Anda di halaman 1dari 9

PERJALANAN HIDUP SEORANG THIO

Makalah

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu:

Miftahul Huda, S.S., M.A.

Disusun Oleh :

AHMADTAFA AQSALIAN GUSTATHIO


NIM: 2019.01.01.1262

PROGRAM STUDI ILMU ALQURAN DAN TAFSIR

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-ANWAR

SARANG REMBANG

2019/2020
Di kertas ini aku akan menceritakan sedikit tentang Kisah perjalanan hidup ku
dari aku masih berada di rumah hingga aku bisa berada di sini, di STAI Al anwar Sarang,
Rembang. mungkin ini adalah cerita yang hanya sedikit dari orang yang tahu, akan
ceritaku ini, karena di setiap orang itu pasti memempunyai jalan cerita nya masing
masing dan bukan berarti setiap orang itu harus memaparkan apa yang sudah di alaminya
selama ini. ada kalanya setiap orang atau individu itu harus menyimpan kenangan yang
pahit ataupun buruk itu sendiri dan ada akalanya setiap orang atau individu itu harus
mengatakan nya kepada orang lain, orang lain di sini itu sudah pasti adalah orang orang
yang sangat ia percayai sebagai sahabat atau pun teman yang akrab.

17 Tahun yang lalu tentang Aku. Suara tangisan itu menggema di ruangan yang bercat
putih itu yang seakan melambangkan ke sucian dan kebersihan. sejak satu jam yang lalu
para dokter yang mondar mandir di ruangan oprasi dengan raut muka yang tampak sangat
lelah, terbalaskan dengan kelahirannya serorang bayi, bayi laki laki yang lahir pada waktu
sang surya malu mengintip di ufuk barat, seakan mengucapkan syukur kepada yang Maha
Esa atas selamat nya ibu dan lahirnya bayi laki lakinya. dengan ucapan syukur dan
alhadulillah yang berlimpah.

pada saat itu semua sanak kerabat baik yang dekat atau pun jauh pun tak luput
akan gebira, atas kelahiran bayi tersebut sehinga nuansa dan suasana itu adalah suasana
yang besok lusa akan menjadi kenangan paling indah di kehidupan yang di jalani
sepasang ibu dan bapak dan tangisan yang terdengar akan menjadi melodi di kehidupan
keduanya. tangisan itu semoga bisa menjadi pijakan yang akan menuntun keduanya
kelak, Amin.

Aku lahir pada tanggal 28 Agustus 2001 pada waktu sore, yang menurut ku itu
adalah waktu dimana para perindu jingga bersyukur atas kehidupan yang di alaminya
dalam satu hari yang telah mereka lalui. Aku lahir di desa yang tidak jauh dari kota yang
jarak nya kurang lebih 8 KM untuk sampai dari desa ke kota. desaku adalah desa yang
terlalu padat pendukuk nya, dan setiap malam ramai akan pedagang asongan di pingir
jalan raya,entah menapa para pedagang lebih suka berjualan di desaku, mungkin keadaan
tempat dan masyarakat yang memadai.

Tempat Aku lahir bernama Desa Karaban, Kecamatan Gabus, Kabupaten Pati,
Provinsi Jawa tengah adalah tempat dimana semua cerita ini berawal dan tempat di mana
aku bisa pulang, karena ada pepatahyan pernah mengatakan”sejauh engkau pergi engkau
pasti akan pulang” ini adalah sebagian dari itik temu, antara perjalanan ku mencari ilmu
di pesantren yang besok akan pulang untuk mengamal kan ilmu.

Nama yang di berikan bapak dan ibu untuk ku sangat lah keren (menurut ku),
namaku adalah AHMADTAFA AQSALIAN GUSTATHIO dan nama panggilan ku Thio,
di rumaah aku sering di panggil oleh temen temen SD ku dengan sebutan Tiyur, entah
kenapa temen aku menyebutnya begitu mungkin karena aku sering ngeluyur1 panas panas
di sawah main layangan, yang sehingga namaku yang awalnya Thio menjadi Tiyur
mungkin mereka lebih enakan panggil aku Tiyur daripada Thio yng tampak asing bagi
mereka, kayak nama orang orang planet lain-paling.

Aku tahu, setiap nama yang di berikan orang tua kepada anak nya itu pasti
mengandung unsur unsur sejarah atau pun kejadian-kejadian yang mereka alami di masa
lalu, dan yang pasti di setiap nama yang di berikan orang tua kepada anak nya itu pasti
mengandung akan harapan orang tua yang tersimpan di nama tersebut, karena di setiap
nama yang di berikan orang-orang tua kita adalah sebuah do’a yang akan mengiringi
perjalanan-perjalanan hidup seseorang tersebut.

Nama ibu ku NUR FARIDA dan nama bapak ku TARNO,yang kemudian aku
tahu sedikit kisah tentang perjumpaan mereka berdua, ibuk dan bapak bukan lah anak dari
orang tua yang kaya raya, ibuk dan bapak yang emang dari dulu kedunya terlahir dari
keluarga menengah ke bawah, keluarga yang sederhana. yang membuat keduanya sejak
umur yang masih bisa dikatakan masa-masa indah atau masa zona nyaman sudaah di
ajarkan tentang sebuah arti dari kerja keras, arti sebuah kerja keras yang di ajarkan orang
tuanya dahulu lah yang menbuat mereka bisa sapai sejauh ini.

Bapak ku dahulu nya yang Cuma mendapat ijasah SD,yang pada suatu ketika
ijasah bapak hilang (hingga sampai saat ini sudah tak berjejak), karena jatuh pada saat
naik bus untuk merantau ke jakarta pada saat umur 16 Tahun, di cerita bapak pada saat di
Jakarta bapak pernah bekerja menjadi sopir Bajai yang menjadi angkotan pada masa itu,
lalu bapak merantau lagi di waktu umur kurang lebih nya 18 Tahun ke Maleysia dan
bekerja sebagai pekerja bangunan di sana.

1
Ngeluyur; pegi dari rumah. dan biasanya kosakata bahasa Jawa ini di gunakan oleh orang tua
untuk menegur anaknya yang suka pergi bermain, atau sekedar jalan jalan.
pada waktu bapak pulang dari Maleysia, bapak mempunyai temen yang namanya
adalah pak Supardi, pak Supardi inilah yang mengenalkan bapak dengan ibu ku,bapak
yang pada saat itu umurnya sudah pantas untuk menikah, langsung datang ke rumah
nenek dengan megutarakan niat dan maksud nya untuk melamar ibuk, bersama keluarga
bapak mendatangi rumah ibuk yang rumah nya hanya berjarak dekat karena satu desa
juga dengan ibuk, bapak yang di restui oleh orang tua ibu ku langsung sangat gembira
dan dua keluarga tersebut langsung menentukan Hari dantanggal nya kapan, alhasil bapak
pun berhasil memenangkan perjuangan nya untuk mendapatkan ibuk.

Pada waktu kecil aku dan keluarga kecil ku tinggal di rumah kakek dan nenek,
karena pada saat itu bapak ku masih mengumpul kan uang untuk membuat rumah, bapak
ku kerja di perantauan sehingga ibu ku memilih tinggal bersama orang tuanya karena
rumah orang tua ibu yang lumayan agak luas, untuk menampung keluarga kecil kami.
Bapak ku adalah perantauan yang bekerja di Maleysia pada waktu itu yang setiap tahun
hanya pulang dua kali, jadi aku dan ibuk tinggal bersama kakek dn nenek.

Aku dan keluarga ku tinggal di rumah kakek sampai aku berumur kurang lebih
tiga tahun, dan setelah itu bapak yang sudah mendapatkan uang untuk biaya membangun
rumah, bapak membangun rumah untuk keluaraga ku di bagian tanah yang telah di
dapatkan oleh ayah ku yaitu tanah dari harta yang di sedekah kan kakek kepada bapak ku,
dan di sana lah bapak membangun rumah keluarga kami yang sampai saat ini akan
menjadi tempat untuk aku pulang.

Saat aku berumur lima tahun aku di sekolahkan di sekolahan TK yang ada di desa
ku, di sekolah TK inilah awal dari semua perjalanan hidup ku mencari ilmu. Di sekolahan
ini aku yang pada saat itu maasih seirng enggak mau berangkat sekolah dan terkadang
menangis dahulu sebelum berangkat, Cuma gara gara enggak mau makan, dengan usaha
usahan ibu ku yang super membujuk aku untuk tetap berangkat ke sekolah walaupun
dengan mata yang masih merah gara gara menangis aku akhirnya kalah dengan ibu ku.

Pernah ada sedikit cerita Cuma gara gara enggak mmau sarapan aku bertengkar
hebat dengan ibu ku(yang emang dahulu sering), sampai sampai yang pada saat itu aku
berangkat nya di anterin ibuku aku nekat untuk berangkat sendiri karena marah sama ibu,
aku yang mau berangkat sendiri ke sekolahan di panggil sama kakek ku dahulu, kakek
yang manggil sambil mengeluarin sepeda onthel nya berkata “tio mriki simbah ter ke teng
sekolahan, ampon mlaku mengken mundak kesel”2 aku yang sudah berniatan uantuk
berangkat sndiri ke sekolahan menjadi urung, karena pada saat itu aku sangat senang bila
di boncengin sama kakek ku dengan sepeda onthel nya. Alhasil aku menyetujui ajakan
kakek berangkat sekolah dengan sepeda onthel nya.karena sepeda onthel nya kakek pada
saat itu di bagian belakang nya terdapat ancak3 yang mmembat ku bisa bonceng kakek
sambil berdiri dengan berpeangan pundak kakek.

Di jalan aku di dawuhi sama kakek “thio ampon nakal kalihan ibu, mengken nek
nakal niku kancane setan, ibuk niku sayang kalihan thio, thio sayang mboten kalihan
ibuk!!. Ampon nakal meleh enggeh kalihan ibuk.4

Aku yang di dawuhi sama kakek tiba tiba membenarkan omongan yang kakek
omongin dan di barengi dengan rasa yang tiba tiba menyeruak keluar dengan sendirinya
di dalam hati ku yang membuat ku merasa sangat bersalah. Sesampa nya i sekolahan
kakek meninggalkan ku dan sehabis sekolah aku di jemput oleh ibuk ku dan saat itu juga
aku meminta maaf kepadanya.

Aku sekolah di TK selama satu tahun dan setelah genap umur ku enam tahun aku
Sekolah di SD Karaban 02, di Sekolah ini aku yang masih anak-anak mendapat banyak
ilmu dan banyak teman di sana, diulai dari kelas satu sampai dengan kelas enam, tak
terbilang berapa ilmu yang guru saya ajarkan kepadaku, di masa masa ini lah aku
merasakan yang namanya berteman, bermain, dan belajar dengan sungguh sungguh
(walaupun lebih sering main).

Awal aku masuk di SD aku masih sering di anterin dan di jemput sama ibuk ku,
karena awal aku mulai bisa naik sepeda adalah pada waktu aku kelas tiga SD, kadang
pada waktu aku belum bisa naik sepeda kalau emang aku tidak di jempu oleh ibuk atau
sekolah pulang lebih awal aku dan temen ku biasanya pulang dengan jalan kaki, dan itu
yang lebih seing mampir dulu ke rumah temen ku dan yang akhirnya membuat ibuk
mencari ku.

2
Tio sini kakek antarkan ke sekolah, jangan jalan kaki nanti bisa capek
3
Ancak: adalah sebuah alat yang terbuat dari kayu dan biasanya di pasang di bagian belakang
kendaraan.
4
Thio jangan nakal sama ibu, nanti kalo nakal itu temen nya setan, ibuk itu sayang sama thio, thio
sayang tidak sama ibu!!. Jangan nakal lagi ya sama ibu.
Pada waktu aku kelas empat aku yang sudah satu tahun bisa naik sepeda,
biasanya sepulang skolah aku langsung menghampiri temen temen aku untuk bermain
layang layang di sawah sebelah selatan desa, karena pada hari hari itu angin sangatlah
bagus untuk dibuar bermain layang layang.

Kadang kami juga bermain selain layang layang ada juga seprti permainan
setinan, wayangan, tembarokan, petak umpet, boi boi an, kejar kraran, bentengan,
spakbola, Dll. Kadang juga kita selpas pulang sekolah mancing di sungai deket sawah dan
main di sawah sambil memancing.

Hari demi hari pun terlalui, siang menjadi malam, usim hujan menjadi kemarau,
usia pun bertambah seiring waktu bergulir sedikit demi sedikit tapi menikam tak tersa aku
sudah ulus Ujian SD kelas enam, rencana kedua orang tuaku aku mau di pondok kan di
pondok pesantren yang berada di Grbogan. Aku yang pada saat itu belum tau bagai mana
rasanya mondok di pesantren sangat lah takut untuk terjun di dalam nya.

Tapi takut itu sedikit agak reda, saat aku tau bahwa temen satu angkatan di desak
ku juga ada beberapa yang akan ikut mondok juga. Dari desaku orang yang akan mondok
bersama ku di Brabo,Tanggungharjo, Grobogan berjumlah 9 orang yang semuanya satu
angkatan,berencana berangkat bareng ke pondok Brabo.

Pada awal seampainya di pondok Brabo aku di pesan oleh bapak dan ibu ku
supaya bersungguh sungguh dalam mecari ilmu dan pesan bapak ku yang selalu ku ingat
adalah ”akhlaq e di jogo yo le masiyo kue gak ndue ilmu awak mu kudu njogo akhlaq, ojo
gamang nesunan, seng penteng akhlaq e di jogo mengko bakale kue di goodeli karo
ilmu”5 . Setelah itu pada hari hari awal yang sangat melelahkan aku dan temen temen ku
merasa tidak betah di sana yang sehingga pada bulan bulan tertentu temen aku ada yang
tidak kuat menghadapi cobaan itu sehingga membuat dirinya boyong dari sana, temen
temen aku yang masih bertahan pada waktu aku masih MTS di sana hingga tamat MTS
yaitu berjumlah 6 orang.

Awal aku bisa mondok di pndok Brabo atau yang lebih sering di sebut dengan
pondok pesantren Sirojuth Tholibin, awalnya memang sedikit menekan antara pengen
pulang kerumah karena rindu kepada orang tua dan belajar ilmu di sana, dan itu ujian

5
Akhlaq nya di jaga, walaupun kamu enggak punya ilmu, kamu haus menjaga akhlaq, jangan
gampang marah, yang terpenting akhlaq di jaga, besok lusa kamu pasti akan di ikuti oleh ilmu
yang paling sering di alami oleh santri pada awal awal mondok di pesantren,ujian yang
selain menguras pikiran juga menggrogoti pikiran sehingga ada sebagian yang tidak kuat
akan menahan ujian ini.

Aku mondok di pondok pesantren Sirojuth Tholibin kurang lebih selama enam
tahun di sana, yang saat aku berada di sana pada waktu waktu tertentu untuk berkunjung,
membuat aku merasa seperti rumah sendiri. rumah ilmu yang sangat luas seluas samudra,
yang tak kan habis walau di kuras dengan alat canggih sekalipun. Selama enam tahun di
sanaa tak terbilang banyak nya ilmu yang aku dapati dan yang ku peroleh dari sana,
sehingga aku merasa sangat bertrima kasih dengan semua orang yang telah menjadi guru
ku baik yang scara formal maupun secara kehidupan sehari hari di sana.

Di pondok sana terbagi menjadi dua tempat yaitu salafi atau yang sudah lulus
sekolah SMA/MA dan Kurikulum untuk semua santri yang masih sekolah di MTS
maupun SMA/MA, pondok Sirojuth Tholibin di sana penerapan sistem belajar nya yaitu
mengikuti salafusholeh atau yang sering di kenal dengan pondok salaf yang di antara
lain penerapan metode belajarnya yaitu seperti ngaji bandongan, ngaji sorogan, maknai
kitab gundul(kitab yang tidak ada harokat nya), kajian kitab kuning (kitab yang kertas nya
pakai kertas warna kuning) ,dll

Singkat cerita Pada akhir sekolah MA, di MA Tajul Ulum Brabo aku dan teman
teman ku yang satu angkataan, paada waktu itu ingin berencana untuk ngaji posonan6 di
pondok pesantren Sarang, Rembang aku yang ikut dalam diskusi itu sepakat untuk ke
sana dan teman yang lain juga karena penasaran bagaimana pondok pesantren Sarang
itu!,dan usulan itu juga sangat bermanfaat sekali dari pada waktu luang di habisin untuk
di rumah, mending di buat untuk mengaji di pondokkan.

Setelah liburan yang panjang, tibalah bulan ramadhan, sepakat aku dan teman
teman ku berangkat pada awal bulan ramadhan untuk ngaji di Pondok Pensatren yang ada
di Sarang, Rembang.sesampai nya kita di Sarang kita semua sepakat di pondok MIS
(ma’hadul ilmi assyar’i) Sarang rembang, kami yang beranggotakan kurang lebih nya 20
orang berada di satu kamar di kamat G:6 pondok MIS

6
Ngaji posonan: adalah ngaji yang biasanya di adakan oleh pondok-pondok pesantren di setiap
bulan puasa, makanya masyarakat ataupun para santri biasa menyebutnya dengan ngaji posonan
atau ngaji di bulan puasa.
Aku ngaji posonan di sarang berjalan selama 21 hari, karena pada saat itu juga
aku sangat tertuju dengan perkuliahan yang berbasis pondok pesantren yang ada di
Sarang Rembang, aku yang pada saat itu sedang mencari pondok dengan kuliah di dalam
nya sungguh beruntung mengetahui tentang adanya pondok perkuliaha di sini.

Teman tean ku yang hanya ngaji 15 hari di Sarang sudah pada punang kerumah
nya masing masing, aku dan ditemani oleh temanku satu orang menetap tinggal di
pondok MIS selama 15 haari dan yang enam hari aku di Pondok Al- anwar 3. Selama
enam hari di pondok ini aku ingin mengetehui tentang keadaan dan suasana yang ada di
Pondok Al-anwar 3 ini dan sekalian bertanya tentang perkuliahan dan syarat syarat untuk
masuk di pondok Al-anwar 3.

Hasil nya aku sangat tertarik dan aku berencana untuk melanjutkan mencari ilmu
ku di pondok Al-anwar 3, karena tujuanku dan keinginan ku untuk melanjutkan mencari
ilmu dengan cara mondok dan kuliah, sangat tepat dengan masuknya aku ke pondok Al-
Anwar 3.

Setelah aku pulang dari pondok Al-anwar 3 aku langsung memberitahu kedua
orang tua ku pihal aku akan melanjudkan mondok dan kuliah di sini, orang tua ku sangat
mendukung ku, supaya aku mondok dan kuliah di sini dan orang tuaku tidak mendukung
ku saat aku melanjutkan mencari illmu hanya dengan kuliah tok dan tidaak mondok.

Oleh karena itu aku langsung mendaftar online ke siakad yaang pada waktu itu
sudah masuk pada gelombang ke dua. Dan setelah itu saat tanggal tes nya sudah di
umumkan kapan, aku dan bapak ku berangkat pada tanggal yang di tentukan.

Dan Alhamdulillah aku di terima masuk ke perkuliahan STAI Al-Anwar Sarang,


Rembang, menjadi mahasiswa sekaligus mahasantri di STAI Al-Awar, pada awal masuk
pekuliahan di sini Aku dan teman teman ku seangkatan menjadi Mahasiswa Mastama 8,
dengan di pandu oleh panitia, aku dan teman teman ku seangkatan resmi menjadi bagian
dari Mahasiswa plus Mahasantri di STAI Al-Anwar Sarang,Rmbang.

Ketiaka awal masuk aku dan teman seangkatan ku langsung mengikuti awal dari
perkuliahan yaitu Ospek atau yang di sini disebut sebaagai MASTAMA, aku dan teman
teman ku yang menjadi Mahasiswa Mastama 8, yang pada saat itu agenda nya
kebanyaakan membuat jengkel (dan rata rata memeng membuat jengkel) tapi di sisi
jengkel tersebut ada keseruan yang sangat besar dan tantangan yang hebat seperti saat kita
di suruh minum air lima rupa (air asin, air pahit, air pedas, air asam, air manis) yang
disini mempunyai filosofi tersendiri dan makna tersendiri yaitu; kita sebagai Mahasantri
plus Mahasiswa harus siap menelan dan menerima dengan penerimaan yang hebat,
berbagai macam wrana warni kehidupan, dan jalan yang kita tempuh selama Menjadi
Mahasantri.

Itu lah sedikit critaku dari awal aku mencari ilmu dari negeri barat sampa ke negeri timur
yang kurang lebih nya akan menjadi creitaku dan kenangan ku di masa mendatang dan
dengan tulisan yang aku tulis ini, mungkin besok lusa aku akan terbantu mengingant
tentang kejadian-kejadian yang selama ini aku pernah lalui.

Anda mungkin juga menyukai