Anda di halaman 1dari 9

MERANCANG NOVEL

LIBURANKU

Oleh:
Amelia Putri Ramadani (06)
Kelas:
XII MIPA 5

Tanggal Penyerahan

Pemerintah Provinsi Jawa Timur


Dinas Pendidikan
SMAN 1 Kraksaan
Jalan Imam Bonjol 13 Kraksaan
Website: https://sman1kraksaan.sch.id/ Email: sman1kraksaan@gmail.com
LIBURANKU
Hai, kenalin namaku Amel, biasanya sih orang-orang manggil aku begitu.
Ada juga yang manggil aku Meli, Ameng, atau semacamnya lah terserah kalian
saja mau manggil aku bagaimana. Amelia Putri Ramadani itu lengkapnya. Disini
aku akan menceritakan betapa serunya liburanku tahun ini. Tepatnya di tahun
2022. Tapi kali ini, tanpa Ayah.
Pada tanggal 31 april di pagi hari aku sedang berkemas menyiapkan
barang yang akan aku bawa untuk pulang kampung ke rumah nenek, ya sekalian
liburan lah. Malamnya, setelah selesai berkemas, dan Bibi ku juga sudah
mengirimiku pesan bahwa bus yang akan kami naiki hampir sampai di depan halte
dekat rumahku, maka akupun bergegas berangkat bersama ibu dan adikku.
Mbahku tidak pernah mau ikut, katanya sih lebih enak di rumah. Sembari
menunggu bus aku berfoto ria bersama ibu dan adikku, tak lama kemudian bus
pun datang, aku bersama ibu dan adikku bergegas menaikinya. Didalam bus
tersebut aku bertemu Bibi, Paman, dan saudara-saudaraku.
Selama perjalanan aku berbincang-bincang dengan saudaraku yang
bernama Haqi, aku duduk bersebelahan dengannya. Setelah lelah berbincang kami
pun tertidur. Tak lama kemudian saat aku membuka mataku, ternyata rombongan
kami mampir di rumah makan yang ada di Situbondo. Iya kami berhenti untuk
makan malam. Sesudah makan aku dan Haqi membeli beberapa snack untuk
camilan di bus. Lalu rombongan kami pun melanjutkan perjalanan menuju
Pelabuhan Ketapang. Di dalam perjalanan itu aku memutuskan untuk tidur saja,
sembari memainkan musik menggunakan earphone.
Sekitar 1 jam kemudian, ibu membangunkanku karena sudah sampai di
Pelabuhan Ketapang. Kami pun turun dari bus dan berjalan naik menuju ketempat
penumpang. Sembari menunggu kapal yang kita tumpangi sampai di tujuan,
seperti biasa kami berfoto ria terlebih dahulu. Sebenarnya hanya aku sih, dan
sepupuku yang memfotokannya. Setelah puas berfoto, dan aku juga tidak
mengantuk (mungkin karena tadi aku terlalu banyak tidur ya), jadi aku
memutuskan untuk menikmati angin malam di laut saja sembari menunggu kapal
kami tiba di tujuan. Pelabuhan Gilimanuk.
Saat memandang hamparan laut yang berwarna gelap karena malam, tidak
ada sinar matahari yang menyinarinya, juga ada banyak kerlap-kerlip lampu
rumah penduduk yang terlihat indah dari kejauhan, aku berfikir, rasanya sudah
lama sekali aku tidak merasakan sensasi ini. Rindu karena aku sudah lama tidak
bertemu dengan nenek yang ada di Bali, juga saudara-saudara ku, teman-teman,
dan semua hal yang ada di sana. Tidak sabar ingin merasakan suasananya lagi.
Juga tidak menyangka tahun ini aku akan merayakan hari raya Idul Fitri disana
lagi setelah pandemi Covid-19 yang berlangsung selama kurang lebih 2 tahun itu,
yang menyebabkan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) di seluruh penjuru
Indonesia. Jadi kita tidak bisa bepergian terlalu jauh, apalagi sampai keluar pulau.
Saat asik memikirkan semua itu, aku mendengar pemberitahuan dari speaker
bahwa kapal yang kami naiki sebentar lagi akan sampai di tempat tujuan. Kami
pun bergegas turun ke bus.
Saat diperjalanan keluar dari area Pelabuhan aku melihat jalanan begitu
macet karena banyak mobil dan bus dari arah berlawanan yang akan menaiki
kapal menuju Pulau Jawa. Kata ibuku sih lumrah saja karena di hari-hari
mendekati hari raya memang banyak orang yang mudik.
Sekitar 1 jam perjalanan di bus aku habiskan dengan bermain handphone,
setelah sampai di tempat pemberhentian bus, rombongan kami turun dan langsung
menuju mobil pamanku yang akan kami tumpangi menuju rumah nenek yang ada
di desa, tepatnya Desa Pupuan, Kabupaten Tabanan. Selama perjalanan kami
berbincang-bincang dan saling menanyakan kabar masing-masing.
Karena kami sampai disana saat malam hari, aku jadi tidak bisa menikmati
pemandangan yang indah selama perjalanan, juga tidak bisa menghirup udara
segar pegunungan. Yang ada hanya cahaya lampu dari mobil pamanku, juga
lampu dari kendaraan yang lain, sisanya gelap. Kurang lebih 1 jam di dalam
mobil, melintasi lereng-lereng gunung, akhirnya kami pun sampai di rumah
nenek. Ah rasanya aku semakin tidak sabar untuk bertemu nenek. Aku berjalan ke
arah rumah tempat tinggal nenek dengan membawa barang-barang bawaanku,
juga membantu membawa barang-barang bawaan yang lain.
“Assalamualaikum”, ucapku bersamaan dengan yang lain.
“Waalaikumsalam”, terdengar jawaban dari dalam.
“Alhamdulillah udah datang, ayo-ayo masuk”, ucap budheku yang
menyambut kami.
Kata Budhe, yang lain sudah tidur, jadi lebih baik kami istirahat saja dulu,
karena dia berfikir pasti kami lelah karena telah melakukan perjalanan yang cukup
panjang. Tapi emang lelah sih. Jadi kami semua beranjak meninggalkan ruang
tamu dan istirahat.
Keesokan paginya saat aku bangun, sudah banyak anggota keluarga yang
melakukan aktivitas, seperti para ibu-ibu yang memasak di dapur sembari sesekali
berbincang lalu tertawa, bapak-bapak yang duduk-duduk bercengkerama di ruang
tamu sembari menikmati kopi panas dan mengobrol membicarakan banyak hal.
Kalau main dan menghabiskan camilan sih itu bagian anak-anak hehe.
Karena besok adalah Hari Raya Idul Fitri, jadi kami bergotong royong
untuk membuat makanan yang biasanya tersedia saat lebaran. Seperti Rendang,
Soto, Kari Ayam, dan masih banyak lagi. Dan jangan lupakan lontong, ketupat,
dan sejenisnya. Aku suka lebaran, karena lebaran artinya banyak makanan. Dan
aku suka makanan.
Esok harinya, pagi-pagi sekali, seluruh anggota di rumah nenek, juga
termasuk aku, sibuk menyiapkan diri. Yups, hari ini adalah Hari Raya Idul Fitri.
Kami mempersiapkan diri untuk pergi ke masjid dan melaksanakan solat Id. Saat
semua sudah selesai mempersiapkan diri, keluarga besar kami pun berjalan
bersama-sama menuju masjid terdekat. Selama di perjalanan kami bertemu
banyak sanak saudara, teman, dan kerabat, yang juga berjalan bersama
keluarganya menuju masjid. Selesai menunaikan sholat Id, rombongan keluarga
kami langsung menuju makam yang terletak di depan masjid tersebut untuk
melakukan ziarah kubur. Aku duduk di dekat batu nisan Almarhumah adik
perempuanku, adik pertamaku, namanya Tiara. Syarifah Tiara Kumala, itu
lengkapnya. Nama yang cantik bukan? Bukan hanya namanya yang cantik, tapi
orangnya juga cantik kok. Cantik banget malah. Kalau sekarang dia masih ada,
pasti orang-orang akan berkata seperti ini,
“Cantikan adiknya ya daripada kakaknya”
Selain makam adikku, disana juga ada beberapa anggota keluarga kami
yang dimakamkan disana. Kami semua berdo’a dengaan khidmat. Kami juga
menaburkan beberapa bunga disana. Aku menaburkan bunga di makam adikku,
lalu aku berbicara beberapa kata dengannya dan berkata bahwa insyaallah tahun
depan aku akan mengunjunginya lagi. Setelah selesai kami pun kembali ke rumah
untuk menyiapkan makanan para tamu yang akan bersilaturahmi ke rumah nenek.
Para tamu yang datang bersilaturahmi ke rumah nenek pun silih berganti.
Aku dan anak-anak yang lain hanya duduk, bermain-main dan menghabiskan
makanan yang disediakan di ruang tamu. Sekitar jam 1 siang, giliran rombongan
keluarga besar kami yang bersilaurahmi ke rumah-rumah mereka. Lumayan,
meski sudah kelas 3 SMA, ternyata aku juga masih bisa dapat angpau seperti
anak-anak yang lebih kecil dariku.
Sepulangnya kami dari acara halal-bihalal dan silaturahmi itu, kami
istirahat dan membersihkan diri. Malamnya, pakde mengajak kami semua untuk
bersilaturahmi ke keluarga nenek yang ada di Temungkus, salah satu kota yang
ada di Bali. Anak-anak yang mendengar itu langsung senang bukan main. Mereka
senang karena di Temungkus, di dekat rumah saudara nenek, ada pantainya. Jadi
mereka bisa berenang disana, gratis lagi. Mereka pun langsung semangat
menyiapkan baju ganti untuk berenang nanti.
Sesampainya disana orang dewasa melakukan ritual seperti biasanya. Iya
berbincang-bincang sembari menikmati hidangan yang disediakan oleh tuan
rumah. Sedangkan yang lain menjaga anak-anak yang berlarian menuju pantainya.
Aku sih lebih memilih ikut dengan mereka, kalau ikut berkumpul bersama orang-
orang dewasa, kemungkinan aku akan hanya diam karena tidak mengerti apa yang
sedang mereka bicarakan.
Aku tidak ikut berenang bersama yang lain. Aku, dan sepupu-sepupuku
yang sudah remaja hanya menonton, sembari mengawasi anak-anak yang masih
sangat kecil berenang. Takut terjatuh, kan kita juga yang kena marah. Dulu setiap
mengunjungi tempat ini aku dan yang lain juga akan ikut berenang, sekarang sih
tidak. Ada yang karena malu nanti dilihat orang-orang, ada yang tidak ikut karena
lupa membawa baju ganti, ada juga yang karena malas. Aku salah satunya.
Lagipun hari sudah menjelang malam, nanggung, tidak bisa berlama-lama karena
jika sudah malam pasti kami disuruh untuk berhenti.
Tuhkan, aku bilang juga apa. Dari kejauhan saat aku menoleh ke belakang,
ada kakak laki-laki yang lebih tua dariku sedang berjalan ke arah kami. Pasti dia
akan berteriak menyuruh kami bergegas. Dan benar saja. Anak-anak yang sedang
asik berenang, mendesah kecewa mendengar teriakan itu. Menggerutu. Pasti
mereka bilang “Padahal kan baru sebentar”. HAHAHA, aku sedikit tertawa
melihat ekspresi mereka. Menggemaskan.
Saat kami sampai di rumah saudara nenek, sebut saja bi Ndun. Aku dan
juga yang lain segera mengambil piring untuk makan malam. Aku yang hanya
duduk melihat mereka saja rasanya sudah lapar sekali, apalagi mereka yang
berenang kesana-kemari. Saling berebut mengambil lauk. Selesai makan malam,
kami bersantai sembari bercakap-cakap hingga larut malam. Setelah dirasa cukup
larut, kami pamit pulang kepada bi Ndun dan keluarganya.

Sesampainya di rumah nenek, Pupuan, aku dan beberapa yang lain segera
beranjak tidur, istirahat. Ada juga yang masih bercengkrama di ruang tamu. Rata-
rata sih bapak-bapak. Ada beberapa anak yang enggan tidur dengan alasan “belum
ngantuk”. Lalu pakde ku mengeluarkan jurus andalannya yaitu mengatakan pada
mereka agar bergegas tidur agar bisa ikut besok pagi untuk jalan-jalan. Anak kecil
mana sih yang tidak senang dibilang kalau akan diajak jalan-jalan? Maka, dengan
senang hati anak-anak itu beranjak tidur, agar besok bisa ikut. Karena pakdeku
juga bilang bahwa, yang tidak bergegas tidur sekarang, besok tidak akan dia ajak.
Pagi hari pun datang, setelah sholat subuh, aku memutuskan untuk
membantu yang lain menyiapkan sarapan. Setelah semua selesai sarapan, aku
diajak sepupu perempuan ku, umurnya lebih muda 3 tahun dariku. Panggil saja
balgis. Sepupu - sepupuku yaitu cucu dari nenekku mayoritas memang laki -laki.
Yang perempuan bisa dihitung jari. Salah satu yang umurnya tidak beda jauh
denganku ya hanya Balgis. Jadi aku lebih dekat dengannya daripada dengan
sepupu ku yang lain.
Setiap dia mengajakku untuk keluar, pasti tempat yang dituju, jika bukan
pasar yang ada didekat rumah, rumah dia, sawah, mushola, ya pergi ke Indomaret
meski hanya sekedar melihat - lihat dan menikmati AC gratis. Kan lumayan. Tapi
hal itu (ke Indomaret hanya melihat - lihat) tidak akan kami lakukan lagi. Masa
iya udah dewasa masih ngelakuin hal konyol begitu.
Setelah lelah bermain di luar, aku dan Balgis kembali ke rumah nenek
untuk makan siang. Saat kami sedang makan, pakde bilang kita harus segera
bersiap - siap untuk jalan - jalan hari ini.
Hari ini hanya ke pantai yang sama seperti kemarin, di Temungkus.
Bedanya setelah anak -anak selesai berenang, kita mampir ke mall yang ada di
dekat sana. Anak - anak kecil tidak kami ajak. Sudah diajak pakdeku ke rumah Bi
Ndun. Mall itu bernama Khrisna. Itu tempat favorit ku yang ada di Temungkus.
Kami menuju pusat oleh - oleh. Aku sih hanya melihat - lihat ya. Tidak sanggup
membelinya. Karena harganya sangat tidak bersahabat dengan isi dompetku.
Setelah lelah berkeliling, aku, juga sepupu - sepupuku yang lebih dewasa
pergi ke Indomaret terdekat untuk membeli minum. Sekalian beli pop mie sih.
Kami habiskan makanannya disana, karena jika kita membawanya pulang, maka
anak - anak kecil yang tidak ikut tadi, akan merengek minta dibelikan juga. Kan
repot.
Setelah aku dan yang lain pulang dan sampai di rumah Bi Ndun, kami
berbincang - bincang sebentar, lalu pamit pulang karena sudah larut malam.
Selama perjalanan, yang biasanya anak-anak kecil itu akan berisik, sekarang tidak.
Mereka tertidur. Mungkin karena kelelahan bermain.
Esoknya, pakde mengajakku jalan - jalan lagi. Hanya aku dan adikku
Dhanis yang diajak. Juga anak - anaknya. Ada Rahul, Azam, kak Rizal, juga kak
Deni, dan budhe. Nenek juga ikut. Kata budhe, dia ga ngajak yang lain karena
hanya membawa satu mobil. Kan ga cukup cuyy.
Hari ini kami ke pantai. Aku tidak tau persis apa nama daerah tempatnya.
Namanya susah sih. Oke lanjut. Pas udah sampai disana, hari menjelang malam.
Sebenarnya sih aku malas ikut berenang, karena pasti cuma dapat waktu sedikit.
Tapi mau gimana lagi, liat yang lain asik banget, mereka juga pada naik perahu.
Kan jadi pengen. Alhasil, aku ikut.
Duduk diatas perahu di tengah pantai sembari memandangi sunset.
Rasanya, tenang sekali. Apalagi sudah banyak orang - orang yang pulang, karena
sudah hampir petang. Jadi suasanya benar - benar adem, tenang, damai.
Sebenernya aku dan yang lain sudah disuruh pakde untuk berhenti tadi, tapi kami
minta tambahan waktu, untungnya pakde baik, jadi ya, dibolehin hehe.
Saat matahari sudah tidak terlihat lagi, aku dan yang lain segera
membersihkan diri di toilet yang disediakan disana. Dan langsung pulang.
"Kita lanjut besok ya jalan - jalannya", kata pakde.
Singkat cerita, keesokan harinya kita berangkat lagi. Kali ini ada sepupu -
sepupu yang seumuran denganku juga ikut. Kita menuju Holy Hot Spring. Iya,
berenang lagi. Letaknya ada di Denpasar, Bali. Sebelum kesana, kita mampir ke
rumah Bibi ku dulu yang ada di dekat sana, untuk mengajak anak - anaknya.
Disana ada banyak orang. Yaiyalah, namanya juga tempat wisata. Rata - rata sih
yang datang bule - bule gitu. Disana ada kolam air panas yang dalamnya bisa
sampai 2m. Meski sudah sering berenang, aku tetap tidak pandai berenang. Jadi
aku memilih di kolam yang pendek saja, sambil mandi di air mancur air panasnya.
Tapi, satu hal yang perlu kalian tahu, sepupu - sepupu ku itu punya sifat yang jahil
abis. Masa iya aku di seret masuk ke kolam yang tingginya 2m. Ga nyampe woi.
Mereka mah enak, tinggi, bisa berenang. Lah aku? Kepala aja ikut tenggelem.
Lelah melawan yang aku tau akan berakhir sia - sia, akhirnya aku pasrah.
Meski teriak saat sampai di tengah - tengah kolam dan mereka melepaskan
genggamannya. Awas saja nanti kalau kita sudah selesai berenang, akan ku
timpuk mereka satu persatu. Huh. Saat mereka sudah puas tertawa dengan aku
yang mati - matian bertahan, mereka akhirnya membawaku kembali ke pinggir
kolam yang lebih dangkal. Meski sudah seringkali mereka menjahiliku dengan
pura - pura menenggelamkan ku, tetap saja aku merasa panik. Gimana gak panik
coba? Hampir tenggelam gini kok.
Selesai berenang dan membersihkan diri, kami makan di tempat makan
yang telah disediakan di pinggir kolam. Budhe membawa nasi bungkus dari
rumah, juga makanan - makanan ringan lainnya. Menjelang maghrib, kami bersiap
- siap untuk pulang. Di perjalanan pulang, kami mampir ke Indomaret. Rahul,
sepupuku, beli kartu UNO disana. Permainan yang tidak pernah kami lewatkan
setiap kali berkumpul. Sampai di rumah, kami langsung main UNO sampai tengah
malam.
Keesokan harinya, pagi - pagi sekali. Aku, dan sepupu - sepupu ku yang
sudah cukup dewasa pergi ke Vihara yang ada di dekat rumah nenek. Sebenarnya
agak jauh sih. Jika ditempuh menggunakan motor, mungkin sekitar 10-15 menit.
Kita menuju kesana menggunakan motor. Kenapa pagi - pagi sekali? Karena kita
tidak mengajak anak - anak kecilnya, kalau masih pagi - pagi begini kan, mereka
masih pada tidur. Jadi tidak perlu repot - repot berusaha mencegah mereka yang
memaksa untuk ikut.
Vihara Dharma Giri. Tulisan itu terpampang jelas di depan pintu masuk.
Saat kita masuk, tidak ada pengunjung lain selain kami. Aku rasa, kita datang
terlalu pagi hahaha. Tapi tak apa, makin sepi kan makin bebas untuk foto. Objek
utama disana adalah patung Budha tidurnya. Yang lain hanya berisi tulisan -
tulisan yang dominan, tidak aku mengerti karena menggunakan tulisan Bali.
Setelah puas berfoto, kami langsung pulang.
Keesokan harinya, kami menuju ke pantai Lovina. Kenapa ke pantai terus?
Ya karena tempat wisata disana kebanyakan pantainya. Kali ini semua anggota
keluarga kami ikut. Tidak ada yang perlu ku ceritakan saat kami di pantai Lovina.
Kenapa? Ya karena kami hanya mampir sebentar disana, anak - anak kecil tidak
ada yang boleh berenang karena air lautnya sedang pasang. Kami hanya melihat -
lihat, berfoto, dan kembali ke mobil.
Salah satu bibiku, ibunya Balgis. Aku biasa memanggilnya Bi Asma.
Rumahnya di Seririt, Bali. Kami berencana menginap di rumahnya hari ini. Di
dekat perumahan tempat tinggal bibiku, ada sebuah pantai. Aku tidak tahu apa
nama sebutan pantainya, tapi letaknya ada di, Sisin Pasih Pangastulan. Nyaman
sekali duduk – duduk di pinggir pantainya sembari menikmati sunset. Keesokan
harinya aku juga pergi kesana lagi, tentu saja untuk melihat sunrise.
Keesokan harinya, untuk menutup linuran kami di Bali, kami pergi ke
Bedugul. Jarak tempuhnya sekitar 3-4 jam perjalanan. Sesampainya kami disana,
kami langsung mencari tempat untuk makan siang. Selesai makan siang, kami
berpencar. Ada yang hanya tiduran di tempat peristirahatan yang disediakan, ada
yang hanya berjalan - jalan, kalau aku sih ikut kakak – kakakku. Berkeliling
sembari sesekali berfoto ria. Mengumpulkan dokumentasi.
Lalu kami lanjut ke bagian atas Bedugul, dibagian bukitnya, kami mampir
ke Cagar Alam Batukahu. Disana kami hanya berfoto – foto sebentar dan kembali
ke mobil untuk melanjutkan perjalanan.
Kami singgah ke Pelabuhan Singaraja. Disana, lagi – lagi, kami hanya
duduk, berfoto, dan membeli makanan ringan. Kami juga berkunjung ke Pusat
Hidangan Tiara Dewata. Kami bermain time zone, membeli beberapa snack juga
disana. Lalu lanjut ke Masjid Besar Al – Hidayah yang terletak di Candikuning,
Bedugul. Untuk melaksanakan sholat ashar. Selesai sholat, aku dan Balgis
mampir untuk beli minuman favorit kita. Boba. Setelah itu, kami pun melanjutkan
perjalanan untuk kembali ke rumah nenek.
Di tengah perjalanan, ternyata kita juga mampir ke pusat oleh – oleh Pie
Susu Diana. Kalau berkunjung ke Bali, jangan pernah lupakan pie susu nya ya.
Karena Bali kan juga terkenal dengan pie susunya yang enak. Kami pun membeli
beberapa kotak pie susu untuk oleh – oleh yang akan dibawa pulang nanti.
Keesokan paginya, rombongan kami yang dari Jawa mulai berkemas.
Sudah saatnya kita pulang. Waktu liburan telah usai. Semoga tahun depan kita
bisa berkumpul lagi disini. Aamiin.
Pakde mengantar rombongan kami sampai di Pelabuhan Gilimanuk.
Setelah memesan tiket, kami langsung menuju kapal yang akan kami naiki.
Sekitar 1 jam perjalanan laut, akhirnya kami sampai di pelabuhan Ketapang. Kami
langsung menuju stasiun kereta yang ada di seberang pelabuhan itu. Sembari
menunggu jam pemberangkatan, kami makan siang dan juga sholat di mushola
yang telah disediakan.
Aku juga membeli beberapa makanan ringan di indomaret. Tetapi saat
akan kembali ke stasiun, tiba – tiba sandal yang ku gunakan talinya terputus. Huh,
sangat menyebalkan. Alhasil aku pun membeli sandal dengan merk Swallow di
toko terdekat.
Tak lama kemudian, kereta yang akan kami tumpangi pun datang, lalu
kami bergegas untuk naik. Takut tertinggal. Selama perjalan di kereta, lelah
melihat pemandangan diluar sana, aku memutuskan untuk tidur.
Aku dibangunkan oleh ibu karena kami sudah sampai di Stasiun
Probolinggo. Lalu kami melanjutkan perjalanan untuk ke Kraksaan dengan bis.
Tapi sampai jam 10 malam, kami belum menemukan bis yang lewat. Tetapi
Alhamdulillah, saat jam hampir menunjukkan pukul 12 malam, ada bis yang
berhenti di Halte Probolinggo, dan kami pun segera menaikinya.
Sekitar 1 jam perjalanan menaiki bis umum, akhirnya kami sampai di
Kraksaan. Karena jarak antara tempat pemberhentian bus tadi dengan rumahku
lumayan dekat, juga karena tidak ada becak di pangkalan, tempat biasanya becak
– becak menunggu penumpang datang.
Saat sudah sampai di rumah, aku, ibuku, dan juga adikku langsung
istirahat. Kelelahan.
Liburan kali ini seru sekali. Meski tidak seseru tahun – tahun sebelumnya,
apalagi saat ayah masih ada disini.
Mungkin ini saja yang bisa aku ceritakan, jika sempat, akan aku ceritakan
lagi keseruan – keseruan lainnya saat aku berlibur ke Bali.
Mohon maaf jika ada kesalahan kata, karena kita sebagai manusia tidak
ada yang sempurna. dan yang sempurna hanya Dia, yaitu Allah SWT.
Sekian, dan terimakasih.
Wassalam.
TAMAT

Anda mungkin juga menyukai