Anda di halaman 1dari 4

NAMA : SOPHIE LOUIS LAURENT ANDIA

KELAS : XI IPA 1
MAPEL : BAHASA INDONESIA (MEMBUAT CERITA SELAMA LIVE IN)

Pada tanggal 6 November 2017, sekolah saya yaitu SMA Mardi Waluya mengadakan acara
sekolah yaitu kegiatan live in. Live in ini tentu bermanfaat buat saya dan teman-teman saya pula.
Live in itu menambah wawasan kita, bagaimana cara kita hidup sederhana dan tentu berbeda dengan
kehidupan sehari-hari kita dirumah. Live in diadakan di Kabupaten Sleman, Jawa Tengah dimulai dari
hari senin hingga hari sabtu

Pada hari senin tersebut saya berangkat dari sekolah pukul 15.00 sebelum saya berangkat tentu
saya berpamitan dengan kedua orangtua saya. Perjalanan menuju Jawa Tengah membutuhkan waktu
kurang lebih selama 12 jam.

Saya tiba di tempat titik kumpul pada hari selasa pagi pukul 04.30 titik kumpul tersebut bernama
Omah Petroek, setelah sampai disana tidak lupa saya mengabarkan kepada orangtua bahwa saya sudah
sampai ditempat tujuan, kami menunggu kira-kira 3 jam karena acara pembukaan dimulai pada pukul
07.30. Sambil menunggu kita diberi waktu untuk beristirahat lalu saat pukul 07.30 tiba kami langsung
berkumpul di pendopo dan mendapatkan sambutan dari orangtua asuh, panitia dari kegiatan live in
(Palem Community) mereka menjadi pemandu dalam kegiatan live in, mereka yang mengatur waktu
kegiatan selama live in berlangsung. Setelah acara pembuka disambut dengan kata sambutan, tari
daerah setempat lalu kami harus mengumpulkan dompet dan hp kepada guru pendamping. Setelah
mengumpulkan barang tersebut saya dan teman yang tinggal satu rumah dengan saya berkumpul dan
menuju rumah orangtua asuh menaiki truk bersama dengan teman saya yang lain yang tinggal satu desa
dengan saya. Nama desa yang saya tempati yaitu Desa Randu , Kelurahan Hargobinangun, Kecamatan
Pakem, Sleman, Yogyakarta. Saat tiba didesa kami berkumpul dititik kumpul sambil menunggu dijemput
oleh orangtua asuh kami. Saat saya melihat orangtua asuh saya, saya sangat merasa senang, dan selama
perjalanan menuju rumah orangtua saya menyambut dengan sangat ramah. Sesampainya dirumah saya
dan teman saya berkenalan dengan keluarga disana, nama ibu yang mengasuh saya yaitu ibu Tri Mulyani
yang biasa dipanggil bu Yani, bu Yani memiliki 3 anak, anak yang pertama yaitu perempuan yang duduk
dibangku SMP, lalu anak yang kedua yaitu laki-laki yang duduk dibangku SD, dan yang terakhir laki-laki
berumur 1,5 tahun, lalu kami disuruh beristirahat oleh orangtua asuh saya karena perjalanan cukup
panjang menuju desa Randu. Selama seharian saya belajar mengenali lingkungan orangtua asuh dan
mengikuti aktivitas keluarga disana. Orangtua asuh saya berprofesi sebagai petani, ayah asuh saya
bekerja disawah dengan membajak sawah menggunakan traktor sedangkan ibu asuh saya tinggal
dirumah, merawat anaknya, merawat ternak kambing dan merawat kebun bunga krinsantenum
biasanya tanaman ini berguna bagi orang pengidap diabetes.
Pada siang hari saya diajari ibu untuk membuat cemplon atau yang biasa disebut misro yaitu singkong
yang diparut ataupun digiling dengan mesin penghalus kelapa lalu diisi dengan gula merah, dan masakan
tersebut memuaskan karena menurut guru saya yang berkunjung kerumah saya berkata cemplon yang
saya dan teman saya buat enak.
Pada sore hari saya mengikuti aktivitas ibu asuh saya yaitu pergi ke kebun bunga krinsan, sayangnya
sesampai disana tanaman tersebut sudah disiram terlebih dahulu oleh ibu asuh saya, jadi saya disana
hanya mencabuti rumput liar yang mengganggu tanaman bunga, setelah saya berkebun saya berkumpul
dengan teman saya yang satu desa dengan saya untuk bermain voli dan kebetulan lapangan voli
tersebut berada disamping rumah saya. Jadi saya hanya tinggal berjalan kesamping rumah saja untuk
bermain. Setelah bermain, kami pulang kerumah kami masing-masing untuk menyiapkan makan malam,
mandi dan beristirahat
Pada keesokan harinya yaitu hari rabu, saya melakukan aktivitas seperti biasanya, bangun pagi
lalu membantu ibu asuh saya menyiapkan sarapan lalu mandi untuk bersiap melakukan aktivitas pada
hari itu yaitu berkunjung ke pengolah susu sapi perah dan pengolah salak lalu disore hari dilanjutkan
berkunjung ke suatu rumah sekitar desa untuk belajar bermain gamelan dan tari. Pada saat kunjungan
sapi perah, saya sedikit ragu untuk memerah sapi, tapi setelah mencobanya, hal itu tidak seburuk yang
ada dipikiran saya, mungkin yang baru saya tahu bahwa memerah sapi harus menggunakan sekuat
tenaga, setelah memerah sapi, saya dan teman-teman saya melihat cara proses pengolahan susu yaitu
dengan cara menyaring susu yang diperah agar bakteri yang ada disuse berkurang setelah itu susu
direbus dan diaduk terus menerus, setelah lumayan panas, susu bisa ditambahkan gula bila perlu.
Setelah berkunjung ke pengolahan sapi perah saya berkunjung ke pengolah buah salak, buah salak
tersebut diolah menjadi dodol salak, caranya kupas buah salak dan kulit arinya lalu di potong agar biji
salak dibuang lalu buah salak yang sudah dipotong diblender, setelah diblender air buah salak tersebut
disaring lalu yang diambil adalah ampasnya, setelah itu ampas salak dibuat menjadi adonan dengan
ditambahkan tepung, gula merah lalu dimasak dan harus diaduk terus-menerus, setelah itu dodol salak
bisa disajikan, pengolah salak ini dibuat oleh ibu-ibu desa sekitar yang bernama KWT (Komunitas Wanita
Tani) mereka suka membuat dodol salak lalu dijual disuatu pameran. Setelah berkunjung dari olahan
buah salak saya berkunjung ke rumah warga yang mempunyai gamelan untuk belajar disana, tetapi yang
perempuan hanya sementara karena harus berkunjung kerumah warga yang lain untuk belajar tari
daerah, disana saya diajar gerakan dasar dalam menari daerah lalu menarikan 1 lagu daerah, setelah itu
kami pulang kerumah masing-masing, sesampainya dirumah saya langsung mandi lalu membantu ibu
asuh menyiapkan makan malam, lalu sharing bersama keluarga dan beristirahat

Pada hari kamis, pagi hari melakukan aktivitas seperti biasanya dan dilanjutkan dengan kegiatan
misa alam yang berkumpul di Omah Petroek, setelah misa alam saya melanjutkan kegiatan Lava Tour
menaiki mobil jeep, pemberhentian pertama saya berkunjung di museum merapi yaitu museum
berbentuk rumah yang merupakan rumah warga yang terkena erupsi gunung merapi, disana terdapat
bukti-bukti peningglan sewaktu bencana alam terjadi, pemberhentian kedua saya berkunjung ke batu
alien atau batu wajah, dan memang benar batu tersebut berbentuk wajah manusia, lalu kami berfoto
disana, pemberhentian ketiga saya berkunjung ke bunker kaliadem, menurut saya bunker tersebut
lumayan mistis karena orang disana menjelaskan bahwa didalam bunker tersebut terdapat
kesalahpahaman warga setempat, pada saat erupsi berlangsung, ada 2 warga yang terjebak didalam
bunker karena mereka mengira bahwa hanya terjadi awan panas, karena bunker hanya mampu
melindungi warga dari awan panas tetapi tidak untuk lahar panas sehingga 2 orang tesebut meninggal
didalam bunker akibat suhu yang terlalu tinggi, 1 orang warga meninggal didalam toilet dan 1 orang lagi
meninggal didepan pintu bunker, saat saya memasuki bunker, hanya kegelapan yang saya lihat, dan
saya tidak berani untuk menelusurinya lebih dalam, pemberhentian keempat saya bermain dikali kuning,
bermain basah-basahan sambil menaiki mobil jeep, setelah itu kami pulang kerumah masing masing
untuk persiapan kenduri dan pensi pada malam hari, setelah saya mandi, saya dan teman saya yang
tinggal 1 desa dengan saya berkumpul disalah satu rumah teman kami untuk latihan penampilan pensi
untuk malam hari, setelah latihan, kami kembali kerumah masing-masing untuk bersiap-siap menuju
omah petroek untuk kegiatan kenduri dan pensi, sesampainya disana diawali dengan kegiatan kenduri
yaitu seperti kegiatan berdoa dan mengucap syukur atas desa setempat, lalu dilanjutkan dengan
penampilan pensi dari setiap desa dan dihibur dengan beberapa penari dari SMA Mardi Waluya dan dari
desa setempat, lalu saat acara selesai, dompet dan handphone kami dikembalikan untuk persiapan
keesokan hari, dan sesampai dirumah saya langsung merapihkan barang, saat merapihkan barang tiba-
tiba ibu asuh saya datang kekamar untuk memberi oleh-oleh dan saya sangat merasa senang karena
diperlakukan baik oleh ibu asuh saya, setelah merapihkan barang saya langsung berisitirahat
Pada hari jumat, hari dimana saya harus meninggalkan rumah dan desa yang saya tempati, saya
harus berpamitan dengan orang tua saya, rasanya sedih dan senang bahwa kegiatan livein sudah hampir
selesai dengan baik, tentu saya mengucapkan terimakasih banyak kepada orang tua saya Karena telah
memperlakukan saya dan teman serumah saya dengan sangat baik, setelah berpamitan, kami langsung
menuju titik kumpul dan berangkat pulang ke Cibinong, dan sebelum itu kami berkunjung ke museum
Ullen Sentalu yaitu museum tentang kesenian batik, dari sana saya mendapatkan pelajaran yang penting
mengenai sejarah Yogyakarta dan Solo. Setelah dari sana, saya berkunjung menuju Malioboro untuk
membelikan oleh-oleh, setelah berbelanja selama kurang lebih 3 jam kami berkunjung ke Goa Maria
untuk melakukan penziarahan, setelah itu saya berangkat pulng dan sampai ditempat tujuan pukul 6
pagi dan pulang kerumah hingga selamat.

REFLEKSI :
Dari kegiatan live in yang dilaksanakan selama 6 hari cukup banyak pelajaran yang dapat kita
ambil yaitu :
1. Belajar mengalami hidup sederhana
2. Dapat mengajarkan kita untuk selalu bersyukur
3. Mendisiplinkan diri
4. Belajar untuk menerima situasi yang ada

Anda mungkin juga menyukai