Anda di halaman 1dari 7

Nama: Nursamsi huda urbin

Kelompok: 17 (KMOI 37)

IDE:
Keluarga, cinta, dan cita-cita

TEMA:
1. Perjuangan demi keluarga
2. Antara ridho ibu atau cita-cita
3. Cinta keluarga dalam meraih cita-cita

TEMA YANG DIPILIH:


Antara ridho ibu dan cita-cita

GENRE:
Fiksi

JUDUL CERITA:
Cintamu atau Cita-citaku
BAB 1
Impian

Teng.. teng.. teng. bel pertanda pulang telah berbunyi. seluruh siswa bersorak
gembira dan berhamburan keluar kelas. wajah bahagia terpampang jelas tatkala mereka
keluar kelas. guratan lelah akibat pelajaran juga terpampang di wajah murid kelas XII
SMK Harapan Bangsa.
Farhan malah berbeda, bukan wajah bahagia ataupun lelah, melainkan
kebingungan yang terpampang di wajahnya. sontak hal ini menjadi tanda tanya bagi
sahabatnya, Ali.
"Hei farhan, kok melamun? ada apa? ”
"Aku mau kuliah li.”
“Oalah.. mau kuliah toh, yaudah tinggal kuliah aja sono”
"Ya tapi kan li,kamu taukan keadaan keluargaku gimana”
Ya.. Farhan merupakan siswa miskin disekolah itu. berbeda jauh dengan Ali yang
Ayahnya pemilik perusahaan Ekspor-Impor. Dan kalau bukan karna Ayah Ali yang
membiayai sekolahnya,Farhan takkan pernah merasakan bangku sekolah.
"hem.. iya juga sih,tapikan han sekarang ada beasiswa. kamu bisa coba beasiswa,
bahkan ada beasiswa full juga loh,mulai dari biaya pendidikan dan biaya hidup selama
kuliah ditanggung dari beasiswa loh". Jelas Ali.
"Ibuku nggak ngizinin li,sekarang aku bingung mau mengejar impianku atau nuruti
kemauan ibuku".
"Bu, aku ingin kuliah".
Sontak hal itu membuat ibuku terkejut. nasi yang baru saja akan dilahapnya kini harus
kembali ke piringnya lagi.
"Apa? kau mau kuliah?".
"Iya bu, aku mendaftar beasiswa di salah satu PTN bu".
Ucapku sambil menunduk. ku tahu ibu pasti tak akan menerima kalau aku kuliah.
melihat keadaan keluarga yang hidupnya jauh dari kata cukup.
"Cukup han,kamu tahu kan kalau kita itu orang susah. jangankan untuk biaya kuliah.
kita bisa makan hari ini dengan lauk seadanya itu sudah cukup". ucap ibu dengan nada
tinggi.
"Tapi bu,.."
"Nggak ada tapi-tapian, pokoknya kamu gak boleh kuliah. titik".
Ucap ibu sambil berlalu menuju kekamar.aku tau ibu sedih dengan permintaanku
ini.suasana pun hening.Ayah yang sedari tadi mendengarkan pun lanjut kembali
makannya. begitupun denganku.
Aku kembali melihat ayah. satu-satunya harapanku sekarang walaupun hanya
sekedar dukungan.
"Ayah.. menurut ayah gimana?". tanyaku dengan suara pelan agar tak didengar oleh
ibu.aku takut ibu dengar dan akan semakin marah denganku.
Ayah terlihat berpikir sejenak.
"Kalau ayah setuju kamu kuliah."ucap ayah sambil tersenyum. mendengar hal itu
membuatku kembalo semangat.
" Serius yah? ayah setuju? "
" Sstt.. pelankan suaramu,nanti ibumu dengar. "
Akupun mengangguk.
" Ayah serius setuju kalau aku kuliah? "tanyaku lagi seolah tak percaya.
" Iya, tapi nak ayah gak bisa bantu apa-apa. kamu yang rajin belajarnya ya, supaya
kamu bisa dapat beasiswanya. " bisik ayah. akupun mengangguk sembari tersenyum
bahagia.
" Sudahlah nak,mari kita lanjut makan. ikan asin sama sambal buatan ibumu hari ini
lebib enak. tumben-tumbenan."ucap ayah lalu melanjutkan makannya.
Aku tersenyum bahagia. setidaknya ayah mendukungku untuk kuliah. dan ibu..aku
janji gak akan menyusahkanmu.

Hari ini farhan berlari menuju kerumah. tak sabar rasanya ingin memberitahukan ke
ibu dan ayah tentang berita gembira ini.
“Ibu ayah.. “teriak farhan.
Sontak ibu dan ayah terkejut. ibu yang sedang didapur berlari menuju ruang tengah
begitupun ayah yang langsung bangkit keluar kamar saat mendengar teriakan farhan.
“kenapa han?” tanya ibu dengan raut wajah khawatir.
farhan pun dengan mata berkaca-berkaca-kaca menjawab.
“bu, yah, farhan lulus dan dapat beasiswa.” ucap farhan.
“Alhamdulillah ya allah” ucap ayah sambil berurai air mata lalu sujud syukur. haru,
bangga, dan syukur menyelimuti hati ayah farhan. bagaimana tidak, anak satu-satu-
satunya itu berhasil mendapatkan beasiswa untuk kuliah. satu langkah menuju cita-
citanya. beda halnya dengan ibunya. ibu tampak sangat murung.
“Nak, dari buyutmu hingga sekarang ini, nggak ada satupun dikeluaga kita yang
kuliah, tapi kenapa kamu kuliah nak ?”
“bu.. mudah-mudahan farhan setelah lulus nanti bisa mengubah hidup kita ya bu..”
farhan menggenggam erat tangan ibunya. lantas memeluknya. suasana haru
menyelimuti keluarga itu.
Pagi yang cerah, matahari tampak menyapa penduduk desa itu. berbagai rutinitas
yang mereka kerjakan. ada yang membawa cangkul untuk ke sawah. anak sekolah mulai
dari SD hingga SMA maupun SMK sedang berjalan menuju kesekolahnya.
Pagi itu farhan duduk di teras dengan ditemani semangkuk ubi rebus dan secangkir
teh hangat. farhan tampak memikirkan sesuatu. hingga ayah datang dan menegurnya.
“kenapa han? mikirin apa? dari tadi diem aja, awas kesambet loh.”
“eh enggak yah, farhan cuman mikirin itu pak,anu loh..”
“anu opo?”
Farhan segan untuk membicarakan masalah yang sedang dipikirkannya. tapi ia
harus membicarakannya.
“anu yah, 2 hari lagi kan farhan mau berangkat ke kota. farhan masih bingung
ongkosnya. belum lagi uang kos wajib dibayar dimuka.” ucap farhan dengan perasaan
tak menentu.
Mendengar penjelasan farhan, ayahpun mengangguk. baru saja ayah ingin
menjelaskan ibu datang dari dapur dengan membawa teh untuk ayah dan langsung
menjawab ucapan farhan.
“Ndak usah dipikirin nak, ibu sama ayahmu udah persiapkan itu.” ucap ibu sambil
tersenyum.
“serius bu ?”
ibu hanya mengangguk.
“farhan jadi nggak enak. selalu nyusahin ibu sama ayah.”
“hush.. ndak boleh gitu. kamu kuliah aja yang bagus. alhamdulillah ayah sama ibu
dapat kerjaan di tempat pak haji banun. bapakmu jadi tukang kebun dan supir kalok ibu
jadi pembantu. hasilnya cukup untuk ngirimi kamu sama untuk makan kami disini.”jelas
ibu.
Farhan sedikit lega mendengarnya. setidaknya ia dapat fokus kuliah nantinya.

Hari keberangkatan farhan tiba.tiba.farhan mencium tangan ayah dan ibunya. berat
hatinya untuk meninggalkan orang tuanya.
“bu, yah aku pamit berangkat kuliah ya.” izin farhan.
“iya nak,kamu hati-hati-hati disana ya.” ucap ayah.
sedangkan ibu hanya menangis sesenggukan. maklum. baru kali ini dia berpisah
jauh dengan anaknya. ali yang melihatnya hanya tersenyum. dia terlahir keluarga yang
kaya dan memiliki tapi tidak dengan ibu. ibunya meninggal saat melahirkannya. itu
sebabnya ia tersenyum dan sedikit terharu tatkala melihat ibunya farhan memeluk dan
menangis melepas farhan.
“sudah li, mari berangkat.”
“mari han,”
Ali yang mengantar farhan ke tempat kuliahnya. ia juga ingin melepas farhan,
sebab ia juga akan pergi ke amerika untuk mempelajari bisnis ayahnya.

Hari pertama farhan kuliah di kampus impiannya. dia merasa bahagia. sebab
impiannya untuk kuliah di kampus yang dia inginkan dulu. disini ia banyak berkenalan
dengan teman baru yang juga mahasiswa baru pastinya.
Untuk mengisi kekosongan harinya,farhan juga bekerja di warnet komputer.
pekerjaan yang ringan pastinya. dengan begitu ia dapat sambil mempelajari tentang
komputer dan mengulang pelajaran kuliahnya.
Imâm asy-Syâfi’i rahimahullâh berkata dalam syairnya

"Barangsiapa belum pernah merasakan pahitnya menuntut ilmu walau sesaat ,


Ia kan menelan hinanya kebodohan sepanjang hidupnya.

Anda mungkin juga menyukai