Anda di halaman 1dari 9

Aulia yang saat itu masih duduk di bangku sekolah dasar begitu sedih melihat ibunda nya

menangis karena anak bungsu nya sudah tiada, dan aulia yang masih begitu kecil hanya
bisa duduk termenung melihat air mata yang jatuh di pipi sang ibu yang teramat sangat ia
sayangi.

Hari pun seakan cepat berlalu. Aulia yang dulunya masih sangat kecil, sekarang dia sudah
tumbuh menjadi seorang gadis dewasa. la berparas cantik, bertubuh mungil, dan satu lagi,
dengan suara nya yang begitu lembut bisa membuat orang yang mendengar nya merasa
tenang.

"Aulia ayo bangun, ini kan hari pertama kamu masuk sekolah." Ibu selalu saja seperti itu,
seolah seperti alarm yang selalu membangunkan aku. "Iyah bu lima menit lagi aku bangun,
aku menjawab dengan nada yang begitu malas.. Ibu pun dengan tegas menjawab "apa lima
menit lagi,gak lima menit kamu harus bangun, kalau ngga ibu akan bilang sama ayah kamu
biar kamu di masukin ke pesantren."

"Iyahh bu Aulia bangun,tapi ibu jangan bilang ayah yah,aulia gak mau masuk pesantren."
Bujuk ku. Ibu hanya tersenyum. "memang nya kenapa nak kamu gak mau masuk pesantren,
kan di sana kamu bisa dapat pendidikan agama yang baik." "Bu...kalau aku di pesantren aku
gak bisa ketemu ibu setiap hari,aku gak mau jauh dari ibu."

Aku pun langsung memeluk ibu seolah aku benar tidak ingin jauh darinya.

Aku pun segera bersiap-siap untuk berangkat sekolah. Tapi aku tidak lupa

untuk sarapan bersama ayah dan ibu sebelum berangkat.

"Wahh...kaya nya ada yang semangat banget nihh mau masuk SMA,"

"Iyahh dong ayah aku harus semangat, supaya nanti aku bisa ngebanggain ayah sama ibu,"

aku pun tersenyum dengan manis.

"Ayah tadi kata Aulia dia mau masuk pesantren lohh, gimana tuh yah?"

Sepontan aku tersedak mendengar ibu berbicara seperti itu, tapi sepertinya itu sebuah
lelucon bagi ayah dan ibu karena mereka tertawa melihat ekspresi wajah ku.

"Ahh ibu siapa juga yang mau masuk pesantren, ibu mahh suka ngeledek." Gerutu kuu pada
ibu.

Hari pertama di sekolah ku terasa menyenangkan. Sepanjang hari di sekolah

aku selalu bersama Sofi, Syafira, Putri dan Ayu.

Mereka sahabat baru ku, mereka sangat asyik sekali makanya aku cepat akrab sama
mereka.
"Akhirnya sampe juga gw di rumah, panas banget hari ini."

Keluh Aulia yang merasa sangat lelah setelah seharian belajar di sekolah.

Ibu yang melihat ku sudah terbaring di atas kasur langsung menatap ku dengan tolak
pinggang.

"Anak ibu udah pulang sekolah rupanya, kok ibu gak denger salam nya yahh?"

"Hehe maaf bu habis Aulia capek banget jadi langsung masuk kamar." Aku langsung
beranjak mencium tangan ibu.

"Nak, ibu tau kamu cape,tapi jangan lupa kalau keluar atau masuk rumah itu ücap salam,
gak baik kalo maen selonong ajahh." Ibu selalu bisa menasihatiku dengan lembut..

"Iyahh bu maaf, aulia janji gak akan ngulangin lagi."

Ibu memelukku dengan hangat, dan rasa cape ku semua hilang setelah mendapat pelukan
hangat dari ibu.

Tak terasa sudah tiga tahun aku belajar di sekolah ku tempat aku menuntut ilmu,dan kini aku
sedang siap-siap untuk datang ke acara pelepasan kelas XII.

"Bu,ayo buruan ini udah jam 8 nanti kita telat datangnya."

"lyahh nak sebentar lagi ibu belum selesai." Teriak ibu dari dalam kamar namun suaranya
masih terdengar begitu lembut di telinga ku. Aku hanya merengut mendengar perkataan ibu.

"Ahhh lama sekali ibu dandan nya."

Setelah lama menunggu akhirnya ibu selesai. Aku terkejut melihat ibu yang begitu anggun
dengan balutan gamis syar'i nya.

"Subhanallah ibu cantik banget,"

Ibu pun hanya tersenyum sambil menepuk pundakku.

"Udah ahh ayo kita jalan, kalau kamu terus muji ibu nanti kita gak jalan- jalan."

Aku melangkah bersama ibu menuju sekolah ku,dan setibanya kami sampai

di sekolah,

"Wahh ramai sekali bu, banyak orang tua yang datang,tapi tetap saja ibu ku yang paling
menawan." Puji ku sekali lagi pada ibu.

"Ya allah nak,kamu itu bisa terbang lama-lama ibu," ibu tersenyum malu dengan pujian ku
tadi.
Saat aku dan ibu hendak melangkah ke aula sekolah, tiba-tiba terdengar suara yang
memanggil nama ku.

"Aulia tunggu.."

Ternyata mereka sahabatku Sofi, Syafira, Putri dan Ayu.

"Kalian sendiri ajah,orang tua kalian mana?" Tanya ku pada mereka.

"Orang tua kita udah pada nunggu di dalam nohh," sahut Ayu padaku. Dan di sambung
dengan Putri,"yaudah yuk masuk jangan kelamaan di sini." Kami pun segera masuk dan
duduk di samping orang tua kami masing-masing

"Hay tante, wahh tante ini memang selalu tampil menawan yahh," Puji Syafira yang
terkagum melihat ibu..

"Terimakasih Syafira."

Aku pun langsung menyambar menjawab sebelum ibu menjawab.

"Yeee bukan loe," Syafira terlihat kesal padaku yang main menyambar saja omongan dia
dan ibu.

"Husss berisik acara udah mau mulai tuhh." Jelas Ayu.

Kami pun menyaksikan acara tersebut sampai selesai.

Banyak yang menangis dan bahkan hampir semua murid menangis merasa terharu karena
mereka akan segera keluar dari sekolah yang mereka cintai.

Setelah lulus dari SMA aku memutuskan untuk mencari pekerjaan, karena aku tidak ingin
terus membebani kedua orang tua ku.

"Selamat pagi ibu," aku menyapa ibu ku yang sedang asyik memasak untuk sarapan.

"Selamat pagi putri ku yang cantik,"

Ibu mencium keningku,dan aku pun langsung membantu ibu menyiapkan sarapan dan kami
sarapan bersama.

"Ayah, ibu rencananya Aulia hari ini mau nyari kerja,".

Ayah dan ibu tidak menjawab perkataan ku, mereka hanya memandangi ku,dan tidak lama
ayah membuka mulut untuk bicara.

"Kamu yakin nak mau nyari kerja,apa kamu gak kepingin ngelanjutin kuliah?"
Aku pun dengan cepat menjawab,

"Ayah, ibu aku mau kuliah,tapi nanti setelah aku berhasil mengumpulkan

biaya sendiri untuk aku kuliah."

"Yasudah ibu doakan kamu cepat mendapat pekerjaan."

Ibu tersenyum bangga pada ku.

Setelah seharian aku berkeliling untuk melamar pekerjaan, ternyata hasilnya nihil tidak ada
satu pun perusahaan yang menerima ku.

"Assalamualaikum," aku yang trasa lemas langsung menghempaskan tubuh ku ke atas sofa.

"Wa'alaikumussalam, anak ibu udah pulang,lohh kok mukanya lemas gituh sayang,kenapa?"
Tanya ibu penasaran.

"Aku kesal bu,masa gak ada yang mau terima aku kerja,"

Kamu gak boleh ngomong gituh sayang, mungkin memang belum rejeki "

kamu, udah nanti kamu coba lagi yahh di lain waktu," ibu tersenyum sambil

mengusap kepala ku.

"Oke bu,besok Aulia akan coba lagi, makasih yah ibu ku sayang udah nyemangatin Aulia,"

Aku langsung ceria mendengar perkataan ibu.

Ya Allah beruntung sekali aku mempunyai seorang ibu yang begitu baik,yang selalu
menasihati ku dengan suara lembutnya.

Sudah hampir 2 bulan aku berdiam diri di rumah, karena belum ada satu pun. perusahaan
yang menerima ku.

"Sayang gimana lamaran kamu, keterima gak?" Ayah bertanya pada ku.

"Lamaran apa yahh?" Aku yang saat itu bengong kaget mendengar pertanyaan ayah.

"Yaa lamaran pekerjaan mu lahh nak, masa lamaran kamu sama cowok, kalau itu mahh
bukan kamu yang ngelamar tapi kamu yang di lamar," ayah mengejek ku sampai ibu pun
tertawa seperti senang sekali mendengar perkataan ayah.

Aku hanya cemberut mendengar tawa mereka yang terkesan meledek.

"Iyahh-iyahh ayah minta maaf, lagian kamu bengong ajah ayah tanya,"
"Belum rejeki Aulia yah sampai detik ini Aulia belum dapat pekerjaan." Sambung ibu.

"Iyaa ayah padahal kan nilai ujian ku bagus,tapi kenapa gak keterima yah?" Aku terus saja
menggerutu.

"Jaman sekarang ini memang sangat sulit nak mencari pekerjaan, dari pada kamu sibuk
kesana kemari nyari kerja, kenapa kamu gak coba usaha jualan baju kamu kan suka fashion
tuh, pasti kamu bisa mendatangkan banyak pelanggan." Kali ini ayah memberi ide yang
sangat cemerlang. "Ayah benar, kenapa baru sekarang ayah ngomong,coba dari kemarin
ayah

ngomong pasti aku udah jualan."

Ayah hanya menggelengkan kepalanya mendengar ucapan ku.

"Tapi ayah, aku dapet uang dari mana buat buka usaha jual baju?" Ibu dan ayah hanya
mengangkat pundak memberi isyarat mereka pun tidak tau.

"Ayah...ayah kan baik hati,gak sombong lagi," rayu ku.

Ayah yang merasa heran pun bertanya, "terus apa hubungannya fa sama ide jualan kamu?"

"Yaa jelas ada hubungannya ayah, ayah mau kan bantuin aku buat buka usaha baju?" Aku
terus membujuk ayah.

Ayah yang mengerti maksud ku langsung berkata, "hmmmpp..kalau ada mau nya ajah pinter
banget muji ayah nya, yaudah nanti ayah bantu yah buat buka usaha kamu."

Aku yang saat itu merasa bahagia sekali, langsung memeluk ayah dan ibu,tidak lupa pula
aku mengucapkan terimakasih pada mereka, karena mereka selalu mendukung aku.

Aku memulai usaha ku yang di bangun atas dasar dukungan ke dua orang tua ku.

Atas doa dan dukungan mereka kini usaha ku mulai berkembang,dan aku sudah
mempunyai beberapa pelanggan tetap, salah satu di antaranya yaitu ibu hastin.

"Selamat siang Aulia," sapa bu hastin yang saat itu sedang berkunjung ke butik ku.

"Selamat siang bu," jawabku dengan ramah.

Tapi tunggu, sepertinya kali ini bu hastin tidak sendiri, dan benar beliau langsung
mengenalkan seseorang yang berada di sampingnya pada ku. "Nak Aulia kenalkan ini anak
ibu Kevin, dan Kevin kenalkan ini Aulia, dia

pemilik butik ini, bajunya bagus-bagus kan?"

Aku dan laki-laki itu hanya tersenyum mendengarkan perkataan bu hastin.


"Kevin kamu tunggu di sini yahh,mamah mau liat baju dulu,"

Laki-laki itu pun mengangguk menuruti apa yang di katakan mamahnya.

Yaa Tuhan,tampan sekali laki-laki ini.

"Maaf saya boleh tau nama kamu?"

Ucap laki-laki itu sambil menyodorkan tangannya hendak bersalaman

dengan ku.

"Na...nama ku aul.....Auliaaaa,"

Laki-laki itu pun tersenyum melihat ku yang gugup saat menjawab

pertanyaannуа.

"Yaa ampun senyumannya manis banget nihh cowok meleleh gue lama-lama disini" batin ku
yang terpesona oleh ketampanan Kevin anak bu hastin.

Akhirnya bu hastin selesai membeli baju di butik ku, dan mereka pamit.

"Nak Aulia, kami pamit dulu yahh,"

"Iyahh bu, hati-hati di jalan dan terimakasih sudah mampir ke butik saya." Ucap ku sambil
tersipu karena kevin terus saja menebar senyumnya pada ku. "Iyahh sama-sama nak, ibu
suka kok mampir ke sini untuk liat-liat baju

koleksi kamu."

Aku hanya tersenyum.

"Ohh yaa...ibu kan sudah sering mampir ke sinih, kapan atuh kamu mau mampir ke rumah
ibu, biar nanti Kevin yang antar," ucap bu hastin sambil

melirik kevin.

"Iyahh bu inshaallah nanti kalau ada waktu saya mampir ke rumah ibu," bu hastin pun
tersenyum setelah mendengar jawaban ku, dan mereka berdua. akhirnya pamit.

Setelah bu hastin dan Kevin pergi,aku jejingkrakan seperti orang yang tidak waras karena
merasa sangat senang sudah di kenalkan oleh anaknya bu hastin yang super ganteng.

Aku memulai usaha ku yang di bangun atas dasar dukungan ke dua orang tua ku.

Atas doa dan dukungan mereka kini usaha ku mulai berkembang,dan aku sudah
mempunyai beberapa pelanggan tetap, salah satu di antaranya yaitu ibu hastin.
"Selamat siang Aulia," sapa bu hastin yang saat itu sedang berkunjung ke butik ku.

"Selamat siang bu," jawab ku dengan ramah.

Tapi tunggu, sepertinya kali ini bu hastin tidak sendiri, dan benar beliau langsung
mengenalkan seseorang yang berada di sampingnya pada ku. "Nak Aulia kenalkan ini anak
ibu Kevin, dan Kevin kenalkan ini Aulia, dia

pemilik butik ini, bajunya bagus-bagus kan?"

Aku dan laki-laki itu hanya tersenyum mendengarkan perkataan bu hastin.

"Kevin kamu tunggu di sini yahh,mamah mau liat baju dulu,"

Laki-laki itu pun mengangguk menuruti apa yang di katakan mamahnya.

Yaa Tuhan,tampan sekali laki-laki ini.

"Maaf saya boleh tau nama kamu?"

Ucap laki-laki itu sambil menyodorkan tangannya hendak bersalaman

dengan ku.

"Na...nama ku aul.....aulia,"

Laki-laki itu pun tersenyum melihat ku yang gugup saat menjawab

pertanyaannуа.

"Yaa ampun senyumannya manis banget nihh cowok meleleh gue lama-lama disini" batin ku
yang terpesona oleh ketampanan Kevin anak bu hastin.

Akhirnya bu hastin selesai membeli baju di butik ku, dan mereka pamit.

"Nak Aulia, kami pamit dulu yahh,"

"Iyahh bu, hati-hati di jalan dan terimakasih sudah mampir ke butik saya." Ucap ku sambil
tersipu karena kevin terus saja menebar senyumnya pada ku. "Iyahh sama-sama nak, ibu
suka kok mampir ke sini untuk liat-liat baju koleksi kamu."

Aku hanya tersenyum.

"Ohh yaa...ibu kan sudah sering mampir ke sinih, kapan atuh kamu mau mampir ke rumah
ibu, biar nanti kevin yang antar," ucap bu hastin sambil melirik kevin.
"Iyahh bu inshaallah nanti kalau ada waktu saya mampir ke rumah ibu," bu hastin pun
tersenyum setelah mendengar jawaban ku, dan mereka berdua. akhirnya pamit.

Setelah bu hastin dan Kevin pergi,aku jejingkrakan seperti orang yang tidak waras karena
merasa sangat senang sudah di kenalkan oleh anaknya bu hastin yang super ganteng.

Kini aku semakin dengan Kevin, namun ayah dan ibu ku belum mengetahuinya, dan aku
memutuskan untuk mengajaknya ke rumah untuk mengenalkan kepada ayah dan ibu.

"Ayah, ibu nanti malam ada yang mau datang ke rumah,"

"Siapa nak?" Tanya mereka heran.

"Udah nanti ayah sama ibu liat sendiri ajah, pasti kalian suka."

Aku pun tersenyum dan beranjak pergi masuk ke dalam kamar. Kedua orang tua ku terus
menatap ku dengan heran.

"Assalamualaikum," Kevin yang saat itu baru sampai langsung mengetuk pintu dan
mengucap salam.

Ibu dan ayah yang tengah asyik berbincang di ruang tamu langsung beranjak membuka
pintu.

"Wa'alaikumussalam, maaf cari siapa ya nak?" Tanya ibu ku pada Kevin. "Perkenalkan tante
nama saya Kevin, saya teman anak tante, aulia." Ibu pun akhirnya mengajak kevin masuk
dan bergabung dengan ayah.

"Maaa... jilbab aku yang warna biru kemana," belum sempat di jawab ibu aku pun kaget
melihat kevin yang sudah duduk bersama ayah dan ibu.

"Mas Kevin udah dateng, udah lama sampenya?" Tanya ku.

Kevin pun tersenyum "baru aja aku sampe."

"Yasudah aku buatin teh dulu yahh ke dalam," aku langsung beranjak ke dapur untuk
menyiapkan teh.

Setelah asyik mengobrol dengan ayah dan ibu, kevin pun permisi untuk pamit pulang.

"Om,tante kevin pamit pulang dulu yah,udah malam juga,"

Ayah dan ibu langsung beranjak menjabat tangan kevin yang hendak

bersalaman, dan tidak lupa aku mengantarnya sampai depan rumah. "Hati hati yaa mas,
jangan ngebut naik motornya."

"Iyaa, kamu juga yaa istirahat, makasih atas jamuannya, saya senang bisa
kenal kedua orang tua kamu." Jelas kevin.

"Iyaa mas aku juga senang mas datang, lain kali main lagi yah." Sambung ku. Akhirnya
Kevin pergi meninggalkan rumah ku dan aku pun langsung menuju kamar ku.

Sepanjang malam aku terus memikirkan betapa manisnya sikap kevin.

Anda mungkin juga menyukai