Anda di halaman 1dari 422

“Ketika saya harus mengingatnya kembali.

Segala hal yang telah terjadi di masa lalu


yang membuat air mata dan sebuah
senyuman tercipta secara bersamaan.
Kemudian menceritakan kepada dunia,
siapa saya sebenarnya.”

Diah Athifah Mahdiyah

“ 1‛
“ 2‛
SATU
“ 3‛
“ 4‛
Selamat Pagi
Dunia

“ 5‛
“ 6‛
Kelahiran

Beberapa tahun silam tepatnya Sabtu, 27

Maret 1999, di salah satu rumah sakit bersalin yang


berada di Kota Ujung Pandang (sekarang Makassar)
terdengar teriakan seorang wanita yang sedang
berjuang melawan rasa sakit yang teramat sangat.
Rasa sakit ini bukan sekedar rasa sakit jika kita teriris
pisau ataupun tertembak pistol, ini lebih dari itu.
Teriakan itu semakin lama semakin terdengar keras

bertanda rasa sakit yang dirasakan semakin tak


tertahankan. Selang beberapa lama tepatnya pukul
06:00 pagi suasana tegang di dalam ruangan tersebut

“ 7‛
berubah menjadi suasana haru, ketika teriakan itu
digantikan dengan suara tangisan seorang bayi.
Kelahiran bayi perempuan dengan berat 2,6 kg

dan panjang 45 cm itu disambut dengan ucapan syukur


yang terucap dari bibir semua orang yang berada di

ruangan tersebut, serta seulas senyum terukir dari


bibir pasangan suami istri yang sekarang telah resmi

menjadi seorang ayah dan ibu. Perasaan senang

menyelimuti pasangan tersebut, bagaimana tidak


sekarang putri pertama mereka telah lahir ke dunia.
Ungkapan syukur tak henti-hentinya terucap dari bibir

mereka.
Sebagai ungkapan rasa syukur maka diadakan

syukuran yang dikenal dengan sebutan aqiqah. Diah


Athifah Mahdiyah itulah nama yang diberikan kepada

saya. Nama yang memiliki arti ‚Perempuan yang selalu

mendapat petunjuk dan kasih sayang‛. Selain itu saya


juga punya nama lain, yaitu Dg. Tajammeng yang

berarti ‚orang yang dalam hidupnya selalu


mendapatkan kemenangan dan selalu hidup
berkecukupan‛. Sebenarnya saya tidak terlalu

“ 8‛
mengerti kenapa harus ada nama seperti itu. Bukan
hanya saya yang memilikinya, tapi semua keluarga
saya juga mendapat nama belakang seperti itu.

Nama yang indah tersebut diberikan oleh tante


saya, mungkin kalian bertanya mengapa bukan orang

tua saya yang memberikan nama untuk saya. Entahlah


saya juga tidak tahu. Mungkin karena tante saya ahli

dalam membuat nama jadilah dia yang memberi saya

nama, bukan cuma saya yang diberikan nama oleh


beliau tapi semua saudara dan sepupu saya juga
begitu. Terima kasih untuk Bu Guru yang telah memberi

saya nama yang sangat indah itu, ah sampai lupa saya


memang memanggil beliau dengan sebutan bu guru

hahah aneh yah? Saya juga tidak mengerti kenapa


beliau dipanggil dengan sebutan bu guru padahal

beliau adalah tante saya. Waktu itu saya hanya ikut-

ikutan dengan kakak sepupu saya karena dia juga


memanggil beliau dengan sebutan itu dan sampai

sekarang kami semua yang merupakan keponakan dari


beliau memanggilnya dengan sebutuan Bu Guru.

“ 9‛
Tentu saja dalam pemberian nama ini orang tua
saya juga ikut di dalamnya, mana mungkin nama itu
diberikan begitu saja kepada saya tanpa persetujuan

dari mereka. Kepada orang tua saya tercinta terima


kasih juga karena telah memberikan saya nama yang

begitu indah. Saya tahu di balik nama yang indah itu


mama dan bapak mempunyai harapan yang sangat

besar tentunya.



“ 10‛
Mereka, Harta
yang Tak Ternilai

“ 11‛
“ 12‛
Super Hero

Bapak itulah panggilan untuk seorang lelaki

yang telah menjadi super hero dalam hidup saya.


Sosok lelaki yang sangat saya sayang dan sangat

berarti dalam hidup saya.

“ 13‛
Bapak bernama lengkap Jakariah., S.Kg.
Akrab disapa Dg. Sija, JK, ataupun Pak Jek *hahah
bapakji*. Bapak merupakan anak bungsu dari enam
bersaudara dan merupakan anak dari pasangan orang
tua yang sehari-harinya bekerja sebagai petani. Bapak

dilahirkan di salah satu desa yang berada di


Kabupaten Takalar. Tepatnya pada tanggal 31

Desember 1972 dan di sanalah bapak tumbuh dan

berkembang menjadi seorang anak yang memiliki


semangat belajar yang tinggi dan menjadi seorang
yang tidak mudah putus asa.

Sejak kecil bapak sudah bisa hidup mandiri, ini


terbukti ketika bapak masih duduk di bangku Sekolah

Dasar bapak sudah bisa memasak sendiri dan mencuci


sendiri, sebenarnya ini semua bukan kemauan bapak

tapi keadaan yang memaksa bapak untuk harus

mengerjakan semuanya sendiri. Karena sejak kecil


bapak tinggal sendiri di rumah, kakek dan nenek saya

tinggal di kebun. Mereka pulang hanya satu minggu


sekali. Di usia bapak yang terbilang masih sangat
muda, beliau sudah mampu untuk menghidupi dirinya

“ 14‛
sendiri. Saat itu bapak masih duduk di bangku sekolah
dasar bapak sudah bisa mencari uang sendiri, dengan
cara menjual es lilin. Tidak hanya itu ketika bapak

duduk di bangku sekolah menengah pertama bapak


juga mencari uang sendiri dengan cara menjual ubi

jalar, bapak memperoleh bibit ubi jalar dari lahan yang


berada tidak jauh dari tempatnya bersekolah. Jadi bisa

dibilang sejak kecil bapak membiayai hidupnya sendiri.

Tapi itu semua bukan penghalang bagi beliau untuk


tetap bersekolah karena beliau mempunyai mimpi yang
harus beliau wujudkan.

Bapak menempuh pendidikah di SD Cakura dan


SMP Negeri 1 Takalar. Setelah lulus dari bangku

sekolah menengah pertama bapak melanjutkan


pendidikannya di SPRG (Sekolah Pengatur Rawat Gigi)

Banta-Bantaeng Makassar. Setelah bapak selesai

menempuh pendidikan di sana bapak bekerja sebagai


perawat gigi di Puskesmas Tanete Riaja, Kab. Barru.

Barulah setelah menikah bapak pindah tugas ke


Puskesmas Mandalle, Kab. Pangkep. Kemudian bapak

“ 15‛
melanjutkan studinya di Poltekkes Makassar dan beliau
menyelesaikan DIII dan DIV-nya di sana.

Bapak adalah sosok lelaki terbaik sepanjang

sejarah. Bapak adalah seorang yang sangat sabar

dalam menyikapi segala hal terutama dalam


menghadapi anak-anaknya, bapak jarang sekali
memarahi anak-anaknya, ketika bapak merasa jengkel
beliau pasti hanya diam atau memeberi kami nasihat,

memang bapak sabar dan jarang marah tapi beliau

juga tegas dalam mendidik kami. Bapak juga adalah


seorang yang perhatian dan pengertian beliau selalu

tau apa yang anak-anaknya inginkan, beliau juga


bukan tipe orang tua yang jika beliau ingin begini kami
harus begini, bapak mengembalikan semuanya kepada

kami jika kami inginnya begitu dan selama hal itu baik
untuk kami bapak pasti setuju beliau hanya memberi

kami arahan. Tapi jika hal itu buruk untuk kami pastilah
beliau tidak akan setuju. Selain itu bapak juga
merupakan pendengar yang baik, tak jarang saya
curhat dengan bapak. Bapak itu beda, meski beliau

“ 16‛
sangat sibuk tapi beliau selalu punya banyak waktu
untuk anak-anaknya, selalu ada di saat kami butuh dan
merupakan pemimpin keluarga yang penuh tanggung

jawab.
Pokoknya bapak adalah laki-laki nomor satu

dalam hidup kami. Terima kasih untuk bapak karena


telah menjadi bapak yang sangat pengertian kepada

kami.


“ 17‛
Malaikat Tanpa Sayap

Mama itulah panggilan untuk seorang wanita

yang sangat berjasa dalam hidup saya, mama adalah

malaikat tanpa sayap yang dikirimkan untuk saya.


Mama adalah wanita yang sangat lembut dan
perhatian kepada anak-anaknya.

“ 18‛
Mama bernama lengkap Marbiah, S.Pi., M.Pi
sering disapa Nyanyang, sebenarnya Dg. Kanang tapi
orang-orang lebih suka memanggil Nyanyang. Sama

halnya dengan bapak mama juga lahir di Takalar


tepatnya pada tanggal 2 Maret 1968.

Mama menempuh pendidikan di SDN Lantang,


dan SMP Negeri Bontolebang, Galesong Utara. Sejak

SMA mama sudah tidak tinggal bersama orang tua,

melainkan beliau tinggal di rumah seorang polisi karena


jarak sekolah beliau dengan rumah lumayan jauh,
mama bersekolah di SMA Negeri 1 Takalar. Mama

menepuh pendidikan sampai S2. Mama merupakan


seorang yang berprestasi terlihat dari prestasi yang

sering beliau raih. Sejak duduk di bangku sekolah


beliau sering menjadi juara kelas, tidak sampai disitu

ketika beliau menempuh pendidikan di jenjang

universitas beliau masih bisa mempertahankan prestasi-


prestasi yang telah beliau raih sebelumnya. Ketika

beliau lulus dari bangku sekolah menengah atas beliau


memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya di
Universitas Politani Unhas. Mama tinggal bersama

“ 19‛
sepupunya yang merupakan dosen di tempat mama
menempuh pendidikan. Karena tinggal di rumah orang
sekalipun itu keluarga mama harus melakukan

beberapa pekerjaan rumah sebelum berangkat ke


kampus setelah pulang kuliah pun mama harus

mengurusi anak-anak dari sepupunya. Tapi itu tidak


membuat prestasi mama menurun karena di sela-sela

beliau melakukan aktivitas tersebut beliau

menyempatkan diri untuk belajar. Karena usaha tidak


pernah menghianati hasil beliau menyelesaikan DIII-nya
dan menjadi alumni teladan saat itu. Setelah

menyelesaikan studinya di Universitas Politani Unhas


beliau menjadi tenaga kerja honorer di Balai Benih

Udang Bojo, Kab. Barru selama kurang lebih 2 tahun.


Saat itu di Universitas Politani Pertanian Negeri

Pangkep yang merupakan tempat beliau dulunya

berkuliah dibuka pendaftaran untuk seseorang yang


memiliki keahlian di bidang Hatchrey beliau pun

mendaftarkan diri. Ketika beliau mendaftar sempat


terlintas kata menyerah dalam benaknya karena dari
1000 orang pendaftar hanya ada 1 orang yang

“ 20‛
nantinya akan diterima. Tapi karena beliau memiliki
keistimewaan yaitu ahli dalam bidang Hatchrey maka
beliau dinyatakan lulus pada saat itu, dan di sanalah

sekarang mama bekerja sebagai seorang teknisi.


Setelah menikah mama melanjutkan pendidikannya di

Universitas Cokroaminoto, kuliah mama sempat


terputus karena pada saat itu saya masih kecil mama

tak ingin meninggalkan saya, barulah setelah saya

berumur 2 tahun mama melanjutkan kuliahnya dan


menyelesaikan S1-nya di sana. Pada tahun 2012 mama
kembali melanjutkan studinya di Universitas 45

Makassar dan pada tahun 2014 beliau menyelesaikan


S2-nya dengan predikat cum laude dan sebagai alumni

terbaik 1.
Mama sosok wanita terhebat sepanjang masa.

Sosok wanita yang sangat saya sayang, sosok yang

telah mengandung, membesarkan serta mendidik saya


dengan penuh kasih sayang. Mama sama seperti

bapak walaupun terlihat sibuk tapi beliau selalu ada


saat kami butuh. Mama adalah orang yang sangat
disiplin dan tegas dalam mendidik kami, tak jarang

“ 21‛
beliau memarahi kami tapi kami tahu semua itu beliau
lakukan karena beliau sangat sayang kepada kami.
Saya menyebut mama sebagai wanita terhebat

sepanjag masa karena mama melakukan peran yang


sangat banyak dalam hidupnya, jika di kantor mama

menjadi seorang teknisi , dan di rumah mama menjadi


seorang ibu yang sangat peduli terhadap anak-

anaknya, menjadi seorang koki yang sangat paham

makanan apa yang diinginkan oleh anak-anaknya, bagi


saya masakan mama tak ada tandingannya, serta
menjadi istri yang baik untuk bapak.

Saya tahu semua itu pasti sangat melelahkan


tapi tak pernah sedikitpun beliau mengeluh dengan

semua itu, mama memang adalah wanita terhebat.


Untuk mama terima kasih untuk semua yang telah

diberikan kepada kami anak-anakmu, mama you are my

everything.


“ 22‛
Twin but Different
Kedua gadis kecil ini merupakan dua manusia
yang memiliki kepribadian yang sangat berbeda sebab

itulah saya menjuluki mereka sebagai twin but


different yang berarti kembar tapi beda. Kembar di
sini bukan kembar dalam arti sesungguhnya, kembar di

sini lebih menjurus ke ‘sama’. Iya mereka sama-sama


menyebalkan, sama-sama menjengkelkan tapi mereka

sama-sama telah mencuri hati saya mereka adalah


gadis kecil yang sangat saya sayang mereka adalah
bagian dari hidup saya. Tapi di balik itu semua mereka
berdua memiliki kepribadian yang sangat berbeda.

“ 23‛
Diah Ardelia Muhtadiyah

Gadis kecil ini merupakan adik saya yang


pertama, dia akrab dipanggil Dela. Dia merupakan

anak kedua dari 3 bersaudara. Lahir ditempat yang


sama dengan saya pada tanggal 25 Februari 2004.

Saat saya menulis autobiografi ini adik saya masih


duduk di bangku kelas enam sekolah dasar dan
sebentar lagi akan menjalani UN. Semoga tahun ini
kamu bisa lulus dengan nilai yang memuaskan. Adik

“ 24‛
saya yang satu ini adalah cewek yang dapat
dikategorikan sebagai cewek tomboy. Dapat dilihat
dari caranya berpakaian, pakaian yang selalu dia

kenakan sebagian besar adalah pakaian cowok,


mainannya pun terdiri dari mobil-mobilan, pedang dan

bahkan gitar mainan. Pernah waktu itu saya


memakaikannya baju tidur berwarna kuning jelas ini

adalah baju cewek dan hasilnya adik saya ini tidak mau

keluar kamar karena malu memakai baju tersebut,


hahah aneh padahal diakan cewek.
Dia bercita-cita untuk menjadi seorang polwan,

tapi di balik cita-citanya ini dia mempunyai impian yang


sangat besar dia ingin menjadi seorang hafidz Al-

Qur’an. Adik saya yang satu ini sangat pandai dalam


menabung, sangat berbeda dengan saya. Adik saya

ini berbeda dengan anak-anak kebanyakan, jika

mereka suka bermain dengan anak-anak seumurannya


di bawah teriknya matahari maka lain halnya dengan

adik saya dia lebih senang menonton TV, bisa


dikatakan televisi adalah sebagian dari hidupnya. Adik
saya ini adalah seorang yang memiliki tingkat malu

“ 25‛
yang sangat tinggi, entah apa yang membuat dia
menjadi seorang yang sangat pemalu. Di sekolahnya
dia terkenal sebagai seorang yang sangat pendiam,

padahal jika dia di rumah kata pendiam sangat jauh


dari dia.

Jika kalian baru pertama kali bertemu


dengannya saya yakin kesan yang pertama yang

kalian berikan dia adalah cewek yang dingin dan

pendiam, memang dia agak sedikit sulit untuk


beradaptasi dengan orang baru mungkin ini
dikarenakan oleh sifat pemalunya yang sangat tinggi.

Dalam memilih teman dia juga sangat hati-hati apalagi


dalam memilih sahabat.



“ 26‛
Diah Azizah Mutiah

Gadis kecil yang satu ini adalah adik saya yang


kedua. Jija begitulah kami sekeluarga memanggilnya .

Dia juga sama seperti kami berdua lahir di tempat yang


sama pada tanggal 27 April 2008. Sekarang (saat
saya menulis autobiografi ini) dia duduk di bangku
kelas 2 sekolah dasar. Seperti yang telah saya katakan

“ 27‛
sebelumnya mereka berdua memiliki kepribadian yang
sangat berbeda.
Jika tadi adik saya yang pertama pemalu maka

lain halnya dengan adik saya yang satu ini, dia


sangatlah cerewet, sangat percaya diri dan sangat

mudah untuk akrab dengan orang baru. Adik saya


yang satu ini sangat hebat dalam bersosialisasi, tidak

heran jika dia mempunyai banyak teman. Dan yang

paling beda di antara mereka berdua adalah adik saya


yang ini sangat feminim. Dia ini adalah seorang adik
yang sangat pengertian, dan perhatian. Walaupun dia

ini anak bungsu tapi tak jarang jika kami bertiga


memperebutkan sesuatu dia pasti akan mengalah,

sungguh adik yang baik. Jija ini merupakan seorang


anak yang sangat perhatian kepada kedua orang tua.

Tak jarang dia meminta mama atau bapak untuk

berhenti melakukan pekerjaan rumah yang mereka


kerjakan ketika dia melihat rasa lelah yang terpancar

dari wajah mereka dan bersedia menggantikan mereka


untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut, padahal ia
saja belum mampu untuk mengerjakannya. Jija

“ 28‛
merupakan kesayangan bagi kami sekeluarga, dialah
yang selalu membuat kami sekeluarga tertawa karena
tingkah kepolosan dan kesalahan-kesalahan saat dia

berbicara.


“ 29‛
Keluarga Besar
H. Mannarima Dg.Lewa

H. Mannarima Dg. Lewa adalah nama kakek

saya. Beliau merupakan bapak dari mama. Beliau


mempunyai istri yang bernama Hj. Bacce Dg. Ngona
yang tak lain adalah nenek saya. Pada bab ini saya

akan memperkenalkan semua saudara mama yang


telah banyak memberikan warna ke dalam hidup saya.

Mereka adalah keluarga yang sangat kompak.


Perhatian, pengertian, materi, ilmu, kasih sayang dan
waktu semua telah mereka berikan untuk saya. Mereka

“ 30‛
adalah tempat saya pulang ketika membutuhkan rumah
untuk saya tinggali, tempat saya bersandar ketika saya
lelah menghadapi dunia yang penuh dengan sandiwara

ini. Mereka sangat berarti dalam hidup saya. Merka


adalah orang yang selalu menyupport segala sesuatu

yang saya lakukan, selama itu bersifat positif. Mereka


adalah.

Syarifuddin, S.H Dg. Tompo, merupakan anak

pertama dari kakek yang berarti kakak dari mama


saya. Beliau memiliki istri yang bernama Dr. St. Najmah
Dg. Cora. Tante dan om saya ini telah dikaruniai empat

orang anak yang bernama Annisah Nur Rahmah Syarif


Dg. Tanning, Aidah Luthfiah Syarif Dg. Angki,

Muhammad Asyraf Syarif Dg. Rewa dan terakhir Aulia


Muhlisa Syarif Dg. Ratu.

Marbiah, S.Pi., M. Si Dg. Kanang adalah nama

malaikat tanpa sayap yang dikirimkan untuk saya,


beliau merupakan anak kedua dari tujuh bersaudara.

Beberapa tahun yang lalu mama bertemu dengan


seseorang yang menjadi super hero dalam hidup saya.
Beliau adalah Jakariah, S.Kg Dg. Sija yang tak lain

“ 31‛
adalah bapak saya. Mereka telah dikaruniai tiga orang
anak yang bernama Diah Athifah Mahdiyah Dg.
Tajammeng, Diah Ardelia Muhtadiyah Dg. Ti’no dan

Diah Azizah Muthiah Dg. Ona.


Saharuddin, S.E Dg. Emba adalah adik pertama

mama beliau telah memperistri seorang wanita yang


memiliki banyak kesamaan dengan saya. Kami sama-

sama pecinta bakso dan durian. Beliau bernama

Syamsinar, S.Pi Dg. Singara. Pasangan suami istri ini


telah dikaruniai tiga orang anak yang dua di antaranya
merupakan saudara kembar. Mereka adalah Muh.

Raihan Sahran Zultana Dg. Sila, Raihana Sahrah


Zalsabila Dg. Rannu dan terakhir si kecil Muh. Rasya

Athayah Dg. Rongrong.


Nurhayati, M.Si Dg. Sunggu adalah adik kedua

mama. Beliau berbeda dari semuanya karena kami

tidak memanggilnya Tante melainkan Bu Guru. Ir.


Gazali Sanusi Dg. Lili adalah suami beliau. Mereka

telah dikaruniai seorang anak yang menjadi


kesayangan kami sekeluarga. Sepupu saya yang satu

“ 32‛
ini sangat menggemaskan, dia adalah Muhammad Rizki
Atillah Gazali Dg. Kajja.
Bd. Roslina Dg. Bau adalah adik ketiga mama.

Beliau adalah seorang bidan sekaligus istri seorang


polisi. AIPTU Azis adalah nama dari suami beliau yang

tak lain adalah om saya. Mereka telah dikaruniai empat


orang anak yang bernama, Nurul Inayah Farahyanti

Dg. Tasiang, Muh. Akil Shadiq Dg. Sijaya, Nadia Alda

Fuadia Dg. Tacora dan terakhir si lincah Muh. Rifqi


Mushoddiq Dg. Situru.
Nurbiah, S.Si Dg. Bollo adalah adik keempat

mama. Beliau ini adalah tante yang paling sering


sepemikiran dengan keponakannya. Beliau ini adalah

tante yang jago masak. Beliau mempunyai suami yang


bernama BRIGPOL Rahman Dg. Nyau. Sejauh ini

mereka belum dikaruniai seorang anak. Om dan tante

saya ini adalah pasangan yang selalu terlihat bahagia.


Terakhir adalah om saya yang tinggal jauh dari

kami semua. Orang yang paling jarang mendapatkan


momen-momen indah ketika kami sekeluarga
berkumpul. Beliau adalah seorang polisi, Muh. Syahrir

“ 33‛
Dg. Mangung itulah nama dari om saya satu ini yang
telah memperistri seorang wanita keturunan Bugis.
Wanita tersebut adalah Musdalifah. Mereka telah

dikaruniai dua orang anak yang bernama Nayla Putri


Utami Dg. Ti’no dan Muh. Qafa Alfaridzi Dg. Lewa.



“ 34‛
Kakak Anning

Siapa dia? Dia adalah seorang yang selama ini


telah banyak memberi saya nasihat dan semangat

dalam belajar. Memberikan saya banyak pelajaran-


pelajaran berharga yang ia ceritakan dari pengalaman

hidupnya. Dia adalah kakak sepupu saya, yang telah

saya anggap sebagai kakak kandung saya. Iya, karena


memang dari dulu saya sangat bermimpi untuk
mempunyai seorang kakak.

“ 35‛
Pemilik nama Annisah Nur Rahmah Syarif Dg.
Tanning ini adalah seorang yang berhati malaikat, yang
selalu ada setiap saya membutuhkan pertolongan. Saya

lebih senang memanggilnya Kakak Anning.


Mengapa saya menuliskannya di dalam buku

perdana saya ini? Bahkan saya membuatkan bab


khusus untuknya. Semua karena dia sangat berharga

dalam hidup saya. Dia telah banyak membuat

perubahan dalam hidup saya melalui motivasi-motivasi


yang selalu ia selipkan ketika saya bercerita tentang
hidup saya kepadanya. Dia juga banyak membantu

saya dalam menyelesaikan autobiografi ini.


Setiap tahun kami pasti akan bertemu dan

saling melepas rindu. Tapi sekarang berbeda dia telah


berada jauh dengan saya. Kami tidak dapat bebas

bertemu seperti dulu. Karena sekarang dia sementara

menyelesaikan pendidikannya di sebuah Universitas di


Jakarta. UIN Syarif Hidayatullah adalah nama

universitas yang ditempati Kakak Anning untuk


menyelesaikan pendidikan dokternya. Sukses selalu
Kakak Anning.

“ 36‛
Kakak Anning pernah mengirimkan saya
sebuah pesan di salah satu akun sosmed saya. Yang
isinya seperti ini.

“Athifah, asal kata "aathifah" dengan makna kasih


sayang. Persis dengan arti dari namanya, dia adalah orang
yang menebar kasih sayang kepada semua orang di
sekitarnya. Menjadikan kelebihannya ini sebagai pondasi
awal dari setiap sikap dan prestasi-prestasinya. Belum
lagi dengan prinsip pantang menyerah dari bulan
kelahirannya, membuat setiap apa yang dikerjakannya
berhasil mendekati sempurna. Yah itu, Diah Athifah
Mahdiyah, seorang putri sulung kebanggaan Mama Papanya,
yang tidak lama lagi akan melewati gerbang kesuksesan
yang nantinya akan dilewati juga oleh adik-adiknya.
Terakhir, menurut Annisah Nur Rahmah, Thifa ini selain
menjadi saudara sepupu terdekat, dia juga adalah sahabat
dengan banyak cerita. Saya bangga memilikinya.”



“ 37‛
“ 38‛
DUA
“ 39‛
“ 40‛
Putih Orange

“ 41‛
“ 42‛
Dititip

Di saat usia saya menginjak 4 tahun orang tua

saya menitipkan saya di tempat penitipan anak yang


terletak di samping TK.
Awalnya saya tidak mau, setiap kali saya
diantar oleh mama ke tempat penitipan tersebut pasti
saya akan menangis dan ingin ikut pulang bersama

mama, tapi lama kelamaan saya betah tinggal di


tempat tersebut. Bagaimana tidak di sana kita hanya

bermain, bermain dan bermain. Selain karena bermain

hal yang membuat saya betah adalah karena di sana


ada banyak teman yang bisa saya ajak untuk bermain.

Mama akan menjemput saya ketika beliau sudah pulang


bekerja.
Hal ini terjadi selama satu tahun lamanya,

sampai pada akhirnya orang tua saya memutuskan


untuk memindahkan saya ke tempat yang baru, yakni di

samping tempat penitipan anak ini, lebih tepatnya


orang tua saya memutuskan untuk menyekolahkan
saya.

“ 43‛


“ 44‛
Taman Kanak-Kanak

Taman Kanak-Kanak atau lebih sering disebut


TK merupakan masa di mana anak-anak usia 4-6 tahun
mulai mengenal pendidikan. Pada masa-masa inilah
jasmani dan rohani mereka dibimbing agar dapat
menghadapi pendidikan selanjutnya. Di sinilah mereka
mulai mengenal teman-teman baru dan mulai belajar

mengenal tulisan, menyusun huruf menjadi sebuah kata


serta merangkai kata hingga menjadi sebuah kalimat.

Mereka diajar untuk mengetahui angka, dan warna,

“ 45‛
belajar membaca, menulis, menggambar, dan
bernyanyi.



“ 46‛
Masuk TK

Setelah usia saya menginjak lima tahun, orang

tua saya mulai menyekolahkan saya, beliau


memasukkan saya di TK Politani Mandalle. Sekolah ini
terletak tidak terlalu jauh dari tempat tinggal saya,
jaraknya kira-kira kurang lebih 2 km dari rumah.
Mungkin ini adalah alasan mengapa orang tua saya

menyekolahkan saya di TK tersebut, selain dekat dari


tempat saya tinggal, TK ini juga sangat dekat dari

tempat mama bekerja. TK ini terletak di dalam kampus

Politani dan kebetulan mama bekerja di sana.


Sama halnya ketika saya pertama kali dibawa

ke tempat penitipan anak. Ketika mama mengantar


saya ke sekolah saya pasti akan menangis dan ingin
ikut pulang bersama mama, alhasil mama harus

menunggu saya sampai saya betul-betul sibuk dengan


permainan dan pelajaran yang diberikan oleh bu guru

sehingga saya tidak sadar bahwa saya sedang berada


di sekolah dan pada saat itulah mama berangkat kerja

“ 47‛
dan akan kembali ke sekolah untuk menjemput saya
ketika waktu pulang sekolah tiba.
Setelah satu tahun berlalu saya tidak lagi

menangis apabila orang yang mengantar saya pulang.


Malah ketika saya sudah sampai di sekolah saya akan

berlari dengan penuh semangat masuk ke dalam


sekolah dan bersiap untuk menerima pelajaran, ketika

pulang pun saya tidak lagi dijemput melainkan saya

pulang sendiri. Saya berjalan kaki menuju tempat mama


bekerja maklum jarak antara tempat saya bersekolah
dengan tempat mama bekerja cukup dekat, saya tidak

perlu mendaki gunung, menyebrangi sungai dan


mengarungi samudra. Cukup berjalan lurus ke depan

sambil sesekali belok ke kiri dan ke


kanan*hahahahahahahah.

Apabila saya malas untuk berjalan kaki saya

akan ikut pulang bersama kepala sekolah saya,


kebetulan rumah beliau bersebrangan dengan tempat

bapak bekerja yakni Puskesmas Mandalle. Kami pulang


menggunakan kendaraan yang cukup keren pada saat
itu bahkan sampai sekarang, sebut saja pete’-pete’.

“ 48‛
Menggambar dan mewarnai adalah pelajaran
yang sangat saya senangi saat saya duduk di bangku
taman kanak-kanak (bahkan sampai sekarang), tak

jarang saya mengikuti lomba mewarnai yang diadakan


di luar sekolah meskipun saya tidak pernah

mendapatkan juara setidaknya saya memiliki


pengalaman dan hobby saya dapat tersalurkan.

Saya juga sudah bisa membaca dengan lancar

saat saya masih berada di bangku taman kanak-kanak.


Awalnya saya membaca dengan cara mengeja huruf
satu per satu namun saya melihat teman saya sudah

mampu membaca tanpa harus mengeja terlebih dahulu,


saya pun mendekatinya dan menanyakan apa rahasia

di balik kelacaran dia membaca, dia pun memberi tahu


saya rahasianya dan mengajari saya trik-trik yang dia

gunakan. Akhirnya saya mulai mencobanya, alhasil

saya juga sudah mampu membaca tanpa harus


mengeja huruf satu per satu. Makasih Ainun.


“ 49‛
Menjadi Anak TK Itu . . .

Kurang lebih 2 tahun saya bersekolah di taman

kanak-kanak, tentunya selama itu ada banyak


kenangan yang tercipta serta pengalaman yang saya
dapatkan. Pengalaman yang membuat saya senyum –
senyum sendiri atau bahkan tertawa sendiri apabila
mengingatnya kembali. Tidak hanya itu saya juga

banyak belajar mengenai hal-hal baru sebagai seorang


pelajar, pada masa-masa inilah saya sudah mulai bisa

mengenali angka, huruf, warna, dan kata, serta

berkenalan dengan anak-anak seusia saya.


Sama halnya dengan anak-anak seusia saya

yang hobinya hanya bermain, bermain, dan bermain.


Ada banyak permainan yang sering kami mainkan,
misalnya lompat tali, ayunan, luncur-luncuran dan

masih banyak lagi. Ada satu permainan yang sangat


saya senangi sewaktu TK dulu, kami biasa

menyebutnya dengan tongkang-tongkang saya yakin


kalian juga pernah memainkan permainan ini.

“ 50‛
Lomba yang Cukup Unik

Sewaktu saya TK, saya dan teman-teman sangat

hobby mencari hal-hal baru untuk dijadikan sebuah


permainan, meskipun itu hanya sebuah permainan
sederhana. Lomba pasang kaos kaki misalnya.
Perlombaan ini kami lakukan sebelum pelajaran
dimulai. Cara memainkannya cukup mudah, kami hanya

perlu melepas kaos kaki dan memasangnya kembali


secara bersamaan. Tentunya pemenangnya adalah

siapa yang paling pertama selesai dan menggunakan

kaos kaki tersebut secara rapi. Saat itu saya gagal


menjadi sang juara karena kaos kaki yang membungkus

kaki saya terpasang dalam keadaan terbalik.

Selain lomba pasang kaos kaki kami masih punya


satu lomba yang cukup ekstrim yaitu lomba

menghabiskan minuman. Minuman yang kami habiskan


adalah minuman yang kami bawa dari rumah. Bagi

mereka yang membawa minuman banyak itu adalah


risiko, siapa suruh bawa minuman banyak-banyak.

“ 51‛
Lain halnya dengan perlombaan pasang kaos
kaki yang kami adakan sebelum pelajaran dimulai,
perlombaan minum ini kami lakukan setelah pelajaran

telah usai yakni pada saat jam makan tiba. Setalah


bekal yang kami bawa dari rumah habis kami akan

berlomba untuk menghabiskan minuman kami, pada


perlombaan ini ada beberapa teman saya yang sampai

muntah-muntah karena harus meminum air terlalu

banyak.

Itu adalah beberapa lomba yang kami ciptakan

sendiri, meski terdengar sedikit aneh tapi kami senang

melakukannya, karena pada saat itu kami hanya ingin


terus bermain, bermain dan bermain.


“ 52‛
Sepeda Hias

Dalam rangka memeperingati hari kemerdekaan

Indonesia, Kampus Politani mengadakan beberapa


perlombaan seperti lomba balap karung, lari kelereng,
panjat pinang, sepeda hias dan masih banyak lagi.
Waktu itu orang tua saya menawarkan apakah
saya ingin mengikuti lomba sepeda hias? Tentunya saya

mau. Orang tua saya pun membawa sepeda saya ke


kampus untuk dihiasi, mungkin di sana yang menghiasi

adalah mahasiswa, atau mungkin tukang sulap, entah

saya tidak tau.


Hari yang dinanti-nanti pun tiba. Orang tua saya

mengantar saya ke lokasi perlombaan yaitu di


lapangan upacara Politani. Di sana terlihat sudah
banyak peserta dengan sepeda yang telah dihias

sedemikian rupa. Sebagian besar dari mereka adalah


teman-teman saya di TK.

Mama pun menunjukkan di mana sepeda saya


berada. Wow ajaib sepeda saya telah berubah menjadi
sebuah pesawat terbang. Awalnya saya tidak mau

“ 53‛
menaiki sepeda tersebut sebenarnya bukan tidak mau
hanya saja saya tidak tahu bagaimana cara
menaikinya karena pesawatnya tidak berpintu,

akhirnya bapak membantu saya untuk menaikinya.


Setelah cukup lama menunggu, akhirnya

perlombaan pun dimulai. Semua peserta lomba


diperintahkan untuk mengelilingi lapangan upacara

menggunakaan sepeda masing-masing. Setelah disulap

menjadi sebuah pesawat sepeda saya sangat sulit


untuk digunakan, dengan menggunakan semua tenaga
yang saya miliki saya berusaha untuk mengendarai

sepeda saya yang sangat berat ini, hingga pada


akhirnya saya sudah tidak kuat lagi karena jarak yang

ditempuh lumayan panjang. Akhirnya saya memutuskan


untuk berhenti di tengah perjalanan dan menunggu

orang tua saya untuk menjemput dan membantu saya

keluar dari arena perlombaan, alhasil saya tidak


berhasil mencapai garis finish.


“ 54‛
Di Balik
Keterlambatan Itu
Sewaktu TK dulu saya merupakan salah satu

siswa yang sangat rajin, iya rajin terlambat


maksudnya. Saya selalu tiba di sekolah saat pelajaran

telah berlangsung. Keterlambatan saya ini bukan tanpa


alasan. Saya selalu senyum-senyum sendiri bila
mengingatnya.

Setiap pagi pasti saya akan menangis karena

saya terlambat bangun. Saya terlambat bangun bukan


karena saya tidur larut malam, melainkan saya

terlambat karena saya bermimpi saya telah berada di


sekolah, belajar, bernyanyi dan bermain bersama

teman-teman saya. Saya akan bangun ketika di dalam


mimpi saya tersebut saya telah pulang dari sekolah.
Bagaimana tidak terlambat coba?

Setelah saya tersadar dari mimpi yang sangat

indah tersebut saya akan menangis karena saya tahu


saya pasti akan terlambat ke sekolah. Saya pun segera
mandi dan mengenakan seragam sekolah dibantu oleh

“ 55‛
mama, setelah siap saya segera berangkat ke sekolah
bersama bapak. Di sepanjang perjalanan ke sekolah
pasti saya akan terus mengeluarkan air mata karena

takut terlambat, yang menyebabkan bedak yang ada di


muka saya basah dan ketika kering nanti pasti akan

terlihat sangat tebal. Sesampainya di sekolah pasti


saya akan jadi pusat perhatian teman-teman saya.

Hahahahh memalukan.


“ 56‛
TIGA
“ 57‛
“ 58‛
Putih Merah

“ 59‛
“ 60‛
Sekolah Dasar

Sekolah Dasar adalah jenjang paling dasar


pada pendidikan formal dan merupakan fondasi bagi
para pelajar dalam menuntut ilmu. Pendidikan ini
dijalani selama enam tahun. Pada masa-masa inilah
para peserta didik belajar untuk menyelesaikan sedikit
demi sedikit masalah yang mereka hadapi.



“ 61‛
Masuk SD

Setelah menempuh pendidikan di bangku TK

selama kurang lebih 2 tahun akhirnya saya bisa


melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya, yakni
Sekolah Dasar. Berhubung karena waktu itu usia saya
terhitung masih sangat muda untuk menentukan sekolah
maka pilihan sekolah berada di tangan orang tua saya.

SDN 20 Mandalle merupakan sekolah yang


dipilih oleh orang tua saya. Saya tidak tahu mengapa,

mungkin karena jarak antara rumah dengan sekolah

saya ini lumayan dekat, mungkin sekitar 1 km. Tapi


waktu itu Bapak pernah berkata kalau sekolah ini

merupakan rekomendasi dari Pak Tahir. Pak Tahir


merupakan guru saya saat di SMP dan merupakan
tetangga saya waktu itu.

Awal masuk SD, saya diantar oleh Bapak.


Bapak mengantar saya sampai di depan pintu kelas.

Jika awal masuk TK dulu saya menangis maka lain


halnya dengan sekarang, saya tidak lagi menangis
mungkin karena teman-teman SD saya kebanyakan

“ 62‛
adalah teman saya sewaktu duduk di bangku taman
kanak-kanak, jadi rasa takut dan malu untuk
berkenalan sudah tidak ada lagi. Saat tiba di kelas

saya melihat beberapa teman saya tampaknya sedang


asyik bermain, saat itu suasana kelas sudah ramai

karena hampir semua bangku sudah terisi saya pun


memilih untuk duduk di bangku barisan kedua dari

depan rupanya di sana sudah ada Nisa. Nisa

merupakan tetangga saya dan sahabat saya sejak


saya duduk di bangku TK hingga sekarang.


“ 63‛
Kecelakaan

Semua makhluk yang hidup di dunia pasti akan

mengalami kematian. Kita tidak pernah tahu kapan


kematian akan menghampiri kita. Entah itu saat kita
sedang beribadah atau berbuat maksiat, saat kita
sedang bersenda gurau bersama teman, bahkan bisa
saja di saat kita dalam keadaan sehat walafiat. Kita

tidak akan pernah tahu kedatangan maut yang


sebenarnya sudah ada di depan mata ini, bisa saja

malaikat maut menjemput kita di saat kita sedang

tertidur lelap, tidak ada yang tidak mungkin jika Allah


telah berkehendak. Seperti halnya dengan teman saya

yang satu ini, dia telah lebih dulu dipanggil oleh sang
pencipta.
Saya tidak tahu persis kapan hal ini terjadi,

kejadian ini hanya samar-samar dalam ingatan saya.


Seingat saya hal ini terjadi saat saya duduk di bangku

SD kelas 1. Seperti biasa, setiap pagi bapak akan


mengantar saya ke sekolah. Setibanya di sekolah saya
langsung saja menuju ke kelas dan menunggu guru

“ 64‛
yang akan masuk. Kegiatan belajar mengajar berjalan
seperti biasa. Hingga pada akhirnya keanehan pun
terjadi. Mungkin bagi kalian ini bukanlah sesuatu yang

aneh tapi bagi saya dan teman-teman ini adalah sebuah


keanehan. Norma yang merupakan teman kami yang

bisa dikatakan memiliki dunia sendiri karena jarang


bermain bersama untuk pertama kalinya mengajak kami

untuk bermain dengannya, tapi kami tidak mengerti

jenis permainan apa yang sedang ia mainkan ini. Sambil


mendendangkan sebuah lagu ia memberi kami sebuah
kertas kecil dan menyuruh kami untuk menulis apapun

itu di atasnya, meskipun di dalam hati kami bertanya-


tanya apa maksud dari semua ini tapi kami tetap saja

melanjutkan permainan ini. Sampai akhirnya waktu


pulang pun tiba. Norma mengambil kertas tersebut dari

kami dan segera menyimpannya di dalam tas miliknya.

Kami pun bergegas untuk keluar dari kelas dan menuju


ke rumah masing-masing.

Saya segera mencari Ambo’ Dolla, beliau


merupakan tukang becak langganan saya waktu itu.
Ternyata Ambo’ Dolla telah menunggu di depan

“ 65‛
sekolah. Baru saja pantat saya menyentuh tempat
duduk becak tiba-tiba terdengar suara dentuman yang
sangat besar. Orang-orang berkata bahwa suara itu

berasal dari kecelakaan yang terjadi di dekat sekolah.


Saking paniknya Ambo’ Dolla segera berlari

meninggalkan saya dan teman-teman di atas becak,


karena penasaran saya segera loncat turun dari becak

dan pada saat itulah kaki saya terinjak oleh ban becak.

Akhirnya saya gagal untuk melihat kejadian tersebut


padahal waktu itu saya sudah seperti super hero yang
melompat dari ketinggan 3000 kaki.

Selang beberapa lama tampaknya Ambo’ Dolla


berlari ke arah saya yang sedang berjuang menahan

rasa sakit karena terinjak becak. Saya pun


menanyakan perihal kecelakan yang terjadi tersebut.

Ternyata yang mengalami kecelakaan adalah Norma,

dan yang lebih parah dari kecelakaan tersebut adalah


Norma telah tiada. Ia telah lebih dulu dipanggil oleh

sang khalik. Mendengar kabar tersebut rasa sesak


tiba-tiba saja menjalar di dadaku dan air mata mulai
mengalir di pipiku. Walaupun saya tidak dekat

“ 66‛
dengannya tapi kepergian dia tentunya membuat saya
sedih, bukan hanya saya pasti teman-teman sekelas
saya pada waktu itu juga merasakan perasaan yang

sama, kami semua merasa kehilangan walaupun kami


jarang bersama tapi dia tetap bagian dari kami.


“ 67‛
Benda yang Paling
Mengerikan
Takut? Perasaan ini pasti ada pada diri semua

orang. Entah itu rasa takut pada hal yang telah terjadi
pada diri mereka atau bahkan hal yang belum pernah

sama sekali terjadi dalam hidupnya. Mungkin saja


mereka takut oleh suatu hal yang hanya didengar dari
orang-orang di sekitar mereka.

Seperti halnya dengan rasa takut yang saya

rasakan, rasa takut yang bersumber dari cerita orang-


orang di sekitar saya. Saat itu saya masih duduk di

bangku kelas 1 SD mungkin umur saya sekitar 6 tahun.


Seperti biasa setiap pagi bapak akan mengantar saya

ke sekolah, sesampainya di sekolah saya menuju ke


kelas dan siap untuk melaksanakan kewajiban saya
sebagai seorang siswi, yaitu menuntut ilmu. Saya

mengikuti proses belajar mengajar dengan baik, hingga

pada akhirnya rasa bingung melanda pikiran saya.


Bagaimana tidak? Saya melihat bapak memasuki
gerbang sekolah, tidak biasanya dan saya juga merasa

“ 68‛
tidak kelupaan sesuatu, yang lebih membingungkan lagi
di belakang bapak ada orang-orang puskesmas yang
merupakan teman kerja beliau, mereka membawa kotak

entahlah saya tidak tau apa namanya yang jelas kotak


tersebut menyerupai kotak P3K, tampaknya mereka

semua berjalan menuju ke kelas saya.


Waktu itu saya tidak sengaja mendengar

perbincangan teman-teman saya, mereka berkata kita

akan diimunisasi. Imunisasi? Bukannya itu adalah


penyuntikan? Oh My God. Disuntik? Ini adalah masalah
terbesar saya, saya sangat takut dengan jarum suntik.

Tiba-tiba saja seluruh tubuh saya merasa lemas dan


wajah saya menjadi pucat rasanya saya ingin berlari

keluar dari ruang kelas, tapi apa boleh buat mereka


sudah ada di depan kami saya hanya bisa pasrah dan

tetap duduk di bangku saya sambil berusaha untuk

tetap tenang.
Hingga pada akhirnya nama saya dipanggil,

God help me. Mau tidak mau saya maju ke depan kelas.
Saya pun duduk di kursi yang telah disediakan, sebelum
disuntik gigi saya diperiksa terlebih dahulu oleh bapak

“ 69‛
saya sendiri. Jujur perasaan takut sedang meyelimuti
saya saat itu terlebih lagi di saat saya melihat sebuah
suntik dikeluarkan dari tempatnya. Setelah gigi saya

selesai diperiksa, saya diperintahkan untuk lebih


mendekat lagi kepada perawat yang saya ketahui

adalah teman bapak, saya sering bertemu dengannya


di puskesmas iyalah kan dia kerjanya di sana.

Kembali ke titik permasalahan, saya sangatlah

takut, saya tak ingin mendekat ingin rasanya saya


berkata ‚om pantat saya tidak ingin pisah dengan kursi
ini‛, tapi apalah daya seorang anak kecil seperti saya.

Dengan rasa takut yang saya miliki saya pun


mendekat, belum sempat jarum suntik menyentuh

lengan saya, suara teriakan terdengar di dalam


ruangan tersebut sepertinya ada anak kecil yang

menangis, setelah ditelusuri ternyata anak kecil itu

adalah saya, heheheh. Iya, saya sangat takut dan tidak


mau jika jarum suntik itu sampai menyentuh saya.

Akhirnya ibu guru, bapak dan beberapa orang dari


puskesmas tersebut memegangi saya yang sedang
berusaha kabur dari ruangan tersebut, saya menangis

“ 70‛
meraung-raung dan berusaha untuk memberontak, tapi
pada akhirnya jarum suntik itu berhasil menembus kulit
saya. Walaupun penyuntikannya telah selesai air mata

masih tetap bercucuran dari mata saya, itu karena


saya takut jika lengan saya berdarah karena teman

yang mendapat giliran sebelum saya lengannya


berdarah saya sangat takut jika hal itu terjadi pada

saya, tapi syukurlah karena ternyata lengan saya tidak

mengeluarkan darah.
Karena tadi sebelum disuntik saya
memberontak alhasil penampilan saya setelah disuntik

menjadi acak-acakan, rambut berantakan, mata


bengkak dan kancing baju terbuka pokoknya

penampilan saya sangatlah hancur pada saat itu, hal


inilah yang membuat saya senyum-senyum sendiri jika

saya mengingatnya kembali. Sebenarnya rasanya tidak

terlalu sakit, tapi rasa takut itu terlalu kuat sehingga


saya tak mampu melawannya. Bahkan rasa takut

terhadap jarum suntik itu masih ada pada diri saya


hingga sekarang.

“ 71‛
Bukan hanya jarum suntik yang saya takuti ada
beberapa hal yang menyangkut dunia medis yang
membuat saya berpikir 100 juta kali jika harus

berhadapan dengannya seperti darah, betadine, selang


infus, dan kursi roda.



“ 72‛
Rasanya itu…

Setiap orang pasti memiliki beberapa

pengalaman yang sangat mengesankan dalam


hidupnya. Entah hal itu menyenangkan, menyedihkan
atau bahkan menjijikkan. Sama halnya dengan saya, ini
adalah salah satu di antara banyak pengalaman yang
sangat berkesan bagi saya.

Semenjak duduk di bangku SD, ketika pulang


sekolah saya tidak lagi menuju ke kantor mama seperti

saat saya TK melainkan saya langsung pulang ke

rumah, saya menempuh perjalanan dari sekolah ke


rumah dengan berjalan kaki.

Setibanya saya di rumah saya segera


mengganti seragam sekolah saya dengan baju biasa
yang telah disediakan oleh mama. Setelah mengganti

pakaian saya langsung pergi bermain, maklum anak


kecil, di pikiran mereka hanyalah bermain, bermain dan

bermain. Pertama saya memanggl Nisa yang


merupakan sahabat sekaligus tetangga saya, kemudian
kami mencari teman-teman untuk diajak bermain.

“ 73‛
Setelah semuanya berkumpul kami langsung saja
menuju ke tempat di mana biasanya kami
menghabiskan waktu untuk bermain.

Di sana kami bermain petak umpet kemudian


bermain sepeda. Bermain sepeda adalah permainan

yang paling saya senangi pada saat itu maklum saya


baru pintar untuk mengendarai sepeda tanpa harus

menggunakan ban pembantu, karena bosan jika hanya

bermain sepeda di jalanan saya ingin mencoba hal baru


dengan bermain sepeda di atas tumpukan batu kerikil
milik tetangga saya. Mungkin karena saya baru saja

pintar mengendarai sepeda maka saya pun terjatuh,


tapi aneh pantat saya sama sekali tidak merasakan

sakit melainkan saya merasa pantat saya mendarat


pada sesuatu yang rasanya hangat dan empuk.

Sepertinya saya tahu di mana pantat saya mendarat,

saya pun mencoba untuk berdiri dan melihat ke arah


tempat di mana pantat saya merasakan kehangatan

dan rasa empuk tersebut, ternyata dugaan saya benar


itu adalah kotoran sapi, iya saya terjatuh di atas
kotoran sapi yang masih baru dikeluarkan oleh

“ 74‛
pemiliknya, itu terlihat dari bentuk dan warnanya serta
rasanya juga masih hangat.
Melihat kejadian tersebut seketika saja suara

tawa teman-teman saya meledak, saya sangatlah malu


bahkan sangat sangatlah malu. Tapi ada masalah besar

selain rasa malu itu, ini sangatlah gawat. Celana saya


kotor karena kotoran sapi tersebut dan pintu rumah

terkunci, sementara orang tua saya baru pulang tiga

jam lagi masa iya saya harus menunggu beliau pulang


dan mengganti celana, kan tidak mungkin masa saya
harus tetap memakai celana tersebut hingga

kotorannya kering ihhh menjijikkan nanti yang ada


malah saya gatal-gatal lagi. Tapi tidak mungkin juga

saya membukanya dan jalan-jalan tanpa menggunakan


celana, kan malu.

Saya pun memaksa otak saya untuk berpikir

keras sampai-sampai terlihat asap keluar dari kepala


saya hahaahahah tidak bercanda, saya mulai berpikir

apa yang harus saya lakukan untuk mengatasi masalah


ini. Hingga pada akhirnya satu ide muncul di kepala
saya dan merupakan solusi dari masalah yang sedang

“ 75‛
saya hadapi. Saya akan meminjam celana Nisa,
walaupun saya malu untuk mengatakannya tapi apa
boleh buat daripada saya harus tetap menggunakan

celana yang kotor ini. Saya pun mendekati Nisa dan


memberitahu kalau saya ingin meminjam celanannya,

dan syukurlah ia mau meminjamkan celana miliknya


untuk saya, Nisa thank you, you are my best friend ({})

love you so much dah:*.


Kami pun segera menuju ke rumah Nisa untuk
mengganti celana saya. Untunglah saat itu kompleks
sedang sepi karena semua orang tidak sedang di

rumah masing-masing, iyalah ini kan masih jam kantor,


jadi saya tidak terlalu malu. Sesampainya di rumah

Nisa saya langsung membersihkan daerah-daerah yang


terkena kotoran tadi dan segera mengganti celana

saya dengan celana milik Nisa. Setelah semuanya

selesai kami langsung menuju ke tempat tadi dan


kembali melanjutkan permainan kami.

Jangan pernah takut untuk mencoba hal-hal


baru selagi itu positif, karena kalian tidak akan pernah
tahu rasanya jika kalian tidak mencobanya. Walaupun

“ 76‛
pada akhirnya kalian akan mengalami hal-hal seperti
yang saya alami tapi jangan takut akan ada solusi
disetiap permasalahan.


“ 77‛
TKA/TPA
Muhajirin Polindah
Saat usia saya 6 tahun orang tua saya

memasukkan saya di TKA/TPA Muhajirin Polindah.


Letaknya tidak terlalu jauh dari rumah, tempatnya

terletak di dalam kompleks tempat saya tinggal


tepatnya di Masjid Al-Kanayah Rahman. Di sinilah saya
menimba banyak ilmu agama, di sini pula lah saya

belajar mengaji.

Ketika muadzin telah mengumandangkan adzan


ashar saya segera bergegas ke masjid untuk

melaksanakan kewajiban saya yaitu belajar mengaji


serta menuntut ilmu agama, sebelum pengajian dimulai

kami salat ashar berjamaah terlebih dahulu setelah


selesai barulah kami akan melaksanakan tujuan kami
yaitu belajar mengaji dengan dipandu oleh Ustazah Lia

yang merupakan guru mengaji sekaligus tetangga

saya. Kami bukan saja belajar mengaji melainkan kami


juga diajar bagaimana cara wudhu dan salat yang
benar, kami diajari beberapa lagu-lagu islam di sini

“ 78‛
kami juga diajari rukun islam, rukun iman, nama-nama
malaikat, nama-nama nabi, serta sifat-sifat yang
dimiliki oleh Rasulullah saw melalui syair-syair lagu

agar kami mudah mengingatnya.


Saya menempuh pendidikan di TKA/TPA

Muhajirin Polindah kurang lebih 3 tahun tentunya


selama itu banyak pengalaman-pengalaman yang saya

dapatkan. Saya akan menceritakan beberapa

pengalaman saya selama belajar di sana.


Pernah waktu itu saya dan teman-teman sedang
bermain di luar masjid, waktu itu sedang hujan ustazah

sudah melarang kami untuk tidak lari-lari karena


lantainya licin tapi yah namanya juga anak-anak susah

untuk dilarang jadinya kami tetap lanjut bermain, kami


bermain sambil tertawa hingga pada akhirnya

terdengar suara seperti orang terjatuh sontak kami

semua kaget. Hening beberapa saat. Kami melihat ke


arah suara itu berasal, ternyata itu Alif. Kami semua

mendekati Alif dan membantunya untuk bangun tapi


aneh Alif sama sekali tidak mau membuka mulutnya,
ada apa dengan Alif? Apa dia bisu setelah terjatuh, ah

“ 79‛
tidak mungkin. Setelah cukup lama terdiam akhirnya
dia mau membuka mulutnya dan tersenyum kepada
kami, saat itu kami tidak mampu menyembunyikan tawa

kami. Kami tertawa sampai perut kami terasa sakit.


Bagaimana tidak. Gigi bagian depan miliknya patah

karena terbentur di lantai, ooohhhh jadi ini alasannya


sehingga Alif tidak mau membuka mulutnya. Kasihan

kamu Lif.

Karena sudah puas menertawai Alif kami pun


membantu untuk mencari potongan gigi miliknya, kami
menemukan serpihan gigi tersebut di ujung lantai dekat

sumur masjid. Kami pun segera memberikan kepada


Alif kemudian membawa dia masuk ke dalam masjid

dan menceritakan semuanya kepada ustazah, beliau


hanya tertawa dan memberi kami sedikit nasihat agar

lain kali jika dilarang kami harus mendengar agar kami

tidak mengalami hal-ha yang tidak diinginkan, seperti


hal yang menimpa Alif.

Sewaktu mengaji dulu saya juga pernah


mengikuti beberapa perlombaan. Waktu itu diadakan
perlombaan tingkat kabupaten, saya lupa nama

“ 80‛
perlombaannya apa. Saya terpilih untuk ikut lomba
paduan suara dan senam santri, tentunya lagu-lagu
yang akan kami bawakan adalah lagu yang bernuansa

religi. Seingat saya kami dibagi menjadi dua kelompok


yaitu kelompok TKA (Taman Kanak-kanak Al-Qur’an)

yang di dalamnya terdapat santri yang mengaji masih


menggunakan Iqro’ dan umurnya masih 6-9 tahunan

*kurag lebih seperti itu, dan TPA (Taman Pendidikan Al-

Qur’an) yang di dalamnya terdapat santri yang


mengaji sudah menggunakan Al-Qur’an dan umurnya
diatas 9 tahun. Waktu itu saya ikut di kelompok TPA,

padahal umur saya saat itu kalau tidak salah 7 tahun.


Saya juga tidak tahu mengapa saya dimasukkan ke

kelompok TPA mungkin karena pada saat itu saya


sudah menamatkan Iqro’ dan sudah mulai belajar

mengaji menggunakan Al-Qur’an. Memang sih saya

merupakan salah satu santri yang mengajinya bisa


dikatakan akselerasi, karena dalam kurun waktu 1

tahun lebih saya sudah menamatkan 6 iqro’,


Alhamdulillah.

“ 81‛
Karena ini adalah perlombaan tentunya kami
perlu latihan. Kami latihan setiap hari setelah kami
pulang dari mengaji. Mengingat cabang lombanya ada

banyak jadi ustazah melatih kami tidak sendirian


melainkan dibantu oleh beberapa ibu-ibu kompleks.

Hanya ada beberapa jenis lomba yang berada di


bawah bimbingan ustazah seperti lomba tajwid, CCI

dan lomba mengaji. Kalau lomba paduan suara, fashion

show dan senam santri sih berada di bawah bimbingan


para ibu-ibu kompleks.
Setelah berjalan satu minggu tiba-tiba saja

saya dikeluarkan dari lomba paduan suara, saya


dikeluarkan tanpa alasan yang jelas. Padahal saya

sangat rajin untuk datang latihan dan saya rasa suara


saya tidak buruk-buruk banget. Tapi kenapa saya

dikeluarkan? Entahlah saya juga tidak mengerti.

Akhirnya saya mojjo’ dan tidak mau lagi untuk ikut


lomba apapun, saya juga sudah memutuskan untuk

tidak ikut dalam lomba senam santri. Waktu itu saya


juga sempat berpikir untuk berhenti mengaji. Saya sakit
hati karena saya tidak tahu alasan kenapa saya

“ 82‛
dikeluarkan secara tiba-tiba, walaupun pada saat itu
bukan hanya saya yang dikeluarkan melainkan ada
beberapa teman saya yang bernasib sama seperti

saya, saya yakin mereka pasti merasakan sakit sama


seperti sakit yang saya rasakan.

Selang beberpa hari, ustazah dan beberapa


ibu-ibu yang melatih persiapan lomba tersebut datang

ke rumah untuk membujuk saya agar mau kembali

mengikuti lomba dan tidak berhenti mengaji. Ustazah


menawari saya untuk ikut lomba mengaji dan ilmu
tajwid, awalnya saya menolak karena keputusan saya

sudah bulat untuk tidak mengikuti lomba apapun. Tapi


sepertinya rayuan Ustazah mampu merubah keputusan

saya, akhirnya saya menerima tawaran dari beliau dan


mulai latihan mengaji setiap malam di rumah tetangga

saya dan belajar ilmu tajwid di rumah ustazah. Sejak

saat itulah saya berpikir setidaknya lomba saya naik


satu level dari lomba sebelumnya.

Setelah melalui proses latihan yang cukup


panjang akhirnya hari yang ditunggu-tunggu pun tiba.
Kami semua yang merupakan peserta lomba berangkat

“ 83‛
dari Mandalle menuju ke Pangkep menggunakan mobil
pete’-pete dan beberapa mobil milik tetangga kami
yang didampingi oleh Ustazah dan beberapa ibu-ibu

kompleks yang selama ini melatih kami. Kami tak henti-


hentinya bercanda bersama selama perjalanan untuk

menghilangkan sedikit rasa dumba’ kami.


Tak terasa kami sudah tiba di lokasi lomba

yaitu di Masjid Agung Kab. Pangkep di sana terlihat

sudah banyak peserta lomba dari berbagai kecamatan


yang berada di Kab. Pangkep. Setibanya kami disana
ustazah segera mengurus semuanya dan kami menuju

ke tempat lomba sesuai jenis perlombaan yang kami


ikuti. Waktu itu saya dan Ian yang merupakan partner

lomba sekaligus kakak kelas serta tetangga saya


didampingi oleh ustazah menuju ke lantai atas. Lomba

mengaji dan ilmu tajwid terletak di lantai dua masjid,

sesampainya kami di sana tampaknya perlombaan


sudah dimulai. Rasa dumba’-dumba’ di dalam diri saya

semakin menjadi-jadi setelah mengetahui bahwa setelah


peserta yang tampil sekarang itu adalah giliran saya.

“ 84‛
Belum sempat memperbaiki perasaan dan
mencoba untuk menghilangkan perasaan dumba’
tersebut tiba-tiba saja terdengar suara yang

memanggil nama saya, itu artinya sekarang adalah


giliran saya untuk tampil. Dengan penuh rasa dumba’

saya melangkahkan kaki menuju ke depan juri dan


mulai membuka Al-Qur’an, untunglah ayat yang akan

saya baca adalah ayat yang saya pelajari selama

latihan, syukurlah rasa dumba’ yang terdapat dalam


diri saya sedikit terobati.
A’udzubillahiminasyaitonirojim adalah kata pertama
yang keluar dari bibir saya. Pada saat saya membaca
Al-Qur’an ada suara berisik yang berasal dari tempat

lomba paduan suara saya pun teringat dengan


perkataan ustazah yang mengatakan usahakan juri

mendengar suara saya mengaji agar juri dapat menilai.

Satu-satunya cara yang bisa saya lakukan agar juri


bisa mendengarkan saya adalah teriak, tanpa berpikir

panjang lagi saya pun mengaji sambil teriak-teriak.


Jangankan juara mendengar saja juri pasti ogah. Bukan
salah saya, waktu itukan saya masih polos lagian

“ 85‛
hanya itu jalan satu-satunya agar juri bisa
mendengarkan suara saya. Tapi kata ustazah saya
mengaji dengan cukup baik, itu tandanya penampilan

saya tadi tidak buruk-buruk banget.


Setelah tampil saya sangat lega dan perasaan

dumba’ yang tadinya menguasai diri saya akhirnya


hilang seketika. Saya, Ian dan ustazah lagsung menuju

ke bawah untuk melihat teman-teman yang lain tampil.

Saya sempat melihat beberapa penampilan dari teman-


teman saya. Ada satu penampilan yang membuat saya
tertawa, yaitu penampilan paduan suara dari teman-

teman di kelompok TKA. Di atas panggung bukannya


mereka menyanyi melainkan hanya mengoper-ngoper

mic, alhasil sampai midi lagunya selesai mereka semua


tidak menyanyi, mereka hanya menggunakan midi

tersebut sebagai backsound dalam ajang mengoper-

oper mic di atas panggung, ckckckck memalukan.


Setelah semua lomba selesai kami pun segera menuju

ke mobil dan pulang ke Mandalle. Selang beberapa


minggu setelah lomba pengumumannya pun keluar dan

“ 86‛
Alhamdulillah kami berhasil menjuarai beberapa jenis
lomba.
Saya mengaji di TKA/TPA Muhajirin Polindah

selama kurang lebih 3 tahun. Tempat mengaji saya ini


juga ada acara wisudanya loh. Waktu itu saya

merupakan wisudawati termuda di tempat mengaji


saya. Saya diwisuda ketika umur saya baru menginjak

8 tahun padahal teman-teman saya yang diwisuda

pada tahun itu ada yang berumur 10 tahun bahkan 12


tahun. Saya diwisuda pada saat itu karena saya telah
memenuhi semua persyaratannya walaupun umur saya

bisa dikatakan masih sangat muda. Persyaratannya


adalah kita harus khatam Al-Qur’an minimal satu kali,

hapal beberapa surah yang sudah ditentukan, hapal


doa-doa harian dan ayat-ayat pilihan serta paham

dengan ilmu-ilmu tajwid. Dan Alhamdulillah saya telah

memenuhi semuanya pada saat itu. Sebelum diwisuda


kami melalui beberapa proses ujian terlebih dahulu.

“ 87‛
Itulah beberapa pengalaman yang masih saya
ingat selama saya menempuh pedidikan di TKA/TPA
Muhajirin Polindah.



“ 88‛
Peringkat Pertama
dan Terakhir
Menjadi juara adalah impian setiap orang. Baik

itu juara dalam suatu ajang perlombaan, juara dalam


hal kebaikan atau menjadi juara kelas. Dan tentunya

tak seoragpun ingin untuk menjadi juara dalam hal


keburukan. Menjadi juara kelas adalah hal yang sangat
bahkan sangat sangat diinginkan oleh setiap siswa.

Waktu SD dulu saya mempunyai impian yang

sepertinya sangat sulit bagi saya untuk bisa


menggapainya. Saat itu saya sangat bermimpi untuk

bisa menjadi juara kelas, tapi hal itu sangatlah jauh


dari saya. Saya hanya mampu masuk dilingkaran 10

besar, rasanya itu belum cukup saya ingin menjadi


juara kelas.
Saya pun memutuskan untuk sedikit melakukan

perubahan dalam diri saya. Setiap malam saya akan

belajar dan pasti saya selalu ditemani oleh mama


kadang-kadang juga oleh bapak, beliau adalah sosok
orang tua yang sangat sayang serta perhatian

“ 89‛
terhadap anak-anaaknya. Saya sedikit melakukan
perubahan pada diri saya. Jika Tifa yang dulunya takut
bertanya kepada mama karena takut dimarahi apabila

ditanya balik, maka sekarang saya harus


memberanikan diri untuk bertanya kepada mama

mengenai setiap pelajaran yang kurang saya pahami.


Walaupun kadang-kadang saya harus dimarahi sampai-

sampai saya harus menangis, karena tidak tahu

mengenai pelajaran tersebut. Bahkan saya sempat


dihukum tidak mendapatkan uang jajan selama kurang
lebih 2 minggu dan tidak boleh keluar bermain ketika

saya sudah pulang sekolah, saya harus tinggal di


rumah untuk belajar, belajar dan terus belajar. Tapi

tidak apa-apa yang jelas saya harus mengetahuinya


dan harus bisa lebih dari teman-teman saya agar saya

dapat mewujudkan impian saya untuk menjadi juara

kelas.
Saya sangat beruntung dan bersyukur karena

memiliki mama sebagai tempat untuk bertanya apabila


ada pelajaran yang sulit untuk saya pahami, walaupun
terkadang saya takut untuk bertanya tapi saya

“ 90‛
memberanikan diri. Karena jika saya takut terus kapan
saya akan bisa mengetahui semua hal yang kurang
jelas dan hal yang tidak dapat saya mengerti serta

kapan pula saya akan menjadi juara kelas apabila saya


tidak memeberanikan diri untuk bertanya.

Mama adalah orang yang paling tepat sebagai


tempat saya bertanya, karena beliau tahu segala hal

mengenai pelajaran yang kurang saya pahami bahkan

yang tidak saya ketahui. Beliau adalah mama yang


cerdas pokoknya the best lah buat saya. Bukan hanya
saya yang selalu bertanya mengenai pelajaran kepada

beliau bahkan teman-teman dekat saya sering ke rumah


untuk mengerjakan tugas yang sulit untuk kami pahami

dan pastinya mama lah yang akan membantu mengajari


kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas

tersebut. Beliau sangat hebat dalam urusan hitung-

menghitung, wajarlah karena kakek saya yang


merupakan bapak dari beliau itu adalah Masternya

matematika. Beliau sangat hebat dalam mata pelajaran


ini, bahkan sampai sekarang jika saya bertanya
kepadanya beliau pasti mampu untuk menjawab

“ 91‛
dengan benar. Walaupun sudah tua rumus-rumus
matematika tersebut masih terekam jelas di otaknya.
Ulangan semester pun tiba. Saya

menyambutnya dengan semangat 45 dan Alhamdulillah


sebagian besar soalnya bisa saya taklukkan. Usai

ulangan semester, tibalah hari yang sangat


menegangkan. Hari dimana saya akan mengetahui

apakah impian saya akan terwujud? Apakah usaha

yang selama ini saya lakukan akan sia-sia? Entahlah


saya tidak tahu. Hari itu adalah hari penerimaan rapor
dan hari itu pulalah peringkat 10 besar akan

diumumkan.
Seperti yang kita ketahui, saat SD dulu yang

namanya penerimaan rapor pasti akan ada juga yang


namanya ‚makan-makan‛. Makan-makan adalah

sebuah tradisi yang dilakukan saat penerimaan rapor,

kita disuruh untuk membawa makanan dari rumah yang


nantinya akan dimakan bersama dengan teman-teman

sekelas sebelum rapor dibagikan. Umumnya orang-


orang membawa nasi kuning. Saya tidak tahu kenapa
harus ada yang namanya seperti ini.

“ 92‛
Karena hari itu adalah hari yang sangat saya
tunggu-tunggu makanya saya bangun lebih awal dan
bersiap-siap untuk ke sekolah. Setelah semuanya siap

saya pun berangkat ke sekolah diantar oleh bapak.


Dengan penuh semangat saya berangkat ke sekolah

dengan membawa 2 bungkus nasi kuning, 1 untuk saya


makan dan 1 nya lagi untuk pak guru. Setibanya di

sekolah saya melihat ternyata sudah banyak teman-

teman yang datang, mungkin mereka semua sama


seperti saya menganggap hari ini sangat berarti
makanya mereka datang sangat pagi. Saya pun turun

dari motor dan salim dengan bapak, kemudian masuk


ke sekolah bergabung dengan teman-teman yang telah

datang. Sambil menunggu ak guru datang kami semua


membersihkan kelas terlebih dahulu.

Sang pahlawan tanpa tanda jasa memasuki

kelas kami. Beliau adalah bapak guru yang merupakan


wali kelas kami, namanya Pak H. Jabir. Setelah beliau

memeberi kami sedikit arahan kami pun memebaca doa


bersama dan mulai memakan makanan yang telah kami
bawa dari rumah. Setelah semuanya habis maka

“ 93‛
tibalah saat yang kami tuggu-tunggu yaitu
pengumuman 10 besar sekaligus pengumuman apakah
kami berhak naik ke kelas V atau masih harus tinggal

di kelas IV selama satu tahun.


Pak guru pun membacakan nama-nama siswa

yang masuk 10 besar. Beliau membacakan mulai dari


peringkat 10. Rasa khawatir dalam diri saya muncul

karena sejauh ini nama saya belum disebut padahal

peringkat yang disebutkan sudah melewati peringkat


yang semester lalu saya raih. Apakah semester ini saya
akan keluar dari lingkaran 10 besar tersebut, jika iya

ini untuk pertama kalinya. Tapi tiba-tiba saja rasa


khawatir itu hilang digantikan oleh rasa senang,

bagaimana tidak nama saya akhirnya disebut dan


Alhamdulillah saya berhasil menjadi juara kelas. Terima

kasih Ya Allah, saya percaya tidak ada hasil yang akan

mengkhianati usaha. Ternyata semua yang saya


lakukan selama ini tidak sia-sia. Terima kasih saya

ucapkan kepada mama dan bapak yang selama ini


berperan penting dalam proses perubahan saya ini
tentunya terima kasih yang sebesar-besarnya tak lupa

“ 94‛
saya ucapkan kepada bapak dan ibu guru yang telah
banyak membimbing saya di sekolah sehingga saya
dapat mewujudkan impian saya.

Dengan perasaan senang saya berjalan pulang


ke rumah. Iya, semenjak Ambo’ Dolla sakit-sakitan saya

tidak lagi berlangganan becak dengannya melainkan


setiap pulang sekolah saya akan berjalan kaki, jarak

dari rumah ke sekolah saya ini lumayan jauh, mungkin

sekitar 1 km. Tapi jarak tersebut tidak akan terasa


karena saya menempuhnya bersama teman-teman.
Selama perjalanan pulang tak henti-hentinya kami

tertawa dan bercerita berbagai macam hal yang


membuat kami tidak merasakan lelah dan tak terasa

jika kami telah sampai di rumah masing-masing.


Kadang-kadang ketika kami lapar kami akan memanjat

jambu yang tumbuh liar di pinggir jalan atau singgah

untuk sekedar beristirahat.


Kembali ke topik utama. Saya menyusuri

jalanan dengan perasaan senang dalam hati.


Sesampainya saya di rumah tampaknya keluarga
sedang berkumpul di kamar. Mendengar salam saya

“ 95‛
mama, bapak dan kedua adik saya membalas dengan
kompak mereka semua menyambut saya dengan seulas
senyum di bibir. Saya pun megatakan jika saya tinggal

kelas, tapi tampaknya tidak ada yang percaya dengan


perkataan saya barusan. Mungkin saya tidak ahli

dalam berbohong. Akhirnya bapak memeriksa rapor


saya dan berkata ‚rangking satu pale anakku‛.

Kemudian bapak memeluk dan mencium kening saya

serta memberikan ucapan selamat dan hal serupa juga


dilakukan mama kepada saya.
Tapi ini adalah hal yang pertama dan terakhir

yang saya rasakan. Iya selama duduk di bangku


sekolah dasar saya hanya satu kali merasakan menjadi

juara kelas. Tapi tidak masalah yang terpenting saya


telah berhasil mewujudkan impian tersebut.



“ 96‛
Kelas V dengan Perkalian

1 Sampai 10-nya
Setelah belajar satu tahun lamanya di kelas IV

akhirnya saya bisa naik ke jenjang berikutnya yaitu

kelas V. Kelas baru, guru baru dan tentunya suasana


baru tapi tidak dengan teman baru. Teman kelas saya
sejak awal masuk sekolah sampai sekarang sama saja,

maklum waktu SD dulu setiap tingkatan hanya ada satu


kelas.

Menghapal perkalian 1 sampai 10 sebelum


masuk ke kelas merupakan hal yang sangat terkenal di
seluruh penjuru SD Negeri 20 Mandalle, tapi ini hanya

berlangsung di kelas V saja. Sebelum masuk ke kelas


kami semua disuruh berbaris terlebih dahulu di depan
kelas. Setelah ketua kelas menyiapkan barisan, kami

satu per satu akan maju ke depan dan menyetor


hapalan kepada wali kelas kami. Hanya orang-orang

yang dapat melafalkan dengan lancarlah yang akan


masuk ke kelas dan dapat mengikuti pelajaran, tapi

“ 97‛
bagi mereka yang tidak menghapalnya akan tinggal di
luar kelas sampai mereka betul-betul menghapalnya.
Dan Alhamdulillah waktu itu saya tidak pernah tinggal

berdiri di luar karena saya dapat menghapalkan semua


perkalian dengan baik dan benar.

Di kelasV ini banyak pengalaman-pengalaman


yang saya dapatkan baik itu lomba maupun hanya

sekedar menjadi petugas upacara di sekolah. Tentunya

masa-masa kelas V saya lebih indah dibandingkan


dengan kelas IV dulu. Saya akan menceritakan
beberapa diantaranya yang masih saya ingat.



“ 98‛
Dokter Kecil

Menjadi seorang dokter merupakan cita-cita

saya sejak kecil. Saya tidak tahu mengapa saya


bercita-cita untuk menjadi seorang dokter padahal
hampir semua hal yang berhubungan dengan medis
saya takuti entah itu darah, jarum suntik, kursi roda,
selang infus, betadine dan bahkan bau rumah sakitpun

saya tiadak suka. Tapi saya sangat tertarik untuk


menjadi seorang dokter, saya sangat suka melihat

ketika seorang dokter memakai seragam putihnya serta

stetoskop yang menggantung di lehernya kemudian


menangani seorang pasien. Itu terlihat keren banget.

Saya pernah mengikuti lomba dokter kecil yang


dilaksanakan di Pangkep tapi saya lupa dimana
tempatnya. Waktu itu bapak mengatakan kalau beliau

tadi ke sekolah dan bertemu dengan kepala sekolah


saya. Bapak merupakan Pembina UKS di Kec. Mandalle

waktu itu. Katanya saya terpilih untuk mengikuti lomba


dokter kecil. Entah mengapa harus saya padahal masih
banyak teman-teman yang lain yang mungkin lebih bisa

“ 99‛
dari saya. Saya pun menanyakan hal tersebut kepada
bapak. Bapak berkata kalau ini merupakan
rekomendasi dari kepala sekolah. Tentunya saya

sangat senang.
Di rumah bapak memberikan saya buku

mengenai pelatihan dasar UKS. Di dalamnya terdapaat


bacaan mengenai bagaimana cara menjaga kebersihan

diri, cara menolong orang pingsan, P3K, jenis-jenis

penyakit dan masih banyak lagi. Saya hanya


mempelajari hal-hal yang mearik perhatian saya yaitu
bagaimana cara menolong orang yang pingsan dan

membaca sedikit materi tentang jenis-jenis penyakit


serta bagaimana cara mengobatinya.

Hari lomba pun tiba. Pagi itu saya bangun lebih


awal dan mempersiapkan semuanya, baik itu dari segi

fisik maupun mental. Setelah semua siap saya dan

bapak berangkat ke Pangkep meggunakan mobil milik


bapak. Di perjalanan tak henti-hentinya saya bertanya

berbagai hal kepada bapak, maklum anak kecil rasa


ingin tahunya tinggi.

“ 100‛
Setelah menempuh perjalanan yang cukup
panjang dan melelahkan akhirnya kami tiba di tempat
perlombaan. Saya dan bapak segera memasuki

ruangan di mana lomba tersebut diadakan. Rupanya di


sana sudah banyak peserta yang datang. Kami memilih

duduk di bangku ke dua dari depan tepatnya di


samping tempat duduk teman bapak, saat itu pula lah

saya berkenalan dengan seorang anak perempuan

yang merupakan anak dari teman beliau, saya lupa


namanya siapa. Dia juga merupakan peserta lomba,
kami pun belajar bersama.

Setelah menunggu cukup lama akhirnya nama


saya dipanggil. Yah seperti biasa pasti saya akan

dumba’. Saya pun segera menuju ke tempat yang telah


disediakan oleh pantia. Saya duduk di depan juri,

mungkin mereka semua adalah seorang dokter.

Mekanisme perlombaan ini adalah semua peserta


lomba akan disebut namanya satu per satu dan duduk

di depan juri kemudian akan di tanya berbagai


pertanyaan mengenai kesehatan. Mungkin ada sekitar
8 atau 9 juri yang akan bertanya kepada setiap

“ 101‛
peserta. Setiap juri memiliki tema yang berbeda,
misalnya juri pertama mengenai pentingnya merawat
kebersihan gigi dan mulut, juri kedua mengenai

bagaimana cara menolong orang yang pingsan dan hal


serupa akan terjadi juga pada para juri selanjutnya.

Waktu itu saya hanya bisa menjawab


beberapa pertanyaan. Bukan karena tidak belajar

melainkan semua materi yang telah saya pelajari tiba-

tiba hilang dari pikiran saya karena saya sangat


dumba’. Saya baru mengingat semuanya ketika
serangkaian acaranya telah selesai, ahh sangat

memalukan.
Alhasil saya tidak mendapatkan juara, akhirnya

saya pulang dengan rasa kecewa di hati dan sangat


menyesali kenapa saya harus dumba’ seperti itu

sehingga membuat saya lupa dengan semua materi

yang telah saya pelajari. Tapi tidak apa-apa setidaknya


saya memiliki pengalaman yang mengajarkan saya

untuk tidak terlalu tegang ketika mengikuti perlombaan.




“ 102‛
Cerdas Cermat

Saat saya kelas V dulu saya juga pernah

mengikuti lomba Cerdas Cermat Umum tingkat


kecamatan yang diselenggarakan oleh kakak-kakak
KKN dari Universitas Indonesia Timur Makassar. Saya
bersama kedua teman saya yaitu Ali Hasan Salman dan
Ainun Jariyah mewakili SDN 20 Mandalle yang

merupakan sekolah kami. Lomba ini dilaksanakan di


Kantor Kecamatan Mandalle.

Satu minggu sebelum lomba dilaksanakan ketika

waktu pulang sekolah tiba saya, Ainun dan Hasan tidak


langsung pulang ke rumah melainkan kami menuju ke

kontrakan kakak-kakak KKN UIT untuk belajar yang


kebetulan tidak terlalu jauh dari sekolah kami, hanya
perlu jalan kaki untuk bisa sampai di sana. Di sana kami

diajari IPA, IPS dan Matematika. Kami senang diajar


oleh kakak-kakak di sana karena orangnya baik dan

cara mengajarnya pun bagus. Mereka adalah Kak Ifa,


Kak Radinal, Kak Wanda dan Kak Rama sebenarnya
masih ada lagi tapi hanya 4 orang ini yang namanya

“ 103‛
masih saya ingat sampai sekarang. Ketika selesai
belajar kami akan diantar pulang ke rumah masing-
masing, kebetulan saya dan Hasan satu kompleks

makanya setiap hari kami diantar pulang bersamaan


oleh Kak Radinal dan Ainun akan diantar pulang oleh

Kak Rama.
Satu minggu berlalu, waktu kami untuk belajar

telah usai. Sekarang waktunya untuk kami menghadapi

perlombaan tersebut. Insya Allah kami sudah siap.


Sebelum berangkat dari rumah saya pamit kepada
kedua orang tua saya dan berharap semoga semua

berjalan dengan lancar. Bapak mengantarkan saya ke


kontrakakn kakak-kakak tersebut, setelah semua

berkumpul kami segera menuju ke Kantor Kecamatan


yang merupakan tempat lomba tersebut diadakan.

Setibanya di sana kami memutuskan untuk

menunggu di luar saja sampai acara pembukaannya


selesai. Setelah acara pembukaan selesai barulah kami

memutuskan untuk masuk ke dalam ruangan karena


lomba akan segera dimulai. Sebelum perlombaan
dimulai semua perwakilan dari setiap sekolah terlebih

“ 104‛
dahulu disuruh memilih amplop yang ada di atas meja
untuk menentukan regu apa kami. Kebetulan pada saat
itu saya yang mewakili regu saya untuk mencabut

amplop dan kami di tempatkan di regu B, kami pun


menuju ke tempat kami. Waktu itu kalau tidak salah

ada lima sekolah yang ikut.


Setelah semua mendapatkan nama regu satu

per satu kami disuruh untuk memperkenalkan setiap

angguta tim kami, dan pada saat itu saya merupakan


juru bicara di tim saya jadilah saya bertugas untuk
memperkenalkan rekan tim saya. Saya sangat

bersyukur karena ini adalah lomba pertama yang tidak


membuat saya dumba’ seperti pada lomba-lomba

sebelumnya yang sempat saya ikuti. Setelah acara


perkenalan selesai akhirnya lomba pun dimulai.

Lomba ini terdiri dari dua babak yaitu babak

penyisihan dan babak belur ehh bukan maksudnya


babak final. Pada babak penyisihan ada dua bentuk

soal yaitu soal wajib dan soal rebutan, begitu pun pada
babak final ada dua macam soal juga yaitu soal wajib
dan soal rebutan bertingkat. Soal wajib disini

“ 105‛
maksudnya adalah soal yang wajib dijawab oleh setiap
regu dan tidak dapat dilempar ke regu lain apabila
regu tersebut tidak bisa menjawabnya. Kalau soal

rebutan, yah namanya juga rebutan pastilah semua


regu dapat menjawabnya tergantung regu mana yang

lebih dulu membunyikan bel sedangkan soal rebutan


bertingkat adalah soal rebutan yang setiap naik satu

nomor maka nilainya juga akan bertambah 10 poin.

Contohnya apabila soal nomor 1 kita menjawab dengan


benar maka kita mendapatkan poin 10 tapi jika salah
kita mendapatkan nilai minus 10, kemudian pada soal

nomor 2 kita lagi-lagi menjawab dengan benar maka


kita akan memperoleh poin 20 dan jika salah nilai kita

akan minus 20 begitu seterusnya hingga soal yang ke


10.

Pada babak penyisihan Alhamdulillah hanya

ada dua soal wajib yang tidak bisa kami jawab dan
kami juga berhasil menjawab beberapa soal pada soal

rebutan walaupun nilai kami beberapa kali sempat


minus. Tapi kami tidak putus asa walaupun sempat
minus beberapa kali tapi kami tetap berusaha untuk

“ 106‛
menjawab soal-soal selanjutnya dengan benar dan
akhirnya kami berhak untuk lanjut ke babak final.
Pada babak final inilah perasaan was-was,

takut dan tegang sepat terjadi pada tim kami, bukan


hanya kami perasaan itu juga tampak jelas pada raut

wajah kakak-kakak yang telah membimbing kami


selama ini. Mereka menaruh harapan besar kepada

kami. Bagaimana tidak tegang coba, walaupun kami

dapat menyapu bersih nilai pada soal wajib tapi pada


soal rebutan bertingkat jawaban kami sering sekali
mengalami kesalahan. Kami sempat putus asa karena

nilai minus kami semakin banyak kami tak lagi mau


menjawab pertanyaan dari juri. Saya pun melihat ke

arah kakak-kakak pembimbing kami raut wajahnya


seakan-akan berkata semangat dek kalian pasti bisa,

jangan ragu jangan takut salah. Saya pun berbisik

kepada teman tim saya ‚kita harus bisa‛ semangat


kami pun tumbuh kembali, kami kembali mencoba

menjawab beberapa soal walaupun sempat salah lagi


dan lagi tapi kami tetap berusaha semampu kami

“ 107‛
karena kami yakin jika kami berusaha pasti apa yang
kami inginkan pasti aka kami dapatkan.
Hingga pada soal terakhir yang merupakan

soal matematika, setelah juri selesai membacakan soal


saat itu pula lah saya menemukan jawabannya tapi

saya hanya diam saya takut salah kemudian Ainun


berbisik ‚Tifa -12 hasilnya‛ saya pun berkata dalam

hati, jawaban saya dan Ainun sama apakah mungkin

jawaban ini sudah benar? Tapi saya masih ragu. Tapi


setelah menimbang-nimbang dan berpikir akhirnya kami
setuju untuk menjawabnya masalah benar atau

tidaknya itu urusan belakangan yang terpenting kami


telah berusaha. Tepat saat juri menghitung mundur

10..9..8..7 pada hitungan ke 7 saya menyuruh Hasan


untuk memukul mejanya iya karena waktu itu kami tidak

menggunakan bel kami hanya menggunakan sebuah

batu yang apabila kami ingin menjawab pertanyaan


kami harus memukul meja menggunakan batu tersebut.

juri berkata ‚Ya regu B‛ tapi saat itu saya masih ragu-
ragu untuk menjawab, juri pun kembali menghitung
mundur 6..5..4 hitungan juri itu terputus ketika saya

“ 108‛
menjawab ‚-12‛. Setelah menjawab perasaan saya
semakin was-was saya sangat takut jika jawaban ini
salah karena otomatis kami akan kalah karena kami

akan mendapat nilai -100. Bukan haya saya yang was-


was kedua teman saya yang berada di samping kanan

dan kiri saya juga demikian, terlihat dari keringat


mereka yang tak henti-hentinya bercucuran. ‚Ya 100

untuk regu B‛ tiba-tiba suara itu memcah keheningan

yang sempat tercipta di dalam ruangan tersebut dan


merubah perasaan was-was kami menjadi perasaan
senang. Detik itu juga kami melompat kegirangan dan

tak henti-hentinya mengucapkan Alhamdulillah. Bukan


hanya kami kakak-kakak pembimbing tampaknya

melakukan hal yang sama seperti yang kami lakukan


dan merasakan perasaan yang sama seperti perasaan

yang kami rasakan. Mereka pun menghampiri kami dan

memeluk kami satu per satu sebagai ucapan selamat


atas keberhasilan kami meraih juara pertama pada

lomba tersebut.

“ 109‛
Akhirnya kami dapat menjadi sang juara
walaupun sempat putus asa karena beberapa kali salah
dalam menjawab soal tapi kami tetap berusaha karena

kami percaya takkan ada usaha yang sia-sia jika kita


bersungguh-sungguh. Terima kasih Ya Allah karena

tanpa pertolonganmu kami tidak bisa mendapatkan


semua ini. ucapan terima kasih juga kami ucapkan

kepada kakak-kakak yang selama ini membimbing kami

sehingga kami dapat menjawab soal-soal tersebut


dengan benar serta terima kasih pula kami ucapkan
kepada kedua orang tua kami di rumah karena tanpa

doa dari beliau kami tidak akan mungkin bisa


menjawab semua soal dengan mudah.



“ 110‛
Gerak Jalan Indah

‚Jalan di tempat gerak…. Maju jalan…Hormat

gerak … Hentii geraaakk!!!‛ Suara teriakan ini


terdengar tiga minggu sebelum hari ulang tahun
Negara Republik Indonesia. Semua sekolah yang ada di
Kec. Mandalle sibuk mempersiapkan diri untuk
mengikuti serangkaian acara yang akan diadakan di

kantor kecamatan. Begitu pun dengan sekolah saya,


kami ikut berpartisipasi dalam event ini.

Gerak jalan indah. Itulah lomba yang saya ikuti

pada saat itu. Melihat saya yang sekarang mungkin


kalian tidak percaya saya ikut dalam pertandingan ini.

Tapi jangan salah sewaktu SD saya termasuk orang


yang tinggi di kelas. Makanya saya terpilih untuk ikut
dalam prtandingan ini.

Sekolah saya mengutus siswa kelas V dan VI


dalam ajang ini. Saat itu saya duduk di bangku kelas V.

Hanya ada beberapa siswa yang di ambil dari kelas V


kebanyakan dari kami itu adalah siswa kelas VI
mungkin karena pertandingan ini adalah pertandingan

“ 111‛
terakhir yang akan mereka ikuti sebelum menjalani
ujian nasional.
Setiap hari kami menjalani latihan yang dipandu

langsung oleh Bapak Muslimin yang merupakan guru


olahraga kami. Saat itu saya ditempatkan di barisan ke

tiga dari depan, terbukti kan jika dulu saya itu tinggi.
Kami latihan setiap pagi dan sore hari. Setelah merasa

cukup mantap latihan di lingkungan sekolah kami pun

mencoba untuk latihan di luar sekolah tepatnya di jalan


raya. Jalanan yang setiap hari saya lalui agar dapat
sampai di sekolah.

Semakin hari latihan kami semakin mantap.


Kami semakin siap untuk mengikuti perlombaan

tersebut. Tepat tiga hari sebelum lomba satu per satu


kakak kelas saya terserang penyakit mungkin karena

terlalu lelah dalam menjalani latihan. Dan akhirnya

mereka tidak dapat mengikuti lomba, kasihan mereka


sudah capek-capek latihan tapi tidak ikut dalam

perlombaan. Alhasil saya berdiri di barisan paling


depan.

“ 112‛
17 Agustus 2010 adalah hari yang kami tuggu-
tunggu. Hari itu adalah hari dimana perlomaan akan
berlangsung. Kami berkumpul di sekolah tepat pukul 11

siang. Kebetulan lokasi start berada di depan sekolah


kami. Namun masalah tak henti-hentinya datang. Kak

Tory yang merupakan pemimpin barisan kami


dikabarkan sakit padahal kami hanya mempunyai

waktu kurang lebih 30 menit lagi sebelum perlombaan

dimulai. Tentunya kami semua panik, apa yang harus


kami lakukan? Masa iya bapak guru yang harus
menjadi pemimpin barisan kami, kan tidak mungkin.

Setelah menunggu beberapa lama akhirnya


kami menerima kabar lagi jika Kak Tory sudah agak

baikan walaupun belum sembuh sepenuhnya setidaknya


dia sudah bisa kembali memimpin barisan kami.

Akhirnya kami berbaris dengan rapi kemudian berjalan

menuju ke garis start. Sesampainya di garis start kami


menunggu sekitar beberapa menit kemudian berjalan.

Di sepanjang perjalanan tak henti-hentinya kami


menyanyikan variasi barisan kami agar semangat kami
tetap membara di dalam jiwa *eaaa =D. Semakin jauh

“ 113‛
kami berjalan rasa lelah yang kami rasakan semakin
menjadi-jadi, tapi kami harus tetap semangat karena
garis finish sudah di depan mata. Sebenarnya ini semua

bukan siapa yang sampai di garis finish duluan maka


mereka yang akan juara, tapi siapa yang terkompak

maka mereka lah yang akan menjadi juara. Tapi akan


lebih bagus lagi jika kami cepat-cepat sampai ke garis

finish agar kami dapat segera beristirahat.


Dan akhirnya kami telah berada di depan
Kantor Kecamatan Mandalle. Kami pun berjalan
memasuki gerbang kantor terseut sambil menyanyikan

variasi barisan kami agar semua orang yeng berada di


sana tahu kalau kami ini adalah utusan dari SDN 20

Mandalle, walaupun mungkin sebagian dari mereka


telah mengetahui hal tersebut. Sesampainya kami di

depan pintu kantor tersebut kami memberikan hormat

kepada bapak camat yang sedari tadi telah berdiri di


sana kemudian berjalan menuju ke garis finish.
Sesampainya kami di garis finish Kak Tory pun
memeberikan aba-aba untuk berhenti dan segera

“ 114‛
membubarkan barisan kami. Dan akhirnya kami dapat
beristirahat karena tugas kami telah selesai.



“ 115‛
Ada Apa dengan
Hari Jum’at?
Waktu kelas VI dulu keanehan sering terjadi di

dalam kelas. Salah satunya adalah seringnya teman


kelas saya berkelahi pada hari Jum’at. Entahlah kami
semua tidak tahu mengapa mereka berkelahi hanya

pada hari Jum’at saja. Kenapa tidak pada hari-hari


yang lain juga, setiap hari juga boleh lumayan kita bisa
nonton film action setiap hari *eehhhh hahah xD

bercanda.
Saat itu suasana kelas sedang sepi semua

warga kelas sibuk dengan dunianya masing-masing.


Hanya suara hembusan angin yang terdengar oleh
telinga. Hingga pada akhirnya keheningan di kelas

berubah menjadi suasana gaduh, tiba-tiba saja


terdengar suara bangku ditendang disertai dengan

suara seseorang yang berteriak ‚apa maumu?‛ Suara

berisik tersebut berasal dari belakang kelas. Ternyata


di sana sedang terjadi perkelahian, seketika suasana
yang tadinya hening, tenang, tentram dan damai

“ 116‛
langsung berubah menjadi berisik. Tiba-tiba saja ruang
kelas berubah menjadi ring tinju. Semua berkumpul
membentuk lingkaran dan mereka yang berkelahi

berada di tengah. Kami semua menonton sambil


meneriakkan nama jagoan kami. Maklum anak kecil,

kami tidak tahu apa yang harus kami lakukan jika


terjadi hal seperti itu alhasil kami semua hanya tinggal

menonton dan membiarkan perkelahian tersebut

berlangsung. Kebetulan hari itu tidak ada guru jadi


pertandingan tersebut berlangsung sampai mereka
berdua sama-sama merasa capek.

Jum’at berikutnya perkelahian tersebut terjadi


lagi. Dengan pelaku yang sama dan di hari yang sama.

Seperti Jum’at yang lalu kami akan menjadi penonton


setia dalam perkelahian itu. Pas lagi seru-serunya tiba-

tiba saja bu guru masuk ke dalam kelas dan melihat

kejadian tersebut. Kami semua berhamburan dan


menuju ke tempat kami masing-masing sementara yang

berkelahi dibawa oleh ibu guru ke ruang guru untuk


diberikan siraman rohani agar mereka tidak berkelahi
lagi. Kami juga tidak tahu apa peyebab mereka

“ 117‛
berkelahi. Yang kami tahu adalah ketika mereka
berkelahi kami semua akan berkumpul dan menikmati
tontonan gratis tersebut.

Kelas kami sempat free dari perkelahian selama


2 minggu. Mungkin mereka sudah sadar jika yang

selama ini mereka lakukan itu salah. Tapi perkelahian


yang sering terjadi tersebut tidak berhenti sampai

disitu saja. Jum’at berikutnya perkelahian kembali

terjadi. Tapi pelakunya sudah berganti, jika kemarin


adalah perkelahian antara dua orang anak laki-laki
yang tidak diketahui penyebabnya maka hari ini adalah

perkelahian antara dua orang anak perempuan yang


penyebabnya jelas diketahui.

‚Weh ada Ibu‛ teriak salah satu teman di kelas.


Kami semua langsung berhamburan menuju ke tempat

masing-masing. Kegiatan belajar mengajar berlangsung

dengan tenang, semua sibuk dengan tugas yang


diberikan oleh ibu guru. Jam istirahat tiba, ibu guru pun

meninggalkan kelas. Seketika suasana kelas berubah


180 derajat, yang tadinya tenang menjadi ribut. Semua
siswi berkumpul sambil bercerita tentang apa saja

“ 118‛
yang ingin mereka ceritakan*maklum anak perempuan.
Kami semua larut dalam topik yang kami bahas sampai
akhirnya terdengar suara seperti orang dipukul yang

berasal dari belakang saya. Kami pun menoleh ke arah


sumber suara tersebut iya benar saja di sana sudah

terlihat dua orang teman saya sedang berkelahi. Tapi


ini bukan perkelahian seperti yang terjadi kemarin-

kemarin. Ini perkelahian antara dua anak perempuan,

cara berkelahinya pun berbeda jika kemarin


perkelahian yang terjadi itu mereka saaling pukul maka
hari ini perkelahiannya terjadi dengan cara mereka

saling menjambak rambut, tapi sempat terjadi


pemukulan sekali. Seperti biasa kami semua akan

berkumpul untuk menyaksikan setiap perkelahian yang


terjadi. Semakin lama pekelahian tersebut semakin

seru. Ketika klimaks pada perkelahian tersebut

berlangsung tiba-tiba saja ibu guru masuk ke dalam


kelas, kami semua kembali duduk ke tempat masing-

masing sementara yang berkelahi di bawa oleh bu guru


ke ruang guru. Untuk yang kedua kalinya ibu guru
menemukan hal yang seperti itu terjadi di dalam kelas.

“ 119‛
Perkelahian terebut adalah perkelahian yang terakhir ,
karena setelah kejadian itu tak ada lagi yang namanya
perkelahian yang terjadi pada hari Jum’at ataupun

pada hari-hari lainnya.


Jujur sampai sekarang hal tersebut masih

menjadi sebuah misteri bagi saya. Mengapa semua


perkelahian yang terjadi jatuh pada hari Jum’at.



“ 120‛
Pindah Rumah

Pindah rumah? Kalian tahu rasanya pindah

rumah itu seperti apa? Rasanya seperti saat kalian


harus melakukan hal yang sebenarnya tak mampu
untuk kalian lakukan, seperti menyatukan minyak
dengan air. Melupakan kenangan-kenangan yang
terindah yang pernah tercipta saat kalian bersama

seseorang yang spesial bagi kalian, entah itu sahabat,


teman dekat, atau orang tua. Serta hal-hal lain yang

tidak mungkin terjadi. Mungkin kedengarannya lebay,

atau bahkan alay tapi benar inilah yang saya rasakan


ketika saya harus pindah rumah.

Waktu itu saya sempat mendengar orang tua


saya berbincang-bincang dengan seseorang. Katanya
rumah kami akan dijual, itu berarti kami harus pindah

rumah dong. Karena penasaran saya bertanya kepada


mama mengenai alasan mengapa rumah ini mau dijual.

Mama bilang rumah ini dijual karena ukurannya yang


kecil, mama mau pindan ke rumah yang ukurannya
sedikit lebih besar dari ini supaya ketika keluarga

“ 121‛
berkunjung ke rumah, rumahnya bisa menampung
semua anggota keluarga maklum keluarga kami besar.
Kalian jangan berpikir kalau semua anggota keluarga

saya badannya besar-besar, bukan itu, maksudnya


disini kami adalah keluarga yang jumlahnya cukup

banyak.
Alasan yang cukup logis. Tapi tetap saja saya

tidak ingin jika rumah itu harus dijual. Terlalu banyak

kenangan yang harus ditinggalkan di rumah tersebut.


Di rumah itulah seorang gadis kecil yang diberi nama
Diah Athifah Mahdiyah dibesarkan dengan penuh kasih

sayang oleh kedua orang tuanya. Rumah tersebut


menyimpan berjuta-juta kenangan yang tak akan

mungkin bisa terlupakan. Rumah itu merupakan saksi


bisu jika Tifa kecil dulunya adalah anak yang sangat

suka menangis sampai tengah malam yang

mengharuskan orang tuanya begadang dan mencari


cara agar putri kecilnya berhenti menangis. Tempat

yang tahu betapa sulitnya membangunkan Tifa,


bagaimana nakalnya Tifa karena sering bermain di luar
tanpa seizin orang tuanya, tempat itu juga tahu betapa

“ 122‛
senangnya Tifa saat adik pertamanya lahir, terlebih
lagi saat itu adiknya lahir satu bulan sebelum usianya
bertambah, itu adalah hadiah terindah yang pernah

ada.
Rumah itu adalah istana yang menyimpan

berjuta kenangan mulai dari saya belajar merangkak


sampai bisa berjalan. Jelas saja saya tidak ingin jika

istana itu sampai jatuh ke tangan orang lain, tapi

apalah daya seorang anak kecil seperti saya. Mau


tidak mau, rela tidak rela saya harus menerima
kenyataan bahwa istana saya dengan sangat terpaksa

harus jatuh ke tangan orang lain.




“ 123‛
“ 124‛
EMPAT
“ 125‛
“ 126‛
Putih Biru

“ 127‛
“ 128‛
Sekolah Menengah
Pertama

Setelah menyelesaikan pendidikan di bangku

sekolah dasar selama enam tahun lamanya akhirnya

saya bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang


selanjutnya yakni sekolah menengah pertama. Saya
melanjutkan pendidikan menengah saya di sebuah

sekolah yang jika dipikir- pikir tidak dapat mengalahkan


sekolah-sekolah yang berada di kota. Namun di

sanalah saya banyak mendapatkan pengalaman,


teman, sahabat, pelajaran dan hal-hal baru. Sekolah

“ 129‛
tersebut adalah SMPN 1 Mandalle atau biasa disingkat
Spensman. Mungkin bagi kebanyakan orang
bersekolah di sebuah desa yang letaknya jauh dari

kota hasilnya tidak terlalu bagus. Tapi saya telah


membuktikan jika bersekolah di desa tidak seburuk itu

dengan berbagai pengalaman yang telah saya


dapatkan selama bersekolah di sana.



“ 130‛
Masa Orientasi Siswa

SMPN 1 Mandalle adalah sekolah yang saya

pilih untuk melanjutkan pendidikan menengah saya.


Setelah melaksanakan serangkaian tes untuk masuk di
sekolah tersebut tibalah hari yang sangat ditunggu-
tunggu oleh para kakak kelas dan sangat dihindari oleh
kami para siswa baru. Orang-orang kerap

menyebutnya dengan masa orientasi siswa atau MOS.


Namanya juga masa orientasi tentunya ini adalah masa

di mana kami akan diperkenalkan dengan sekolah yang

akan kami tempati untuk menimba ilmu. MOS identik


dengan atribut-atribut yang bagi kami para siswa baru

itu sangat ribet tapi bagi kakak kelas hal ini adalah hal
yang menyenangkan, mereka dapat dengan sesuka
hati menjahili kami. Itulah sebabnya saya mengatakan

hari ini adalah hari yang sangat ditunggu-tunggu oleh


kakak kelas.

Sebelum MOS dilaksanakan ada yang namanya


pra MOS. Pra MOS adalah hari persiapan MOS. Di
sini kami diberi arahan-arahan oleh Pak Tahir mengenai

“ 131‛
apa yang harus kami lakukan ketika MOS nanti. Pada
hari itu pulalah gugus kami ditentukan, dan
Alhamdulillah saya ditempatkan di gugus yang hampir

sebangian besar adalah teman SD saya. Setelah


pembagian gugus Pak Tahir menyerahkan kami kepada

para kakak panitia. Oleh kakak panitia kami


diberitahukan atribut apa saja yang akan kami

gunakan pada saat MOS besok.

Pada saat MOS atribut yang saya gunakan


antara lain pita rambut warna-warni, kalung permen,
papan nama yang terbuat dari kardus, tas kantong

plastik, kaos kaki beda warna dan berbagai atribut


aneh lainnya. Saat itu saya ditempatkan di gugus

keempat yang merupakan gugus paling terakhir. Kakak


panitia memberi kami ‚nama cantik‛ yang mereka tulis

di papan nama yang telah kami buat. Waktu itu tema

gugus saya adalah nama penyakit, nama itu dipakai


selama MOS. Saya mendapatkan nama ‚Kencing

Manis‛.
Nah, pada saat MOS inilah saya menjadi
banyak tahu mengenai budaya-budaya yang ada di

“ 132‛
SMPN 1 Mandalle diantaranya memungut sampah saat
memasuki lingkungan sekolah, menyalami ibu dan
bapak guru yang berjaga di gerbang, dan masih

banyak lagi. Hal ini membuktikan bahwa sekalipun


sekolah ini berada di daerah terpencil tapi tetap

menjalankan budaya-budaya yang baik.


Masa orientasi siswa berlangsung selama tiga

hari. Sebelum penutupan MOS dilaksanakan terlebih

dahulu diadakan penentuan kelas. Saat itu saya berada


di kelas VII B (Ki Hajar Dewantara). Yang unik dari
sekolah ini adalah pembagian kelasnya diratakan, tidak

ada yang namanya kelas unggulan, semua kelas


memiliki jagoanya masing-masing. Ini adalah salah satu

cara agar kami dapat bersaing satu sama lain dan


tidak ada lagi kelas yang terkucilkan. Satu kesyukuran

bagi saya karena saya dapat sekelas dengan ketiga

sahabat saya.



“ 133‛
VII B
(Ki Hajar Dewantara)
Ruangan yang terletak di bagian selatan SMPN

1 Mandalle merupakan ruang kelas pertama saya.


Ruang kelas yang cukup strategis karena letaknya

yang jauh dari ruang guru dan dekat dari kantin. Di


ruangan inilah semuanya berawal. Teman baru, guru
baru dan tentunya dengan suasana baru.

Awal masuk sekolah seharusnya adalah momen

untuk saling berkenalan satu sama lain, tapi tidak


dengan semua siswa di kelas saya kami menggunakan

momen tersebut untuk diam-diaman. Kami hanya


berbicara kepada teman yang berasal dari sekolah

yang sama dengan kami. Kebetulan pada saat itu saya


dan ketiga sahabat saya yaitu Ainun, Nisa dan Nisaul
berada di kelas yang sama jadi saya hanya bergaul

bersama mereka. Barulah saat hari kedua bersekolah

saya mulai sedikit tahu beberapa nama-nama teman


saya karena pada saat itu Bu Nirwana yang
merupakan wali kelas kami masuk ke dalam kelas dan

“ 134‛
memperkenalkan diri serta mencoba menghapalkan
nama kami satu per satu. Pada saat itu juga diadakan
pemilihan ketua, wakil, sekertaris dan bendahara kelas.

Saat itu saya terpilih untuk menjadi sekertaris


sementara yang menjadi ketua kelas adalah Aldy

Febryan wakil ketua M. Anugrah Nur Fauzan dan


bendahara adalah Nurannisa Kurniasari.

Tentunya ada banyak hal yang tak bisa saya

lupakan saat berada di kelas VII B. Dengan teman-


teman baru yang awalnya tidak saya kenal. Tapi
seiring berjalannya waktu akhirnya kami dapat

mengetahui satu sama lain. Di kelas ini jugalah saya


mendapatkan sahabat baru , dia adalah Aldi.

Ada satu kejadian yang masih terekam jelas


oleh memori saya sampai sekarang. Saat itu adalah

pelajaran matematika. Kami sekelas tahu jika guru

matematika kami yaitu Bu Samiang tidak suka dengan


aroma parfum. Sebelum ibu masuk teman laki-laki saya

menyemprotkan parfum ke seluruh penjuru kelas


dengan harapan agar hari ini ibu tidak masuk mengajar
karena sekali-kali kami ingin merasakan free class. Tapi

“ 135‛
harapan kami tidak sesuai dengan kenyataan ibu tetap
saja masuk mengajar walaupun dengan wajah sedikit
aneh. Mungkin karena aroma kelas kami. Tak

kehabisan akal kami semua memancing keributan di


dalam kelas tentu saja ibu marah, bukannya keluar dari

kelas tapi ibu malah memberi kami siraman rohani agar


kami sedikit sadar dan ibu bilang jika siswa di kelas

kami telah terasuki oleh setan. Siraman rohani saja

tidak cukup, kami semua dibacakan beberapa ayat suci


Al-Qur’an katanya agar semua setan yang merasuki
kami pergi. Saat itu kami hanya mampu diam, tapi ada

beberapa di antara teman saya yang setannya tidak


sadar-sadar karena saat ibu melantunkan ayat suci Al-

Qur’an mereka malah tertawa. Maafkan kami Bu.


Itulah sedikit tentang VII Ki Hajar Dewantara.

Tak banyak yang mampu saya ceritakan pada bab ini

karena pada saat itu masih merupakan tahap adaptasi


saya dengan teman-teman baru.



“ 136‛
VIII B
(Soeharto)
Setelah belajar selama satu tahun di kelas VII

akhirnya saya bisa naik tingkatan ke kelas VIII. Tak


banyak yang berubah karena teman-teman kelas saya

adalah mereka yang telah bersama saya selama satu


tahun lamanya di kelas VII. Yang berubah hanyalah
ruang kelas dan nama kelas saja. Jika dulunya ruang

kelas saya berada di sebelah selatan SMPN 1 Mandalle

maka lain halnya dengan sekarang, ruang kelas saya


berpindah ke bagian utara sekolah tersebut. Namanya

juga berubah menjadi VIII Soeharto walaupun tetap


pada kelas B.

Saat kelas VIII masalah-masalah sudah banyak


yang muncul. Mulai dari masalah kecil hingga masalah
besar yang sampai-sampai harus menguras air mata.

Jangan salah sangka dulu masalah yang saya hadapi

bukanlah masalah percintaan seperti yang kebanyakan


orang alami melainkan masalah dengan teman-teman
saya yang awalnya hanya masalah sepele yang

“ 137‛
dibesar-besarkan. Pada bab ini saya akan
menceritakan beberapa masalah yang pernah saya
alami bersama teman-teman saya yang sempat

membuat saya baku bombe’ dengan mereka bahkan


ada yang sampai sekarang belum bisa saya maafkan.

Memang saya bukanlah orang yang mudah memaafkan


apalagi hal tersebut telah membuat saya sakit hati.

Pernah saat itu saya dan ketiga sahabat saya

memiliki maslaah dengan salah satu teman laki-laki di


kelas. Masalah berawal dari status yang saya temukan
di akun facebook miliknya. Ramadhan itulah nama

seorang yang berani-beraninya mengata-ngatai saya


dan ketiga sahabat saya. Tentunya kami berempat

marah, keesokan harinya kami menemui dan


menanyakan apa maksud dari semua statusnya itu.

Ketika ditanya dia hanya diam, kejengkelan terhadap

dia pun semakin menjadi-jadi. Akhirnya setiap hari kami


berempat selalu adu mulut dengan dia tapi tak jarang

saya adu fisik dengannya. Kaki saya sempat berdarah


karena berkelahi dengannya, tapi saya tidak takut, kan
yang salah bukan saya. Karena tidak terima

“ 138‛
sahabatnya diperlakukan seperti itu Aldi pun yang
merupakan sahabat laki-laki saya ikut campur dalam
masalah ini, dia pun menyelesaikan masalah ini dengan

cara laki-laki. Tapi bukannya selesai masalahnya


bertambah besar. Karena kami, Aldi terkena masalah.

Kami pun tambah benci dengan Rama. Sampai saya


meninggalkan SMPN 1 Mandalle masalah saya

dengannya belum selesai.

Selain dengan Rama saya juga pernah


bermasalah dengan teman perempuan saya yang
bernama Ira. Saya sudah lupa bagaimana kejadiannya

yang jelas kami juga sempat tidak saling berbicara


selama kurang lebih dua bulan. Tapi kami kembali

berteman setelah kesalahpahaman antara kami


diluruskan. Sebenarnya dulu dia adalah sahabat bagi

saya tapi setelah kejadian itu saya menganggap dia

hanya sekedar teman.


Kelas VIII adalah masa dimana saya sibuk

dengan berbagai organisasi. Di kelas VIII pulalah saya


belajar bagaimana cara membagi waktu belajar
dengan kegiatan-kegiatan organisasi yang saya ikuti

“ 139‛
agar nilai, peringkat serta juara umum yang telah saya
raih di kelas VII dulu dapat saya pertahanan dan tidak
berpindah tempat ke tangan orang lain.



“ 140‛
Juara Umum

Ketika SD dulu saya sangat ingin untuk menjadi

juara kelas dan akhirnya saya dapat mewujudkan


keinginan saya tersebut dengan bersungguh-sungguh
dalam belajar. Dan saat duduk di bangku SMP saya
pun memiliki keinginan yang sama untuk menjadi sang
juara. Tentuya tidak mudah, semua butuh usaha yang

maksimal dan kesungguh-sungguhan. Pada bab ini saya


akan membahas mengenai bagaimana perjuangan saya

dalam mewujudkan keinginan tersebut.

Saat itu saya duduk di bangku kelas VII.


Setelah mengikuti proses belajar mengajar selama satu

semester dan menjalani ulangan semester selama 1


minggu lamanya, saatnya untuk penerimaan rapor
sekaligus penentuan 10 besar. Baik itu 10 besar di kelas

maupun antar kelas. Dan Alhamdulillah saya berada


pada peringkat 3 besar di dalam kelas dan 3 besar

umum (antar kelas). Itu artinya keinginan saya belum


tercapai. Akhirnya pada semester selanjutnya saya
belajar dengan lebih giat dan bersungguh-sungguh. Jika

“ 141‛
semester lalu saya bermalas-malasan maka lain halnya
dengan semester selanjutnya saya berusaha
semaksimal mungkin agar saya dapat meraih apa yang

selama ini saya cita-citakan.


Ulangan semester pun tiba. Sama seperti

ulangan pada semester lalu, ulangan semester ini juga


diadakan selama sepekan. Yang beda hanyalah ini

merupakan ulangan semester penentuan penaikan

kelas. Selama ulangan semester berlangsung segala


jenis hal yang menurut saya dapat mengganggu proses
belajar saya singkirkan, salah satunya adalah

handphone selama sepekan saya tidak mengaktifkan


bahkan menyembunyikan benda tersebut karena benda

itu hanya dapat menyita waktu belajar saya. Hanya


ada satu benda yang menjadi pusat perhatian serta

menjadi benda wajib untuk berada di sekitar saya, dia

adalah teman yang tak akan pernah mengkhianati dan


membohongi saya. Dia merupakan guru terbaik

sepanjang sejarah. Dia juga merupakan sesuatu yang


mengetahui seluruh isi dunia ini, dia merupakan

“ 142‛
tempatnya ilmu bersarang. Buku pelajaran. Begitulah
orang-orang biasa menyebutnya.
Karena usaha tidak akan pernah mengkhianati

hasil, Alhamdulillah saya dapat menikmati buah manis


dari usaha saya. Saat penerimaan rapor saya

menduduki peringkat pertama di kelas dan menjadi


juara umum (antar kelas). Ucapan syukur tak henti-

hentinya terucap dari bibir saya saat itu. Akhirnya

impian saya dapat terwujud. Semua ini saya dapatkan


tidak dengan cara instan melainkan dengan usaha yang
saya lakukan dengan bersungguh-sungguh dan

tentunya semua itu tak terlepas dari doa-doa yang


selama ini saya panjatkan. Karena ketika kita

menginginkan sesuatu dan bersungguh-sungguh dalam


meraihnya yakinlah kita akan mendapatkannya.

Namun juara umum tersebut hanya dapat saya

pertahankan selama 3 kali berturut-turut setelahnya


yang memegang gelar tersebut adalah Wiri. Wiri

merupakan teman saya sejak saya duduk di bangku


taman kanak-kanak hingga saya berada di bangku
sekolah menengah atas.

“ 143‛


“ 144‛
Pengurus OSIS

Ketika saya duduk di bangku kelas VIII di

sekolah diadakan pemilihan pengurus OSIS. Saat itu


saya dicalonkan secara paksa oleh teman-teman kelas
saya. Tentunya saya tidak mau. Bukannya tidak ingin
berorganisasi tapi menjadi pengurus OSIS itu tidak
mudah, apalagi ini adalah pengurus inti. Kesibukan,

dan tanggung jawab yang sangat beratlah yang


nantinya akan menemani kita. Tapi apa boleh buat

semua teman-teman dan wali kelas saya memaksa, jadi

dengan berat hati saya pun menerima keputusan


tersebut. Lagipula waktu itu ada lima orang yang

mewakili kelas saya dan dari lima orang ini hanya ada
satu yang nantinya akan terpilih untuk menjadi calon
pengurus inti OSIS, siapa tau bukan saya orangnya.

Setelah semua calon dari setiap kelas


dikumpulkan, sekarang adalah tugas bagi kakak

pengurus inti OSIS lama untuk memilih lima orang dari


kami yang nantinya akan dipilih kembali oleh seluruh
siswa yang ada di sekolah tersebut untuk menjadi

“ 145‛
pengurus inti OSIS baru. Di papan tulis ruang kelas
yang kami tempati untuk berdiskusi sudah tertulis 4
nama calon. Suatu kesyukuran karena nama saya tidak

ada di antara keempat nama calon tersebut. Selang


beberapa lama terlihat dua orang kakak pengurus

OSIS lama memasuki ruangan tersebut, sepertinya


mereka terlambat. Mereka adalah Kak Eni dan Kak

Elly. Setelah duduk mereka dipersilakan untuk memilih

satu calon. Dan betapa terkejutnya saya ketika nama


saya juga tertulis di sana. Lima orang itu adalah
Muhammad Wiryansyah, Riyanthi Hadi Pertiwi, Aisyah

Nur Fadhillah, Risna dan saya.


Untuk kelima calon tersebut diberi waktu

beberapa hari untuk mempersiapkan visi dan misi. Nah


ini dia yang saya tidak suka, sejak SD yang namanya

mengarang adalah hal yang sangat sulit untuk saya

lakukan. Harus minta bantuan siapa? Mama? Tidak,


tidak. Karena waktu itu orang tua saya ada keperluan

di Kota Daeng jadi saya tidak mungkin minta bantuan


mama, lagipula waktunya hanya tiga hari. Akhirnya

“ 146‛
saya dibuatkan visi misi oleh Mama Ani, Mama Ani
adalah tetangga saya.
Setelah tiga hari berlalu akhirnya tibalah hari

dimana visi dan misi dari setiap calon akan dibacakan


di depan seluruh warga sekolah. Satu per satu calon

membacakan visi dan misi mereka. Begitu pun dengan


saya, saat membacakan visi dan misi suara saya

terdengar gemetar. Jelas saja saya sangatlah nervous.

Iyalah, for the first time saya berbicara di depan


banyak orang. Tapi syukurlah saya bisa
membacakannya dengan baik. Setelah pembacaan visi

dan misi dari setiap calon selesai pemungutan suara


pun dilaksanakan. Setiap calon juga wajib untuk

memilih, waktu itu saya memilih Wiri karena dari awal


saya memang tidak menginginkan hal ini. Saat

pengumuman ternyata yang menjadi ketua OSIS adalah

Wiri, baguslah. Sementara saya sendiri terpilih untuk


menjadi sekertaris. Iya saya tahu menjadi sekertaris itu

tidak mudah tapi apa boleh buat, ini adalah amanah


dari semua warga sekolah. Jadi saya harus
menerimanya dengan ikhlas serta melaksanakan tugas

“ 147‛
saya dengan baik dan tentunya dengan penuh rasa
tanggung jawab.
Selama menjabat, hampir semua pekerjaan

dalam setiap acara yang merupakan program OSIS


yang mengerjakan adalah saya. Mulai dari meyusun

kepanitiaan, laporan ketua panitia, laporan


pertanggung jawaban dan lain-lain. Tapi wajarlah ini

memang sudah menjadi tugas saya. Saya menjalaninya

dengan perasaan senang. Tapi semua hal yang


menyangkut kegiatan di lapangan kami kerjakan
bersama. Dan kami mendapatkan pujian dari guru-guru

terutama Pembina OSIS kami. Karena kami telah


menjalankan semua tugas-tugas yang telah menjadi

tanggung jawab kami dengan baik. Tentunya ini semua


tidak terlepas dari kerja sama dan usaha kami selama

ini. Ternyata menjadi pengurus OSIS tidak serumit yang

saya bayangkan.



“ 148‛
Belum Rezeki

Untuk memperingati hari ulang tahunnya, setiap

tahun PT. Semen Tonasa mengadakan sebuah ajang


perlombaan yang cukup bergengsi di Kab. Pangkep
karena menjanjikan sebuah hadiah yang sangat besar
dan memberikan fasilitas yang nyaman bagi para
peserta lomba. Tonasa Science Championship (TSC)

adalah nama ajang tersebut. Jenis perlombaan ini


adalah lomba pertim. Setiap tim terdiri dari 4 orang

yang masing-masing memegang satu jenis mata

pelajaran. Mata pelajaran yang diperlombakan adalah


matematika, fisika, biologi dan ekonomi.

Waktu itu saya dan beberapa teman serta adik


dan kakak kelas saya mengikuti TSC yang ke-5
tepatnya pada tahun 2012. Saat itu saya masih duduk

di kelas VIII.
Sekitar dua minggu sebelum lomba tersebut

diadakan Pak Jasmir yang merupakan guru matematika


saya masuk ke dalam kelas dan memberitahukan jika
saya diikutkan dalam lomba tersebut. Beliau

“ 149‛
memberikan saya pilihan mata pelajaran yang ingin
saya ikuti. Tapi pilihannya hanya ada dua, antara
matematika atau fisika. Sebenarnya saya ingin sekali

memilih biologi tapi sudahlah karena pilihanya cuma itu


akhirnya saya memilih matematika saja.

Sebelumnya saya tidak pernah berpikir untuk


bisa mengikuti lomba tersebut karena saya merasa

tidak memiliki kemampuan yang menonjol dalam hal

hitung-menghitung meskipun pada saat itu saya sangat


suka dengan pelajaran yang menyangkut hitungan,
utamanya matematika.

Tujuan utama kami dalam mengikuti perlombaan


ini bukan untuk mendapatkan juara melainkan untuk

mendapatkan pengalaman serta pelajaran. Meskipun


begitu kami tetap mempersiapkan diri dengan baik

untuk menghadapi lomba tersebut.

Selama dua minggu lamanya kami dibimbing


oleh masing-masing guru mata pelajaran. Dan selama

itu pulalah kami tidak mengikuti proses belajar


mengajar yang berlangsung di kelas. Kami fokus
mempersiapkan diri untuk lomba tersebut.

“ 150‛
Dua hari sebelum lomba semua peserta yang
dipercayakan untuk mengikuti lomba dikumpulkan.
Kami dibagi menjadi 3 tim. Tim pertama beranggotakan

siswa kelas IX, tim kedua beranggotakan siswa kelas


VIII termasuk saya dan tim ketiga yang merupakan tim

terakhir beranggotakan siswa kelas VII.


Saat itu saya berada di tim dua yang

beranggotakan Ainun,Wiri dan Uni. Ainun di bidang

biologi, Wiri di bidang fisika, Uni di bidang ekonomi


dan saya sendiri di bidang matematika. Waktu itu kami
lebih mengunggulkan dan mendukung tim pertama yang

sudah senior dan tentunya telah memiliki pengalaman


yang lebih baik daripada kami. Sementara persiapan

yang kami miliki sangatlah minim, dapat dikatakan


persiapan kami belum matang kami hanya memiliki

dasar-dasarnya saja.

Dua minggu telah berlalu. Akhirnya hari yang


ditunggu-tunggu pun tiba. Kami berangkat ke Tonasa

menggunakan pete’-pete’ dan didampingi oleh


beberapa orang guru. Di dalam pete’-pete’ kami harus
berdempet-dempetan dikarenakan hanya ada satu

“ 151‛
pete’-pete’ sementara peserta ada 12 orang dan
ditambah 3 orang guru pendamping. Saat itu kami di
dampingi oleh Pak Ivan, Pak Rahman dan Pak Laheng.

Sesampainya kami di Kantor PT. Semen Tonasa


terliahat sudah banyak peserta dari sekolah lain. Kami

pun segera menuju ke aula kantor tersebut, tapi


sebelum masuk kami disuruh oleh panitia untuk

mendaftar ulang. Kami mengisi kertas yang diberikan

oleh panitia sesuai dengan perintah. Saat itu tim saya


diketuai oleh Wiri berhubung karena dia satu-satunya
laki-laki di tim kami. Setelah selesai kami segera menuju

ke dalam aula dan mengikuti serangkaian acara


pembukaan.

Setelah acara pembukaannya selesai, panitia


lomba memberikan pengarahan dan memeberitahukan

kami bagaimana mekanisme perlombaan tersebut.

Setelah selesai, babak penyisihan pertama pun dimulai.


Saya dan tim saya mulai mengerjakan soal yang kami

anggap mudah. Saat pertama kali melihat soalnya


betapa terkejutnya saya karena dari sekian banyak

“ 152‛
soal hanya ada beberapa yang saya ketahui. Saya pun
mencoba untuk mengerjakannya.
Setelah mengerjakan semua soal yang saya

ketahui, saya hanya tinggal membolak-balikkan dan


menatap bosan kepada soal tersebut. Karena tidak ada

lagi soal yang mampu untuk saya kerjakan. Saya juga


tidak ingin menawab asal karena pertandingan ini

menggunaan sistem minus. Tim saya sangat hati-hati

dalam menjawab soal, walaupun kami kurang


diandalkan dalam hal pengetahuan setidaknya kami
mempunyai strategi dalam pertandingan ini. Kami akan

tetap melakukan yang terbaik.


Karena sudah sangat bosan akhirnya saya

berinisiatif untuk menukarkan soal saya dengan Wiri.


Wiri yang mengerjakan soal matematika dan saya

yang mengerjakan soal fisika. Mungkin saja ada

beberapa soal fisika yang bisa saya kerjakan. Tak


jarang saya juga membantu menjawab soal biologi dan

ekonomi jika saya mengetahui jawabannya. Karena


kerja sama lah yang sangat di butuhkan dalam
pertandingan seperti ini.

“ 153‛
Pada babak penyisihan ini kami sempat malu
karena tim ketiga yang merupakan utusan dari sekolah
kami kedapatan membuka buku. Arghhh memalukan.

Sementara dari arah lain tampak tim pertama dari


sekolah kami sangat serius dalam mengerjakan soal.

Saat itu juga kami pesimis untuk bisa lolos ke babak


selanjutnya karena sedari tadi kami hanya asyik

bercanda dan memperhatikan sekeliling kami. Itu semua

dikarenakan tidak ada lagi soal yang mampu untuk


kami kerjakan.
Babak penyisihan pertama selesai. Sambil

menunggu pengumuman kami berjalan menyusuri


gedung tempat kami berada. Setelah kami merasa

capek karena sudah terlalu jauh berjalan akhirnya kami


kembali dan melihat babak penyisihan tingkat SMA

yang berlangsung di tempat yang sama saat babak

penyisihan tingkat SMP diadakan. Setelah babak


penyisihan tingkat SMA selesai sekarang adalah

saatnya untuk istirahat. Para panitia membagikan


konsumsi untuk makan siang. Kami memutuskan untuk
menyantap makanan tersebut di halaman depan aula.

“ 154‛
Kami menyantap makanan yang dibagikan tadi
sambil membahas soal-soal pada babak penyisihan
pertama tadi. Rasa kecewa dan takut menyelimuti

saya, karena setelah membahas soal-soal terebut ada


beberapa kesalahan yang kami temukan utamanya

pada tim saya. Yang tadinya kami sudah pesimis untuk


lolos ke babak selanjutnya sekarang bertambah pesimis

setelah membahas soal tersebut. Terlebih lagi

pertandingan ini menggunakan sistem minus. Tapi, Pak


Ivan, Pak Rahman dan Pak Laheng menyuruh kami
untuk tetap tenang dan tidak usah terlalu cemas karena

hasilnya belum diketahui. Selain membahas soal para


guru kami juga mengungkapkan kekecewaannya

kepada tim tiga karena telah membuat kami malu


dengan ulah mereka.

Setelah makan siang, kami kembali ke aula.

Sesampainya kami di aula ternyata panitia akan segera


megumuumkan hasil babak penyisihan pertama. Kami

akan segera mengetahui apakah kami dapat kembali


mengerjakan soal atau hanya dapat melihat tim yang
lolos mengerjakan soal. Kami semua berdoa dan

“ 155‛
berharap semoga hasilnya tidak akan membuat kami
kecewa.
Selang beberapa menit, akhirnya panitia

mengumumkan hasilnya. Setelah mengetahui bahwa tim


satu dari sekolah kami tidak lolos, kami sudah tidak

yakin lagi untuk bisa lolos ke babak selanjutnya.


Karena tim yang kami anggap senior dan memiliki

pengetahuan yang lebih dari kami saja tidak lolos

apalagi kami yang memiliki kemampuan yang pas-


pasan. Terlebih lagi mereka adalah tim yang
diunggulkan oleh sekolah. Tapi tak sengaja mata saya

menangkap objek yang membuat saya sangat senang.


Tampak daftar nama-nama tim yang lolos ke babak

selanjutnya terlihat jelas di hadapan saya yang


diperlihatkan melalui LCD. Saya melihat nama Wiri

yang merupakan ketua tim saya masuk ke daftar nama-

nama tim yang bisa lanjut ke babak selanjutnya. Baru


saja bibir ini ingin mengatakan hal tersebut namun tiba-

tiba saja panitia membacakannya. Mendengar kabar


yang sangat menggembirakan itu saya bersama
dengan teman tim saya langsung melompat kegirangan.

“ 156‛
Ungkapan syukur tak henti-hentinya terucap dari bibir
kami. Kami pun segera mengambil tempat duduk untuk
mengikuti babak penyisihan kedua.

Setelah mendapat soal, kami membuka soal


dengan mengucapkan basmalah dengan harapan

semoga kami diberi kemudahan dalam menjawab soal


yang telah berada di hadapan kami sekarang. Saat

melihat soalnya kami hanya tertawa kecil. Kami

tertawa bukan karena soalnya mudah melainkan soal


tersebut sangat sulit. Tapi kami tetap berusaha keras
untuk menjawabnya, walaupun kami kurang percaya

diri untuk dapat lolos ke babak selanjutnya. Sama


seperti pada babak pertama kami sangat hati-hati

dalam menjawab soal. Saat itu saya hanya mampu


menjawab soal sebanyak 2 nomor. Saya, Ainun dan

Wiri menghitung semua jumlah soal yang berhasil kami

jawab. Hanya ada beberapa soal yang mampu untuk


kami selesaikan dan itu sangat jauh dari kemungkinan

kami dapat lanjut ke babak selanjutnya. Tapi berbeda


dengan Uni. Dia tampak tenang dan serius
mengerjakan soal. Di tengah-tengah kepanikan kami

“ 157‛
Uni berkata jika lumayan banyak soal yang bisa ia
selesaikan. Kami pun merasa sedikit agak tenang. Kami
pun mencoba membantu Uni untuk berpikir. Saat itu

yang mendominasi perolehan poin tim saya adalah


mata pelajaran ekonomi.

Akhirnya, waktu untuk menyelesaikan soal di


babak kedua habis. Kami segera menemui guru kami

yang pada saat itu berada d luar aula. Pak Rahman

kemudian menyarankan untuk berbicara di halaman


depan. Sesampainya disana kami memberitahukan
kepada guru kami jika kami sudah tidak yakin untuk

bisa lanjut ke babak selanjtnya.


Karena saat itu hari sudah semakin sore dan

kemungkinan untuk lolos ke babak selanjutnya cuma


sedikit. Jika dihtung dari angka 1 sampai 10.

Kemungkinan kami untuk lolos ke babak selanjutnya

berada di angka 2. Berhubung saat itu kepala sekolah


sudah memerintahkan kami untuk pulang. Akhirnya

kami memutuskan untuk kembali ke Mandalle.


Namun Pak Rahman mengatakan jika beliau
ingin tetap tinggal untuk mendengarkan pengumuman.

“ 158‛
Tapi apa boleh buat ini adalah perintah langsung dari
kepala sekolah, jadi mau tidak mau kita harus
mengikutinya. Pak Junaid yang merupakan kepala

sekolah saya saat itu berkata kalaupun nanti kami lolos


ke babak selanjutnya pasti lombanya akan dilanjut

besok.
Kami kembali ke Mandalle menggunakan

kendaraan yang sama saat kami berangkat tadi pagi.

Sebelum pulang Pak Ivan memeutuskan untuk pergi ke


Cahaya Ujung. Karena kami satu mobil dengan beliau
sudah pastilah kami juga ikut ke sana. Sesampainya di

sana saya hanya menunggu di pete’-pete’ dikarenakan


saya malas untuk turun saya sudah terlalu capek

walaupun hanya untuk sekedar berjalan.


Setelah selesai dengan urusan masing-masing di

CU. Kami melanjutkan perjalanan ke Mandalle. Di atas

mobil Kak Elly memberikan bukunya kepada saya untuk


saya pelajari siapa tahu tim saya lolos ke babak

selanjutnya. Pada saat buku tersebut sudah di tangan


saya, tiba-tiba Pak Rahman menerima telepon dari Pak
Jasmir. Beliau mengatakan bahwa tim kami lolos ke

“ 159‛
babak selanjutnya. Beliau mendapat informasi dari
anaknya yang kebetulan pada saat itu mengikuti lomba
tingkat SMA. Kami hanya dapat menertawai diri

sendiri. Kami telah mengambil keputusaan yang salah.


Andai saja kami bersabar dulu mungkin saat itu kami

telah duduk mengerjakan soal di babak ketiga. Babak


itu merupakakn babak semifinal dan hanya ada 15 tim

yang lolos. Kalu tidak salah tim saya berada pada

unrutan ke 15. Tapi sudahlah, kalaupun kami kembali


kami tidak akan sempat mengingat kami sudah sangat
jauh dari Tonasa. Kami memutuskan untuk tetap

kembali ke Mandalle karena langit sudah semakin


gelap.

Selama perjalanan pulang Pak Rahman, Pak


Ivan dan Pak Laheng tak henti-hentinya menghibur

kami. Mereka terus memberi kami semangat dan

berkata mungkin ini belum rezeki. Tapi tetap saja kami


kecewa dan menyesal dengan apa yang telah kami

lakukan.
Sesampainya di sekolah, kami langsung pulang
ke rumah masing-masing. Tentunya dengan rasa

“ 160‛
kecewa dan rasa penyesalan yang mungkin akan kami
ingat terus entah itu sampai kapan. Tapi kami berharap
semoga kejadian yang seperti ini tidak akan terulang

kembali.
Keesokan harinya di sekolah tak henti-hentinya

para dewan guru dan teman-teman menanyakan hasil


lomba kemarin. Tapi setiap di tanya saya hanya

menjawabnya dengan senyuman kekecewaan. Terlebih

saat Pak Jasmir bertanya hal yang serupa. Saya hanya


mampu berkata ‚kami telah kalah sebelum bertanding
Pak, kami menyerah sebelum kami berusaha‛. Pak

Jasmir hanya tertawa mendengarnya. Beliau juga


mengungkapkan kekecewaan dan penyeselannya

kenapa saat itu kami harus pulang sebelum mendengar


pengumuman.

Di tahun berikutnya sekolah kami sudah tidak

ikut. Saat itu saya sudah duduk di bangku kelas IX.


Kami tidak tahu kenapa. Padahal kan tahun lalu kami

sudah sampai ke babak semifinal. Mungkin bapak dan


ibu guru sudah lelah untuk memberikan bimbingan
kepada kami. Mungkin mereka butuh istirahat.

“ 161‛
Itulah pengalaman saya saat mengikuti TSC
yang berujung penyesalan akibat kesalahan kami
dalam mengambil keputusan. Tapi kami semua

mengambil hikmahnya. Di sinilah kami dilatih untuk


bersabar dan berhati-hati dalam menentukan sesuatu.

Mungkin ini memang belum rezeki kami.

“ 162‛
Panitia MOS

Seperti yang saya ceritakan pada part


sebelumnya. MOS adalah kegiatan yang paling
ditunggu-tungguu oleh para kakak kelas dan sangat
dihindari oleh para siswa baru. Pada part ini saya akan
menceritakan kembali seputar masa orientasi siswa
tapi dalam sudut pandang yang berbeda. Jika

sebelumnya saya menceritakan bagaimana rasanya


jadi peserta MOS maka sekarang saya akan

menceritakan bagaimana rasanya jadi panitia MOS.

Saat itu kakak kelas IX telah menyelesaikan


ujiannya. Beberapa minggu setelahnya diadakan

penerimaan siswa baru di sekolah saya. Setelah semua


persyaratan terpenuhi para calon siswa baru akan
menjalani MOS. Tapi sebelum MOS diadakan tentunya

terlebih dahulu diadakan pembentukan panitia.


Menjadi panitia MOS adalah hal yang sangat

diinginkan oleh para siswa di sekolah. Tapi tidak semua


siswa bisa menjadi panitia. Hanya siswa tertentulah
yang bisa menjadi panitia. Hanya mereka yang aktif

“ 163‛
dalam organisasi yang nantinya akan terpilih.
Utamanya mereka yang termasuk dalam pengurus inti
OSIS, sudah pasti mereka semua akan terpilih.

Kebetulan saat itu saya merupakan pengurus inti OSIS.


Tapi saya tidak yakin untuk bisa ikut, karena tahun lalu

ketika saya kelas VII saya dimasukkan ke dalam panitia


tapi saat hari H saya tidak pernah hadir dikarenakan

saya ada acara keluarga. Karena hal tersebutlah yang

membuat saya dimarahi oleh Pak Tahir yang pada saat


itu merupakan Pembina OSIS. Beliau berkata tahun
depan saya sudah tidak bisa ikut lagi. Katanya saya

melepas tanggung jawab begitu saja, padahal


sebelumnya saya sudah memberitahukan hal tersebut

kepada Kak Ulfa yang merupakan ketua panitia saat


itu, jika saya berhalangan untuk hadir.

Beberapa hari sebelum MOS berlangsung

semua pengurus inti OSIS dan para anggota pramuka


serta PMR dikumpulkan di lapangan. Sebenarnya saya

tidak mau ikut pergi ke lapangan karena saya sudah


tahu saya tidak akan mungkin untuk menjadi panitia,
tapi teman saya memaksa jadi saya pun ikut ke

“ 164‛
lapangan. Setelah semua berkumpul Pak Tahir bertanya
kepada para ketua organisasi, siapa-siapa saja
anggotanya yang rajin. Kebetulan saat itu saya adalah

ketua pramuka. Setelah sekitar 25 orang terpilih untuk


menjadi panitia sekarang adalah pemilihan ketua

panitia. Sebenarnya saya tidak menyangka karena dari


25 orang tersebut saya termasuk di dalamnya, padahal

tahun lalu saya sudah tercoret dari daftar yang bisa

terpilih tahun ini.


Pemilihan ketua panitia pun dimulai. Saat itu
saya merekomendasikan Wiri untuk menjadi ketua. Tapi

Pak Tahir bilang jika Wiri tidak bisa untuk menjadi


ketua karena dia adalah ketua OSIS, padahal tahun

lalu yang menjadi ketua panitia adalah dia yang


menjabat sebagai ketua OSIS. Akhirnya kami mencari

orang lain. Betapa terkejutnya saya ketika teman-

teman menyebut nama saya dan langsung disetujui oleh


Pak Tahir. Akhirnya saya yang menjadi ketua panitia

MOS pada tahun itu. Mimpi apa saya semalam


sehingga bisa menjadi ketua pantia padahal tahun
sebelumnya saya telah membuat masalah. Mau tidak

“ 165‛
mau saya menerimanya, saya takut membantah.
Karena Pak Tahir adalah guru terkiller yang ditakuti
oleh para siswa di sekolah saya. Mereka berkata

seperti itu karena mereka belum megenal beliau lebih


dalam, sebenarnya beliau adalah seorang yang lembut.

Saya akan menceritakan beliau lebih detail pada part


khusus.

Akhirnya hari yang kami tunggu-tunggu tiba.

Hari ini adalah hari dilaksanakannya MOS pertama.


Sebelumnya kami para panitia telah berkenalan dengan
para peserta MOS pada hari sebelumnya. Karena

sebelum MOS dilaksanakan ada yang namanya pra


MOS.

Pukul 06:30 saya sudah berada di sekolah,


karena semua peserta maupun panitia harus sudah

berada di sekolah paling lambat pukul 07:00. Sebagai

ketua yang baik saya harus memberi contoh yang baik,


minimal saya harus datang sebelum para peserta dan

panitia berada di sekolah. Selain itu, saya mempunyai


tugas untuk berjaga di gerbang guna mejemput para
peserta MOS dan menghukum mereka yang terlambat

“ 166‛
baik itu panitia maupun peserta. Saat itu saya sengaja
datang 30 menit sebelum jarum jam berada di angka 7,
karena tepat pada saat itu Pak Tahir akan lewat di

depan sekolah untuk melihat apakah para panitia sudah


berada di sekolah atau belum. Pak Tahir sangat

terkenal dengan kedisiplinannya.


Saya sangat jengkel dengan para peserta yang

datangnya terlambat, atribut tidak lengkap dan masuk

sekolah diantar oleh orang tua mereka, jadinya mereka


terbebas dari hukuman. Tapi peraturan tetap
peraturan mereka yang terlambat harus tetap

menjalani hukuman. Jika saya tidak dapat menghukum


mereka di gerbang maka saya akan memberi hukuman

ketika mereka berada di dalam ruangan.


Pernah ada peserta yang terlambatnya sudah

kelewatan. Dia datang 30 menit setelah pukul 07:00

dan tidak ada satupun atribut yang ia gunakan. Jelas


saya marah dan menanyakan perihal mengapa dia

terlambat dan tidak menggunakan atribut yang


seharusnya digunakan. Tapi dia hanya diam. Selang
beberapa menit di depan saya berhenti pete’-pete’ dan

“ 167‛
turunlah seorang bapak. Ternyata dia adalah orang
tua dari peserta MOS yang terlambat ini. Dia
memarahi saya karena menahan anaknya di depan

gerbang. Kejengkelan saya pun semakin menjadi-jadi.


Sudah terlambat, atribut tidak lengkap dan bawa-bawa

orang tua pula. Saat itu saya hanya berkata,


‚peraturan tetap peraturan Om, saya hanya

menjalankan tugas saya‛. Tapi dia bertambah marah.

Saya pun hanya diam dan membiarkan peserta yang


kurang ajar ini masuk.
Karena merasa sudah tidak ada lagi peserta

yang akan datang saya memutuskan untuk masuk ke


dalam sekolah. Sesampainya di dalam ternyata para

peserta MOS telah berkumpul di lapangan dan


mendengarkan pengarahan dari Pak Tahir. Saya pun

menggunakan kesempatan ini untuk memberitahukan

kejadian yang tadi. Peserta MOS yang saat itu saya


ketahui namanya adalah Aldi di panggil dan diberi

nasihat serta hukuman oleh Pak Tahir. Setelah Pak


Tahir selesai memberikan pengarahan. Para peserta
MOS sepenuhnya di serahkan kepada para panitia.

“ 168‛
Saya pun memerintahkan kepada para rekan panitia
agar mengambil para adik gugus mereka dan
membawanya masuk ke dalam ruangan yang telah

ditentukan.
Di dalam ruangan para panitia memberikan

sedikit pengenalan menegnai sekolah ini. Sambil


sesekali memberikan permainan yang akan berakhir

mereka yang kalah akan dihukum. Selain itu para

panitia juga wajib berkenalan dengan para peserta.


Karena saat itu saya adalah ketua panitia, jadi
saya tidak memiliki gugus pegangan. Saya

bertanggung jawab penuh terhadap semua peserta.


Biasanya saya hanya jalan-jalan di depan ruangan

sambil memastikan kegiatan ini berlangsung dengan


lancar tanpa ada unsur kekerasan. Tapi tak jarang

juga saya memberikan sedikit permainan di dalam

ruangan sambil mencoba untuk mengakrabkan diri


dengan para peserta MOS.

Kegiatan ini berlangsung selama 3 hari. Di hari


terakhir atau lebih dikenal hari penutupan MOS, kami
para panitia berinisiatif untuk menyuruh para peserta

“ 169‛
memeberikan pesan dan kesannya selama mengikuti
MOS dan memeberikan sepucuk surat kepada kakak
panitia yang diidolakannya. Saat itu ternyata tak

hanya surat, mereka juga memberikan coklat kepada


para panitia. Tapi sepertinya satu hari sebelum hari

terakhir MOS para panitia juga memerintahkan untuk


membawa coklat. Saat itu saya mendapat 2 batang

coklat dari peserta. Selain dari peserta saya juga

mendapatkan sebatang coklat dari panitia, saya juga


tidak tahu kenapa. Untuk Ansar makasih coklatnya.
Setelah upacara penutupan MOS. Kami para

panitia dikumpulkan dalam satu ruangan oleh Pak Tahir


untuk mengadakan rapat evaluasi dari kegiatan ini. Di

sinilah saya menyampaikan ucapan terima kasih saya


kepada para rekan panitia yang telah bekerja sama

dalam menyukseskan kegiatan ini. Meskipun sempat

ada sedikit kendala yang kami hadapi yang membuat


Pak Tahir jengkel tapi beliau mengatakan kami telah

sukses dalam melaksanakan kegiatan ini.



“ 170‛
IX B
(Archimedes)
IX.B Archimedes. Itulah sebutan untuk ruang

kelas yang berada tepat di samping lapangan upacara


SMPN 1 Mandalle. Ruangan yang nantinya akan saya

tempati menimba ilmu selama kurang lebih satu tahun


lamanya sekaligus menjadi ruang kelas terakhir yang
saya tempati selama bersekolah di sana. Tidak banyak

yang berubah. Teman kelas? Sepertinya tidak, tidak

ada yang berubah dengan mereka. Mereka yang


bersama saya sejak duduk di bangku kelas VII hingga

saya duduk di bangku kelas IX sama saja.


Karena sudah sekian lama kami bersama

tentunya semakin banyak pula kenangan dan


pengalaman yang tercipta di antara kami. Entah itu
kenangan yang membuat kami tertawa atau kenangan

yang membuat kami menangis. Tingkat solidaritas

antara kami juga semakin tinggi.


Pengalaman saya saat pertama duduk di kelas
IX adalah saya merasa diasingkan dan dijauhi oleh

“ 171‛
sahabat saya. Semua berawal dari ketidakhadiran
saya pada awal masuk sekolah karena saat itu saya
masih dalam suasana menikmati liburan di kampung

halaman orang tua saya. Salah sendiri kenapa tambah


libur?

Awal masuk sekolah setelah menjalani libur


panjang. Utamanya libur setelah ulangan semester

genap identik dengan pengambilan tempat duduk. Hari

itu saya tidak masuk, karena saya pikir meskipun saya


tidak hadir pasti sahabat saya akan mengambilkan
tempat duduk untuk saya. Tapi itu semua hanya

ekspektasi, realitanya mereka duduk di kelompok yang


tidak sama dengan saya.

Saat itu aturan meja kami dibuat menjadi


seperti berkelompok. Dalam satu kelompok terdiri dari

empat orang siswa. Pas sekali dengan jumlah kami.

Kami berempat sudah bersahabat sejak kami duduk di


bangku sekolah dasar. Kalian tahu betapa kecewanya

saya saat itu? Tapi saya hanya memendam


kekecewaan saya dan tidak mau jika mereka
mengetahui hal tersebut. Sebenarnya saya sangat

“ 172‛
cemburu. Seharusnya saya yang duduk di antara
mereka, terlebih lagi ini merupakan tahun terakhir kita
bersama di sekolah yang sama. Tapi kenyataannya

saya duduk terpisah dari mereka bertiga.


Meskipun begitu saya berusaha sabar dan

menyikapi semuanya dengan dewasa. Karena saya tak


ingin persahabatan yang telah kami bangun selama ini

rusak karena hal sepele seperti itu. Walaupun saya

harus memendam kekecewaan saya. Tapi saya ikhlas


demi keutuhan persahabatan kami.
Seiring berjalannya waktu saya sudah bisa

menerima kenyataan bahwa saya tidak duduk


sekelompok dengan mereka. Saya pun menjalani hari-

hari saya tanpa rasa kecewa itu lagi.


Saat kelas IX ada bebrapa permaianan yang

sering saya dan teman-teman kelas mainkan.

Diantaranya domino. Permainan ini tidak mengenal


jenis kelamin. Entah itu laki-laki ataupun perempuan.

Yang jelas kami happy. Permainan ini seru karena


mereka yang kalah mukanya akan dipenuhi oleh bedak.

“ 173‛
Jadi mereka yang bedaknya paling banyak berarti
mereka paling sering kalah dalam permainan ini.
Selain domino kami juga sering bermain bola di

kelas. Bola yang kami gunakan adalah bola plastik. Tapi


ketika bola kami di tangkap oleh guru kami akan

membuat bola baru menggunakan kertas. Kami


bermain seperti bermain sepak takraw. Kami

menggunakan bambu sebagai netnya dan kursi yang

disusun sebagai tiangnya. Sebenarnya ini adalah


permainan yang dimainkan oleh laki-laki tapi tak jarang
saya ikut main. Karena saya sangat suka bermain

takraw. Kami melakukan semuanya ketika free class.


Di kelas IX ini kami mencoba meningkatkan

kesolidaritasan kami dan lebih banyak melakukan


sesuatu bersama. Kami berusaha menikmati saat-saat

terakhir kami sebelum nantinya kami melanjutkan

sekolah ke jenjang selanjutnya dan mungkin tidak


bersama dengan mereka lagi melainkan bersama orang

baru yang akan kami temui di sekolah baru kami


nantinya. Kami mencoba mendesign semuanya menjadi

“ 174‛
masa-masa yang indah sehingga semua dapat terekam
dengan jelas dalam memori kami masing-masing.



“ 175‛
Porseni dan POR

Pekan Olahraga dan Seni atau lebih dikenal

dengan Porseni merupakan kegiatan yang setiap


tahunnya diadakan di sekolah saya. Kegiatan ini
dilaksanakan setiap kami telah menyelesaikan ulangan
semester ganjil. Kegiatan ini sebagai ajang untuk
refreshing setelah kami melaksanakan ulangan selama
sepekan lamanya. Kegiatan ini diselenggarakan oleh
OSIS.

Saat kelas VII saya tidak terlalu tertarik dengan

Porseni tapi entah kenapa hampir semua cabang


olahraga yang dilombakan saya terlibat di dalamnya.

Kecuali beberapa pertandingan seperti lari, lompat


jauh, dan lomba-lomba hiburan lainnya.
Saat itu kelas saya kurang memeproleh juara,

karena pada dasarnya kami tidak terlalu mementingkan


hal tersebut. Waktu itu yang ada di pikiran kami ‘yang

penting ikut’. Kami hanya juara di cabang olahraga


futsal putri. Saat itu kami berhasil meraih juara
pertama. Olahraga ini merupakan olahraga yang

“ 176‛
paling saya senangi. Selain futsal saya juga sangat
suka bermain sepak takraw.
Di kelas VIII saya kembali mengikuti Porseni.

Tapi Porseni tahun itu berbeda dengan Porseni tahun


lalu. Saat itu saya yang menjadi panitia pelaksana

Porseni karena saya termasuk pengurus OSIS. Selain


menjadi panitia pelaksana saya juga menjadi Master of

Ceremony pada acara pembukaan Porseni.


Sebenarnya saya sangat gugup dan malu
apabila disuruh untuk membacakan sesuatu di depan
umum. Tapi semenjak saya aktif dalam OSIS tingkat

percaya diri dan keberanian saya bertambah. Saya


tidak lagi merasa malu jika disuruh membacakan

sesuatu atau bahkan berbicara di depan umum.


Pada saat itu kami berusaha untuk

mempertahankan kemenangan yang telah kami raih

saat berada di kelas VII. Dengan usaha yang keras


kami berhasil mengalahkan semua kelas sehingga kami

dapat sampai ke babak final. Di babak final kami


bertemu dengan kelas VIII D untuk memperebutkan
juara satu. Saat itu skornya sempat seri tapi pada

“ 177‛
detik-detik terakhir kelas VIII D berhasil menembus
pertahan kami, yang membuat bola stay cool di dalam
gawang kami. Akhirnya kami hanya dapat meraih juara

dua. Tapi tidak masalah.


Karena Porseni dilaksanakn setiap tahun

tentunya saat kelas IX saya kembali mengikuti Porseni.


Pada Porseni ini saya kembali menjadi Master of

Ceremony di upacara pembukaan dan upacara

penutupan. Yang berbeda pada Porseni ini saya tak


lagi menjadi panitia pelaksana. Karena masa
kepengurusan OSIS angkatan saya telah berakhir.

Pada porseni ini kami berhasil meraih juara


pertama di cabang olahraga futsal putri. Memang

kelas kami sangat terkenal dengan kehebatannya pada


cabang olahraga ini. Saat itu kami berhasil

mengalahkan kelas VIII D dengan skor 6-0. Ini

merupakan ajang balas dendam karena VIII D telah


mengalahkan kami pada cabang olahraga futsal putra.

Akhirnya kami dapat merebut kembali kemenangan


yang sempat berpindah tempat ke tangan kelas lain.

“ 178‛
Selain berhasil menjuarai futsal kami juga berhasil
meraih juara dua pada cabang olahraga sepak takraw.
Selain Pekan olahraga dan Seni di sekolah saya

juga ada yang namanya Pekan Olahraga atau biasa


disingkat POR. Sebenarnya POR dan Porseni sama saja

karena sama-sama sebagai ajang perlombaan yang di


dalamnya melibatkan berbagai macam cabang

olahraga. Perbedaannya hanya terletak pada waktu

pelaksanaan. Jika Porseni diadakan saat setelah


menjalani ulangan semester ganjil maka POR
dilaksanakan saat setelah ulangan semester genap

berlangsung. Selain itu, POR tidak melibatkan


perlombaan di cabang seni. Iyalah namanya juga POR

bukan Porseni_-.
Menurut saya POR lebih seru dibandingkan

dengan Porseni. Karena POR lebih banyak

mengandung pertandingan yang sifatnya hiburan. Ini


juga sebagai ajang seru-seruan bagi kami. Kenapa

saya berkata seperti itu, karena pada POR ini


pertandingan didesaign menjadi lebuh menarik. Salah
satu contohnya adalah pada saat pertandingan futsal

“ 179‛
berlangsung mereka yang terlibat di dalamnya wajib
menggunakan daster saat bermain. Selain itu, mereka
yang berhasil menjadi juara pertama pada

pertandingan ini akan melawan tim dari para dewan


guru.

Itulah sedikit pengalaman yang dapat saya


ceritakan seputar Porseni dan POR yang pernah saya

ikuti saat duduk di bangku sekolah menengah pertama.



“ 180‛
Pramuka

Sewaktu SMP saya termasuk ke dalam anggota

Pramuka SMPN 1 Mandalle. Sebenarnya saya tidak


tahu sedikitpun tentang Pramuka. Saya tidak tahu apa
yang nantinya akan kami lakukan ketika menjadi
anggota dalam organisasi tersebut. Saat itu saya
hanya tahu Pramuka adalah salah satu organisasi yang

ada di sekolah. Awalnya saya hanya ikut-ikutan


dengan teman sekelas saya, karena rata-rata memilih

untuk masuk Pramuka akhirnya saya juga begitu.

Seiring berjalannya waktu saya jadi tahu apa itu


Pramuka. Setiap dua kali seminggu kami melaksanakan

pertemuan. Pada pertemuan ini kami membahas semua


hal yang berkaitan dengan Pramuka. Saat itu saya
dipilih untuk menjadi Pinru (Pimpinan Regu) putri. Tapi

saya menolak. Akhirnya yang menjadi Pinru adalah


Ainun. Selain itu ada banyak pengalaman yang saya

dapatkan semenjak saya berada di Pramuka. Beberapa


di antaranya adalah.

“ 181‛
 Persami Pertama
Persami? Apa itu? Persami adalah
perkemahan Sabtu Minggu. Saat itu, tepatnya

saat awal-awal saya menjadi anggota Pramuka


saya bersama dengan anggota Pramuka

lainnya mengikuti persami gabungan tingkat


Kec. Mandalle yang diadakan di Lapangan

Sepakbola Manggalung. Ini merupakan persami

pertama yang kami ikuti.


Kami berangkat ke tempat tersebut
menggunakan kendaraan yang selalu kami

gunakan ketika kami bepergian. Apalagi kalau


bukan pete’-pete’. Seperti biasanya di dalam

mobil kami pasti berdesak-desakan. Terlebih


lagi kami membawa banyak barang untuk

persediaan dua hari. Berbeda dengan

putranya. Mereka memiliki ruang yang lebih


untuk bernapas. Mereka tampak menikmati

perjalanan mereka. Meskipun mereka


berdesak-desakan setidaknya mereka tidak
berada pada ruangan yang pengap seperti

“ 182‛
kami. Iyalah saat itu mereka meggunakan mobil
pick up.
Kami tiba di lokasi perkemahan sekitar

pukul 12.00. Setibanya kami di sana, kami


harus istirahat sejenak. Setelah beberapa saat,

kami pun mendirikan tenda. Sebenarnya bukan


kami melainkan kakak kelas kami yang sudah

senior dan ahli dalam membangun tenda. Saat

mereka semua sibuk membangun tenda, saya


sibuk dengan pikiran saya sendiri. Saya
ditugaskan untuk mencatat berapa banyak

makanan yang dibutuhkan dan menghitung


uang yang terkumpul. Saat itu saya merupakan

bendahara pramuka. Setelah selesai saya


segera melaporkan semuanya kepada Pembina

saya yang nantinya akan memesan makanan

untuk kami.
Setelah tenda selesai didirikan. Kami

langsung mengatur barang-barang kami.


Berhubung jumlah kami yang cukup banyak
dan tendanya cuma ada satu terpaksa kami

“ 183‛
harus berdesak-desakan. Tapi tidak apa-apa.
Kami adalah Pramuka yang bisa hidup dalam
keadaan apapun.

Setelah salat ashar, upacara


pembukaan pun dimulai. Saat itu yang mewakili

sekolah saya untuk mengikuti upacara adalah


para siswa kelas VII. Saya juga tidak tahu

alasannya apa. Saat itu kami tidak tahu mau

berbaris dimana, akhirnya kami memutuskan


untuk berbaris tepat di samping tenda kami.
Dengan alasan agar jika ada yang tidak tahan

untuk berdiri lama-lama mereka bisa langsung


beristirahat di dalam tenda.

Saat upacara berlangsung suasananya


sama sekali tidak mendukung. Kadang hujan

lalu cerah lagi hujan lagi cerah lagi dan begitu

seterusnya. Ini bisa membuat kami mengalami


penyakit yang disebut sakit kepala. Tapi kami

mencoba untuk menahan diri agar tidak


tumbang di pertengahan jalannya acara. Kami
sangat tegang khususnya saya karena ini

“ 184‛
merupakan upacara resmi yang pertama kali
kami ikuti. Ini juga sekaligus tantangan bagi
saya, karena jujur saja saya tidak bisa tenang

jika disuruh untuk berdiri, apalagi dalam


jangka waktu yang lama. Selalu saja ada

gerakan yang saya lakukan. Tapi saat


mengikuti upacara ini saya berhasil untuk tidak

melakukan gerakan tambahan sedikit pun.

Saya hanya bergerak ketika ada aba-aba.


Tidak berapa lama tiba-tiba saya
melihat sudah ada siswa yang pingsan. Siswa

itu merupakan anggota barisan yang berbaris


tepat di depan barisan saya. Sepertinya saya

kenal dengan dia. Jelas saja, dia adalah teman


satu sekolah saya. Dia adalah Fajri. Beberapa

detik setelah Fajri jatuh ke tanah, akhirnya ia

ditolong dan dibawa ke tenda terdekat oleh


beberapa orang yang saat itu saya tidak

mengetahui mereka itu siapa.


Setelah kejadian itu kami kembali pada
posisi siap. Selang beberapa saat pinru dari

“ 185‛
barisan putra dan putri sekolah saya serta
beberapa pinru dari barisan lainnya dipanggil
oleh Pembina upacara untuk maju ke depan

dan berbaris rapi di tengah lapangan. Tampak


Pembina upacara turun dari mimbar dan

memberikan amplop yang berisi selembar uang


100.000 kepada mereka. Kata beliau itu adalah

penghargaan bagi kami karena kami tertib

dalam mengikuti upacara. Lumayanlah untuk


menambah uang kas Pramuka.
Setelah melaksanakan upacara kami

segera menuju ke tenda masing-masing untuk


beristirahat sambil menunggu masuknya waktu

maghrib.
Setelah cukup lama beristirahat rasa

lelah yang tadinya hinggap di tubuh kami

berangsur-angsur pergi. Pada saat bersamaan


muadzin telah mengumandangkan adzan

maghrib. Kami segera bergegas ke masjid dan


melaksanakan kewajiban kami sebagai umat
muslim.

“ 186‛
Setelah melaksanakan salat kami
segera menuju ke tenda kami. Saat itu sandal
yang saya gunakan hialng. Entah siapa yang

memakainya, padahal sandal itu baru saya


buka dari plastiknya dan baru pertama kali

saya gunakan. Memang sih waktu itu kami


menggunakan sandal yang merek dan

warnanya seragam. Katanya supaya kelihatan

kompak. Tapi lihat, mereka salah menggunakan


sandal yang mengharuskan saya harus
berjalan tanpa alas kaki.

Sekitar setengah meter saya menyusuri


jalanan tanpa alas kaki tiba-tiba saja ada

kakak kelas yang menawarkan sendalnya


untuk saya gunakan. Awalnya saya tidak mau

tapi karena dia memaksa akhirnya saya

menerima tawaran tersebut dan menggunakan


sendalnya sampai ke tenda. Dia adalah Bembi,

sebenarnya namanya adalah Ammar tapi


entah mengapa teman-temannya memanggi dia
dengan sebutan Bembi. Jadi saya juga

“ 187‛
memutuskan untuk memanggilnya dengan
sebutan itu. Untuk Kak Bembi makasih
sandalnya.

Karena terlalu lama mencari sandal


saya yang hilang, sesampainya di tenda tak

satu orang pun yang saya temukan. Ternyata


mereka sudah berkumpul di tengah lapangan

untuk makan malam bersama. Saya pun segera

menyusul mereka dan ikut bergabung di dalam


barisan. Setelah semuanya mendapat
makanan, salah satu diantara kami pun

memimpin doa. Setelah selesai berdoa kami


langsung menyantap makanan yang sedari tadi

sudah siap untuk mengisi perut kami.


Setelah makan kami segera menuju ke

masjid untuk melaksanakan salat isya. Karena

saat itu sandal saya hilang terpaksa saya


kembali menggunakan sandal milik senior saya.

Setelah melaksanakan salat kami kembali


menuju ke tenda.

“ 188‛
Sesampainya kami di tenda ternyata
panitia mengadakan lomba dadakan. Yaitu
nyanyi solo. Saya pun segera mencari teman

saya untuk ikut dalam lomba tersebut. Dan


Alhamdulillah dalam lomba tersebut teman kami

dapat meraih juara pertama (putra) dan juara


ketiga (putri).

Setelah acaranya selesai kami kembali

ke tenda masing-masing untuk beristirahat.


Sesampainya di tenda saya tidak langsung
tidur. Saya dan beberapa teman serta kakak

kelas yang saat itu belum mengantuk bersenda


gurau sambil sesekali menceritakan

pengalaman yang telah kami rasakan semejak


menjadi anggota pramuka.

Setelah cukup lama berada dalam

suasana tersebut. Rasa kantuk menghampiri


kami satu persatu, kecuali saya. Saat itu

insomnia menyerang saya. Akhirnya saya


memutuskan untuk menjahili Nisaul yang
menurut saya posisi tidurnya sangat lucu. Saat

“ 189‛
itu dia tertidur di atas kursi sambil memegang
obat nyamuk. Saya berniat untuk membuatnya
kaget. Saya pun berjalan mendekati dia

dengan sangat berhati-hati, saya berusaha


agar langkah saya tidak menimbulkan suara.

Belum sempat saya membuatnya kaget


tiba-tiba saja sesuatu menyentuh pundak saya.

Yang awalnya saya ingin membuat teman saya

kaget tapi malah saya yang dibuat kaget oleh


sesuatu yang entah saya tidak tahu apa itu.
Tapi sepertinya ini adalah sebuah tangan, hal-

hal aneh tiba-tiba menggerogoti pikiran saya


saat itu. Yang pertama kali terlintas di pikiran

saya adalah hantu, karena saat itu tenda saya


berseblahan dengan kuburan. Saya tidak

berani menoleh ke belakang. Setelah

beberaapa menit berada dalam suasana


mencekam ini. Akhirnya saya mendengar suara

yang mengatakan ‚uaaahh jangko pura-pura


tidak tahu Tifa‛. Saat itu saya heran dan
memeberanikan diri untuk berbalik. Betapa

“ 190‛
terkejutnya saya karena mendapati kain putih
yang menyembunyikan tubuh seseorang yang
saat itu belum saya ketahui. Karena penasaran

saya terus bertanya siapa dia sebenarnya.


Tapi karena tidak ada suara akhirnya saya

memukulnya berharap agar dia bersuara,


siapa tahu saya bisa mengetahui dia melalui

suara. Tapi hasilnya nihil, dia hanya diam.

Mungkin dia bisu atau lagi berpuasa untuk


berbicara. Tapi emang ada yah hantu yang
puasa? :D

Semakin lama saya semakin penasaran.


Karena sudah merasa jengkel akhirnya saya

memutuskan untuk membuka secara paksa


sarung yang ia gunakan untuk membungkus

tubuhnya. Setelah berhasil, saya tidak

langsung bisa melihat wajahnya karena saat itu


dia berdiri dengan posisi membelakangi saya.

Saya pun memutuskan untuk berjalan ke


depannya tapi dia kembali membelakangi saya.
Sepertinya orang ini mau bermain-main dengan

“ 191‛
saya. Tentu saja saya sangat jengkel, akhirnya
saya memutar badan dia agar berhadapan
dengan saya.

Oh My God betapa terkejutnya saya


saat mengetahui siapa hantu itu sebenarnya.

Dia adalah Kak Fadly. Kak Fadly adalah kakak


kelas saya di SMP. Semenjak insiden yang

mengharuskan dia untuk menuntut ilmu di

sekolah lain, saya tidak pernah lagi bertemu


dengannya. Ini adalah pertama kalinya saya
melihat dia setelah sekian lama. Jujur saja saya

pernah mengaguminya.
Setelah mengetahui siapa hantu yang

telah bermain-main dengan saya malam itu.


Saya langsung masuk ke tenda dan tidur.

Malam itu, sepatah kata pun tidak pernah

terlontar dari mulutnya. Mungkin malam itu dia


mendadak jadi orang bisu.

Keesokan harinya setelah baksos dan


acara sikat gigi massal untuk anak SD
dilaksanakan. Kami mengikuti upacara

“ 192‛
penutupan. Sekedar informasi, yang
memberikan contoh cara menyikat gigi yang
baik dan benar adalah bapak saya. Setelah

upacara selesai kami segera membongkar


tenda di bawah teriknya matahari yang

membuat keringat kami bercucuran. Boleh


dikata saat itu baju kami bisa diperas. Setelah

pembongkaran tenda kami kembali ke sekolah,

lalu kembali ke rumah masing-masing.


 Pelantikan dan Jurit Malam
Selain persami, Pramuka juga memiliki

agenda yang disebut pelatikan. Setiap anggota


yang telah memenuhi semua syarat yang telah

tertera dalam SKU (Syarat Kecakapan Umum)


akan dilantik entah itu menjadi Penggalang

Ramu, Rakit atau Terap. Saat itu saya

menjalani pelantikan untuk menjadi Penggalang


Ramu yang bertempat di Lapangan Sepakbola

yang berada di belakang sekolah saya. Saya


lupa apa nama lapangannya :D.

“ 193‛
Saya berpikir pada pelantiakan ini kami
akan melewati rintangan yang ekstrim. Karena
para senior kami sering menceritakan

pengalamn mereka saat menjalanai pelatikan.


Katanya mereka diguling di lumpur, diceburkan

ke empang, mukanya di olesi kotoran sapi dan


berbagai hal menjijikkan lainnya. Tapi berbeda

dengan pelantikan kami. Saat itu kami hanya

disuruh untuk berdiri selama 2 jam dan


menahan diri untuk tidak bergerak. Lagi-lagi ini
menjadi tantangan bagi saya. Dan

Alhamdulillah saya dapat melewatinya dan


berhasil menjadi Penggalang Ramu.

Di Pramuka juga ada yanga namanya


jurit malam. Ini merupakan kegiatan

penjelajahan yang dilaksanakan pada malam

hari. Sekitar pukul 01.00 dini hari sampai


selesai. Kegiatan ini melatih agar kita menjadi

seorang yang pemberani. Meskipun jalan


sendiri di tengah-tengah kegelapan.

“ 194‛
Saat itu kami semua disuruh untuk
memecahkan semua clue yang ada di setiap pos
untuk bisa mengetahui di mana tempat yang

selanjutnya harus kita datangi. Saat itu kami


disuruh untuk berjalan sendiri-sendiri. Karena

waktu itu yang kami kelilingi hanya sekolah jadi


saya sudah tidak memerlukan clue untuk
mengethui semuanya. Lagian saya juga sudah

hapal tempat-tempat yang biasanya di jadikan


pos di sekolah ini. Waktu itu saya termasuk
orang yang pemberani, jadi tidak masalah jika

saya di suruh untuk berjalan sendiri di tengah-


tengah kegelapan.

Ada satu pos yang menurut saya


sangat aneh. Setiap orang yang sampai di pos

tersebut harus berbicara dengan pohon dan

membujuk pohon tersebut agar mau berbicara.


Aneh kan? Sampai lebaran monyet pun pohon

tidak akan mungkin berbicara. Kecuali atas


seizin Allah SWT. Tidak ada yang mustahil
bagi-Nya.

“ 195‛
Mungkin hanya itu yang dapat saya
ceritakan seputar pelantikan dan jurit malam.
 Kepra dan Latihan Setiap Minggu

Kepra adalah sigkatan dari Ketua


Pramuka. Saat saya kelas VIII saya terpilih

menjadi ketua Pramuka di sekolah saya. Saya


juga tidak tahu atas dasar apa Pembina dan

teman-teman saya memilih saya sebagai ketua.

Semenjak saya menjadi ketua Pramuka


saya jadi lebih banyak belajar bagaimana
menjadi seorang pemimpin. Di sini saya juga

banyak belajar bagaimana cara mengajar dan


membuat orang lain mengerti dengan apa yang

kita katakan. Karena saat itu apabila Pembina


saya berhalangan untuk hadir dalam

pertemuan maka yang menggantikan beliau

mengajar adalah saya. Saya akan menjelaskan


seputar Pramuka kepada para junior saya. Hal

ini tidaklah mudah. Selain materi di dalam


ruangan. Saya juga memimpin kegiatan yang

“ 196‛
berlangsung di luar ruangan, seperti latihan
baris-berbaris.
Setiap dua kali seminggu kami

melakukan pertemuan dan latihan untuk


persiapan lomba. Tapi faktanya kami tidak

pernah diikutkan dalam perlombaan. Padahal


kami telah meluangkan waktu untuk berlatih.

Kami tidak diikutkan lomba dengan alasan

sekolah kami tidak siap. Mengecewakan bukan?


Jelas mengecewakan lah.


“ 197‛
Ujian Nasional

Kelas IX adalah masa di mana kami telah

disibukkan oleh bimbingan-bimbingan yang


dilaksanakan di sore hari. Setiap hari kami harus
dipertemukan dengan berbagai macam jenis soal. Try
out adalah kegiatan rutin yang hampir ada disetiap
minggunya. Kami dilatih untuk menyelesaikan berbagai

macam bentuk soal yang nantinya akan kami hadapi di


hari yang disebut sebagai ujian nasional. Hari ini

adalah hari penentu layak tidaknya kami dinyatakan

lulus setelah menjalani serangkaian proses belajar


selama 3 tahun lamanya.

Ujian Nasional. Mungkin bagi sebagian orang


hal ini sangat horor. Termasuk saya. Saya sangat takut
dalam menghadapi hal ini. Hal yang saya takutkan

adalah ketika keinginan saya tidak sesuai dengan


kenyataan. Saya yakin bukan hanya saya yang

mengalami hal ini, sebagian besar siswa di Indonesia


atau bahkan seluruh dunia pasti memiliki perasaan
yang sama dengan saya menjelang detik-detik

“ 198‛
dilaksanakannya UN. Bahkan sebagian dari mereka
ada yang sampai frustasi dalam menyambut hari itu.
Tapi saya berusaha menghilangkan pikiran-

pikiran negative tersebut dengan cara belajar, belajar


dan tentunya diiringi dengan doa. Dengan dorongan

yang begitu besar dari kedua orang tua, akhirnya saya


mampu melewati semuanya dan mengusir secara

perlahan rasa takut yang bersarang pada diri saya.

Dua minggu sebelum tanggal 5 Mei, saya mulai


mengurangi waktu bermain saya dan mulai serius
dalam mempersiapkan senjata yang nantiya akan saya

gunakan untuk bertempur. Di sekolah saya juga mulai


serius untuk belajar dan mengikuti semua try out yang

dilaksanakan oleh ibu dan bapak guru. Selain try out


sekolah juga memfasilitasi kami dalam menyiapkan

bekal spiritual dengan melaksanakan dzikir bersama.

Dalam mengikuti kegiatan ini kami harus bermalam di


sekolah. Kemudian tepat pukul tiga subuh kami

melaksanakan salat tahajjud secara berjamaah yang


dilanjutkan dengan dzikir yang dipimpin oleh bapak
ustaz.

“ 199‛
Akhirnya hari yang dinanti-nantikan telah tiba.
Pertempuran akan dimulai selama empat hari.
Walaupun merasa senjata saya sudah sangat siap, tapi

perasaan takut itu masih tetap ada dalam diri saya.


Di hari pertama sempat terjadi masalah yang

membuat para peserta ujian panik, utamanya saya.


Saat itu soalnya berantakan. Ada beberapa siswa

yang mendapatkan soal tidak lengkap. Ada juga yang

soalnya lengkap tapi nomor soalnya yang bermasalah.


Nomor soal saya saat itu tidak sesuai dengan kode
yang ada pada LJK yang saya dapatkan.

Tapi dengan bantuan pengawas semuanya bisa


teratasi. Dan hari-hari berikutnya kami tidak lagi

menemukan kendala sehingga kami dapat mengerjakan


soal dengan baik.


“ 200‛
Tana Toraja

Tana Toraja. Tempat yang terkenal dengan

perkuburannya yang unik. Tempat yang menurut saya


indah, sejuk dan belum tercemar oleh polusi udara.
Tempat di mana kita bisa menghirup oksigen sepuasnya
tanpa harus ikut menghirup asap kendaraan.
Tana Toraja atau Tator adalah tempat yang

kami pilih untuk menghilangkan penat dan sebagai


tempat refreshing setelah berhasil melewati

pertempuran selama empat hari. Sesuai dengan agenda

sekolah, kami akan berekreasi ke salah satu tempat


yang ada di Sulawesi Selatan.

Dalam pemilihan tempat saat itu sempat terjadi


perbedaan pendapat. Ada beberapa dari teman saya
yang lebih memilih untuk ke Pantai Bira dengan alasan,

jika kita ke Tator kita akan mengonsumsi makanan


yang haram. Tapi pada kenyataannya tidak. Makanan

yang kami makan kehalalannya terjamin 100%.


Satu hari sebelum jadwal keberangkatan, kami
semua dikumpulkan oleh Pak Tahir di lapangan sekolah.

“ 201‛
Saat itu Pak Tahir menjadi penaggung jawab
keberangkatan kami. Kami dikumpulkan untuk
diberitahu apa saja yang harus kami bawa serta apa

yang boleh kami lakukan dan yang tidak boleh kami


lakukan ketika sampai di sana.

Keesokan harinya, kami berkumpul di sekolah


tepat pukul 7 pagi. Sebelum berangkat kami

melaksanakan salat tahajjud di masjid depan sekolah

secara berjamaah. Setelah selesai kami kembali ke


sekolah. Sesampainya kami di sekolah kami dibagi
menjadi tiga kelompok. Kami dibagi menurut kelas

masing-masing. Karena pada saat itu kelas IX


berjumlah 4 kelas, jadi mau tidak mau harus ada satu

kelas yang dilebur. Kelas tersebut adalah kelas IX A.


Kami meninggalkan sekolah pukul 08:00.

Selama perjalanan ada banyak hal yang kami lakukan.

Tidur, dengar musik, gossip, curhat dan bernyanyi


bersama adalah cara yang kami gunakan untuk

menikmati perjalanan yang menempuh waktu selama


delapan jam itu. Dengan medan yang lumayan ekstrim.
Jalanan yang berkelok-kelok, jurang yang cukup

“ 202‛
menyeramkan jika dilihat dari jalanan yang kami lalui
menambah keseruan perjalanan kami. Tiga jam berlalu,
rasa lelah menghampiri kami satu per satu sampai pada

akhirnya kami semua terlelap dan berpetualang di


dalam mimpi kami masing-masing.

Lelah berpetualang dalam alam mimpi, kami


akhirnya memutuskan untuk kembali ke dunia nyata.

Ketika kami membuka mata, kami disambut dengan

pemandangan yang indah dilengkapi dengan suasana


sejuk yang membuat saya tak ingin berhenti untuk
menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Karena

udara seperti ini sudah sangat jarang ditemukan di


negeri kita ini. Udara yang tak sedikitpun telah

bercampur dengan asap kendaraan.


Enrekang. Satu kata tersebut mewakili daerah

dengan suasana yang menyejukkan ini. Selain

menjanjikan kesejukan, Enrekang juga terkenal dengan


salah satu iconnya yaitu Gunung Nona. Awalnya saya

bingung kenapa gunung tersebut diberikan julukan


seperti itu. Ternyata julukan tersebut lahir karena
*tiiittt (silakan pembaca memilikrkan sendiri, hahaha:D).

“ 203‛
Kami beristirahat di tempat tersebut setelah
menempuh perjalanan selama empat jam. Sambil
menikmati suasana di tepat tersebut kami menyantap

bekal yang telah kami bawa dari rumah. Setelah selesai


mengisi perut kami melanjutan dengan berfoto

bersama. Sayangkan tempat seperti ini jika tidak


diabadikan (hahah maafkan jika penulis terlalu alay).

Berhubung karena rasa lelah sudah tak lagi

kami rasakan dan perut kami sudah terisi kami pun


melanjutkan perjalanan. Tak ada yang berbeda dari
perjalanan sebelumnya kami masih tetap melakukan hal

yang sama dalam menikamati perjalanan. Saat waktu


salat tiba kami singgah di salah satu masjid yang

berada di kota tersebut. Kemudian kami kembali


melanjutkan perjalanan.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup

panjang akhirnya kami sampai di tempat tujuan. Saat


itu kami tiba ketika langit menampakkan warna

jingganya yang menandakan sebentar lagi matahari


akan tenggelam. Kami semua bergegas menurunkan
barang kami masing-masing dari mobil kemudian

“ 204‛
berjalan memasuki penginapan dan mencari kamar.
Saat itu saya mendapatkan kamar di dekat kamar para
guru. Saya bersama ketiga sahabat dan guru saya

berada dalam satu kamar. Ibu Muji, adalah guru yang


berada satu kamar dengan kami. Beliau merupakan ibu

dari sahabat saya yang telah saya anggap sebagai ibu


saya sendiri. Ketika semua teman-teman sibuk

membersihkan diri saya dan ketiga sahabat saya sibuk

mempersiapkan makanan untuk disantap bersama pada


malam hari.
Setelah selesai kami memutuskan untuk mandi.

Saat itu saya mendapat antrian mandi terakhir. Saat


saya hendak mandi ternyata airnya sudah habis. Saya

pun melaporkan hal tersebut kepada Pak Tahir,


kemudian beliau memerintahkan saya untuk mandi di

kamar miliknya karena di sana airnya banyak. Beliau

kemudian memeberi saya kunci kamar tersebut. Saya


pun mandi sepuasnya di sana. Setelah itu saya

bersama ketiga sahabat saya melaksanakan salat


maghrib di kamar secara berjamaah.

“ 205‛
Kebetulan saat itu kompor yang digunakan
untuk memasak air berada di depan kamar yang saya
tempati jadi saya mendapat tugas untuk mengambilkan

air ketika ada guru atau teman-teman yang


membutuhkan. Setelah memastikan jika tak ada lagi

orang yang akan menggunakan air panas tersebut


saya memutuskan untuk masuk ke dalam kamar dan

makan bersama sahabat dan guru saya.

Stelah makan saya manghabiskan waktu


bersama teman-teman, yang pastinya kegiatan kami
malam itu tidak terlepas dari kamera. Kami perlu

mengabadikan momen ini, karena ini merupakan detik-


deik terakhir kami bersama sebelum nantinya kami

melanjutkan pendidikan di tempat yang tak lagi


bersama teman-teman yang bersama kami sekarang.

Hal inilah yang nantinya kami beri nama sebagai

sebuah ‚kenangan‛.
Malam semakin larut dan kegiatan yang kami

lakukan semakin seru. Tapi kami harus beristirahat


karena besok kami akan melakukan perjalanan yang
membutuhkan tenaga yang lebih. Kami pun menuju ke

“ 206‛
kamar masing-masing dan mulai bergelut dengan
kegiatan di alam mimpi kami.
Keesokan harinya kami memulai perjalanan.

Kami mengunjungi beberapa tempat yang ada di sana


seperti Londa, Kete Kesu’, Lemo dan beberapa tempat

yang saya lupa apa namanya. Seperti yang sudah saya


katakan sebelumnya kami memerlukan tenaga yang

lebih dalam perjalanan ini. Karena semua tempat yang

kami kunjungi harus ditempuh dengan cara berjalan


kaki, tidak hanya itu tempat yang kami kunjungi
merupakan gunung, yang sudah pasti harus kami daki.

Tapi rasa lelah kami terbayarkan karena tempat yang


kami kunjungi menyajikan pemandangan yang sangat

indah. Setelah puas berjalan-jalan kami memutuskan


untuk pulang. Tapi sebelum pulang kami singgah di

pasar untuk membeli oleh-oleh. Setelah dari situ kami

melanjutkan perjalanan untuk kembali ke Mandalle.


Saat waktu makan malam tiba kami kembali

singgah di tempat yang sama ketika kami makan siang.


Tapi dengan suasana berbeda. Kami makan di bawah

“ 207‛
gelapnya langit. Setelah kami selesai dalam urusan
mengisi perut, kami melanjutkan perjalanan.
Sekitar delapan jam berada dalam perjalanan.

Akhirnya kami sampai di SMP sekitar pukul 02:00 dini


hari. Karena sudah larut malam kami disarankan untuk

tidak langsung pulang ke rumah melainkan bermalam di


sekolah. Meskipun ada beberapa teman saya yang

memutuskan untuk tetap pulang ke rumah mereka. Tapi

lain halnya dengan saya, saya lebih memilih untuk


tinggal di sekolah karena mata saya sudah tidak bisa
terbuka lagi dan kaki saya sudah tidak mampu untuk

menopang tubuh saya. Saya sudah sangat lelah.


Perjalanan yang memakan waktu yang sangat

lama tersebut tentu saja membuat kami merasakan


rasa lelah yang teramat sangat. Tapi perjalan panjang

tersebutlah yang paling menyenangkan dan memiliki

tingkat keseruan yang tinggi. Karena sesungguhnya


perjalanan jauh lebih indah daripada tempat tujuan.


“ 208‛
Perpisahan

Dalam sebuah pertemuan pasti yang namanya

perpisahan akan selalu ada. Karena mereka tercipta


dalam satu paket, yang sudah ditakdirkan untuk selalu
bersama. Perpisahan memang menyakitkan, tapi ketika
kita memutuskan untuk bertemu kita harus siap
menghadapi perpisahan.

Seperti yang saya alami. Saya harus berpisah


dengan teman-teman yang telah bersama saya selama

tiga tahun lamanya. Merasakan manis pahitnya hidup,

dan jatuh bangun bersama. Saat itu kami memutuskan


untuk bertemu di sekolah yang sama dan memiliki

tujuan yang sama. Dan akhirnya kami harus berpisah


karena kami telah mencapai dan meyelesaikan tujuan
kami.

Beberapa minggu setelah dilaksanakannya ujian


nasional tibalah hari di mana akan diumumkannya hasil

dari perjuangan kami selama ini. Hari tersebut adalah


hari penentuan siapa yang menjadi pemenang dari
pertempuran yang telah kami ikuti beberapa minggu

“ 209‛
yang lalu. Hari tersebut merupakan hari perpisahan
bagi siswa kelas IX.
Seperti yang sudah saya katakan perpisahan

tentunya adalah hal yang menyedihkan, tak heran jika


hari itu banyak air mata yang keluar dari mata para

siswa. Entah itu air mata kesedihan atau air mata


bahagia, karena setelah pengumuman diadakan

ternyata kami semua LULUS 100%.

Tentunya semua tidak terlepas dari


pengorbanan bapak dan ibu guru yang selama ini telah
meluangkan waktunya untuk mengajari kami.

Membimbing kami ke arah yang lebih baik. Menegur


kami ketika kami salah dan menuntun kami untuk selalu

melakukan hal-hal yang berbau positif. Untuk semuan


guru yang pernah mengajari kami, ucapan terima

kasih yang sebesar-besrnya tak henti-hentinya kami

persembahkan untuk kalian.




“ 210‛
Sahabat
Putih Biru

“ 211‛
“ 212‛
Sahabat adalah mereka yang bersamamu dari
awal sampai akhir. Mereka yang setia menemanimu

bagaimana pun keadaan mu. Mereka yang selalu siap


mendengar keluh kesahmu tentang bagaimana
kerasnya dunia, melewati manis pahit hidup bersama.
Mereka yang menegurmu jika kamu berbuat salah.

Mereka yang berani menamparmu dari depan bukan


mereka yang menusukmu dari belakang. Dan mereka

adalah harta yang tak ternilai.


Selama Sembilan tahun lamanya kami berada di

sekolah yang sama. Yang awalnya tidak saling


mengenal dan sampai akhirnya kami memutuskan untuk

“ 213‛
menjalin sebuah persahabatan. Persahabatan yang
bermula saat kami duduk di bangku kelas IV SD.
Persahabatan yang awalnya hanya teman biasa yang

diperintahkan untuk duduk satu bangku oleh guru.


Namun seiring berjalannya waktu kami semakin dekat

dan semakin sering bersama yang membuat kami saling


mengenal satu sama lain.

Tentuya dalam kurun waktu tersebuat ada

banyak hal yang tercipta. Adu domba,


kesalahpahaman, bahkan perselisihan, semua sudah
pernah kami alami. Tapi kami selalu berusaha untuk

menyelesaikannya dan tetap mempertahankan


persahabatan kami. Kami tak ingin persahabatan yang

telah kami jalin selama ini hancur karena masalah


sepele.

Hampir semua hal di sekolah kami lakukan

bersama. Mulai dari duduk dalam satu kelompok,


belajar bersama, makan bersama, dan jalan bersama.

Kami ingin terus bersama entah sampai kapanpun itu.


Sampai-sampai kami memutuskan untuk melanjutkan
pendidikan menengah kami di sekolah yang sama.

“ 214‛
Hingga pada akhirnya kami sadar kami tak bisa untuk
terus bersama. Kami memiliki jalan dan hidup masing-
masing. Tak harus selalu bersama untuk menjadi

sahabat. Meskipun sekarang kami sudah tidak


bersekolah di sekolah yang sama kami tetaplah

sahabat.
Semua ini memang terasa sulit. Saat kami dihadapkan

dengan kenyataan ini air mata tak henti-hentinya

mengalir dan rasa sedih terus ada dalam diri kami. Tapi
takdir telah berkata lain, kami harus menghadapi
semua ini. Tak jarang rasa rindu untuk berkumpul

kembali itu hadir dan membuat air mata kembali


menetes. Mereka adalah.

“ 215‛
Ainun Jariyah

Perempuan yang memiliki kulit cokelat ini

adalah salah satu sahabat saya. Di antara keempat


sahabat saya Ainun lah yang paling dekat dengan
saya. Kami memiliki beberapa kesamaan, seperti kami
sama-sama suka membaca, makan panada pakai
kecap, suka pelajaran yang berbau hitungan, kami juga
sama-sama anak pertama dari tiga bersaudara,

“ 216‛
bedanya dia memiliki 2 saudara laki-laki dan saya
memiliki 2 saudara perempuan. Perempuan kelahiran
26 Maret 1999 memiliki suara yang indah baik itu saat

ia bernyanyi ataupun mengaji. Sahabat saya yang satu


ini sangat takut jika berjalan sendiri di tengah

kegelapan dia sangat takut sama yang namanya


makhluk halus. Katanya ia takut kalau sampai makhluk

halus tersebut memegangnya, selain itu ia juga sangat

takut dengan cicak.


Kami bersekolah di sekolah yang sama sejak
kami masih duduk di bangku taman kanak-kanak

sampai kami duduk di bangku sekolah menengah


pertama. Namun ketika kami melanjutkan pendidikan ke

sekolah menengah atas kami tak lagi berada di sekolah


yang sama. Ainun sekarang menempuh pendidikan

menengah atasnya di salah satu Pondok Pesantren

yang berada di Jawa.

“ 217‛
Nurannisa Kurniasari

Gadis kelahiran 24 September ini merupakan


sahabat saya sejak saya belum mengenal pendidikan.
Dia merupakan gadis keturunan Jawa-Bugis. Nisa
merupakan anak bungsu dari 3 bersaudara. Dia

merupakan orang yang sangat tertutup yang


terkadang lebih memilih untuk menyelesaikan
masalahnya sendiri daripada meminta bantuan orang

lain, meskipun itu sahabatnya. Dia memiliki hobby

“ 218‛
mengigau. Kami sudah seperti saudara, saya juga
sangat dekat dengan keluarganya. Bapaknya yang
gaul dan friendly membuat saya dapat dengan mudah

akrab dengan beliau. Selain itu, saya juga dekat


dengan ibunya karena beliau merupakan guru saya di

sekolah.
Saat SMP kami selalu berangkat sekolah

bersama karena jarak rumah kami cukup dekat, kami

tinggal di kompleks yang sama. Sama halnya dengan


Ainun. Saya dan Nisa juga bersekolah di sekolah yang
sama sejak kami duduk di bangku taman kanak-kanak

sampai di bangku sekolah menengah pertama.


Sekarang Nisa melanjutkan pendidikan menengah

atasnya di SMA Negeri 1 Segeri.



“ 219‛
Annisaul Khaera Arifin

Annisaul Khaera Arifin aka Nisaul aka Caul


memiliki kepribadian yang masih sangat polos, wajar
saja di antara kami bertiga dialah yang paling muda.

Gadis kelahiran 7 Februari 2000 ini selalu saja memiliki


tingkah konyol yang mampu membuat kami tertawa.

Selain itu dia juga sangat ceroboh. Sahabat saya yang


satu ini tidak bisa menyebut huruf ‚R‛, sering kali kami
menertawainya ketika ia banyak mengeluarkan kata-
kata yang mengandung huruf ‚R‛.

“ 220‛
Lain halnya dengan kedua sahabat saya yang
telah bersekolah bersama saya sejak duduk di bangku
taman kanak-kanak. Saya dan Nisaul baru kenal ketika

kami duduk di bangku sekolah dasar. Waktu itu ia


merupakan murid pindahan. Tapi seiring berjalannya

waktu kami bisa akrab dan menjalin sebuah


persahabatan. Sekarang ia melanjutkan pendidikan

menengah atasnya di SMA Negeri 1 Segeri.



“ 221‛
Aldi Febryan

Laki-laki satu ini merupakan sahabat saya yang


saya temukan di SMP. Ia memiliki kepribadian yang
tegas dan bertanggung jawab. Ia selalu melindungi

kami berempat dari segala bentuk kejahatan. Ia


merupakan pendengar yang baik untuk semua cerita

saya. Pengertian, perhatian, tegas, penyayang, dan


bertanggung jawab adalah kata yang menggambarkan
sosok laki-laki kelahiran 10 Februari 1999 ini.

“ 222‛
Kenapa saya memilih dia untuk menjadi sahabat
saya padahal dia seorang laki-laki? Karena saya
sangat suka bersahabat deng seorang pria.

Bersahabat dengan pria itu no drama, no acting, dan


tidak palsu. Kita juga bisa saling bertukar pikiran dan

membahas sesuatu dari sudut pandang yang berbeda.


Ia bercita-cita untuk menjadi seorang kapten. Sempat

ia mendaftar di SMK dan mengambil jurusan pelayaran

tapi ia tidak lulus dan kemudian memutuskan untuk


bersekolah di SMA Negeri 1 Segeri dan sekarang ia
menjadi ketua pramuka di sana.



I MISS YOU … ({})

“ 223‛
“ 224‛
Penerang Dalam
Kegelapan

“ 225‛
Penerang dalam kegelapan? Mungkin lampu,
pelita atau apalah itu. Bukan. Yang saya maksud di sini
adalah mereka yang telah menuntun dan mengajari

saya berbagai macam hal sehingga saya dapat menjadi


seperti sekarang ini. Mereka adalah guru-guru saya.

Sebelumnya saya ingin berterima kasih kepada semua


guru yang telah mendidik saya. Baik itu guru saya di

bangku TK, SD, SMP maupun SMA. Terima kasih

karena telah mendidik dan mengajari saya dengan


penuh kesabaran.
Di antara banyak guru yang mengajari saya.

Saya punya tiga orang yang sangat saya idolakan


sampai sekarang. Mereka semua telah banyak

mengajarkan banyak hal yang tidak saya dapatkan di


dalam kelas. Mereka semua sudah seperti orang tua

kandung saya. Saya sangat sayang kepada mereka.

“ 226‛
Bapak Muh. Tahir, S.Pd

Jika pembaca mengikuti cerita saya dari awal

maka nama ini tak asing lagi. Beliau merupakan guru

ilmu pengetahuan sosial di SMP saya. Tapi sekarang


beliau menjadi guru sejarah di SMA, entahlah saya

“ 227‛
juga kurang tahu penyebab beliau pindah. Pak Tahir
terkenal sebagai guru killer di sekolah. Jelas saja,
ketika kami melakukan kesalahan maka kami akan

diberi hukuman yang setara dengan kesalahan yang


kami buat. Sebagian teman saya beranggapan beliau

adalah guru killer karena mereka belum mengenal


beliau lebih dalam. Sebnarnya beliau adalah sosok guru

yang berhati lembut, beliau bersikap seperti itu agar

kami tidak kurang ajar kepadanya. Saya sangat suka


dengan sifat kepemimpinan yang beliau miliki. Beliau
sangat disiplin dalam hal apapun. Beliau sangat

disegani karena ketegasannya. Beliau juga motivator


terbesar bagi saya. Karena beliaulah saya menjadi

suka dengan pelajaran IPS, saya sangat senang dengan


metode pembelajaran yang beliau sajikan,

pembelajaran yang menurut saya sangat terstruktur.



“ 228‛
Bapak Ivan Hermanto, S.Pd

Guru saya yang satu ini memiliki sifat yang


sangat humoris. Saya sangat sering dibuat sakit perut

karena kebanyakan ketawa ketika beliau menceritakan


hal-hal konyol kepada saya. Pak Ivan merupakan guru

olahraga sekaligus Pembina OSIS di sekolah saya dulu.

Beliau merupakan sosok guru yang friendly namun


disegani oleh para siswa. Saat saya menulis
tentangnya dalam autobiografi ini beliau sedang

“ 229‛
terbaring lemah di rumah sakit karena kecelakaan.
Cepat sembuh Pak.



“ 230‛
Ibu Muji Hartini, S.Pd

Sosok wanita satu ini sudah saya anggap


sebgai ibu saya sendiri. Beliau merupakan ibu dari

sahabat saya sekaligus guru saya di sekolah. Beliau


adalah guru bahasa Indonesia. Beliau merupakan
keturunan Jawa asli namun sangat hebat dalam

berbahasa Bugis. Beliau sangat banyak membantu saya


mengerjakan semua tugas-tugas yang ada di sekolah
utamanya yang berbau seni. Beliau merupakan seorang
yang sangat kreatif. Sebenarnya saya sudah lama

“ 231‛
mengenal beliau karena beliau merupakan tetangga
saya, itulah sebabnya saya sangat dekat dan
menganggap beliau sebagai ibu saya sendiri.



“ 232‛
Melalui buku ini, sekali lagi ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya saya ucapkan kepada semua
guru yang pernah mengajar saya. Saya juga meminta

maaf, karena saya sadar ada banyak kesalahan yang


saya buat yang membuat mereka marah dan sakit hati.

Untuk itu saya menyampaikan maaf yang sebesar-


besarnya atas semua kesalahan yang pernah saya

perbuat.

Saya tahu semua sifat keras yang mereka


tunjukkan bukan sifat asli mereka. Mereka marah
karena mereka sayang dan ingin melihat kita menuju ke

jalan yang baik bukan malah menuju ke jalan yang


salah. Karena mereka semua itu seperti kelapa. Keras

di luar namun lembut dan manis di dalam.



“ 233‛
“ 234‛
LIMA
“ 235‛
“ 236‛
Putih Abu-Abu

“ 237‛
“ 238‛
Sekolah Menengah Atas

Sekolah menengah pertama merupakan masa-masa


yang kata kebanyakan orang adalah masa yang paling indah.
Masa yang sangat dirindukan ketika kita telah berada di
universitas.
Setelah menyelesaikan pendidikan di bangku SMP
saya melanjutkan pendidikan saya di salah satu sekolah yang
berada di pusat kota. SMA Negeri 2 Unggulan Pangkajene
atau lebih dikenal dengan sebutan SMADA Pangkep
merupakan sekolah yang saya pilih untuk melanjutkan
pendidikan menengah saya. Dan sekolah ini lah yang

“ 239‛
membuat saya harus tinggal jauh dari orang tua saya. Selain
itu sekolah ini lah yang membuat saya belajar menjadi
seorang anak yang mandiri yang mampu untuk bertahan
hidup di kota orang.



“ 240‛
Pendaftaran

Saat itu orang tua saya memberi dua pilihan sekolah


yang akan saya tempati mendaftar, yaitu SMU Negeri 5
Makassar dan SMA Negeri 2 Pangkajene. Namun tak ada
satupun dari pilihan itu yang saya pilih. Karena saat itu saya
ingin bersekolah di SMA N 1 Segeri bersama teman-teman
saya yang lain. Karena saya tahu jika saya memilih salah satu
di antara pilihan tersebut saya pasti akan tinggal jauh dari
orang tua. Tapi pada akhirnya saya memilih SMA Negeri 2
Pangkajene. Ini semua demi orang tua yang sangat saya
sayangi.
Akhirnya saya mencoba mendaftarkan diri di SMA
Negeri 2 Pangkajene. Saat itu pendaftaran calon peserta
didik dilaksanakan menggunakan sistem online. Sangat
berbeda dengan pendaftaran pada tahun-tahun sebelumnya,
menurut saya pendaftaran tahun ini sangat rumit dan
memusingkan. Calon peserta didik diperbolehkan memilih
maksimal tiga sekolah untuk ditempati mendaftar. Saat itu
saya hanya memilih satu sekolah saja yakni SMA Negeri 2
Pangkajene. Saya tidak memilih sekolah lain karena saya
hanya ingin fokus pada satu sekolah saja.

“ 241‛
Berhubung saat itu tempat tinggal saya berada
sangat jauh dari SMADA, jadi mau tidak mau saya harus
pulang balik dari Mandalle ke Pangkep untuk mengurus
semua berkas yang dibutuhkan dalam pendaftaran tersebut.
Dengan jarak yang lumayan jauh tentunya ini merupakan
kendala bagi saya.
Saat pengambilan formulir saya diantar oleh bapak .
Saya tidak sendirian, saat itu ada Rhyanthi, Nisa, Ainun, dan
Sulas. Sesampainya kami di SMADA ternyata di sana sudah
ada teman-teman SMP saya, yaitu Wiri, Aldi, Hasan, Wawan,
Uppi dan Uga. Saat pengembalian formulir tiba kami tak lagi
diantar melaikan kami pergi sendiri menggunakan pete’-pete’.
Saat itu saya lupa menuliskan NISN di formulir tersebut

sehingga saya harus kembali ke rumah untuk mencari NISN


saya, untunglah saat itu saya belum terlalu jauh.
Sesampainya kami di SMADA kami menyerahkan
semua berkas-berkas yang dibutuhkan dalam pendaftaran
tersebut. Kemudian setelah itu kami langsung kembali ke
Mandalle.



“ 242‛
Tes Masuk SMADA

Setelah urusan saya selesai dengan semua berkas-


berkas yang akhir-akhir itu menjadi pusat perhatian saya
akhirnya tibalah hari di mana saya akan menjalani tes tertulis
yang akan menjadi salah satu pertimbangan agar bisa masuk
di sekolah tersebut.
Pagi-pagi buta saya berangkat dari rumah ke
SMADA diantar oleh bapak. Saya berangkat bersama teman
yang sama ketika saya mendaftar. Setiba saya di SMADA
ternyata sudah banyak calon peserta didik yang juga akan
mengikuti tes tertulis tersebut.
Tanpa basa-basi saya langsung mencari ruangan
saya. Saat itu saya ditempatkan di kelas X. BJ Habibie. Saya
pun melangkahkan kaki saya masuk ke ruangan tersebut dan
mengambil tempat duduk yang terletak di barisan paling
belakang. Bukannya saya sengaja memilih tempat tersebut
tetapi memang hanya tempat itu saja yang masih kosong
pada saat itu. Sesampainya saya di dalam, saya mengamati
setiap sudut pada ruangan tersebut. Tak ada satu pun yang
saya kenal, semua wajah terasa asing bagi saya.
Selang beberapa lama pengawas pun masuk. Setelah
berdoa soal pun dibagikan. Setelah semua calon siswa

“ 243‛
mendapatkan soal kami semua bergelut dengan pensil dan
soal kami masing-masing. Kami mengerjakan soal dengan
tenang. Saat itu saya mendapat kendala pada soal bahasa
Inggris, memang dari dulu saya tidak terlalu mampu dalam
menaklukkan mata pelajaran yang satu ini. Jadi saya hanya
fokus pada soal hitungan, nanti pada detik-detik terakhir
saya mencoba menjawab beberapa soal bahasa Inggris.
Setelah waktu mengerjakan soal telah selesai saya
meninggalkan ruangan tersebut dan mencari teman-teman
saya yang tampaknya telah berkumpul di musholla. Di sana
kami membahas soal yang kami kerjakan. Dan saat itu saya
yakin untuk bisa lolos masuk ke sekolah ini.
Sudah cukup lama kami menunggu dan akhirnya hasil

tes tadi diumumkan. Pengumumannya dilaksanakan segera


dengan tujuan agar tidak ada pemikiran-pemikiran negatif
tentang campur tangan dari luar.
Saat pengumuman berlangsung saya berdiri di
samping aula untuk mendengar semua nama-nama peserta
yang berhasil lolos masuk ke sekolah ini yang saat itu
dibacakan oleh Pak Suparman. Saat itu saya sudah
mendengar nama Nisa, Wawan, Hasan dan terakhir nama
saya disebutkan. Saya senang karena saya telah berhasil
masuk di sekolah yang sangat di idaam-idamkan oleh

“ 244‛
kebanyakan orang. Tapi tunggu dulu. Ada yang aneh. 200
besar semuanya telah diumumkan tapi nama Wiri belum juga
disebutkan, saya pun berpikir pemeriksaan ini telah
mengalami kesalahan. Tapi saya tidak terlalu memikirkannya,
yang jelas saya telah lulus. Saya pun menelepon bapak agar
segera menjemput saya karena pengumumannya telah
selesai. Saya juga memberitahukan jika saya berhasil lulus
masuk di SMADA. Setelah bapak tiba di SMADA kami pun
kembali ke Mandalle.
Beberapa hari setelah pengumuman tersebut. Mama
menerima SMS dari panitia PSB (Penerimaan Siswa Baru)
bahwa besok akan diadakan pemeriksaan ulang karena
pemeriksaan yang sebelumnya mengalami kesalahan.

Ternyata dugaan saya benar.


Keesokan harinya saya bersama kedua orang tua
dan adik saya berangkat ke SMADA untuk mengikuti
pemeriksaan ulang tersebut. Saat itu saya tak lagi berangkat
bersama teman yang saya temani saat mendaftar dulu.
Mereka telah mengundurkan diri dan memutuskan untuk tidak
melanjutkan pendidikan mereka di SMADA. Saya juga tidak
tahu kenapa. Saat itu rasa khawatir karena takut jangan
sampai saya tidak lulus ketika pemeriksaan ulang telah
dilaksanakan terus membayangi pikiran saya. Sepanjang

“ 245‛
perjalan hanya itu yang saya pikirkan. Di atas mobil saya
diam diam dan terus diam memikirkan hal tersebut.
Setibanya kami di SMADA ternyata acaranya sudah
dimulai. Tampak Pak Firdaus telah memimpin jalannya acara,
beliau merupakan kepala sekolah di sekolah tersebut. Beliau
mewakili seluruh guru dan staff pegawai meminta maaf yang
sebesar-besarnya atas kesalah yang terjadi. Beliau
memberikan solusi yaitu melakukan pemeriksaan ulang
dengan cara manual dan diawasi langsung oleh orang tua
siswa. Seketika suasan aula tampak panas dan ricuh. Solusi
tersebut menuai pro kontra. Pihak yang pro adalah pihak
yang benar-benar ingin tahu hasil yang sebenarnya.
Sedangkan pihak yang kontra adalah mereka yang anaknya

telah menduduki urutan 1-240. Meskipun saat itu saya telah


dinyatakan lulus tapi orang tua saya tidak berada di pihak
kontra karena saat itu orang tua saya hanya memilih untuk
diam dan menunggu keputusan apa yang akan dilakukan
selanjutnya.
Semakin lama suasana di dalam aula semakin
memanas. Bahkan ada orang tua yang membawa anaknya
pulang dan mengatakan ia tidak jadi menyekolahkan
anaknya di SMADA. Saat itu, Pak Firdaus menghadapi
ratusan orang tua siswa yang melakukan complain kepada

“ 246‛
pihak sekolah. Namun tiba-bia saja terdengar suara dari
belakang panggung yang menjelaskan semuanya, pemilik
suara tersebut adalah Ibu Suriani. Tapi suasana di dalam aula
masih seperti itu. Barulah ketika Pak Yamin berbicara di
depan semua orang tua siswa suasana aula sedikit bisa
terkendali. Mereka yang tadinya berdiri sambil berteriak-
teriak tidak setuju dengan tindakan yang dilakukan oleh
sekolah akhirnya kembali tenang dan duduk di kursi mereka
masing-masing. Selang beberapa saat akhirnya para orang
tua siswa setuju untuk melakukan pemeriksaan ulang secara
manual.
Pihak sekolah memberikan kebebasan kepada orang
tua siswa untuk memeriksa lembar jawaban tersebut. Setiap

ruangan terdiri dari 4 orang pemeriksa, 3 orang tua dan 1


guru. Saai itu mama juga ikut dalam memeriksa lembar
jawaban tersebut. Pemeriksaan dilaksanakan sekitar pukul
11:00, soal yang akan diperiksa berjumlah kurang lebih 600
soal. Saat itu saya hanya duduk menunggu pemeriksaan yang
memakan waktu berjam-jam tersebut selesai.
Setelah sekian lama menunggu akhirnya pemeriksaan
ulang tersebut selesai dan hasilnya akan segera diumumkan.
Tak menunggu lama, hasilnya pun dibacakan. Saat itu saya
tidak berada di aula melainkan saya berada di mushollah

“ 247‛
saya takut mendengar pengumumannya. Selang beberapa
menit handphone yang berada di dalam saku baju saya
berbunyi. Rupanya mama yang menelepon. Mama bilang
dalam penguman kedua ini saya tetap lulus. Alhamdulillah .
Setelah semuanya selesai kami semua kembali ke rumah.
Berhubung pada tahun ajaran ini sekolah
menggunakan jalur online untuk penerimaan siswa baru.
Sehingga nilai pada tes tersebut sama sekali tidak
mempengaruhi diterima atau tidaknya calon siswa di
SMADA. Para calon peserta didik hanya perlu menggunakan
nilai UN-nya.



“ 248‛
Pendaftaran Online

Setelah mengetahui teryata nilai tes tertulis

yang dilakukan beberapa minggu yang lalu sama sekali


tidak mempengaruhi diterima atau tidaknya calon siswa
di SMADA saya pun berharap semoga nilai UN saya
tahun ini memuaskan. Karena tahun ini sekolah
menggunakan pendaftaran melalui jalur online yang

menggunakan nilai UN sebagai nilai ukur seorang


siswa.

Beberapa hari kemudian akhirnya nilai ujian

nasional saya keluar. Saya sangat bersyukur dengan


hasilnya, karena semua sesuai dengan harapan saya

selama ini. Nilai saya cukup memuaskan. Dan saya


berharap dengan nilai tersebut saya dapat diterima
untuk bersekolah di SMADA. Karena sekolah

tersebutlah satu-satunya sekolah yang saya tempati


mendaftar.

Setelah saya mengetahui nila ujian nasional


saya. Saya segera mengambil formulir pendaftaran
online di SMADA. Dan mengisi semua data-data yang

“ 249‛
diminta. Setelah mengisi formulir keesokan harinya
saya mengembalikan formulir tersebut ditemani oleh
kedua orang tua saya. Saat tiba di SMADA Ibu Marni

yang saat itu menjadi panitia PSB memerintahkan untuk


mengisi tiga sekolah pilihan pada formulir tersebut.

Tapi saya tidak tahu sekolah apa yang harus saya pilih,
akhirnya saya hanya memilih SMADA.

Saya pun menunggu hasilnya. Setiap hari mama

pasti membuka website pendaftaran tersebut dan terus


mencari apakah nama saya sudah ada. Tapi selama
dua hari berturut-turut mama memantau

perkembangannya ternyata nama saya belum ada.


Saat itu baru sekitar 25 orang yang namanya telah

tertulis di sana. Keesokan harinya saya ditemani oleh


Nisa dan Iccank kembali melihat pengumuman tersebut

dan Alhamdulillah nama saya sudah ada. Saat itu saya

berada di urutan 40.



“ 250‛
Matrikulasi

Setelah dinyatakan saya diterima di SMADA.

Saya pun melakukan pendaftaran ulang. Saat


pendaftaran ulang tersebutlah kami diberi jadwal
kegiatan penerimaan siswa baru dengan berbagai
kegiatan dan acara yang berbeda. Salah satunya
adalah matrikulasi.

Matrikulasi? Mungkin kedengarannya asing. Iya


awalnya saya juga tidak tahu apa itu matrikulasi.
Ternyata matrikulasi adalah kegiatan yang bertujuan
untuk mengadaptasikan para calon siswa dengan
lingkungan SMA Negeri 2 Pangkajene. Awalnya saya
mengira kegiatan ini hanya berlangsung selama dua

sampai tiga hari. Tapi tenyata tidak. Kegiatan ini


berlangsung selama 1 bulan. Ini tetunya sangat

melelahkan apalagi saat itu adalah bulan ramadhan.

Tapi sebelum matrikulasi dilaksanakan kami


terlebih dahulu mengikuti pra-matrikulasi yang
dilaksanakan sehari sebelum matrikulasi. Kegiatan ini

“ 251‛
bertujuan sebagai persiapan bagi para calon siswa
untuk mengikuti matrikulasi. Di sini kami dikumpulkan di
mushollah dan dibagi menjadi delapan gugus. Saat itu
saya ditempatkan di gugus Tawakkal yaitu gugus
paling terakhir.

Tak ada satu orang pun yag saya kenal.


Wajarlah, karena hanya saya, Wiri dan Hasan yang

lanjut di sekolah ini dan kami berada pada gugus yang

berbeda-beda. Setelah pembagian gugus saya pun


menuju ke gugus saya. Di sana hal yang saya lakukan
hanyalah duduk dan diam sampai waktu pulang tiba.

Pada pra-matrikulasi ini kami diperintahkan


untuk menghapalkan lagu Mars SMADA. Menghapal

sebah lagu bukanlah hal yang sulit, jika kita sering


mendengarnya. Tapi saat itu kami diperintahkan untuk

menghapalkan lagu ynag sama sekali belum pernah

kami dengar sebelumnya. Karena ini adalah sebuah


tuntutan jadi saya berusaha menghapalnya. Dan

Alhamdulillah dengan usaha saya itu saya berhasil


menghapalkan lagu tersebut.

“ 252‛
Setelah pra-matrikulasi dilaksanakan. Keesokan
harinya tibalah hari pertama matrikulasi yang akan
berlangsung selama satu bulan itu. Kegiatan matrikulasi

diisi dengan materi yang diberikan oleh guru SMA


Negeri 2 Pangkajene dan orang dari luar sekolah

seperti Polisi, TNI, KPK dan masih banyak lagi.


Dalam kurun waktu satu bulan kami harus

duduk selama delapan jam setiap harinya. Coba

bayangkan betapa kramnya pantat kami saat itu.


Mungkin saja pantat kami sudah berubah bentuk. Tentu
saja semua ini sangat membosankan wajar sajalah

kalau saya tertidur disetiap ada kesempatan.


Walaupun membosankan tapi pada matrikulasi

saya banyak belajar. Karena pada saat itu ada dua


mata pelajaran yang setiap harinya akan menemani

kegiatan ini. Yakni bahasa Arab dan bahasa Inggris.

Jangan tanyakan lagi ini merupakan sesuatu yang tidak


saya suka. Tapi selama satu bulan itu saya belajar

untuk menyukai dan mempelajarinya.


Tiga puluh hari berlalu. Akhirnya kegiatan yang
membosankan namun menyimpan berjuta manfaat ini

“ 253‛
selesai. Dan saatnya untuk berteriak sekencang-
kencangnya. AKHIRNYAAAAA SELESAAAAIII…..!!



“ 254‛
Psikotes

Di sela-sela berlangsungnya matrikulasi, kami

harus menjalani tes yang nantinya akan menentukan


jurusan kami. Tes tersebut adalah tes psikologi. Selain
menentukan jurusan tes ini juga di gunakan untuk
menyaring siswa yang bisa mendapatkan satu bangku
di kelas akselerasi.

Sebenarya saya tidak tahu seperti apa bentuk


soal yang nantinya akan saya kerjakan. Karena

sebelumnya saya tidak pernah mengikuti tes psikologi.

Ini adalah kali pertamnya saya untuk mengikuti tes


semacam ini. Saat itu target saya adalah jurusan IPA.

Satu hari sebelum tes tersebut dilaksanakan.


Saya dan beberapa teman di aspuri yaitu, Sasa, Pipi,
Sirah, Nini, dan Nisa belajar bersama. Kami

mempelajari semua bentuk soal yang menyangkut tes


tersebut. Kami mengemas pembelajaran kami menjadi

lebih menarik. Kami menjadikannya sebagai permainan.


Mekanisme permainannya cukup mudah. Kami cukup
menjawab soal yang ada dan yang kalah akan

“ 255‛
diberikan bedak di wajahnya sebagai sebuah bentuk
hukuman. Jadi kentara mereka yang memiliki bedak
paling banyak berarti mereka yang paling sering salah

dalam menjawab soal.


Saat hari pelaksanaan tes tiba, rasa deg-degan

dan takut menyerang saya. Saya takut karena saya


merasa persiapan yang saya miliki sangat minim. Tapi

saya tetap semangat dan optimis dalam

menghadapinya. Saya kembali menempati ruangan


yang sama saat mengikuti tes tertulis dulu. Ternyata
soal yang dikerjakan tidak sesulit yang saya

bayangkan. Kami hanya disuruh untuk menggambar,


menghitung perkalian, melengkapi barisan bilangan,

mengurutkan prioritas dan berimajinasi.


Beberapa hari setelah dilaksanakannya tes

tersebut, maka diumumkannlah hasinya. Saat itu saya

berada di depan mushollah dan melihat semua orang-


orang berkumpul di koridor depan ruangan PSB.

Ternyata di sana sudah terpampang hasil dari tes yang


dilaksanakan beberapa hari yang lalu. Saya tidak
langsung ikut bergabung dalam kerumunan tersebut,

“ 256‛
karena saya sangat benci sama yang namanya
keramaian apalagi harus berdesa-desakan seperti itu.
jadi saya menunggu sampai keramaian itu berhenti.

Setelah orang-orang yang berada disitu berangsur-


angsur berkurang barulah saya pergi melihat

pengumuman tersebut. Dan Alhamdulilllah saya


berhasil mencapai target saya. Saya berhasil masuk ke

jurusan IPA.



“ 257‛
X. BJ Habibie

X BJ. Habibie adalah salah satu rumah ilmu


yang berada di SMA N 2 Pangkajene. Ruangan ini

terletak di samping mushollah yang dihuni oleh 31


orang siswa. Dan memiliki wali kelas yang bernama
Bapak Ilham, S.Pd. Beliau merupakan guru prakarya.

Saya sangat kagum kepada beliau karena keahliannya


dalam menggambar, saya juga ingin seperti beliau.

Kelas yang dihuni oleh berbagai macam spesies

manusia, mulai dari yang sangat pendiam hingga yang


sangat cerewet, dari manusia yang bersuara kecil

hingga yang bersuara besar (kami biasa menyebutnya


dengan corong). Jadi wajarlah jika kelas ini di juluki
sebagai kelas teribut. Selain itu kelas ini juga mendapat

julukan sebagai kelas yang kurang bersih, semua itu


karena penghuninya lebih banyak orang malas

daripada orang yang rajin.


Kelas ini merupakan kelas pertama saya di
SMA N 2 Pangkajene. Ruangan yang sudah tidak asing

“ 258‛
lagi bagi saya karena sejak pertama tes sampai saya
bersekolah di sini saya terus-terusan di tempatkan di
kelas ini. Yang asing bagi saya adalah orang-orang

yang berada di dalam, tak satu pun yang saya kenal.


Jadi saat pertama berada di sana saya hanya duduk

dan mengamati sekeliling saya. Tampak ada beberapa


teman yang sudah akrab mungkin karena mereka satu

SMP. Beberapa hari kemudian saya berkenalan dengan

salah satu dari mereka. Ternyata dia tinggal bersama


saya di asrama. Dia adalah Husna, sejak saat itulah
kami sering bersama dan duduk saling berdekatan.

Karena pada saat itu anggota Paskibraka lagi


sibuk-sibuknya mempersiapkan diri untuk menghadapi

lomba, makanya yang hadir hanya sedikit. Mereka


sibuk dengan latihan tersebut. Dua mingggu berlalu

semua anggota Paskib telah menyelesaikan urusannya,

dan bisa masuk belajar bersama kami. Mungkin itu


adalah hari pertama mereka masuk. Saat itu, seorang

perempuan yang memiliki mata sipit dan pipi chubby


masuk ke kelas (saat itu saya belum mengetahui
namanya). Dia duduk tepat di belakang saya, dia

“ 259‛
marah-marah karena kami tidak menuliskan tugas apa
saja yang ada di papan pengumuman. Saya pun
menatap tidak suka kepadanya. Ternyata dia bernama

Jannatul Makwah Abuhair yang sekarang menjadi


sahabat saya. Meskipun dulu saya sempat memberinya

tatapan sinis tapi sekarang kami menjadi sahabat.


Seiring berjalannya waktu kami semakin dekat dan

saya mengenalnya sebagai pribadi yang sangat baik.

Hari demi hari saya habiskan untuk menimba


ilmu di kelas tersebut. Awalnya saya menjalaninya
dengan hati senang, walaupun saya belum mengenal

dan menghapal nama teman-teman yang satu kelas


dengan saya. Hingga pada akhirnya saya tidak suka

berada di dalam kelas tersebut. Saat itu, seperti


biasanya saya berangkat ke sekolah dengan berjalan

kaki, karena jarak aspuri dengan sekolah sangat dekat

jadi saya dapat menempuhnya hanya dengan berjalan


kaki. Setibanya saya di kelas suasana kelas berubah
o
180 . Susunan tempat duduk diubah dan saya
ditempatkan di barisan paling belakang. Tentunya saya
jengkel dengan ini semua. Saat itu yang duduk di

“ 260‛
barisan belakang ada saya, Jannah, Husna, Naya, Tria
dan Syahri. Selama satu tahun hanya ada kepala yang
setiap harinya kami lihat. Kami kesulitan melihat tulisan

guru di papan tulis, utamanya saya yang telah terlahir


menjadi seorang yang memiliki tubuh pendek. Tapi

semua itu terobati dengan kekonyolan dan keributan


yang setiap hari diciptakan oleh laki-laki di kelas saya,

mereka mampu membuat kami tertawa sampai-sampai

perut kami sakit. Terurtama Andri yang memiliki sifat


yang sangat polos, apapun yang dia lakukan semuanya
terlihat lucu di mata saya dan mampu membuat saya

tertawa terbahak-bahak. Mungkin bukan hanya saya


yang memiliki penilaian seperti itu terhadap Andri,

semua teman kelas saya pada saat itu pasti memiliki


pendapat yang sama jika memang Andri itu lucu dan

sangat polos. Karena pada saat itu barisan yang duduk

di depan kami semuanya laki-laki.


Selain itu, pernah saya mengalami sesuatu yang

horror di kelas ini. Saat itu adalah pelajaran


matematika. Awalnya semua baik-baik saja, sampai
pada akhirnya kelas yang biasanya sangat ribut ini

“ 261‛
hening. Semua tampak serius memperhatikan Pak Rapi
menjelaskan. Di tengah-tengah keheningan itu
terdengar suara tangisan seseorang. Pak Rapi menegur

kami dan meyuruh siapapun yang membuat suara itu


agar segera berhenti. Tapi suara itu semakin jelas

terdengar, seketika semua mata tertuju kepada saya


dan Janna yang pada saat itu duduk paling pojok di

barisan belakang. Janna bingung kenapa semua orang

melihat kami. Sepertinya Janna belum sadar akan hal


ini, dia tidak mendengar suara tersebut. Sebenarnya
saya sama seperti teman-teman yang lain, saya juga

mendengarnya tapi saya hanya diam tak menanggapi.


Saat Jannah menyadari akan suara tersebut ia

langsung panik. Dia memang sangat takut dengan


semua hal yang berbau mistis. Dengan raut wajah

panik Janna pindah ke dapan dan meninggalkan saya

yang duduk di belakang. Tak berapa lama dia duduk di


depan ia kembali ke belakang dan menarik saya dia

berkata ‛siniko cepat Tifa namakan ko nanti‛. Saat itu


saya hanya tertawa dan tidak takut, menurut saya
semua ini lucu apalagi melihat raut muka Jannah yang

“ 262‛
sangat panik. Seketika saja suasana kelas yang
sebelumnya hening berubah menjadi ribut.
Di tengah keributan tersebut. Pak Rapi

meninggalkan kelas dan mencari dari mana suara itu


berasal. Beliau bertanya ke setiap kelas yang berada

di dekat kelas saya. Beliau sampai naik di lantai atas


hanya untuk mencari sumber suara tersebut. Selang

beberapa lama Pak Rapi kembali masuk ke dalam kelas

dan memberitahukan kami bahwa dari tadi tidak ada


orang yang menangis. Mendengar hal tersebut
tentunya ketakutan Jannah semakin menjadi-jadi di

tambah lagi Pak Rapi bercerita banyak hal tentang


keanehan-keaehan yang pernah terjadi di SMADA.

Akhirnya hari itu saya dan Jannah duduk di depan dan


membiarkan tempat kami kosong sampai waktu pulang

tiba.

Berikut adalah nama-nama yang telah membuat


X. BJ Habibie mendapat julukan kelas teribut. Tapi di

balik itu semua kami juga pernah dijuluki sebaga kelas


yang di dalamnya adalah orang-orang yang ceria dan
tak memiliki masalah.

“ 263‛
1. A. Ahmad Kamil
2. Afni Asisah
3. Andi Muhammad Akram

4. Andri Justi Palasury


5. Asmaul Husna

6. Cindyana Turut
7. Dewi Fortuna Nasir

8. Diah Athifah Mahdiyah

9. Eka Anggraeni Tresnasari


10. Fadila Fajrianti Ishaq
11. Fauziah Ika Safitri

12. Henny Puspita S


13. Inayah Wilandari

14. Jannatul Makwah Abuhair


15. Luh Putu Gita Laksmi

16. Muh Akram Fauzan

17. Muh Dzulfahmi Rais


18. Miftahul Jannah

19. Miftahul Khaerat


20. Muhammad Ansyari
21. Muhammad Imran

“ 264‛
22. Naura Nazhifah
23. Nida Alfiah Khazanah
24. Nur Mita Rasyid

25. Putri Ainul Amalia


26. Sofi Mutafafi

27. Syahri Afdaliah


28. Tria Fajri Rahayu

29. Vira Afrianti Sam

30. Widya Rezkita


31. Yustika S Yusuf



“ 265‛
Hepatitis

Hepatitis adalah peradangan pada hati karena toxin,


seperti bahan kimia, obat atau agen penyebab infeksi.
Hepatitis biasanya terjadi karena virus. Terutama salah satu
dari kelima virus hepatitis, yaitu A, B, C, D, atau E. Selain itu
hepatitis juga bisa terjadi karena infeksi virus lainnya, seperti
Mononukleosis infeksiosa, demam kuning dan infeksi
Sitomegalovirus. Penyebab hepatitis non-virus yang utama
adalah alkohol dan obat-obatan.
Penyakit ini pernah ramai diperbincangkan di Kota
Pangkep. Penyakit yang menyerang banyak siswa. Utamanya
di sekolah saya. Penyakit yang membuat ramai RSUD
Pangkep. Kami tidak tahu apa pemicu munculnya penyakit ini.
penyakit yang membuat kami diliburkan selama satu minggu.
Sebab semakin hari siswa yang hadir semakin berkurang. Jadi
sekolah memutuskan untuk meliburkan kami agar penyakit ini
tidak terlalu banyak memakan korban.
Saat itu saya kembali ke rumah dan menceritakan
semuanya kepada orang tua saya. Setelah mendengar cerita
saya tersebut mama menyuruh saya untuk tidak selalu
bersama dengan adik saya, alat-alat makan saya juga dipisah
karena mama takut jika saya juga mengidap penyakit

“ 266‛
tersebut. Mengingat penyakit ini bersifat menular. Untuk
memastikan itu semua mama menyuruh saya untuk tes darah.
Tentunya saya tidak mau, saya sangat takut dengan jarum
suntik. Karena hal inilah yang membuat tidur dan makan saya
tidak enak selama dua hari. Saya terus memikirkannya.
Seingat saya saat itu adalah hari Jum’at. Saya
diantar oleh bapak untuk melakukan tes darah di RSUD
Pangkep. Sepanjang perjalanan saya hanya diam. Bapak
mungkin menyadari hal tersebut, karena tidak biasanya saya
diam seperti itu. Pasti ada-ada saja hal yang kami bahas
untuk menemani perjalanan kami. Tapi bapak tak
menanyakan hal tersebut, pasti dia sudah tahu apa yang
membuat saya seperti itu. Saya sangat takut. Tuhan

hambamu takut, tolong saya.


Sesampainya kami di sana, bapak mengurus
semuanya. Saya hanya duduk di kursi tunggu. Setelah
semuanya selesai bapak pun duduk di sebelah saya. Lama
kami menunggu tapi nomor antrian saya belum dipanggil.
Bapak pun mengecek kembali. Sekitar lima menit sejak bapak
meninggalkan saya di kursi tunggu tersebut tampak dari
kejauhan seorang yang saya kenal berjalan ke arah saya. Dia
adalah Herul. Herul pun menanyakan mengapa saya ada di
sini. Saya pun menceritakan alasan saya berada di rumah

“ 267‛
sakit itu. Penasaran, saya juga bertanya balik tapi dengan
pertanyaan yang berbeda. Saya bertanya tentang keadaan
dia apakah dia sudah agak baikan. Karena beberapa hari
yang lalu Pak Ancu bilang jika Herul sudah terjangkit oleh
penyakit ini. Saya kaget dengan jawabannya yang
mengatakan jika ia baru ingin memriksakan dirinya dan
selama ini dia tidak dirawat, dia hanya tinggal di rumahnya.
Sebenarnya dia tidak perlu memeriksa darahnya karena
sudah jelas-jelas ia telah terjangkit oleh virus ini, matanya
saat itu berwarna kining yang merupakan salah satu ciri dari
penyakit ini.
Tak beberapa lama bapak datang dengan raut muka
yang sangat saya tahu. Pasti bapak sangat jengkel saya pun

menebak jika pasti dari tadi nomor antrian saya tidak


diberikan oleh perawat yang bertugas memegang nomor
antrian pemeriksaan. Bapak memutuskan untuk pulang.
Tentunya saya sangat senang, karena saya tidak harus
merasakan sakit ketika jarum suntik itu menembus kulit saya.
Kami pun berjalan meninggalkan rumah sakit, namun di
tengah perjalanan tersebut bapak berubah pikiran. Beliau
kembali masuk dan tetap ingin melakukan pemeriksaan.
Sudahlah saya hanya pasrah.

“ 268‛
Akhirnya sampai juga nomor antrian saya. Saya
ditemani oleh bapak berjalan menuju ke ruangan tempat
pengambilan darah tersebut. Saya tidak tahu apa nama
ruangannya. Saya pun masuk dan duduk di kursi yang
disediakan di sana. Saat itu saya masuk sendirian bapak
hanya menunggu saya di luar. Baru saja perawat mau
menyuntik saya, saya berdiri dari tempat duduk dan menarik
bapak untuk masuk. Saya sangat takut. Saya tidak peduli
dengan apapun, terserah jika perawat tersebut marah yang
jelas saya sangat takut. Saya mau bapak ada di dalam sana.
Akhirnya bapak menemani saya. Setelah bebrapa lama
akhirnya jarum tersebut berhasil menembus kulit saya,
tentunya hal ini diiringi oleh air mata yang terus saja mengalir

di pipi saya. Setelah selesai saya menunggu hasilnya dan


Alhamdulillah virus tersebut tidak hinggap di dalam tubuh
saya alias saya tidak menderita penyakit tersebut.
Saya pulang dengan hati senang dan tanpa rasa
takut lagi. Saya sudah lega setelah melewati ketakutan saya.
di perjalanan saya kembali menjadi Tifa yang cerewet.
Setelah satu minggu diliburkan kami pun kembali
bersekolah seperti biasanya. Dan karena penyakit
tersebutlah kami banyak menerima cibiran jika kami ini
adalah sekolah hepatitis. Karena kami adalah anak-anak

“ 269‛
yang cinta damai jadi kami hanya diam tak menanggapi
perkataan mereka. Takutnya nanti terjadi perkelahian jika
kami juga ikut-ikutan seperti mereka.



“ 270‛
XI. Amedeo Avogadro

Sama halnya dengan X. BJ Habibie. XI Amedeo

Avogadro ini juga adalah salah satu rumah ilmu yang


berada di SMA N 2 Pangkajene. Ruang kelas yang
sangat strategis. Dekat dari kantin, penjual bakso,
perpustakaan, wc, UKS dan jauh dari ruang guru. Tak
banyak yang berubah, karena hampir semua teman

kelas yang dulunya di Bj. Habibie sekarang bersama


saya juga di Avogadro. Yang berbeda hanya dulu ada

Afni Asisah dan Luh Putu Gita Laksmi, tapi mereka

sudah pindah sekolah dan digantikan oleh Zakiyah


Afifah Mutiara Syahrir. Teman baru kami yang satu ini

adalah perempuan asal Kendari.


XI. Amedeo Avogadro. Kelas tersebut
merupakan kelas yang saya damba-dambakan dari

dulu, saya sangat ingin ditempatkan di kelas tersebut.


Dan Alhamdulillah keinginan saya dapat terwujud.

Saya memilihnya karena menurut saya namanya keren.


Sekeren orang-orang yang berada di dalamnya.
Hahahah :D.

“ 271‛
Konyol, apa adanya, malas, rajin (kadang-
kadang), solidaritas tinggi, adalah kata yang mewakili
kelas saya ini. Di kelas inilah saya membuktikan

perkataan orang banyak yang mengatakan masa-masa


yang paling indah itu terjadi di SMA.

Karena kami telah bersama selama sau tahun di


kelas X dan kembali bersama di kelas XI. Yang artinya

kami telah bersama dalam satu kelas selama kurang

lebih dua tahun. Tentunya dalam kurun waktu yang


cukup lama tersebut ada banyak hal yang kami lalui
bersama sehingga menambah tingkat solidaritas antar

kami.
Kelas ini adalah tempatnya membully. Ada-ada

saja orang yang setiap harinya akan terbully.


Pembullyan yang terjadi tidak mengenal waktu, entah

itu saat istirahat atau saat proses belajar mengajar

berlangsung. Pokoknya kapanpun ada kesempatan


untuk membully maka pembullyan akan terjadi. Tapi hal

itu semata-mata hanya candaan yang tidak perlu


dimasukkan di hati. Hal tersebut juga pendukung
keakraban di antara kami semua.

“ 272‛
Kami tidak seperti yang lain. Semua kelas yang
berada di sekitar kami halaman depannya akan terlihat
ramai jika jam istirahat tiba, para siswa akan

berkumpul di halaman depan kelas mereka untuk


menghabiskan waktu istirahatnya. Tapi berbeda

dengan kami, kami lebih memilih untuk berada di dalam


kelas. Kami mempunyai dunia sendiri, hal ini juga

terjadi ketika ada guru yang berhalangan untuk hadir.

Kami tidak akan berkeliaran tapi kami tetap berada di


dalam kelas, entah itu kerja tugas atau hanya
menciptakan keributan yang biasanya mengundang

guru masuk untuk menegur kami.


Kami juga terkenal sebagai kelas yang malas

membersihkan. Hampir setiap hari entah itu ketika jam


pelajaran sedang berlangsung atau sebelum jam

pelajaran dimulai, selalu saja ada guru yang menegur

kelas kami karena kotor. Sampah berada di mana-


mana. Kami akui hal tersebut benar adanya. Tapi tak

jarang kelas kami juga bersih. Kelas kami kotor ketika


rasa malas itu menghampiri kami semua. Tapi akhir-
akhir ini, makhuk yang paling malas untuk

“ 273‛
membersihkan berubah drastis. Makhluk yang saya
maksud adalah semua laki-laki yang berada di kelas.
Mereka semua berubah. Mereka sangat rajin

membersihkan, entah makhluk apa yang merasuki


mereka. Tentunya ini sangat aneh bagi kami, tapi

baguslah kami para perempuan tak perlu lagi teriak-


teriak menyuruh mereka untuk membuang sampah

bahkan kami tak perlu untuk menyapu atau mengepel di

dalam kelas karena hal tersebut telah diambil alih oleh


laki-laki. Bagusnya lagi jika mereka yang mengerjakan,
semuanya akan selesai dalam waktu yang tergolong

cepat.
Semua orang di kelas ini memiliki pemikiran

yang sama. Iya, jika satu rajin maka semua akan rajin.
Begitupun sebaliknya. Perlu diakui kami sangatlah solid

dalam segala hal, tidak peduli apa yang akan terjadi

kedepannya yang terpenting kami telah melakuannya


bersama. Kami mempunyai prinsip yaitu SOLIDARITAS

TANPA BATAS.

“ 274‛
Itulah sedikit tentang Avogadro. Sebenarnya
masih banyak lagi yang ingin saya kemukakan
mengenai kelas saya yang satu ini. Kelas yang

menyimpan banyak kenangan. Tapi saya sulit


menuangkannya ke dalam kata-kata. Mungkin karena

masa-masa yang saya lalui di kelas ini sangatlah indah.


Satu kalimat untuk Avogadro TETAP KOMPAK GUYS,

LOVE YOU. (Maafkan jika penulis terlalu alay).



“ 275‛
Polip
Polip hidung adalah pertumbuhan jaringan pada
saluran pernapasan hidung atau pada sinus. Polip

adalah jaringan yang lembut, tidak terasa sakit, dan


tidak bersifat kanker.

Jenis penyakit satu ini pernah bertamu dalam


diri saya. Penyakit inilah yang membuat saya sulit
untuk bernapas, dan merasakan flu yang

berkepanjangan. Ketika udara di sekitar saya dingin


maka hidung saya akan terasa sakit hingga di kepala.
Tak jarang juga hidung saya ini berdarah.

Melihat itu semua tentunya orang tua saya


tidak tinggal diam. Mereka membawa saya ke rumah

sakit untuk melakukan pemeriksaan. Ternyata setelah

dilakukan pemeriksaan dokter menyarankan agar saya


segera melakukan operasi. Seketika itu juga saya

menangis, saya tak ingin melakukannya. Jarum suntik


saja bisa membuat saya tidak makan selama dua hari
karena memikirkannya. Apalagi jika saya harus

“ 276‛
bertemu dengan pisau bedah, oh NO!! Hal ini tidak
boleh terjadi.
Karena saya bersikeras untuk tidak melakukan

operasi akhirnya orang tua saya membawa saya ke


pengobatan herbal yang terletak di Makassar,

tepatnya di Bukit Baruga. Pak Anto adalah nama


dokter yang memiliki pengobatan herbal tersebut.

Hampir semua keluarga saya berobat di sini. Keluarga

saya telah sepenuhnya percaya dengan pengobatan


ini. Pak Anto adalah adik letting mama ketika berkuliah
dulu. Jadi mereka sudah saling kenal.

Saya kagum dengan cara pemeriksaannya. Kita


hanya perlu duduk dan memgang alat yang diberikan

maka semua penyakit yang ada dalam tubuh kita akan


terdeteksi. Saya suka dengan pengobatan seperti ini,

karena tidak menyakiti saya. Saat itu ternyata bukan

hanya polip yang saya derita. Rupanya telah banyak


organ-organ di dalam tubuh saya yang fungsinya

sudah tidak bekerja dengan baik. Utamanya pada


lambung, lambung saya rusaknya sangat parah.

“ 277‛
Memang sih sejak SMP saya sudah menderita penyakit
maag.
Karena ini semualah yang mengharuskan saya

meminum obat setiap hari. Ini adalah alasan mengapa


akhir-akhir ini saya selalu mebawa banyak obat ke

sekolah. Saya harus meminumnya tepat waktu. Kalau


tidak salah jumlah obat saya ada 18 macam.

Melihat ini semua tentunya orang tua saya

sangat sedih dan khawatir terlebih lagi karena saya


tinggal jauh dari mereka. Sebenarnya saya juga sangat
kasihan karena saya mama dan bapak harus mebayar

mahal untuk pengobatan saya ini.


Untuk kalian yang belum terserang penyakit

jagalah kesehatan kalian sebaik mungkin. SEHAT ITU


MAHAL GUYS.



“ 278‛
Sweet Seventeen Ala
XI. Avogadro
Sweet seventeen adalah hal yang paaling
ditunggu-tunggu oleh remaja masa kini. Hari yang
katanya spesial karena di usia ini kita telah dianggap
dewasa, dan diberikan tanggung jawab yang lebih dari
sebelumnya. Tapi menurut saya sweet seventeen
dengan hari ulang tahun lainnya sama saja. Tak ada

yang spesial. Sebelumnya saya tidak pernah menanti-


nantikan hari tersebut untuk dirayakan seperti yang
orang lain lakukan.

Tapi pemikiran itu saya ubah ketika sweet


seventeen ini ternyata dirayakan oleh teman-teman
saya. Mereka datang jauh-jauh dari Pangkep ke

Mandalle hanya untuk merayakan hari spesial ini.


Awalnya saya tidak tahu kalau mereka akan

merayakannya, saya mengira mereka hanya ingin


berjalan-jalan ke rumah. Tapi nyatanya mereka ke
rumah membawa kue dan kado untuk saya.

“ 279‛
Untuk semua teman-teman di XI. Avogadro
yang telah merayakan ulang tahun saya ini, saya
ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya terlebih

kepada Janna, Mbaa’, Nida, Ita, Vira, Indra, Ansyari,


Imran dan Akram yang telah meluangkan waktunya

untuk datang ke rumah.



“ 280‛
Sahabat
Putih Abu-Abu

“ 281‛
“ 282‛
Sahabat adalah orang yang datang untuk

dijadikan tempat curhat, tempat menceritakan masalah


dan tempat untuk berbagi. Sahabat bukanlah orang

yang bersama kita di saat suka dan meninggalkan kita


di saat duka. Tapi sahabat adalah mereka yang
bersama kita bagaimanapun keadaannya. Mereka

yang membantu kita untuk keluar dari masa-masa


terpuruk yang kita alami. Dan sejauh apapun mereka

pergi pasti mereka akan kembali. Persahabatan


memang sesuatu yang indah bahkan sulit untuk
diungkapkan melalui kata-kata.

“ 283‛
Semua berawal sejak kami memutuskan untuk
melanjutkan pendidikan di sebuah sekolah yang sama.
yang awalnya tidak saling mengenal hingga bisa

menjadi teman sampai pada akhirnya memutuskan


untuk saling bersahabat. Persahabatn kami tidak

seperti persahabatan yang orang lain jalani. Kami tak


mesti untuk selalu bersama. Kami menjalaninya dengan

santai tanpa ada tuntutan untuk ini itu.

Mereka semua adalah sahabat yang saya temui


di masa putih abu-abu ini. Mereka adalah orang-orang
yang selama ini telah bersedia untuk mendengar setiap

kata yang menggambarkan perasaan yang saya


rasakan, entah itu perasaan senang maupun sedih.

Mereka yang telah banyak tahu tentang saya. Mereka


adalah orang yang tidak pernah membuat saya merasa

sendiri. Mereka yang selalu ada untuk saya, saat saya

kesepian dan saat saya terpuruk. Meskipun tak jarang


ada masalah yang datang dan membuat kami salah

paham sehingga menghasilkan perselisihan di antara


kami. Tapi kami akan selalu berusaha untuk keluar dari
setiap masalah yang menghampiri persahabatan kami

“ 284‛
dan berusaha untuk tetap bersama dalam keadaan
apapun. Karena kami yakin setiap masalah pasti ada
jalan keluarnya.

Mereka merupakan anugrah terindah yang


dikirimkan oleh sang pencipta untuk menemani setiap

langkah saya. Mereka adalah.

“ 285‛
Asmaul Husna

Asmaul Husna. Perempuan yang kerap disapa

Husna ini merupakan teman pertama yang saya kenal

ketika duduk di bangku kelas X hingga sekarang.


Husna adalah orang yang sudah saya anggap sebagai
sahabat. Kami sekelas sejak kami duduk di bangku
kelas X hingga sekarang di XI Avogadro. Saat kelas X

“ 286‛
kami duduk saling berdekatan, tapi ketika kami naik di
kelas XI kami tak lagi duduk berdekatan kami terpisah
sangat jauh. But itu tak mengganggu persahabatan

kami. Kami tetap dekat, saling bertukar pikiran, dan


berbagi cerita. Husna merupakan teman yang baik. Dia

adalah salah satu orang yang telah banyak tahu


tentang saya. Husna merupakan pendengar yang baik.

Ia juga adalah teman yang asik untuk diajak berbagi.

Teman saya yang satu ini sangat sensitive. Dia juga


adalah orang yang sulit untuk bergaul. Perempuan
kelahiran 30 Agustus 1999 ini sangat menyukai benda-

benda yang ada di langit, utamanya bintang. Ketika ia


melihat bintang maka ia akan memuji dan terus

mengagumi ciptaan Allah swt tersebut. Ia juga sangat


menyukai kucing. Tak jarang ia juga mengagumi ketika

ada seekor kucing yang bertingkah menggemaskan.

Husna bercita-cita untuk menjadi seorang Dokter.


Tentunya saya sangat mendukung hal tersebut.

Kami memiliki kesamaan. Yaitu sama-sama suka


mengamati apa yang sedang orang lakukan, utamanya
teman-teman yang berada di kelas. Tapi sepertinya

“ 287‛
dialah yang paling sering melakukan hal ini. Ketika kami
kembali ke asrama kami akan membahas semua yang
terjadi di kelas, dan terkadang itu memakan waktu

yang sangat lama. Ehh hampir lupa kami adalah


seorang anak rantau yang tinggal jauh dari orang tua.

Kami tinggal bersama di sebuah asrama yang terletak


di belakang sekolah.

Husna pernah menuliskan sesuatu yang

menggambarkan diri saya. Isinya seperti ini.

“Diah Athifah Mahdiyah. Perempuan ini disapa


Tifa namun aku biasa menyapanya Tipa. Kami sekelas
bersama sejak kelas X hingga saat ini di kelas XI
Avogadro. Ketika kelas X, meja kami dekat.
Sayangnya, saat naik ke kelas XI, meja kami
terpisah dan cukup jauh. Namun, aku sangat sering
ke mejanya. Entah untuk belajar, bercerita, atau
bahkan hanya sekedar duduk. Ya, aku berteman dekat
dengannya. Dia merupakan seorang teman yang sangat
baik dan dia juga salah satu dari sedikit orang
yang kupercayai.

“ 288‛
Tipa merupakan teman yang konyol. Ia sangat
lucu. Tingkah dan perkataannya sering membuat kami
sebagai teman-temannya tertawa. Dialah salah satu
dari beberapa orang yang membuatku tertawa lepas
saat di kelas. Sering aku mengagumi tingkah
konyolnya.
Ia bijak dalam berkata-kata. Kami sering
bertukar pendapat bersama. Bahasan-bahasan dari
kelas sering kami ceritakan ketika tiba di asrama
dan bisa mencapai waktu yang lama. Selain itu, Tipa
merupakan seorang pendengar yang sangat baik. Aku
merasa senang bisa berteman baik dengannya.
Mungkin, hanya pada dia aku bertahan untuk
bercerita dalam waktu yang lama.
Temanku ini bercita-cita sebagai dokter. Aku
salah satu orang yang sangat mendukung cita-citanya
itu. Selain itu, ia sangat menyukai warna hijau.
Segala benda berwarna hijau akan nampak cantik di
matanya. Ia bahkan menyukai Keroppi karena warna
tubuh dari kartun tersebut.

“ 289‛
Hujan merupakan hal yang sangat disukainya.
Wajar saja, hujan memberikan ketenangan. Mungkin
ada banyak manusia di bumi ini yang menyukai hujan,
namun aku merasa bahwa Tipalah seorang yang benar-
benar jatuh cinta pada salah satu peristiwa alam
tersebut.
Setiap orang memiliki ciri tulisan namun
biasanya di kelas terdapat murid-murid yang
memiliki tulisan yang hampir mirip. Nah, kalau
untuk Tipa beda sendiri. Banyak teman yang memuji
tulisannya yang indah. Ciri tulisannya adalah
italic. Tak jarang teman-teman di kelas meminta
tolong padanya untuk menulis, apalagi dalam hal
menulis tulisan balok.
Kami berdua sama-sama tidak menyukai Bahasa
Inggris. Sungguh, pelajaran yang sebenarnya penting
itu sering membuat kami mengeluh. Namun, tentu
saja kami tetap berusaha untuk mengetahui pelajaran
tersebut dengan baik.

“ 290‛
Di balik semua itu, saya ingin berterima kasih
telah memiliki seorang yang dekat dengan saya
seperti dirinya. Thank youuuuuuuuuuuuuuuuuuu.”



“ 291‛
Inayah Wulandari

Perempuan yang kerap disapa Naya atau Nay ini

adalah seorang yang sudah saya anggap sahabat.

Naya adalah pribadi yang keras dan tegas. Kami


sekelas sejak kami kelas X dan sekarang di kelas XI,
kami duduk berdekatan. Tak jarang kami bertengkar

“ 292‛
karena hal-hal sepele, tapi semua itu hanya bercanda.
Perempuan kelahiran 25 September 1999 ini sangat
hebat dalam pelajaran fisika. Jelas terlihat dia dapat

meraih peringkat 2 pada ajang yang cukup bergengsi,


yaitu OSK. Dia memiliki hobby menulis, dia sangat

pandai dalam berkata-kata. Dia juga adalah penulis


dari salah satu novel yang sering saya baca.

Perempuan yang jatuh cinta dengan warna biru ini

adalah orang yang selalu mendorong saya untuk terus


berusaha mempelajari bahasa inggris sampai-sampai ia
sering memutarkan saya lagu yang berbahasa inggris

(tapi hanya lagu-lagu milik penyanyi kesayangannya


yaitu One Direction). Dia juga sering mengajari saya

pelajaran tersebut.
Naya pernah menuliskan Sesuatu untuk saya di

selembar kertas. Tulisan tersebut menggambarkan diri

saya menurut pandangannya. Isinya kurang lebih


seperti ini.

“Diah Athifah Mahdiyah. A.k.a Tifa gendu’,


Tipong, anak aspuri,Mandalle squad. Anak sukung

“ 293‛
dari tga beraudara, tidak ada audara laki-lakinya.
Pendek, gendut, bulat, kimia. Suka bawa obat ke
sekolah banyak sekali karena harus minum obat tepat
waktu. Kenal sama saya karena satu kelas di Habibie
sampai sekarang di Avogadro. Teman bangku,
pendengar yang baik, tidak bisa move on juga, pabal
juga. Anak-anak takraw. kadang-kadang jadi my enemy
karena biar hal-hal sepele selalu dipertengkarkan
juga pasti Jannah selalu kasi akur ka’, tapi
sebenarnya berkelahi bohong-bohong ja’. Saingan ku
malas-malasan. Kamar 11 di aspuri. So sweet sama
bapaknya. Mau jadi dokter gigi. Anak Pramuka dulu
waktu SMP. Jago kimia tapi paling tidak suka bahasa
inggri. Suka warna hijau especially keroppi. Beda
sekali selera musikku, dia sukanya musik yang dari
Indonesia yang mellow, galau sadangkan saya sukanya
lagu barat especially One Direction dan selalu ku
paksa untuk suka lagunya One Direction. Temanku
maccalla-calla terkhusus untuk callai telinganya
Ansyari. Kalau tidak adami yang bisa dicalla kita
mami berdua yang baku calla-calla. Suka sekali

“ 294‛
hujan, togeang juga orangnya, fans sama Ozy. Tidak
tau menjahit, pernah ku jahitkan bajunya baru ku
tanyaki bilang belumpi ku potong benangnya sama
jarumnya. Baru ini Tifa ongolki langsung saja na
pakai.”



“ 295‛
Jannatul Makwah Abuhair

Perempuan yang memiliki pipi chubby dan mata

sipit ini merupakan sahabat terbaik saya. Dia kerap


disapa Janna, namun saya dan sebagian teman yang
lain memanggil dia dengan sebutan Nanna. Nanna

adalah teman sehidup semati. Hampir semua hal yang


di sekolah kami lakukan selalu bersama. Sejak kelas X

hingga kelas XI kami duduk sebangku, maka tak heran


jika hampir semua cerita tentang hidup saya dia
ketahui. Kami tak mengenal waktu untuk saling berbagi
cerita. Nanna merupakan teman yang sangat

“ 296‛
perhatian, dan pengertian. 16 Juni 1999 adalah hari
yang bersejarah dihidupnya. Karena pada hari itulah
untuk pertama kalinya ia menghirup oksigen di dunia

ini. Nanna adalah pribadi yang sangat sabar, dia rela


menahan sakit demi melihat orang-orang yang

disayanginya bahagia. Dia adalah sahabat yang


sangat saya sayangi. Dia adalah orang yang selalu

mau mendengar semua curahan hati saya. Nanna

jugalah yang selama ini menegur saya jika saya malas.


Nanna jugalah yang selalu marah jika saya tidak
makan tepat waktu dan selalu mengingatkan saya

untuk meminum obat.


Sama seperti yang lain Nanna juga pernah

menggambarkan bagaimana saya menurut


pandangannya. Berikut Tifa di mata Nanna.
“Diah Athifah Mahdiyah. Cewek yang memiliki
badan mungil dan suara yang khas ketika tertawa itu
biasa dipanggil dengan sebutan Tifa. Ia merupakan
teman sehidup semati, tidak mengenal waktu bagi
kami untuk saling berbagi cerita. Tifa bertempat
tinggal di Mandalle. Karena jarak rumahnya yang

“ 297‛
begitu jauh sehingga ia pun memutuskan untuk
tinggal di aspuri. Di tempat tersebut ia berada di
kamar 1 namun suatu hal mengharuskannya untuk
pindah ke kamar 11. Sekolah yang jauh membuat ia
harus berhubungan jarak jauh dengan orang tuanya.
Tifa merupakan teman sebangku saya ketika
berada di kelas Habibie hingga sekarang di kelas
Avogadro. Tifa memiliki karakter yang lucu, berpipi
besar, pendengar dan penasihat yang baik, memiliki
badan yang lumayan mungil (pendek-pendek bulat) dan
setia. Ketika beberapa guru berhalangan untuk masuk
ke dalam kelas, ia akan mengambil kesempatan itu
untuk tertidur di atas mejanya. Sejak duduk di
bangku kelas X dan tinggal di aspuri, Tifa sering
kali mendapat hukuman karena kebiasaannya yang
selalu terlambat untuk datang ke sekolah. Ia sangat
tidak menyukai minuman yang berhubungan dengan
susu. Meskipun tidak menyukai susu, Tifa memiliki
badan yang sangat subur.
Tifa bercita-cita ingin menjadi seorang dokter
gigi, mengikuti jejak sang ayah.

“ 298‛
Ketika pertama kali bertemu di kelas Habibie,
ia menatap saya dengan tatapan yang sangat sinis.
Namun itu hanya awalnya saja, semakin hari kami
selalu melakukan hal bersama seperti makan, minum,
bernapas, bahkan untuk masalah tidur di dalam kelas
pun kami selalu melakukannya bersama-sama. Hal itu
yang membuat saya merubah sebuah persepsi kepadanya
yang bernilai negatif. Ia hebat dalam pelajaran
kimia dan ia tidak akan segan untuk mengajar saya
ataupun teman-teman yang lain ketika ada beberapa
materi yang tidak dipahami.
Ia sangat menghindari pelajaran yang menyangkut
materi bahasa Inggris. Ia sangat tidak suka karena
mungkin bahasa Inggris meruapakan bahasa yang
lumayan rumit. Ketika diperintahkan untuk naik ke
atas papan tulis, ia bahkan berusaha untuk
menghindarinya. Tifa memiliki tipe tulisan yang
tercetak miring dan menurut saya bahwa tulisan
tersebut jarang bisa dilakukan oleh orang lain.
Ia merupakan anak sulung dari tiga bersauadara.
Semua suadaranya berjenis kelamin perempuan.

“ 299‛
Diantara saudara-saudaranya itu mungkin Tifa yang
memiliki tubuh yang lumayan subur. Dalam bidang
olahraga, ia sangat hebat dalam permainan bola
takraw. Ia adalah orang yang sangat konsisten,
apabila ia tidak menyukai sesuatu pasti akan
selamanya menjadi hal yang tidak akan dia suka.
Setiap hari ia selalu membantu saya dalam hal
apapun termasuk dalam urusan percintaan yang saya
alami. Ia bukanlah orang yang tergolong rumit namun
ia adalah orang yang santai, cuek dan apa adanya.
Ia bahkan tidak suka mengenakan sepatu apabila
berada di dalam kelas. Tifa pernah mengagumi salah
satu senior yang berada di SMADA yang sangat hebat
dalam hal menggambar sehingga orang itu pernah
menginspirasinya untuk mengembangkan bakat
menggambarnya. Tifa sangat mengidolakan penyanyi
cilik yang bernama Ahmad Fauzi Adriansyah atau
biasa dipanggi dengan sebutan Ozy.
Ia sangat menyukai warna hijau dan meyukai
sebuah kartun yang bernama Keroppi karena seluruh
badannya yang dipenuhi dengan warna hijau. Tifa

“ 300‛
adalah orang yang memiliki prinsip yakni tiba masa
tiba akal. Ia akan mengerjakan sesuatu apabila hal
tersebut sudah sangat mendesak termasuk dalam hal
mengerjakan tugas. Ia merupakan pecinta hujan,
pengamat hujan dan bahkan bila ia bisa membuat
hujan maka ia akan dinobatkan sebagai pembuat
hujan..
Saya telah memberikan kepercayaan kepadanya
karena saya tahu dia adalah sahabat yang mampu
menyimpan amanah dan merupakan penasihat dan
pendengar yang baik. Tifa merupakan teman yang
sangat saya sayangi dan saya juga beruntung
mempunyai teman seperti dia. Tidak ada yang mampun
menandingi kebaikannya, walaupun sering berbuat
jahil namun hal itu yang mampu membuat saya
melupakan segala masalah yang saya hadapi. Terima
kasih Tifa, telah menjadi orang yang selalu ada
buat saya dan selalu bisa menerima kekurangan yang
berada dalam diri saya. Love you so much, gendu.”



“ 301‛
Sofi Mustafafi

Perempuan berkacamata ini juga salah satu


sahabat saya. Ia memiliki kepribaian yang sangat unik

dan bisa menipu. Sofi di luar kelas sangat berbeda


dengan Sofi di dalam kelas. Kepribadiannya itu dapat
menipu, karena jika ia berada di dalam kelas dan

menggunakan nama Pepi maka dia adalah orang yang


sangat konyol, lucu, pabal, jahil dan cerewet namun

ketika dia berada di luar kelas dan menggunakan nama


Sofi maka dia akan terlihat penyabar, pendiam dan

“ 302‛
anggun. Awal mengenalnya saja saya sempat tertipu
karena kelihatannya dia adalah orang yang sangat
pendiam tapi setelah lebih lama megenalnya ternyeata

Sofi sangat jauh dari kata pendiam.


Sofi juga pernah menulis sesuatu untuk saya.

Tulisannya berisi.
“Tifa, perempuan yang lahir pada tanggal 27
Maret ini memiliki hobi tidur di kelas. Setiap ada
waktu luang jika guru tidak masuk maka ia akan
tidur cantik dan tidak menghiraukan apapun yang
terjadi di kelas. Selain itu ia juga memiliki
kreativitas yang tinggi di bidang gambar. Ia sering
membuat gambar doodle ataupun graffiti yang membuat
teman-teman berdecak kagum. Tifa memiliki sifat
humoris dan cuek. Tifa suka bercerita hal-hal lucu.
Dan kami yang mendengarnya akan terhipnotis dengan
cara bicaranya yang menarik.
Ia ingn menjadi seorang dokter gigi dan
menolong orang banyak dengan ilmu yang telah ia
pelajari. Semoga Tifa bisa mencapai cita-citanya
dengan misi mulia itu.”

“ 303‛
Tria Fajri Rahayu

Tria Fajri Rahayu. Kerap disapa mbaa’ ini adalah

perempuan keturunan Jawa. Mbaa sama seperti yang


lain, mbaa juga adalah sahabat saya. sahabat yang
paling banyak memiliki kesamaan dengan saya. kami

juga sama-sama lahir di bulan yang sama. mbaa lahir


pada tanggal 31 Maret 1999. Perhatian, pengertian,

rajin menabung, selalu berusaha keras dalam mencapai

segala apa yang ia inginkan adalah kata yang


menggambarkan sahabat terbaik saya yang satu ini.
mbaa adalah orang yang paling bawel ketika saya
tidak meminum obat. mbaa juga adalah salah satu

“ 304‛
sahabat yang selalu mau mendengar semua curhatan
saya, jadi wajarlah jika dia sangat banyak tahu tentang
diri saya.

Sama seperti yang lainnya Mbaa’ ini juga pernah

menuliskan sesuatu untuk saya.

“Diah Athifah Mahdiyah biasa dipanggil Tifa,


Tipong, gendu’, dan commo’. Awal kenal waktu di
matrikulasi karena satu gugus. Tinggal di Mandalle,
alumni SMPN 1 Mandalle, pernah persami sama
sekolahnya tapi tidak adai. Tifa itu orangnya cepat
punya teman *SKSD tong :p. Baik sekali orangnya
apalagi sama saya, selalu na dengar curhatku,
selalu ka na kasi saran. Gendu’, pendek, enak
sekali dipeluk *hahahah. Malas makan, itumi na
sakit ki. Ex Habibie sekarang Avo. Aspuri. Na
sayang sekali pacenya. Jago sekali maccalla,suka
warna hijau sama keroppi. Cantik tulisannya, jagi
malletter,. Dulu sering sekali terlambat sekarang
taubatmi. Teman tidur di kelas waktu Habibie,
sekarang juga. Orang pertama yang ku tempati

“ 305‛
curhat, karena ku suka sekali curhat sama dia.
Kalau curhat biasa sama yang ku alami sama dia. Ini
teman hidupku.Lopyuuu.



“ 306‛
Selain mereka berlima saya masih punya dua orang
sahabat laki-laki yang selama ini telah menemani saya.
Mereka merupakan orang yang paling mengerti dan

selalu menolong saya. Ketika berada di dekat mereka


saya merasa terlindungi. Entah sejak kapan kami

bertiga mulai dekat. Yang jelas mereka sudah banyak


tahu tentang saya dan telah saya anggap sebagai

sahabat terbaik saya. Masih dengan alasan yang sama

saya memilih bersahabat dengan laki-laki karena, no


drama, no acting dan tidak palsu. Mereka adalah.

“ 307‛
Indra Kurniawan

Indra Kurniawan. Lebih sering disapa Indra ini

adalah sosok lelaki yang sangat bertanggung jawab


dan berpikiran dewasa. Dia merupakan pribadi yang
memiliki tingkat emosional yang tinggi tapi di balik itu

semua dia adalah orang yang sangat baik. Mungkin


orang-orang beranggapan jika Indra ini adalah orang

yang kasar, dan gampang marah. Memang sih itu


benar tapi jika kalian lebih mengenal Indra lebih dalam

“ 308‛
lagi maka semua tanggapan-tanggapan itu aka hilang
digantikan oleh sifat baik yang Indra miliki. Laki-laki
kelahiran 13 Agustus 1999 ini sangat suka dengan film

action. Indra memiliki postur tubuh yang bagus, berdiri


di dekatnya membuat leher saya sakit karena ketika

ingin berbicara dengannya saya harus menengok ke


atas dikarenakan tinggi badan kami sangat jauh

berbeda. Ia bercita-cita menjadi seorang tentara. Indra

merupakan ketua Paskibraka di sekolah. Satu lagi Indra


memiliki soulmate yang kemana-mana selalu sama dia.
Namanya Ansyari. Jadi jika kalian selalu melihat

mereka berdua jalan bersama maklumlah mereka


memang sesuatu yang sulit dipisahkan:D.

Tifa menurut Indraa.


“Diah Athifah Mahdiyah nama lengkapnya, Tifa
biasa dipanggilkan sama orang-orang. Tapi berhubung
saya orang Pangkep jadi saya memanggilnya Tipa.
Tanggal 27 Maret 1999 na lahir. Sekarang Tifa
bersekolah di SMA Negeri 2 Pangkajene. Kelas XI
Avogadro, mantan X BJ Habibie. Tinggal di aspuri.
Tipa itu orangnya kurang tinggi, putih, sedikit

“ 309‛
bondeng. Tipa itu tidak tegaan orangnya karena jika
ada orang yang disiksa terus dilihat sama Tipa
pasti na lindungi itu orang apalagi orang yang na
kenal. Suaranya Tipa sangat cempreng apalagi kalau
ketawa menggelegar sekali seperti
guntur*maafkanakuTifa. Baik sekali tawwah Tipa,
kalau takkala dikenalmi seru sekali karena bisa ki
tukar pikiran sama dia. Sering ka’ curhat sama dia
dia juga sering curhat sama saya. Seringka na moro-
moroi kalau ku ganggu teman kelasnya. Tipa juga
imut sering jga jalan sama Jannah.”



“ 310‛
Muhammad Ansyari

Laki-laki yang satu ini adalah kebalikan dari Indra.


Ansyari adalah seorang yang bisa diblang belum

berpikiran dewasa alias kekanak-kanakan. Tapi dia ini

sangat baik, perhatian dan enak diajak berbagi.


Ansyari kadang-kadang bisa menjelma menjadi manusia

terpabal sedunia. Kita harus bersabar menghadapi jika


dia menjelma menjadi seperti itu. Ansyari juga suka

“ 311‛
sekali mojjo. Di sekolah dialah laki-laki yang sering
bersama saya, baik itu saat belajar atau saat berjalan
di luar kelas. Ansyari adalah teman yang sering

membuat saya tertawa lepas. Ketika ada waktu luang


saya, Janna, Ansyari dan Indra akan melakukan

kegiatan bersama, entah itu hanya sekedar jogging


atau ngetrip bareng. Ansyari sama halnya dengan

Indra yang membuat leher saya sakit jika berbicara

dengannya, karena mereka berdua memiliki tinggi


badan yang tidak jauh berbeda. Saya sering cemburu
melihat kulitnya yang sangat putih. Laki-laki yang

merupakan wakil ketua Paskibraka ini bercita-cita


untuk menjadi seorang pilot. 15 Januari 200 merupakan

hari yang sangat berarti dalam hidupnya, hari dimana


untuk pertama kalinya ia menghirup oksigen. Meskipun

dia lebih muda dari saya tapi terkadang ia bisa menjadi

seorang kakak yang mampu melindungi adiknya. Ia


adalah teman yang sangat hobby curhat.

Tifa di mata Ansyari.


“Tifa. Pendek,tidak tinggi,baik,teman
kelasku,Mandalle, anak aspuri, selalu ka’ na

“ 312‛
temani,anak Habibie 06,Avo 06,angkatan 6,paling
jago kimia,selalu ka’ na bantu kerja pr
kimia,selalu makkala, pacalla-calla, selalu na
calla telingaku yang kecil,teman duduk na Jannah
sama Naya selalu itu tiga orang ma’bully, pernah
ku suka temannya dia jadi penghubung xD, pakanassu,
tidak mau mendengar, penasehat yang baik seperti mi
Mario Teguh xD. Suka na pake HP ku main game sampai
lowbat. Suka hujan. Ke sekolah selalu bawa obat
banyak, ndaa tau sakit apa ka tidak mauki’ na kasi
tahu. Mau jadi dokter gigi. 27 Maret 1999. Anak
kesayangan bapaknya. Teman curhat ku. Rajin salat.
Punya gitar tapi belum bisa main sampai sekarang,
selalu ka’ na paksa ajarki. Anak pertama dari tiga
bersaudara. Moody. Paling gampang berubah
moodnya.”



“ 313‛
Itulah sedikit tentang mereka. Mereka yang
telah meluangkan waktunya untuk saya dan mereka
adalah orang-orang yang penting dalam hidup saya.

Untuk kalian terima kasih untuk setiap warna yang


kalian berikan di hidup saya. Terima kasih sudah mau

menjadi sahabat terbaik untuk saya. Dan terima kasih


berkat kalian lah masa-masa SMA saya menjadi jauh

lebih menyenangkan dari sebelumnya. LOVE YOU

GUYS. Tetaplah seperti ini, jangan berubah sekalipun


nanati kita sudah tidak menempuh penidikan di tempat
yang sama. Sukses buat kalian.



“ 314‛
Kehidupan, Rumah
dan Keluarga Baru

“ 315‛
“ 316‛
Asrama Kadijah

Asrama Khadijah adalah sebuah bangunan

yang terletak di belakang SMA N 2 Pangkajene.


Tempat berkumpulnya semua makhluk, baik itu yang
nampak maupun yang tdiak. Semua orang yang tinggal
di dalam adalah mereka yang jarak rumahnya jauh dari
SMA N 2 Pangkajene. Mereka adalah orang yang kuat

yang mampu tinggal jauh dari orang tua mereka.


Mereka yang hebat karena telah mampu mengatur

uang jajan mereka dan hidup mandiri di kota orang.

Di sinilah saya sekarang. Tinggal jauh dari


orang tua saya. Belajar hidup mandiri. Ini merupakan

tantangan bagi saya, karena ini adalah kali


pertamanya saya untuk menjalani ini semua, apalagi
saya adalah seorang yang notabenenya anak manja

dan cengeng. Tapi saya tetap berjuang untuk melewati


semuanya, belajar untuk tetap bertahan dalam

keadaan apapun, meski semua itu terasa sulit untuk


saya. Dan untuk itu saya akan menceritakan semuanya
di dalam buku pertama saya ini.

“ 317‛
Anak Asrama

Setelah dinyatakan lulus di SMAN 2

Pangkajene saya pun diantar oleh orang tua saya


untuk melihat-lihat asrama dan mencari kamar. Karena
rumah saya yang tergolong jauh dari sekolah makanya
saya harus tinggal di asrama. Ketika sampai di asrama
saya melihat tempat ini sangatlah sepi. Seperti tak

berpenghuni. Tapi tak lama kemudian saya melihat ada


tiga orang yang masuk sepertinya dia juga sama

seperti saya. Mereka juga siswa baru yang ingin

mencari kamar. Mereka adalah Pipi, Sasa, dan Sirah


(saat itu saya belum mengetahui namanya). Mereka

juga di antar oleh orang tua mereka.


Tak lama mencari kamar akhirnya saya
ditempatkan di kamar 1. Kamar yang menurut saya

sempit dan hanya cukup untuk 2 orang, tapi peraturan


tetaplah peraturan. Dalam satu kamar harus ada 4

orang yang menempatinya. Setelah fix saya ditemptkan


di kamar tersebut, mama pun merapikan semua
barang-barang saya dan bapak memperbaiki semua

“ 318‛
yang rusak, seperti lemari, pintu dan memasangkan
kabel sambungan untuk saya gunakan nanti. Saya
hanya melihat-lihat itu semua sambil terus berpikir

mampukah saya menjalani ini semua?


Setelah semua selesai, orang tua saya bersiap

untuk pulang. Tapi saat itu bapak menyuruh saya untuk


ikut ke rumah. Tapi saya ngotot untuk tinggal dan

bermalam di asrama, karena besoknya adalah hari

pertama matrikulasi. Saya tidak mau merepotkan beliau


jika harus mengantar saya besok pagi. Tapi bapak
tetap bersikeras untuk menyuruh saya pulang, akhirnya

saya mengikuti keinginan beliau karena jika saya


tinggal maka saya akan sendirian di tempat ini. Itu

yang menyebabkan bapak memaksa saya untuk ikut


pulang bersamanya.

Keesokan harinya saya berangkat dari rumah

diantar oleh bapak. Hari ini saya akan menjalankan


matrikulasi hari pertama. Dan hari ini pula akan

menjadi hari pertama saya untuk tinggal jauh dari


orang tua saya. Tentunya saya sangat sedih, apalagi
ini adalah ramadhan pertama yang saya jalani tanpa

“ 319‛
bapak, mama dan kedua adik saya. Setelah melakukan
perjalanan yang memakan waktu selama satu jam
tersebut akhirnya saya sampai di sekolah. Rasanya

berat untuk melepas tangan bapak saat saya


bersalaman dengan beliau. Tapi, saya terus

meyakinkan diri saya kalau saya ini bisa dan mampu


menjalan semuanya. Saya pun masuk ke sekolah dan

mengikuti kegiatan di sana.

Setelah kegiatan matrikulasi selesai saya pun


pulang ke asrama. Ini adalah kali pertamanya saya
tidak pulang ke rumah setelah seharian berada di

sekolah. Tapi saya harus menerima kenyataan tersebut,


jika saya memang ditakdirkan untuk menjalani dan

merasakan ini semua. Saat malam hari tiba, saya terus


memikirkan orang tua saya. Saya berusaha keras

mengusir rasa rindu itu sejauh mungkin.

Saat itu saya sekamar dengan Nisa. Nisa


merupakan teman saya di SD dulu dan kami kembali

bertemu di SMA. Awalnya saya merasa canggung


berbicara dengan dia tapi lama-kelamaan kami menjadi
akrab. Setiap malam kami akan bercerita tentang

“ 320‛
berbagai hal, kami berbagi pengalaman kami masing-
masing. Ini semua semata-mata saya lakukan hanya
untuk mengusir rasa rindu saya kepada kedua orang

tua saya.
Setelah bebrapa hari tinggal di asrama,

akhirnya saya bisa beradaptasi dengan perasaan-


perasaan yang setiap malam menghantui saya. Saya

pun telah mendapatkan teman. Mereka adalah Pipi,

Sasa, Sirah, Nisa dan Nini. Saat itu angkatan 6 yang


tinggal di aspuri baru kami berenam. Berhubung
karena saat itu di aspura angkatan 6 juga ada enam

orang. Mereka adalah Hasan, Wiri, Abi, Akram, Airy


dan Dayat. Kami pun menamai diri kami sebagai ‚The

Lusin‛. Nama tersebut terinspirasi dari jumlah kami,


saat itu kami berjumlah 12 orang. Setiap pagi kami

berangkat sekolah bersama. Pokoknya dulu kami

berduabelas bisa dikatakan akrab. Tapi seiring


berjalannya waktu kami seperti orangynag tidak saling

mengenal dan sudah jarang saling bertegur sapa


mungkin karena kesibukan kami sehingga kami lupa jika
‚The Lusin‛ itu ada.

“ 321‛
Awal tinggal di asrama saya mempunyai
pengalaman yang menurut saya sangat konyol. Karena
saat itu adalah bulan puasa, setelah berbuka dan

beristirahat sejenak kami pun bergegas untuk


melaksanakan salat tarwih. Saat itu kami memilih masjid

yang berada di Kodim. Kami berenam di temani oleh


Kak Ica’ berangkat ke sana. Karena kami belum tahu

apa-apa, kami lewat di belakang yang tenyata itu arah

kiblat. Saat itu salat telah berlangsung, mungkin rakaat


pertama. Sesampainya kami di dalam kami sudah tahu
bahwa jalan ini salah tapi kami tetap saja memutuskan

untuk masuk lewat jalan tersebut. Sampai pada


akhirnya kami tidak bisa berbuat apa-apa. Kami

berada di tengah-tegah. Bergerak maju salah apalagi


jika mundur. Kami pun menertawai diri kami. Dan kami

membuat orang-orang tertawa. Setelah jamaah sujud

barulah kami bisa menerobos masuk ke dalam masjid.


Sekitar satu minggu saya tiggal di asrama.

Orang tua saya datang menjenguk saya. Saat itu saya


tidak tahu jika mereka akan datang karena saya tidak
bisa berkomunikasi dengan mereka, karena saat itu

“ 322‛
saya tidak membawa HP. Tentunya saya sangat
senang. Saya pun memeluk mereka berdua. Akhirnya
rasa rindu saya bisa terobati. Tapi seketika saja air

mata keluar dari mata ini. ketika adik saya berkata


‚Tifa menangis itu Mama sama Bapak waktunya sudah

salat‛. Entah saat itu perasaan apa yang ada pada diri
saya, saya hanya ingin menangis, tapi tidak di depan

mereka. Tapi apalah daya air mata tersebut memaksa

untuk tetap keluar. Akhirnya saya pun menangis.


Hari demi hari saya lalui di rumah baru saya ini.
seiring berjalannya waktu personil aspuri angkatan

enam bertambah. Sejauh ini kami berjumlah 11 orang.


Bersama keseblas orang tersebutlah saya mengerti arti

sebuah persaudaraan yang sesungguhnya. Dan belajar


memahami satu sama lain. Karena saudara tidak

selamanya harus memiliki orang tua yang sama. Kami

juga selalu berusaha untuk menigkatkan kesolidaritasan


kami dengan cara berkumpul di kamar yang biasanya

kami sebut dengan base camp. Biasanya di kamar 1


atau di kamar 11. Kami melakukannya ketika kami free
dari tugas. Biasaya kami nonton, makan, belajar atau

“ 323‛
hanya sekedar bercerita. Kami juga sering belajar
bersama ketika menjelang ulangan semester.
Selain semua itu tinggal di asrama sebenarnya

susah. Semua yang kami lakukan selalu terselip kata


mengantri di depannya. Baik itu ketika mandi,

menampung air, menyetrika, dan masih banyak lagi.


Tapi kami berusaha untuk menyikapi semuanya dengan

happy.



“ 324‛
Dari 1 Menjadi 11

Dari 1 menjadi 11? Apa itu? mungkin sebagian

dari kalian akan bertanya-tanya apa arti dari itu. Itu


merupakan nomor kamar yang saya tempati. Pada bab
ini saya akan menceritakan proses dari 1 sampai 11
tersebut.
Awal saya masuk di asrama saya di tempatkan

di kamar 1. Iya, memang saya sangat suka dengan


angka tersebut. Saya menyukainya bukan tanpa

alasan, saya menyukai angka tersebut karena insiden

yang terjadi ketika saya liburan. Insiden yang membuat


saya kenal dengan seseorang yang sempat saya

kagumi karena memiliki suara yang indah.


Kamar 1. kamar yang letaknya paling ujung
bagian kanan asrama. Kamar yang menurut saya

strategis karena dekat dari pintu keluar, jadi ketika


ingin ke sekolah saya tidak perlu berjalan jauh agar

bisa keluar dari asrama, kamar tersebut juga dekat


dari wc. Di kamar satu ini saya tinggal bersama Nisa,
Sidar dan Ega. Namun setelah sekitar satu tahun di

“ 325‛
asrama Ega memutuskan untuk keluar karena rumah
yang ia bangun di Jln. Matahari telah siap untuk
ditinggali.

Selang beberapa minggu sejak Ega


meninggalkan kamar 1 saya juga memutuskan untuk

pindah ke kamar 11. Semuanya bukan tanpa alasan.


Saya pindah karena jatuh cinta dengan jendela kamar

tersebut. Dari dulu saya memang adalah orang yang

mencintai ruangan yang memiliki jendela. Karena dari


jendela saya bisa melihat bagaimana indahnya ciptaan
Allah swt. Dan karena jendelalah saya bisa melakukan

hal terfavorit dalam hidup saya, yaitu menikmati


‚hujan‛.

Di kamar 11 ini saya tinggal bersama dua


orang yang telah saya anggap sebagai saudara.

Mereka adalah Izzah dan Hikmah. Dua orag inilah

yang selalu bersama saya setiap harinya. Hampir


semua hal yang kami lakukan selalu bertiga. Mereka

adalah teman yang sangat pengertian dan perhatian.


Ketika saya sakit maka mereka berdua lah yang
mengambilkan makanan untuk saya. Suka duka telah

“ 326‛
banayk kami lalu bersama. Dan semoga sampai nanti
kita akan tetap seperti ini. Selalu kompak dalam segala
hal.



“ 327‛
Keluarga Baru

Keluarga baru yang saya maksud di sini adalah

mereka yang selama ini tinggal satu atap dengan saya.


Pejuang ilmu yang rela jauh-jauh datang untuk
bersekolah di sekolah ini, yang telah berjuang bersama

melalui kerasnya hiup di asrama. Mereka adalah.

“ 328‛
Nursafitrah Mashud

Nursafitrah Mashud. Perempuan asal Barru yang


sering disapa Pipi atau Nupi ini adalah teman yang

paling banyak tahu tentang saya. Dia adalah salah satu

teman yang sering saya tempati untuk curhat dan


paling mengerti saya. Pipi seorang yang telah banyak

“ 329‛
membantu saya dalam menemukan jalan keluar dari
setiap masalah yang saya hadapi. Perempuan yang
lahir pada tanggal 29 Desember 1998 ini sangat fans

dengan artis papan atas yaitu Afgan dan Raisa. Tak


heran jika di handphonenya banyak lagu dari penyanyi

tersebut. Sama seperti saya Pipi juga senang dengan


hujan, selain itu pipi juga sangat suka dengan bulan. Di

asrama Pipi menetap di kamar 1.

Dalam selembar kertas pipi pernah menuliskan


gambaran diri saya menurut pandangannya. Isinya
kurang lebih seperti ini.
“Tipay. Nama lengkapnya itu alay sekali suka
ka’ salah tulis biasanya, tapi semoga kali ini
benar. Diah Athifah Mahdiyah. Lahir 27 Maret 1999
lebih tua dari saya yey (mana ada :p). Orang
pertama yang ku kenal di aspuri yang bukan berasal
dari Barru. Mandalle city rumahnya. Lucu orangnya,
pengertian, enak diajak curhat, jago juga masak
(siapmi jadi IRT :D). Paling mengertika’, selalu
temanika’ dalam keadaan apapu moodku. Gagal move
on dari temanku:D. Unyu-unyu kayak monyet!! Tapi

“ 330‛
kadangki pabal tapi jarang sekaliji. Mau jadi
arsitek tapi disuruh jadi dokter gigi “kasihan
dehlu”. Bisa main gitar sampai-sampai beli gitar
tapi jarang na pakai karena pendek bede’ jari-
jari tangannya “hahahah:D”. Ibunya aspuri
“yey”. Paling banyak sakitnya “hahah peace”.
Sudah ku janji kalau menikah nanti saya yang
antarkan undangannya, itupun kalau bukan ji di luar
negeri tinggal:D. Fans sekali sama saya, suka ka’
na puji-puji. Ku sayang ki tapi tidak tau na sayang
ka’ juga atau tidak. Tapi kayaknya na sayang ja’
juga. Pecinta keroppi itumi nna mirip monyet
“hahah tidak nyambung”. Pecinta hijau sampai-
sampai berlumut mukanya:D.”



“ 331‛
Nur Ainun Annisa M

Perempuan yang satu ini berasal dari Kota


Makassar. Nisa adalah satu-satunya anak akselerasi di

antara kami. Memang dialah yang paling cerdas namun


sangat santai. Nisa merupakan teman pertama yang
saya kenal sebelum masuk di asrama. Sebenarnya kami

telah saling mengenal sebelumnya, karena kami pernah


bersekolah di sekolah yang sama waktu kami masih TK

dan SD. Kami sama-sama lahir di bulan Maret. Nisa

lahir pada tanggal 10 Maret 1999. Pemilik suara indah


ini sangat hebat dalam berbahasa Inggris. Nisa

“ 332‛
menyelesaikan pendidikannya tahun ini. tepatnya tahun
2016. Sama seperti Pipi, Nisa juga dulunya adalah anak
kamar 1.



“ 333‛
Syamsidar

Teman saya satu ini adalah perempuan asal

Ma’rang. Ia lahir pada tanggal 19 Februari 2000.


Teman saya yang satu ini tidak bisa menyebutkan huruf
‚R‛, alias cadel. Sidar adalah orang yang baperan,

hatinya sangat lembut dan mudah tersentuh. Tak heran

jika kami berkumpul dan melakukan sesuatu yang


membuat kami menangis maka Sidarlah orang yang
paling pertama meneteskan air mata dan dia jugalah

“ 334‛
yang akan menjadi orang yang paling terakhir dalam
menyelesaikan tangisannya itu. Sama seperti Pipi dan
Nisa sidar juga adalah anak kamar 1.

Tifa di mata Sidar :


“Diah Athifah Mahdiyah, biasa di call Tifa.
Orang Mandalle. teman SMPnya Wiri sama Acang.
Alumni SMPN 1 Mandalle. anak BJ Habibi dulu dan
sekarang Avogadromi. Awal ketemu Tifa pas masuk
aspuri, karena saya satu kamar dengannya.
Namunlama-lama ia pindah meninggalkanku. Tifa itu
orangnya baik dan rajin. Bendahara aspuri, kretif
orangnya, dewasa sedikit, commo juga, sekarang
teman kamarnya Izzah sama Hikmah. Sekelas sama
Husna. Patuh dan taat kepada orang tua, anak
sulung, ada adeknya cerewet sekali. Ultah pernah
dirayakan di kamar 1 sama di aula. Sedikit alay.
Pernah jadi astronot waktu pensi.”



“ 335‛
Zalsabila

Perempuan asal Barru ini merupakan ketua asrama.


Di antara kami dialah yang paling muda tapi dituakan.
Dia biasa disapa Sasa, Kak Sa tapi saya lebih senang

memanggilnya Caca. Perempuan berkulit putih ini


sangat hebat dalam menaklukkan soal-soal kimia. Tak

heran jika dia telah lolos OSK, dan melanjutkannya di


OSP. Perempuan kelahiran 26 Juli 2000 ini adalah
seorang yang tidak pelit dalam membagi ilmunya. Tak

“ 336‛
jarang saya meanyakan materi yang kurang saya
pahami ke dia, dan dengan senang hati dia akan
mengajari saya. Di aspuri Sasa menetap di kamar 6.



“ 337‛
Mustabsirah Sabiq

Gadis kecil ini merupakan teman yang paling unyu.


Anak kecil kelahiran 7 Januari 2000 ini adalah pribadi
yang ngegemesin, dan sering bertingkah polos. Pintar,

baik,sholeha, manja, suara cempreng adalah kata yang


menggambarkan gadis asal Barru ini. Dia juga memiliki

kebiasaan yang unik. Jika ia mengantuk maka ia tak


mengenal waktu dan tempat untuk tidur. Dia tak peduli
di mana dia berada dan bagaimana keadaannya yang

“ 338‛
jelas ia tertidur. Saat saya menulis ini saya sempat ke
kamarnya dan melihat dia sedang tidur dalam posisi
duduk dengan laptop di depannya. Sama seperti Sasa,

Sirah adalah penghuni kamar 6.



“ 339‛
Asmaul Husna

Asmaul Husna kerap disapa Husna ini merupakan


satu-satunya anak aspuri yang sekelas dengan saya.

dia merupakan teman saya yang berasal dari Segeri.


sebelumnya saya telah menggambarkan dan bercerita
banyak tentang dia. Jadi disini saya hanya mau

berkata saya bangga punya teman seperti dia. Di


aspuri Husna menetap di kamar 7.

“ 340‛
Nur Fachraeni Husain

Perempuan berkacamata ini adalah pemegang


peringkat pertama di kelasnya. Kami kerap

menyapanya Nini. Alay, unyu, putih, jago ngaji,


sholeha, adalah kata yang menggambarkan gadis asal
Sudiang ini. Nini juga adalah salah seorang yang

banyak tahu tentang saya, dia adalah pendengar yang


baik atas semua curahan hati saya. Begitupun

sebaliknya saya juga banyak tahu tentang dia, karena


memang kami sering bercerita tentang apa yang kami
rasakan. Sekarang dia menetap di kamar 9. Perempuan

“ 341‛
kelahiran 14 Desember 1999 ini pernah menulis sesuatu
tentang saya di sebuah kertas. Isinya kurang lebih
seperti ini.
“Diah Athifah Mahdiyah. Manusia tanpa sayap
yang lahir dari Rahim ibunya. Berasal dari segumpal
darah yang menjadikannya manusia lucu seperti
sekarang ini. Alhamdulilah aku bisa mengenal wanita
satu ini. Satu-satunya pendengar atas curhatanku
masalah *ekhem*. Lebih dari itu aku sangat kagum
dengannya. Meski memiliki banyak masalah namun Tifa
tetap tegar dan memberikan senyum palsu padaku,
seakan tidak terjadi apa-apa. Mungkin itulah yang
membuatnya bisa menahan gelombang tsunami yang
menerpanya. Tifa memiliki 2 sahabat lelaki, yaitu
Indra dan Ansyari. Mereka bertiga ibarat perangko
yang sulit berpisah satu sama lain. Mungkin itulah
sebabnya mengapa ia lebih dekat dengan ayahnya
dibanding ibunya. Bersahabat dengan lelaki itu
bukan drama, bukan tipuan dan tidak palsu. Ia sosok
manusia yang tidak pelit memberikan miliknya pada
orang lain, termasuk makanan. Aku pun sering pergi

“ 342‛
ke kamarnya hanya untuk mendapatkan makanannya itu.
heheheh. Oke cukup sekian dari manusia yang cantik
satu ini. kurangnya mohon dimaafkan. Salam
pramuka!!”



“ 343‛
Andi Izzah Qarimah

Perempuan yang memiliki hidung mancung ini


merupakan teman kamar saya di kamar 11. Saya kerap

memanggilnya Izzah. Izzah merupakan gadis asal


Sengkang namun telah menetap di Pangkep selama 5

tahun. Di pangkep ia hidup sendiri, tanpa orang

tuanya. Perempuan satu ini adalah sosok yang sangat


tegar. 26 Desember 1999, sekitar 17 tahun yang lalu

adalah hari bersejarah dalam hidupnya. Hari itu adalah


hari pertama kalinya ia menghirup oksigen di dunia ini.



“ 344‛
Nurul Hikmah

Perempuan asal pulau ini juga adalah teman kamar

saya. hikma ini bisa menipu kita. Jika pertama kali


ketemu dengannya kita pasti beranggapan jika Hikmah

ini adalah seorang yang pendiam dan sabar. Tapi


sebenarnya Hikmah jauh dari kata itu. hikmah memiliki

tanggal dan bulan lahir yang sama dengan Sasa, yang

memebdakan hanya tahunnya. Hikmah lahir pada


tanggal 26 Juli 1999.

“ 345‛
Sophie Ruwa Hayati Anand Polanagau

Sophie merupakan penghuni baru di asrama. Ia


masuk saat ia duduk di bangku kelas XI. Dia merupakan
satu-satunya anak sosial di angkatan kami. Perempuan
yang lahir pada tanggal 19 Juni 1999 ini merupakan

perempuan asal Kalimantan.Di asrama Sophi tinggal di


kamar5.



“ 346‛
Surprise Ala AKJ06
AKJ06 merupakan singkatan dari Aspuri

Khadija06. Dilihat dari namanya sudah bisa di tebak


jika ini merupakan nama dari anak asrama angkatan ke
6. AKJ adalah keluarga baru bagi saya, keluarga yang
selalu punya cara untuk membuat saya tertawa lepas
dan bahagia. Salah satunya ketika mereka merayakan

ulang tahun saya.


Sebelum mereka merayakan sweet seventeen saya

ini sebenarnya saya sudah mengetahuinya, karena

angkatan kami memiliki kesepakatan jika ada yang


berulang tahun maka kami akan merayakannya

bersama. Yang tidak kami tahu bagaiman mereka


menyiapkan surprise yang akan diberikan untuk yang
berulang tahun dan kapan hari itu akan dirayakan,

karena tidak semua dilakasanakan tepat pada tanggal


lahir mereka. Seperti ulang tahun saya yang dirayakan

beberapa hari setelah tanggal 27 Maret.


Saat itu saya sedang menyelesaikan urusan saya di
wc aspuri. Setelah urusan saya selesai saya kembali ke

“ 347‛
kamar. Sesampainya saya di kamar Izzah meminta
tolong untuk ditemani ke sekoah karena ingin bertemu
dengan seseorang. Awalnya saya menolak karena ini

sudah malam tapi setelah dibujuk maka saya pun


menemaninya. Saya juga memanggil Hikmah, akhirnya

Izzah membawa kami ke aula sekolah.


Sesampainya saya di aula. Tampak aula sangat

gelap seperti tak ada kehidupan di sana *iyalah kan

sudah malam*. Saya menanyakan apa yang akan Izzah


lakukan malam-malam begini di aula. Dia hanya diam.
Saya pun berhenti di tengah-tengah aula dan

menunggu Izzah di sana. Beberapa lama kemudian


tampak dua orang muncul dari pintu belakang aula,

mereka membawa kue, di atas kue tersebut terdapat


lilin yang telah dibakar. Beberapa detik selanjutnya

semua lampu yang ada di aula menyala dan diiringi

dengan nyanyian, happy birthday Tifa, happy birthday


Tifa, happy birthday happy birthday happy birthday to
you. Saya merasa sangat senang saat itu. dalam hati
saya mengatakan. Congratulation guys, surprise kalian

“ 348‛
berhasill sebelumnya saya tidak pernah berpikiran
kalian akan merayakan semuanya seperti ini.
Setelah tiup lilin kami makan bersama di dalam aula

sambil terus membuan lelucon yang mengundang tawa


di antara kami. Setelah itu kami lanjutkan dengan

berfoto bersama. Kemudian setelah semua acara


selesai kami kembali ke aspuri.

Thanks guys kalian luar biasa:*. Love you AKJ06.



“ 349‛
“ 350‛
G
A
L
E
R
I
“ 351‛
“ 352‛
Tifa Kecil

“ 353‛
5th Birthday

“ 354‛
“ 355‛
Keluarga

“ 356‛
“ 357‛
“ 358‛
“ 359‛
“ 360‛
“ 361‛
“ 362‛
“ 363‛
“ 364‛
Dari Masa ke Masa

“ 365‛
“ 366‛
Sekolah Dasar

“ 367‛
Sekolah Menengah Pertama

“ 368‛
“ 369‛
“ 370‛
“ 371‛
Pramuka

“ 372‛
“ 373‛
Tana Toraja

“ 374‛
“ 375‛
“ 376‛
“ 377‛
“ 378‛
Edisi Lebaran with Alumni
SMPN 1 Mandalle

“ 379‛
FLS2N

“ 380‛
Dan Lain-Lain :D

“ 381‛
Sekolah Menengah Atas

“ 382‛
“ 383‛
“ 384‛
Berenang

“ 385‛
“ 386‛
Praktikum

“ 387‛
“ 388‛
“ 389‛
With Mereka

“ 390‛
“ 391‛
“ 392‛
“ 393‛
“ 394‛
Sweet Seventeen Ala
Avogadro

“ 395‛
“ 396‛
“ 397‛
Sela Punya Cerita

“ 398‛
“ 399‛
“ 400‛
Ahmad Fauzi Adriansyah

“ 401‛
“ 402‛
Aspuri

“ 403‛
“ 404‛
“ 405‛
weet Seventeen with
Aspuri

“ 406‛
“ 407‛
“ 408‛
“ 409‛
“ 410‛
“ 411‛
“ 412‛
Dan Ini Gue

“ 413‛
“ 414‛
“ 415‛
“ 416‛
“ 417‛
“ 418‛
“ 419‛
“ 420‛
Tentang Penulis
Diah Athifah Mahdiyah biasa
disapa Tifa, Tipay atau Tipong
adalah remaja kelahiran Ujung
Pandang 27 Maret 1999. Putri
pertama dari pasangan Bapak
Jakariah, S.Kg dan Ibu Marbiah,
S.Pi., M.Si. ini sangat menyukai
hujan. Ia rela menghabiskan
waktunya hanya untuk menikmati
peristiwa alam yang sangat indah
itu melalui sebuah jendela. Menurutnya tidak ada yang
lebih indah dari hujan. Hujan lah yang mampu
membuatnya tenang dan melupakan semua masalah-
masalah yang ia hadapi di dalam hidupnya.

Riwayat pendidikan remaja pecinta hujan ini


dimulai dari TK Politani Mandalle, ke SDN 20 Mandalle
lalu SMPN 1 Mandalle. Sekarang ia sementara
berjuang untuk menyelesaikan pendidikannya di SMAN
2 Unggulan Pangkajene.

Autobiografi yang berjudul ‚Diary of Awesome


Moments‛ ini merupakan buku pertama yang ia tulis.

“ 421‛
Jika terdapat krtik dan saran silakan hubungi :

Twitter : @diahathifahm

Facebook : Diah Athifah Mahdiyah

ID Line : diahathifah

“ 422‛

Anda mungkin juga menyukai