterima. Untuk pertama
kalinya aku belajar tentang agama diseklah ku uni, aku mempelajari berbagai
pelajaran keagamaan seperti SKI, fiqih, Bahasa arab, akidah akhlak. Aku sangat suka
belajar belajar tentang hal hal mengenai itu. Sampai aku lupa untuk mempelajari
pelajaran umumku, aku ingin sekali masuk pesantren tapi kedua orangtuak taka da
yang mendukung dan tidak membolehkanku untuk masuk pesantren, tapi setidaknya
aku juga masih bisa belajar disekolahku ini, tahun pertama kulalui dengan berat,
ditambah lokalku mempunya anak anak yang ambis dan selalu egois untuk mendapat
nilai, aku hanya punya teman satu selama aku kelas 7, dia yang mengerti aku, kedua
orangtuaku pun sangat suka melihat temanku ini, dia sangat pintar cantic dan juga
pandai mengambil hati orang lain, tak diragukan lagi kemampuan be rbicaranya.
Akhirnya aku naik kekelas 8, aku terpisah dengan temanku, tapi kami masih bertemu
walaupun itu tidak sesering dulu. Dikelas 8 aku mulai terbuka untuk berteman karna
saran mamaku, kelas 8 aku sering menangis dan bercerita ke mamaku, tapi mamaku
tetap tidak bosan menyemangatiku apapun itu situasinya.
Sekarang aku berdiri dikelas 9, kelas yang akan menentukanku masuk ke
sekolah yang mana. Aku memutuskan untuk masuk asrama di sekolahku, saat kelas 9
ini sangat bamyak yang benci sama aku, karena kesalah pahaman, sampai sampai
tidak ada yang menyukaiku di asrama itu, tapi kedua orangtuaku ingin aku masuk
asrama agar ibadah kulebih terjaga, kedua orangtuaku tidak tau kalau aku tidak
disukai oleh teman teman asramaku, aku mulai menangis diam diam lagi selama di
asrama, aku sebenarnya tidak tahan diasrama ini, tapi mau gimananpun aku harus
melaluinya, semester pertama aku sukses tanpa mendengarkan kata orang lain, aku
berjuang sendiri tanpa ada teman temanku disisiku, aku seperti orang yang dibully,
tetapi mereka sebenarnya mau berteman sama aku, cuman gengsi aja yang terlalu
tinggi. Saat masuk sekolah semester dua, teman temanku yang benci sama aku dulu
mulai curhat curhat sama aku, mereka mau berteman dengan aku. Baru saja kami
dekat, tapi hadirlah Covid-19 yang membuat kami harus belajar daring. Aku tinggal
bersama kedua orangtuaku, karena sekolah daring yang sangat panjang membuat
kami sering menghabiskan waktu bersama, sangat seru rasanya, karena sudah sejak
lama aku tidak banyak berinteraksi dengan kedua orangtuaku dan adikku.
Selama daring aku sangat diforsir belajar oleh kedua orangtuaku, kata mereka
kalau aku mau ke sekolah unggul aku harus berusaha lebih keras dari sebelumnya,
karena itu semua tidak mudah didapatkan. Ingat juga hasil itu adalah seberapa jauh
kita berusaha. Saat pendaftar sekolahku, aku bersama kedua orangtuaku sepakat
untuk masuk ke jalur tahfidz, dan Alhamdulillah aku lulus di jalur ini, aku diterima di
sekolah yang aku inginkan. Tapi aku selama hampir 1 tahun belajar daring dan tidak
merasakan kelas 10 yang mengasikan kata orang orang, kata mama cuman sabar aja
sii, kaena bukan kita yang mintak ini semua sudah kehendak Allah.
Kini aku sudah sekolah di salah satu sekolah faforit di kampung nenekku. Aku
sangat bersyukur bisa menyoba di salah satu sekolah menegah umum popular di
daerah ini. Aku berusaha untuk mencapai tujuan utamaku yaitu ingin masuk ke PTN
faforit di daerah ini. Kedua orangtuaku selalu menyemangatiku disetiap langkah hidup
dan tujuan yang inginku capai, mereka tidak pernah kecewa terhadap sekolahku,
mereka benar benar bangga dan selalu mengingatkanku untuk terus bersyukur. Aku
sangat senang mempunyai orangtua yang bisa mengerti bagaimana aku, dan
orangtuaku bisa secara tegas dalam menyikapi masalah masalah disetiap kondisi.

Terima kasih adalah kata yang selalu ku ucapkan untuk kedua orangtuaku,
berkat doa dan juga dukungannya aku bisa ada sampai saat ini, saya rasa kata
terimakasih tidak cukup begaimana mengucapkan syukur atas kedua orangtua saya,
mereka lebih dari kata sempurna dan mereka akan sellau menjadi tokoh utama dalam
cerita hidup saya, terimakasih atas semua pengorbanan yang mama papa lakukan,
hingga aku bisa menjadi seperti sekarang tanpa mendengar perkataan buruk orang
lainkepadaku. Terima kasih ……….

-TAMAT-

Anda mungkin juga menyukai