Anda di halaman 1dari 5

Nahas

Glenn Josia Devano/15/X-A

Matahari terbit yang menyinari dunia menjadi tanda hari baru telah dimulai.
Terdengar suara burung berkicauan yang sedang berterbangan di langit-langit sekitar
rumah. Ayam jantan yang berkokok juga menjadi tanda fajar telah tiba. Sekitar pukul
lima pagi, ibu membangunkanku untuk menyuruhku berkemas barang-barang yang akan
di bawa saat berliburan. Pada hari ini, aku dan keluargaku berencana untuk berlibur ke
Malang. Kota Malang adalah salah satu tempat yang cocok dijadikan sebagai destinasi
liburan, apalagi di saat weekend. Selain memiliki banyak objek wisata, di kota besar
seperti Malang juga terdapat mall dan swalayan untuk membeli beberapa kebutuhan
masyarakat.
Setelah aku dibangunkan ibu, aku langsung mandi dan sarapan, lalu membantu
orang tuaku untuk berkemas barang-barang yang akan dibawa saat perjalanan. Hari ini
kami berencana untuk berangkat lebih awal, karena biasanya pada hari weekend seperti
ini kondisi jalan akan padat dan terjadi kemacetan. Untuk itu, kami segera menyiapkan
barang-barang dan akan segera berangkat.
"Ayo nak cepatlah berkemas, karena biasanya pada akhir pekan seperti ini
jalanan akan padat dan macet" kata ayah sambil menunggu kami.
”Siap yah, ini sebentar lagi kami sudah siap kok, tinggal baju dan makanan aja"
jawabku dan adikku.
"Ayah, apa kendaraannya sudah di cek semua? apa tidak ada yang bermasalah?"
tanya ibu sambil menyambung percakapan kami.
"Sudah kok bu, aman semua!" sahut Ayah.
Setelah semua sudah siap, pada pukul setengah tujuh pagi kami berangkat ke
Malang menaiki mobil. Awalnya perjalanan kami lewati dengan nyaman dan santai,
sambil melihat sawah dan rumah-rumah di pinggir jalan serta melihat pemandangan
gunung Bromo yang samar-samar karena tertutup awan. Namun di tengah-tengah
perjalanan, benar seperti yang Ayah katakan bahwa akan terjadi kemacetan
di jalan. Tetapi kemacetan yang terjadi bukan hanya karena arus lalu lintas yang padat,
namun ada kecelakaan akibat kendaraan yang saling bertabrakan. Kami sangat lama
terjebak di dalam kemacetan, sehingga menghambat perjalanan kami ke Malang
Setelah beberapa jam terjebak di dalam kemacetan tersebut, kami berhasil
melanjutkan perjalanan kami dengan lancar dan aman kembali. Selanjutnya, kami pergi
ke Malang Town Square atau biasa dikenal dengan sebutan Matos. Ibu meminta Mall
sebagai tempat tujuan pertama, karena ada beberapa kebutuhan rumah serta kebutuhan
pribadi yang akan dibeli. Di dalam mall, kami mulai mengunjungi beberapa tempat
untuk mencari barang-barang yang dibutuhkan. Aku dan ibu pergi ke tempat yang
menjual fashion atau baju dan juga sepatu, dan ayah menemani adikku pergi bermain di
timezone. Aku mencari beberapa sepatu yang akan digunakan saat berada di sekolah,
karena ada peraturan bahwa sepatu siswa harus hitam, sedangkan saat ini aku hanya
memiliki sepatu kombinasi warna hitam dan putih. Setelah selesai memilih sepatu yang
cocok dengan ukuran dan modelku, aku dan ibuku mulai mencari kemeja. Karena
beberapa dari kemejaku sudah mulai sempit dan harus membeli kemeja baju yang
berukuran lebih besar. Setelah lumayan lama berkeliling di tempat baju-baju dan sepatu,
aku mulai capek dan mencari tempat untuk duduk. Sedangkan ibu masih ingin
berkeliling di tempat tersebut, karena masih ingin membeli beberapa baju untuk
dijadikan kado ulang tahun temannya. Akhirnya aku tidak mengikuti ibu, dan memilih
istirahat di tempat duduk di dalam mall itu.
"Bu, aku duduk disini saja ya, capek soalnya daritadi sudah berkeliling lama
banget" kataku sambil duduk disitu.
"Oke nak, kamu disini saja, nanti kalau kamu mau cari ibu tinggal telpon saja"
jawab ibu.
Setelah sekitar 15 menit menunggu, aku mulai mencari ibuku kembali.
Sayangnya aku tidak memiliki kuota, akhirnya aku harus mencari ibu tanpa bisa
menelponnya. Lumayan lama aku mencari, akhirnya aku menemukan seseorang yang
memakai baju dan model rambut yang sama dengan ibuku. Tanpa berpikir panjang, aku
mendekatinya dan memanggilnya dari dekat sambil bertanya.
"Berapa lama lagi bu? aku sudah bosan dan lapar disini terus, mending kita pergi
ke foodcourt di lantai atas deh" tanyaku sambil mengeluh.
Perempuan yang memakai baju serta perawakannya mirip ibuku berbalik badan
dan menoleh kearahku. Ternyata dia bukanlah ibuku, hanya baju dan perawakannya
yang mirip, tetapi dia bukanlah ibuku.
"Maaf dek, kamu nyari siapa ya? Aku bukan ibumu." tanyanya dengan bingung.
"Oh ma—maaf bu, saya sepertinya salah panggil orang." jawabku sambil
terbata-bata
Perempuan tersebut sedikit menertawaiku karena tingkahku yang lucu pada saat
itu. Perasaan malu, panik, dan deg-degan tercampur menjadi satu pada saat itu. Wajahku
memerah dan menjadi salah tingkah akibat perasaan tersebut. Saat aku meninggalkan
perempuan tersebut pun masih terjadi masalah, aku tidak sengaja tersandung manekin
dan menjatuhkannya. Aku ditatap oleh semua pengunjung dan staf yang berada disana,
rasa malunya menjadi dua kali lipat. Aku langsung membereskan manekinnya meskipun
masih ada perasaan malu karena dua kejadian tadi. Setelah salah panggil orang,
apesnya tetap berlanjut.
Pada hari yang harusnya aku nanti-nantikan dan nikmati, aku malah ditimpa oleh
dua kejadian yang memalukan. Aku langsung pergi ke timezone untuk menyusul ayah
dan adikku, saat disana aku masih belum bercerita tentang kejadian tadi dan ikut
bermain bersama ibuku. Ayahku juga menelpon ibuku untuk mengajak makan di food
court lantai atas, karena sudah waktunya makan siang. Kami pun berkumpul kembali
dan makan di foodcourt, kamu membeli beberapa makanan seperti ayam katsu, bakso,
nasigoreng, dan beberapa jajanan lain. Pada saat itulah aku menceritakan kejadian
memalukan yang menimpaku tadi saat di tempat baju. Ayah dan ibuku memaklumi hal
itu dan sedikit menertawaiku.
"Haha, nak, nak. Lain kali kalau kamu sedang mencari orang jangan langsung
memanggilnya. Karena memang banyak orang lain yang mirip dengan seseorang yang
kita kenali, jadi bisa-bisa kamu salah panggil orang seperti tadi" tanggapan ayah kepada
ceritaku barusan.
"Ayah dulu juga pernah mengalami kejadian seperti itu, kok. Ketika sedang
mencari teman ayah di perpustakaan sekolah dulu. Jadi ayah tahu kalau teman ayah ini
suka membaca novel percintaan dan pada saat itu di dekat rak buku novel percintaan
ada seseorang yang mirip dengan teman ayah. Langsung ayah menjaili dia dengan
mengagetkannya, ternyata dia bukanlah teman ayah. Ayah merasa sangat malu pada
saat itu, guru dan murid lain yang berada di perpustakaan juga langsung menoleh karena
hal itu. Dan ketika berpapasan dengan orang itu lagi, rasanya ingin menghilang saja,
karena langsung teringat jelas kejadian memalukan itu. Hahaha... tapi pengalaman
beginilah yang menjadi pengalaman berharga bagi kita" ujar ayah menceritakan
kejadian memalukannya.
"Betul itu yah, kejadian beginilah yang bisa menjadi pengalaman berharga.
Karena tidak mudah untuk mendapatkan dan mencari pengalaman yang muncul akibat
ketidaksengajaan. Dan kita hanya bisa mengambil pelajarannya saja.” ucap ibu
menambahi
Kita lanjut membicarakan hal-hal memalukan yang pernah terjadi di kehidupan
kita, ibu juga menceritakan pengalaman memalukannya saat tersandung ketika acara
wisuda di SMP. Kita saling bercanda satu sama lain tentang pengalaman memalukan
tersebut maupun bercerita tentang pengalaman aneh yang pernah terjadi. Selama di
foodcourt, kita juga menghabiskan waktu dengan sharing hal-hal yang berharga di
kehidupan kita.
Setelah selesai bercerita dan berbagi pengalaman berharga, kita pergi dari Matos
dan menuju ke salah satu tempat wisata di Malang. Yaitu Hawai Waterpark. Kami
menghabiskan waktu disana dengan berenang, bermain air, dan juga mencoba menaiki
perosotan disana. Namun, saat aku bermain disana, tidak semuanya berjalan dengan
lancar. Ada saja hal-hal memalukan yang terjadi, seperti aku yang terpleset saat berjalan
di sekitar kolam renang dan banyak orang yang menatapku pada saat itu. Yang kedua
adalah aku hampir tenggelam di kolam yang dalamnya 3 meter. Kejadiannya tepat saat
aku naik perosotan, aku tidak mengetahui kalau perosotannya menuju ke kolam yang
dalamnya 3 meter. Jadi ketika aku berseluncur dan tercebur ke kolam, kakiku tidak
sampai ke dasar kolam renang. Yang membuat aku panik dan terminum sedikit air
kolam renang karena mencoba untuk bernapas, sehingga aku berteriak minta tolong
kepada orang disekitarku.
"Tolong mas, tolong... kakiku gak sampai di kolam ini…" teriakku kepada
penjaga kolam dengan keadaan yang hampir tenggelam.
Tiba-tiba ada petugas penjaga kolam yang membantu menolongku, dia
membantuku dan memberiku pelampung untuk bertahan dan tidak tenggelam di kolam
itu. Untung saja ada seseorang di sekitar kolam tersebut. Kalau tidak ada, bisa saja aku
tenggelam karena tidak ada yang menolong. Aku berterima kasih kepada penjaga kolam
tersebut dan langsung pergi ke orang tuaku untuk meminta handuk. Setelah mengalami
pengalaman hampir tenggelam, tanganku langsung gemetar seperti grogi akibat kaget
dan panik pada saat itu. Setelah membersihkan diri, aku makan popmie dan minum teh
anget bersama keluargaku. Kami selalu berbincang-bincang saat makan bersama.
"Gimana renangnya tadi nak?" tanya ibu kepadaku dan adikku.
"Sangat menyenangkan bu" jawab adikku dengan ceria
"Kalo aku sih tetap menyenangkan walaupun tadi hampir tenggelam…" ucapku.
"Loh nak, kamu kok bisa hampir tenggelam saat berenang, bukannya kamu bisa
renang?" tanya ibu.
"Ya namanya panik bu, aku juga kan tidak tahu kalau itu kolam 3 meter. Jadinya
aku kaget dan hampir tenggelam." ujarku pada ibu.
Setelah selesai, kami akan pulang. Kami menaiki mobil dan beranjak dari Hawai
Waterpark, lalu pergi menuju ke rumah kami kembali. Di mobil kami melanjutkan
pembicaraan kami di tempat tadi, Ibu menasihatiku agar berhati-hati dan waspada saat
ingin melakukan sesuatu, karena bisa saja terjadi hal tidak terduga seperti tadi.
"Lain kali, berhati-hati kalo bermain di suatu tempat ya nak. Kalo saja tidak ada
orang disana, tidak ada yang menolong kamu saat tenggelam." ujar ayah menambahi
nasihat ibu.
"Iya yah, maafkan aku, lainkali aku akan berhati-hati" jawabku
Pada awalnya kami melewati perjalanan dengan lancar dan aman. Nahasnya,
ditengah perjalanan ban mobil kami bocor, dan tidak ada bengkel di dekat sini. Kami
meneruskan mendorong mobil kami, dan ternyata terdapat minimarket. Oleh karena itu,
kami mampir sebentar untuk beristirahat dan membeli beberapa minuman karena lelah
mendorong mobil.
Untungnya di minimarket ada seorang bapak yang ingin menbantu kami, dia
baik dan membantu kami menderek mobil kami sampai di bengkel mobil. Kami
berterimakasih atas bantuannya dan kerelaannya dalam menolong kami, karena jika
tidak ada dia, kita tidak perlu mendorong mobil sekitar 500 m lagi. Kami melanjutkan
perjalanan pulang dan sampai di rumah pada pukul sepuluh malam.
Sungguh perjalanan liburan yang menyenangkan dan melelahkan, mulai dari
terjebak macet, melewati kejadian-kejadian memalukan di mall dan tempat wisata,
hingga ban yang bocor di tengah perjalanan pulang. Banyak hal-hal yang di dapat dalam
liburanku kali ini. Dan semoga hal-hal yang didapat bisa menjadi pelajaran berharga
kedepannya.

Anda mungkin juga menyukai