Anda di halaman 1dari 3

Pembelajaran Baru

Nama: Felicia Atmadja

Kelas: XI MIPA 1

Tinggal di rumah: Keluarga Bapak Agustinus Suadi

Lingkungan: Banyu Urip

Suatu hari aku terbangun dengan sebuah kenyataan bahwa aku sedang berada di dalam
lingkungan yang begitu asing, sebuah pedesaan yang dikelilingi ladang dan sawah dimana warga
disini hidup dengan sederhana berbeda dengan kami anak-anak yang berasal dari kota. Saat ini,
aku dan teman-teman sekolahku sedang menjalani kegiatan dari sekolah kami yang bernama
“Live In”. Aku dan sahabatku, Anya, berada dalam satu keluarga yang sama. Ketika tiba disana,
keluarga asuh kami menyambut kedatangan kami sebagai bagian dari keluarga mereka dengan
penuh kehangatan.

Setelah beristirahat dari perjalanan yang panjang, kami menghampiri ibu asuh kami untuk
bertanya padanya “Ibu, kami ingin tau, bolehkah kami mengunjungi teman yang lainnya?”. Ibu
kami pun membalas “Oh iya, boleh, boleh. Sudah tahu rumahnya?”. “Belum tahu bu” balas
Anya. “Kalau begitu saya antarkan ya” kata ibu asuh kami. Kami pun berterimakasih lalu
mengikutinya. Sepanjang siang hari itu, kami mengunjungi beberapa rumah yang ditempati oleh
teman-teman kami sambil mengenali lingkungan desa tempat Live In kami.

Ketika malam hari tiba, kami diundang oleh ketua lingkungan untuk menghadiri acara
penyambutan di kapel milik lingkungan tempat tinggal kami. Setelah acara penyambutan
berakhir, kami secara bergilir melakukan perkenalan hingga tiba giliran aku dan Anya maju ke
depan. Anya membuka dengan sapaan “Selamat malam berkah dalam”. Setelah dibalas oleh
teman-teman yang lain, ia membalas “Nama saya Adoniah” dan ku lanjut “Nama saya Felicia
Atmadja”. “Kami bertempat di rumah keluarga Bapak Agustinus Suadi, untuk kesannya.. disini
itu makanannya enak-enak, keluarganya juga bisa menerima kami”. Aku menambahkan
“pemandangannya juga indah”. Setelah acara berakhir, kami kembali ke rumah orang tua asuh
masing-masing dan malam pun berlalu.

Hari kedua tiba, pada pagi hari sekitar pukul 7, aku dan Anya pergi ke ladang untuk
menemani ibu asuh kami. Kami melewati perjalanan yang cukup panjang untuk sampai ke
ladang milik orang tua asuh kami. Disana kami dapat melihat ibu asuh kami sedang memberikan
pupuk untuk tanaman kol. Aku cukup terkejut dengan tanaman tersebut, daun kol yang terlihat
sudah rusak itu tetap dirawat oleh ibu asuh kami. Aku berkata “itu daun kol kenapa seperti itu?”
Anya membalas “emang gitu, nanti yang diambil bagian tengahnya saja”. Ibu asuh kami tertawa
dan berkata “mbak kalau sudah mau balik, balik saja takutnya kelelahan”. Kami pun membalas
“tidak apa-apa kok bu”. Setelah beberapa menit kami memperhatikan ibu asuh kami, beliau
menawarkan untuk memetik buncis agar dapat memasaknya sebagai lauk nanti siang. Kami pun
setuju dan langsung memetik buncis yang sudah siap panen. Setelah selesai, kami berjalan
kembali ke rumah.

Sambil menunggu ibu asuh kami kembali dari ladang, kami mencuci beberapa buncis
untuk kami masak dengan mencampurkan buncis dalam tepung basah lalu menggorengnya di
minyak panas. Rasanya terlalu asin karena kami tidak memakannya dengan nasi. Setelah selesai,
kami berdua bercerita tentang berbagai macam hal. Dikarenakan bosan, kami memutuskan untuk
mengunjungi teman-teman kami. Kami bermain kartu sambil menunggu malam hari tiba. Tidak
disangka bahwa Anya akan dipanggil oleh guru pembimbing kami yakni Bu Rima dan Bu Yanti.
Anya diberikan peringatan untuk menggunakan celana panjang ketika menghadiri acara di kapel,
tetapi setelah itu kami bersama beberapa teman-teman disana jadi bercerita dan bercanda tawa
dengan guru pembimbing kami. Waktu berjalan begitu cepat sampai akhirnya malam tiba dan
kami menghadiri ibadah rosario di kapel. Setelah selesai, kami kembali ke rumah dan melewati
malam kedua.

Tibalah hari ketiga, kali ini kami pergi bersama ibu asuh kami serta anaknya yang
bernama Rendy untuk pergi ke ladang. Kami menanam bibit sayur di ladang, ketika sedang
bersiap-siap, aku mendengar Rendy berbisik kepada ibu asuh kami “mereka orang kota…”. Aku
sedikit terkejut mendengarnya, bisa saja akulah yang salah mendengar atau mengartikannya
tetapi aku tidak memperdulikan apa yang dikatakan Rendy dan berfokus untuk membantu ibu
asuhku menanam bibit bersama Anya. Waktu berlalu dan matahari pun semakin panas, ibu asuh
kami menawarkan untuk membawa beberapa singkong lalu kami membantu membawakan
singkong tersebut ke rumah. Setibanya di rumah, Anya pun mengajak aku dan Friscyla untuk
menggoreng singkong yang kami bawa tersebut. Kali ini rasanya gurih dan cukup
mengenyangkan bagi kami.

Ketika sore hari tiba, kami pun mempersiapkan diri untuk pergi dan tidak lupa untuk izin
kepada ibu asuh kami untuk pergi berkumpul ke kapel di lingkungan lain. Melewati perjalanan
yang cukup jauh dengan menaiki mobil bak terbuka dan angin yang begitu dingin berhembus
selama perjalanan kami dari Banyu Urip menuju lingkungan Gantang. Kami bertemu dengan
teman-teman dari lingkungan lain, saat turun dari mobil, aku langsung berlari memeluk sahabat-
sahabatku yang lain, yakni Amelia, Vivian, Ribka, dan Virgina yang berada pada lingkungan
Serut dan Gejayan.

Setelah saling bertukar cerita, kami mengikuti misa ekaristi di taman doa. Pemandangan
malam yang indah serta angin yang berhembus kencang membuat ibadah kami terasa berbeda
dari ibadah yang biasa kami ikuti di kota. Sehabis misa selesai, kami mengambil sebuah foto
bersama didekat patung Bunda Maria. Setelah itu, aku, Anya, Friscyla, dan teman-teman lainnya
mengucapkan perpisahan kami kepada yang lain karena kami harus kembali menyusuri
perjalanan panjang untuk sampai di Banyu Urip. Kembali malam hari pun berlalu.

Hari keempat kami awali dengan bangun pagi dan berkeliling desa untuk menikmati
udara pagi hari. Setelah itu kami sarapan dan kembali ke kamar sambil bercerita dan bercanda
tawa. Hari ini kami tidak ikut ibu asuh kami ke ladang, jadi kami hanya bermain ke rumah salah
satu teman kami yakni Laudya dan Angel. Disana pun kami menghabiskan waktu dengan
bercerita dan bercanda tawa hingga tiba waktu makan siang dan kami pun kembali ke rumah.
Setelah itu kami beristirahat sebentar dan memutuskan untuk berkeliling lagi. Ketika sedang
berkeliling, kami diundang untuk bermain di rumah Cleo dan Reva. Disana kami bertemu
dengan Farellyus, William, dan Timothy, yang sedang bermain kartu. Menjelang malam, kami
pun kembali ke rumah untuk bersiap pergi ke kapel dan mengikuti evaluasi. Kesan, pesan, saran,
serta kritik pun diberikan dalam evaluasi. Hingga akhir evaluasi, setelah kami berfoto bersama,
handphone pun kembali dibagikan. Kemudian kami kembali ke rumah untuk beristirahat dan
mempersiapkan diri untuk pulang di esok hari.

Selama lima hari dan empat malam bersama dengan keluarga asuh kami, hari dimana
kami harus kembali pun tiba. Pagi hari itu, kami mengucapkan perpisahan kepada orang tua asuh
kami dan bersiap untuk kembali berkumpul dengan teman-teman dari lingkungan yang lainnya.
Sungguh pengalaman yang unik dan tak terlupakan, mungkin suatu hari nanti kita semua dapat
datang kembali ke lokasi ini lagi dengan kenangan yang lebih menarik lagi.

Anda mungkin juga menyukai